Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN OBSERVASI

TAHAPAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


KELAS XII IPS 3 SMAN 3 KOTA BENGKULU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pemahaman Peserta Didik dan
Pembelajarannya

Disusun oleh:

Sinta Yuliani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2022/2023
0
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 1
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 2
BAB 2 HASIL ANALISIS DATA ......................................................................................... 5
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 8
LAMPIRAN............................................................................................................................ 9

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Perkembangan emosional merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan pada usia
remaja, karena pada masa ini terjadi perubahan emosi yang meliputi perasaan malu,
kesadaran diri, kesepian dan depresi khususnya pada usia 12-15 tahun. Pada usia tersebut
juga remaja memiliki kemandirian yang hadir bersama dengan kebutuhan keintiman dan
dukungan orang tua. Dimana pada masa masa ini konflik orang tua dan anak memuncak
(Dahlan, 2004). Hal tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan dalam interaksi sosial remaja.
Karena pada masa ini remaja berusaha untuk menarik perhatian orang lain, menghendaki
adanya popularitas dan kasih sayang dari teman sebaya.

Berbagai penelitian membuktikan adanya kaitan erat antara emosional dan kemampuan
manusia (Mubayidh, 2007). Karena ini akan sangat mempengaruhi kepribadian, bahkan
mungkin kegagalan atau kesuksesannya. Namun, bukan berarti proses semuanya itu telah
selesai, tidak dapat diubah, dan tidak dapat dipengaruhi. Kecerdasan emosional sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap dan dapat berubah-ubah setiap saat.
Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua sangat mempengaruhi dalam
pembentukan emosional khususnya masa remaja (Judel, 2009).
Kondisi fisiologi peserta didik juga merupakan faktor penting dalam proses
pembelajaran. Peserta didik yang memiliki kondisi fisiologi yang baik akan memiliki
tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dan memiliki daya tahan untuk belajar lebih lama.
Namun, peserta didik yang memiliki kondisi fisiologi yang buruk, seperti sakit atau lelah,
dapat mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Menurut Slameto (2010). Faktor
fisiologi adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang,
misalnya tentang fungsi organ- organ, dan susunan-susunan tubuh yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
Peserta didik yang akan di observasi terdapat di kelas XII IPS 3 dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
Peserta didik pertama dengan perkembangan emosional
Nama : YT (inisial)
Umur : 17 Tahun
JK : Laki-laki
Kelas : XII IPS 3

2
Semester 2
Peserta didik kedua dengan perkembangan fisiologi
Nama : OAP (inisial)
Umur : 17 Tahun
JK : Perempuan
Kelas : XII IPS 3
Semester 2
Peserta didik (YT) inisial, tersebut menjadi subjek karena memiliki sifat yang paling
berbeda diantara teman-temannya, selama proses pembelajaran (YT) terkadang terlalu aktif
terkadang juga bersikap pasif, kadang cuek namun terkadang selalu memperhatikan guru.
Selain itu (YT) juga terkenal di kelas memiliki banyak teman namun kadang bersikap usil
kepada teman-temanya. Melihat dari ekspresi mimik wajah dan gerak gerik tubuh (YT)
terkadang ceria namun pada satu saat (YT) tampak diam saja.
Peserta didik kedua dengan (OAP) inisial, juga memiliki fisiologi yang kurang dari
teman lain, seperti badan lebih kecil dibandingkan temannya. Selain itu (OAP) juga sering
izin sekolah dikarenakan sakit.
Harapan setelah dilakukannya pengamatan ini sebagai calon guru profesional dapat
mengetahui secara spesifikasi tentang permasalahan perkembangan remaja (peserta didik)
secara lebih detail serta dapat menjadi bekal dalam menentukan strategi dalam pembelajaran
yang sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik.

3
B. Perencanaan Observasi
Observasi akan direncanakan pada waktu pembelajaran biologi di kelas XII IPS 3
dengan menggunakan lembar observasi perkembangan emosional diberikan sesuai waktu
pembelajaran yang sudah ditentukan sekolah. Instrument observasi yang digunakan adalah
angket perkembangan emosional serta angket fisiologi siswa.
Rencana observasi yang akan dilakukan sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Senin / 30 Januari 2023
Kelas : XII IPS 3
Mata pelajaran : Biologi
Sekolah : SMAN 3 Kota Bengkulu
Proses observasi dilakukan agar mendapatkan data dan informasi secara baik yang akan
dilakukan selama proses pembelajaran dengan tujuan agar dapat menentukan perancangan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik peserta didik sesuai tahap
perkembangannya dengan bantuan panduan observasi.

4
BAB II
HASIL ANALISIS DATA

1. Peserta didik HP - Angket Emosional Peserta didik


Berdasarkan hasil pengamatan peserta didik melalui Angket emosional dapat dikatakan
peserta didik YT (inisial) dapat dikategorikan memiliki perkembangan emosional yang baik.
Ditinjau dari hasil yang menunjukkan YT masuk dalam kategori nilai perkembangan
emosional yang baik yaitu pada angka 41 masuk dalam kategori rentang nilai 37-47. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Sari (2011) yang meneliti tentang kematangan emosional
pada rentang usia 16-18 tahun didapatkan hasil bahwa tidak lagi terdapat kematangan
emosional yang rendah pada rentang usia tersebut. Ini menunjukkan bahwa usia 16-18 tahun
remaja sudah mampu mengendalikan emosinya dan menujukkan kematangan emosi.

Hasil analisis angket menunjukan bahwa peserta didik Yt memperlihatkan bahwa


semakin positif kematangan emosi pada remaja akhir maka semakin tinggi kecenderungan
memaafkan, dan sebaliknya. Terbukti secara empirik bahwa kematangan emosi mempunyai
kontribusi pada tingkat kecenderungan memaafkan pada remaja akhir. Jika remaja dengan
kematangan dengan yang tinggi, maka kecenderungan memaafkannya juga tinggi. Sehingga
remaja dapat lebih adaptif. McCullough dan Worthington (1995) menyatakan, dalam
masyarakat modem, dengan meningkatnya jumlah stres, kekerasan, kemarahan, dan
perselisihan, memaafkan bisa membuktikan dapat mencegah masalah dan meningkatkan
kesejahteraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesorang yang dapat memaafkan
mengalami penurunan kemarahan, kecemasan, dan depresi yang signifikan (Anderson,
2006).

Burney (2001, dalam Anderson, 2006) berpendapat bahwa ekspresi emosional yang
sehat (kontrol kemarahan) menunjukkan strategi manajemen kemarahan yang baik dan
belajar untuk mencari solusi positif untuk menghadapi suatu masalah. Remaja yang
menunjukkan kontrol emosi yang baik memiliki kapasitas perilaku yang dapat menangani
kemarahannya. Mendukung adanya penjelasan dari Helb dan Enright (1993) yang
menunjukkan bahwa kemampuan memaafkan meningkat seiring dengan kematangan
seseorang.
2. Peserta didik DRS – Angket Fisiologi Peserta didik
Berdasarkan hasil analisis dari observasi peserta didik OAP, dapat diketahui bahwa
memiliki tubuh (jasmani) yang sehat layaknya teman sebayanya. Berdasarkan angket,dapat

5
dilihat bahwa peserta didik OAP memiliki panca indra yang berfungsi dengan normal
yang membuatnya dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar, baik itu pembelajaran
visual, audio, ataupun motorik. Hal ini didukung oleh pernyataan Slameto (2010) bahwa
kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan sebagai hal yang melatar belakangi
kemampuan belajar peserta didik. Peserta didik yang jasmaninya dalam keadaan segar akan
berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Kondisi jasmani yang lemah
biasanya lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Jika kondisi badan
lelah, maka biasanya tubuh mudah terserang penyakit.
Menurut pendapat penulis, peserta didik OAP sering sakit sehingga cenderung jarang
masuk sekolah dan terlewat pelajaran, dan saat OAP sembuh, OAP harus mengikuti
pelajaran yang baru, yang bisa menyebabkan OAP kesulitan mengikuti dan memahami
materi. Peserta didik OAP juga memiliki postur tubuh yang kurang ideal. Dapat diamati
juga bahwa Peserta didik OAP ini kurang memiliki tingkat kepercayaan diri.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil observasi dan analisis angket emosional, peserta didik YT memiliki
emosional yang baik. Baik itu dalam hal kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
empati maupun keterampilan sosial. peserta didik YT memperlihatkan bahwa semakin
positif kematangan emosi pada remaja akhir maka semakin tinggi kecenderungan
memaafkan, dan sebaliknya. Terbukti secara empirik bahwa kematangan emosi
mempunyai kontribusi pada tingkat kecenderungan memaafkan pada remaja akhir.
Jika remaja dengan kematangan dengan yang tinggi, maka kecenderungan
memaafkannya juga tinggi. Sehingga remaja dapat lebih adaptif.
2. Berdasarkan hasil analisis, peserta didik OAP memiliki kondisi jasmani yang sehat dan
pancaindra yang berfungsi normal. Ini membantu dalam pembelajaran yang efektif.
Akan tetapi menurut penulis, peserta didik OAP sering sakit sehingga cenderung
jarang masuk sekolah dan terlewat pelajaran, dan saat OAP sembuh, OAP harus
mengikuti pelajaran yang baru, yang bisa menyebabkan OAP kesulitan mengikuti dan
memahami materi.

7
Daftar Pustaka

Anderson, M.A. (2006). The Relationship among Resiliance, Forgiveness, and Anger Expression in
Adolescents.Maine: TheUniversityof Maine
Dahlan. M. D. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Bdg.
McCullough, Michael E. , Pargament K. E., Thoresen C.E. (2000). Forgiveness: Theory, research, and
practice. New York: Guilford Press
Moleong, Lexy J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mubayidh, M. (2007). Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak . Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Sari, I. P. (2011). Hubungan antara Keberfungsian Keluarga dengan Kematangan Emosi Remaja
LakiLaki. Skripsi. USU
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

8
LAMPIRAN
Angket Emosional Peserta didik YT

9
10
Angket Perkembangan Fisiologi Peserta didik OAP

11
12

Anda mungkin juga menyukai