NIM : 2200103912027048 Kelas : PGSD – B FILOSOFI PENDIDIKAN Koneksi Antar Materi – Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dari Perspektif lain
1. Keterkaitan antara topik I dan topik IV adalah :
a. Pada topik I kita akan mempelajari serta menghayati perjuangan pendidikan Indonesia dari zaman penjajahan hingga kemerdekaan. Kita akan melihat perbedaan antara pendidikan sebelum kemerdekaan yaitu pada tahun 1854 pendidikan hanya dikhususkan untuk orang- orang tertentu dalam rangka mendukung usaha dana pemerintah Hindia-Belanda yang hanya diajarkan sebatas membaca dan menulis. Pada tahun yang sama lahirlah sekolah bumi putera yang mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung secukupnya. Hingga pada 20 mei 1908 lahirlah organisasi Boedi Oetomo. Dan pada tahun 1922 lahirlah taman siswa di Yogyakarta sebagai gerbang emas pendidikan nasional. Pendidikan pada zaman ini masih terpaku pada ideology bangsa Belanda yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia masyarakat Indonesia yang siap bekerja bagi pemerintahan Belanda. Walaupun begitu rakyat Indonesia memiliki semangat yang tinggi untuk mengenyam pendidikan. Sedangkan berbeda dengan pendidikan sesudah kemerdekaan. Pada saat ini, Indonesia lebih leluasa dan lebih mudah mendapatkan layanan pendidikan tanpa ada intervensi dari bangsa lain. Bukan hanya layanan pendidikan yang sekarang ini mudah diakses tetapi terdapat banyak jenis-jenis pelajaran yang ada di setiap penyedia pendidikan di Indonesia. Begitupun dengan media pembelajaran yang digunakan lebih bervariatif. Pembelajaran pada abad ini mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan terhadap teknologi. b. Pada topik IV kita akan mempelajari tentang Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia yang memiliki keragaman baik dari agama, suku, ras, kebudayaan, etnis, sosial, dan bahasa. Selain itu wujud dari nilai-nilai pancasila yang diterapkan dalam lingkungan sekolah yaitu profil pelajar pancasila yang memiliki enam elemen dalam profil pelajar pancasila, yaitu : berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Identitas manusia Indonesia memiliki nilai luhur yang dapat disatukan melalui Pendidikan Nasional, karena memiliki tujuan membangun paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku untuk memupuk semangat persatuan, cinta tanah air dan memiliki semangat kebangsaan. Sehingga landasan pendidikan Indonesia perlu diwujudkan agar ilmu pendidikan bercorak Indonesia mudah dibentuk dengan berlandaskan nilai kehinekatunggalikaan, nilai-nilai Pancasila,dan nilai religiusitas. Identitas manusia Indonesia menjadi sebuah pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar. Pendidikan Indonesia mengacu pada profil pelajar pancasila dalam mewujudkan kebutuhan perkembangan secara bersamaan meliputi, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, kebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, kreatif. Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila di pembelajaran abad 21 yang berpusat pada peserta didik, tentunya perlu peran pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila ini. c. Topik IV dan I memiliki keterkaitan yaitu menumbuhkan kesadaran calon guru professional terkait perjuangan bangsa Indonesia dari masa ke masa demi terciptanya pendidikan Indonesia yang lebih baik dari masa ke masa. Selain itu, ada pun bapak pendidikan Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang masih di pakai hingga saat ini. Salah satunya adalah pendidikan yang berdasarkan profil pelajar pancasila. Setiap siswa tentunya datang dari latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda-beda sehingga kita sebagai seorang guru harus mampu menyikapi perbedaan tersebut dengan berbagai strategi dan metode agar pembelajaran dapat berpusat pada peserta didik dan tetap mengutamakan profil pelajar pancasila. 2. Keterkaitan antara topik II dan topik III adalah : a. Pada topik II kita akan mempelajari tentang dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pemikiran-pemikiran beliau menjadi acuan para guru, pemangku kebijakan, orang tua dan pejuang pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan yang mencerminkan “Merdeka Belajar”. Dalam pandangannya pendidikan dan pengajaran dalam memahami tujuan pendidikan. Menurutnya onderwij atau pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran yang dimaksud adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk memberikan ilmu atau faedah untuk bekal seseorang dalam menjalani kehidupan baik secara lahir maupun batin. Sedangkan pendidikan (Opvoeding) memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya:. Oleh sebab itu, pendidikan dan pengajaran adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan karena hal tersebut merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk membekali sesesorang dalam segala kepentingan kehidupannya baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya. KHD juga menegaskan bahwa kita mendidik siswa harus sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid abad ke-21 tentunya sangat berbeda dengan para peserta didik pertengahan dan akhir abad ke-20. b. Pada topik III kita akan mempelajari tentang identitas manusia Indonesia. Hal tersebut termuat dalam Pancasila. Pancasila intisari yang merangkum nilai-nilai, jiwa dan semangat yang dihidupi oleh masyarakat Indonesia yang selalu menjunjung tinggi nilai saling tolong menolong (gotong royong). Di tengah keberagaman, diharapkan pendidikan menjadi tempat untuk pelestarian keberagaman, menemukan nilai-nilai yang menyatukan keberagaman, dan melawan segala bentuk yang merongrong kesatuan. c. Topik II dan topik III memiliki keterkaitan yaitu dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang mengutamakan nilai-nilai pancasila serta mendorong siswa agar tetap bersatu walaupun banyak perbedaan. 3. Kesimpulan : Pendidikan Indonesia sudah mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Tugas kita sebagai calon guru di abad ke-21 adalah melanjutkan perjuangan para pejuang pendidikan Indonesia. Walaupun pendidikan di zaman sekarang dapat diakses tanpa intervensi dari negara lain, kita sebagai calon guru professional harus mendidik anak-anak sesuai dengan tuntutan zaman tanpa meninggalkan identitas bangsa Indonesia. Pada pendidikan di abad ini dikenal dengan merdeka belajar. Hal ini berarti kita sebagai guru harus menciptakan lingkungan belajar yang memerdekakan peserta didik. Salah satunya adalah dengan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Pembelajaran yang berpihak pada siswa salah satunya dengan memberik kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat. Kemudian memberi kebebasan membangun sendiri pengetahuannya, tidak selalu mengikuti keinginan gurunya.