Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sahraeni

NPM : 229014485022
Tugas : Koneksi Antar Materi

1. Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum
Anda mempelajari topik ini?
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran
KHD?

Ki Hajar Dewantara meletakkan beberapa konsepsi sebagai Dasar Pendidikan Nasional.


Pemikiran-pemikiran beliau menjadi acuan para seniman pendidikan (guru, pemangku kebijakan,
orang tua, dan pejuang pendidikan) untuk menyelenggarakan pendidikan yang mencerminkan
“Merdeka Belajar”. Dasar-dasar pendidikan inilah yang harus dijadikan pedoman dalam
pendidikan untuk memanusiakan manusia sesuai dengan kodratnya.
Pendidikan (Opvoeding) memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat
yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya, baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD
(2009), “Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala
kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti
yang seluas-luasnya”. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki hidup dan tumbuhnya
kekuatan kodrat anak”. Pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam
masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab
maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan
bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diwariskan.
Dalam menuntun pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran Guru atau
pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya
jagung, atau seorang petani sayuran, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman,
menyiramnya setiap hari, memberi pupuk, membasmi hama ulat-ulat atau jamur-jamur yang
mengganggu hidup tanaman tersebut. Petani tidak dapat memaksa agar jagung tumbuh menjadi
padi ataupun tanaman sayuran sawi tumbuh menjadi pepaya. Begitupun dengan Guru / pendidik.
Pendidik hanya bisa menuntun dan merawat tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodratnya.
Menurut KHD Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman kodrat
alam, kita sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik dengan harapan siswa dapat
meneladaninya demi membentuk karakter siswa misalnya bersikap sopan dan ramah terhadap
sesama baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sedangkan kodrat zaman
yaitu, pada pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan
Abad 21 apalagi ditengah situasi pandemi ini anak dituntut untuk bisa menguasai IT sebagai salah
satu sarana untuk mensukseskan pendidikan di Indonesia.
Oleh karean itu, kita sebagai guru harus memberika dampingan dan pengawasan serta
memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan pengetahuannya seluas luasnya
seiring perkembangan zaman dan tidak terlepas dari fungsi kontrol kita sebagai guru dan orang tua
yaitu memberikan motivasi dan memberikan pengertian kepada anak atau siswa agar tetap
memegang teguh nilai-nilai atau norma-norma kemanusiaan yang ada sehingga tujun mendeka
belajar dapat terwujud sesuai dengan semboyan Bapak Ki Hajar Dewantara yaitu di depan
memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, dan di belakang memberi dorongan.
Kita sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi
teladan, memberi semangat, memberi dorongan dan serta mengayomi peserta didik, Guru menjadi
fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sebagai mitra belajar bagi peserta didik.Karena
tujuan dari pendidikan kita harus berfokus pada murid, murid dan murid. Pendidik adalah penuntun
sehingga dalam pembelajaran di sekolah tugas guru menuntun, membimbing peserta didik dalam
mencari dan menemukan konsep-konsep teori dan membantu mereka menerapkan konsep dan
teori yang sudah mereka pelajari dalam kehidupannya sehingga anak-anak atau peserta didik tidak
kehilangan arah dan membahayakan hidupnya.
Dasar pendidikan selanjutnya ialah penanaman Budi Pekerti atau pengembangan karakter.
Menurut KHD, budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan, dan kehendak
atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Hal ini menjadi salah satu aspek penting
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan. Budi pekerti juga merupakan modal dasar
kebahagiaan yang berperi-kemanusiaan. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai
keselarasan dan keseimbangan hidup.
Pendidikan haruslah berpihak pada murid. Pendidik harus menghamba pada Sang Anak,
lebih mementingkan Sang Anak daripada karirnya sendiri. Segala sesuatu yang pendidik lakukan
ikhlas dan berpusat pada anak. Pendidik dengan niat ikhlas dan suci hati, terlepas dari segala ikatan
berniat menghamba pada Sang Anak. Pendidikan harus memerdekakan berdasarkan
Kita sebagai Pendidik atau guru, harus melaksanakan dasar kerja pendidik seperti yang
diungkapkan Ki Hajar, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madya
Mangun Karso (di tengah membangun semangat, kemauan), Tut Wuri Handayani (di belakang
memberi dorongan). Dalam pelaksanaanya, pendidik harus berkolaborasi dengan berbagai pihak
baik pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan).
Disini peran kita sebagai pendidik harus menuntun kebebasan anak tersebut untuk
mencapai kebahagiaan lahir batin serta keselamatan anak sesuai dengan kodratnya masing-masing,
karena anak dilahirkan sudah mempunyai talenta yang tersendiri, kita hanyalah sebagai penuntun
menuju jalan keselamatan. Dalam konteks merdeka belajar, “setiap guru adalah murid dan setiap
murid adalah guru”. Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan saja dan dengan siapa
saja. Sekolah bukan satu-satunya sebagai tempat untuk memperoleh pendidikan tetapi sebagai
tempat transformasi pendidikan dalam ekosistem belajar.
Setelah saya mempelajari dan merefleksikan Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Ada
beberapa pokok penting sebagai bekal saya sebagai Calon Guru Profesional yang memerdekakan
anak dalam proses belajar:

1. Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya
mempelajari topic ini?

Saya berpikir bahwa anak atau peserta didik adalah kertas kosong yang harus
ditransfer dengan ilmu pengetahuan. Tugas saya seorang guru adalah untuk mentransfer
pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya diberikan kepada peserta didik sebagai
suatu paket ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pembelajaran
adalah proses membuat peserta didik aktif. Pembelajaran terpusat pada peran guru sebagai
pendidik sangat dominan. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar di dalam ruang
kelas, karena biasanya pembelajaran di luar kelas dilakukan oleh guru olahraga dan Guru
Prakarya. Saya lebih terfokus ke tuntutan kompetensi sesuai kurikulum dan cenderung
melaksanakan pembelajaran sesuai apa yang tertulis dalam kurikulum dan harus
menyelesaikan dalam satu semester sesuai dengan target kurikulum. Dalam pembelajaran
di kelas saya terfokus untuk target kurikulum dengan mengajar, memberikan tugas. Saya
berpikir sangat mudah dalam mengajar karena memberikan materi, Tugas dan anak bias
mengumpulkan tepat waktu tanpa merefleksikan tentang pembelajaran yang
memerdekakan anak. Dan saya juga sering mengeluh karena ada sebagian anak yang tidak
mengumpulkan tugas, sulit di atur dan lambat berpikir walaupun soal soal atau tugas itu
sangat mudah dan materi itu saya sudah jelaskan.

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari topik ini?

Konsep pengajaran saya berubah setelah mempelajari filosofi pendidikan dari Ki


Hajar Dewantara. Saya menyadari kekeliruan bahwa selama ini memnadang anak sebagai
objek dalam pembelajaran di kelas, seharusnya
merekalah Subjek pembelajaran Merekalah pemegang kendali pembelajaran. Pendidik
wajib menghamba pada anak dengan segala ketulusan hati. Perubahan yang saya rasakan
dari mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara yakni Sistem Among dalam
Pembelajaran Proses pembelajaran di kelas saya berlandaskan
sistem “Among” Pembelajaran yang dilakukan di kelas bertujuan untuk mendidik anak
sebagai Subjek bukan Objek ( Karena anak adalah pusat pendidikan). Dalam pembelajaran
tidak menghendaki Paksaan-paksaan melainkan memberi tuntunan bagi hidup anak agar
dapat berkembang dengan selamat, baik lahir maupun batinnya. Menyadari bahwa setiap
anak itu istimewa, unik, dan memiliki potensi dalam dirinya. Dalam sistem Among anak
dididik di sekolah sesuai dengan bakat dan minat. Pendidik sebagai Tut Wuri Handayani
berperan menuntun, mengasuh, membimbing anak sesuai kodratnya agar jiwanya merdeka
lahir dan bathin. Guru memberikan kebebasan pada anak dalam memilih gaya belajar yang
mereka sukai. Dari yang tadinya hanya menuruti instruksi akan berubah menjadi “Merdeka
Belajar “. Kita sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi
teladan, memberi semangat, memberi dorongan dan serta mengayomi peserta didik, Guru
menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sebagai mitra belajar bagi peserta
didik.Karena tujuan dari pendidikan kita harus berfokus pada murid, murid dan
murid. Pendidik adalah penuntun sehingga dalam pembelajaran di sekolah tugas guru
menuntun, membimbing peserta didik dalam mencari dan menemukan konsep-konsep
teori dan membantu mereka menerapkan konsep dan teori yang sudah mereka pelajari
dalam kehidupannya sehingga anak-anak atau peserta didik tidak kehilangan arah dan
membahayakan hidupnya.

3. Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya merefleksikan
pemikiran KHD?

 Saya sebagai pendidik harus disiplin dalam waktu ke sekolah


 Kita guru menjadi teladan, pemberi semangat serta memberi dorongan dalam menanamkan
nilai karakter kedisiplinan dan kerjasama, tolong menolong dalam setiap kegiatan yang ada
disekolah.
 Mendorong dan memotivasi peserta didik untuk saling berbagi solidaritas jika ada salah
satu warga sekolah yang mengalami kekurangan misalnya alami musibah, orang
tua meninggal, membiasakan anak mencintai lingkungan kelas/ sekolah.
 Meningkatkan karakter anak dengan pembiasaan yang secara kontinyu seperti mengawali
aktifitas pembelajaran dengan berdoa, saling memuji diantara teman, selalu memberikan
kata-kata positif untuk teman sebangku/sekelas, kata terima kasih untuk bantuan/pujian
dari teman, kata maaf jika melakukan kesalah baik sengaja maupun tidak Membudayakan
budaya lokal untuk mentransformasikan pendidikan karakter anak.
Untuk mengimplementasikan merdeka belajar yang menghasilkan profil “Pelajar
Pancasila” sudah seharusnya kita melakukan perubahan-perubahan hebat di kelas kita untuk
memberikan tuntunan terbaik kepada peserta didik. Peserta didik diberi kebebasan untuk
bereksplorasi, berinovasi dan mengembangkan potensi sesuai dengan kodratnya masing-masing.
Tugas kita memberikan tuntunan, arahan, bimbingan agar kemerdekaan mereka tidak terpengaruh
oleh hal-hal negatif yang datang. Belajar bisa dilakukan dimanapun sesuai konteksnya. Semua
tempat adalah sekolah, semua rumah adalah sekolah. Untuk itu, guru harus terus mengembangkan
kompetensinya agar bisa beradaptasi dengan perubahan. Guru harus terus belajar, untuk
membelajarkan siswa. Kita harus memahami peserta didik sebagai individu yang unik, khas sesuai
kodratnya.
Di akhir tulisan saya tentang Refleksi Pemikiran Filosofis Ki Hajar Dewantara, Saya ingin
mengajak kita semua untuk lebih memahami tentang Dasar Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki
Hajar Dewantara, sehingga kita dapat mentransformasikan perubahan ekosistem belajar yang
terpusat kepada Anak, Anak dan anak.

Anda mungkin juga menyukai