Anda di halaman 1dari 3

Nama : Japri

Kelas : Kelas B
Bidang Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan

Refleksi Pengalaman Bersekolah

1. Pengalaman yang membuat saya kehilangan motivasi untuk bersekolah adalah pada
saat saya terpaksa menempuh pendidikan di sekolah yang tidak saya harapkan. Pada
saat SMA saya bersekolah di sekolah yang tidak saya suka, perasaan tidak betah dan
dibelenggu muncul selama kelas X dan XI, bahkan saat itu saya berharap dikeluarkan
dari sekolah sesegera mungkin.
2. Pengalaman yang membuat saya merasa berkembang dan belajar sebagai seorang
pembelajar adalah kehadiran guru dalam memotivasi dengan menggunakan
pendekatan persuasif. Wali Kelas XII sadar akan hilangnya motivasi belajar dalam
diri saya, sehingga dengan demikian Wali Kelas XII berupaya menumbuhkan kembali
motivasi belajar dengan menggunakan pendekatan yang tepat.
3. Sosok guru yang menginspirasi saya adalah ibu Dewi Zulaeha, S.Pd. beliau adalah
guru Pendidikan Agama Islam sekaligus Wali Kelas saya di kelas XII.
4. Pengalaman yang paling berkesan dengan ibu Dewi Zulaeha, S.Pd. adalah cara yang
digunakan dalam memunculkan kembali motivasi belajar saya yang hilang dengan
cara merangkul dengan menjadi pendengar yang baik, berdiskusi, tidak menghakimi
dan menyalahkan, berusaha merasakan keresahan yang saya alami, dan bahkan rela
telat pulang dan rela jalan kaki lebih dari 1 KM hanya untuk menjadi pendengar yang
baik bagi saya. Bagi saya ibu Dewi Zulaeha, S.Pd. adalah sosok guru yang paling
berhasil membantu saya dalam menumbuhkan motivasi belajar yang telah hilang.
5. Saya pernah menduplikasi pendekatan yang digunakan oleh ibu Dewi Zulaeha, S.Pd.
pada saat mengikuti program Kampus Mengajar Angkatan 2. Saya ditempatkan di SD
Negeri 4 Gisting Atas, sebuah sekolah dasar yang tertinggal, dipinggir hutan dan sepi
peminat. Saya mendapatkan dua kasus, pertama, di kelas 3 terdapat siswa yang sangat
aktif namun belum mampu membaca dan berhitung. Kedua, di kelas 5 terdapat siswa
yang tidak memiliki motivasi belajar dan belum mampu menulis, membaca dan
berhitung. Saya berupaya menjadi teman untuk kedua siswa ini dengan mendengarkan
cerita mereka, menjalin komunikasi yang baik dan membuka kelas khusus untuk
mengajarkan mereka membaca dan berhitung. Saya meluangkan waktu lebih banyak
dan menampilkan kepedulian kepada mereka tanpa menghakimi dan menganggap
mereka bodoh, pendekatan yang saya lakukan terbukti mampu menumbuhkan
motivasi belajar dan percaya diri kedua siswa ini.

Panggilan Menjadi Guru

Saat ini saya adalah calon guru profesional yang sedang menempuh Pendidikan Profesi Guru
(PPG) selama dua semester; saya adalah mahasiswa PPG Prajabatan gelombang 1 2023
FKIP Universitas Lampung. Lulusan 2022 Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI Bandar Lampung. Saat ini saya
memiliki pengetahuan dan pengalaman menjadi seorang guru, saya mendapatkan pengalaman
pada saat mengikuti program Kemdikbud Ristek Dikti, yakni Kampus Merdeka selama satu
semester. Saya mendampingi siswa dengan berkolaborasi dengan guru dan melakukan
pendampingan teknologi kepada guru untuk menjawab tantangan jaman mengenai kemajuan
teknologi yang menjadi bagian penting dalam kegiatan pembelajaran.

Menjadi seorang guru adalah penggilan jiwa yang sudah tertanam buih-buihnya sejak saya
duduk di bangku SMA. Panggilan jiwa ini diperkuat pada saat semester 7, saya terjun
langsung menjadi guru bagi siswa SD yang tertinggal dan terbelakang. Terdapat keresahan
dalam diri saya pada saat mendapatkan temuan siswa tertinggal; seperti siswa kelas 3 dan 5
belum bisa membaca dan berhitung, bahkan dalam menuliskan nama sendiri mereka
kesulitan. Saat itu saya hanya diberikan kesempatan selama satu semester untuk mengabdi di
SD Negeri 4 Gisting Atas, dengan waktu yang begitu singkat tidak memungkinkan dapat
mendampingi siswa dengan maksimal. Sehingga, dengan menjadi guru akan menjawab
panggilan hati saya dan keresahan-keresahan yang selama ini saya rasakan terhadap
ketertinggalan siswa.

Menjadi seorang pendidik haruslah memperhatikan kebutuhan peserta didik, itulah yang saya
lakukan selama ini. Saya tidak memukul rata kemampuan peserta didik, akan tetapi
mengevaluasi sejauh mana pemahaman dan kemampuan mereka. Setelah diketahui
kemampuan dan pemahaman siswa, saya akan melakukan pendampingan secara maksimal
kepada mereka supaya tujuan pembelajaran tercapai. Setiap siswa itu unik, untuk itu saya
akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencurahkan perhatian saya kepada mereka.
Membangun hubungan emosional yang intens dengan tetap memperhatikan batasan-batasan
antara pendidik dengan peserta didik, menjadi teman, sahabat, dan orang tua bagi peserta
didik serta memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik untuk kemudian pembelajaran
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai