Anda di halaman 1dari 5

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sehat dan bahagia!

Refleksi

Perkenalkan nama saya Selamet . Saya adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari
SDN Pancoran 10 Pagi Jakarta. Dalam kesempatan ini saya menuliskan artikel tentang
kesimpulan dan refleksi pengetahuan serta pengalaman baru yang saya pelajari dari pemikiran
Ki Hadjar Dewantara untuk menyelesaikan tugas 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi-kesimpulan
dan Refleksi Modul 1.1.

Tahun 2008 adalah tahun pertama saya mengajar, saat itu saya mengajar olahraga.
Menjadi guru memang tidak pernah terbayang dalam cita-cita saya, sehingga saya tidak
mempunyai latar belakang ilmu pendidikan sedikitpun. Namun dengan menjadi guru inilah,
membuat saya harus banyak belajar. Walaupun saat itu saya hanya mengajar olahraga.

Mengajar untuk pertama kali sungguh membingungkan entah apa yang saya akan
ucapkan dan lakukan saat belajar nanti. Saya hanya mengingat bagaimana guru olahraga saya
mengajarkan saya kala SD dulu. Saya cukup gembira karena ternyata anak-anak antusias dan
semangat terhadap pengajaran saya. Mengajar olahraga yang banyak dilakukan dilapangan
dengan menghadapi banyak siswa dengan bagaimana karakternya, ada yang aktif, hyper aktif
juga ada yang pendiam. Menjadikan saya berpikir bagaimana cara menghadapi kondisi-
kondisi ini. Saya memang mempunyai metode atau cara pengajarana yang berbeda yang saya
terapkan kepada siswa kelas 1,2, dan 3 dan siswa kelas 4,5,dan 6. Untuk kelas 1,2, dan 3 saya
cenderung lebih lembut dan memanjakan, namun untuk kelas 4,5, dan 6 saya cenderung
mempunyai ketegasan.

Tahun 2014, saya mulai menjadi guru kelas setelah saya mendapatkan gelar S1
Pendidikan Matematika, tugas mengajar saya sekarang bukan lagi dilapangan tetapi di dalam
kelas. Saya mulai menyampaikan materi yang bersifat pengetahuan anak. Disinilah mulai
terasa ternyata menjadi guru itu berat, bukan tugas muda. Karena guru kelas dan guru olahraga
jelas mempunyai cara penilaian yang berbeda. Menjadi guru kelas harus
mendeteksi,menganalisis tingkat ketercapaian siswa akan tujuan belajar. Mengajar dengan cara
klasik melalui metode ceramah dan gaya mengajar yang sangat monoton. Sistem pengajaran
dimana kita menyamakan kemampuan siswa dan harus sama dengan kemampuan yang kita
miliki. Dengan kata lain siswa harus melakukan yang sama seperti yang kita ajarkan, kalu
berbeda kita salahkan.

Ki Hajar Dewantara, yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat,
adalah seorang tokoh pendidikan dan perjuangan dari Indonesia. Dia lahir pada 2 Mei 1889 di
Yogyakarta dan meninggal pada 28 April 1959 di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara dikenal
sebagai pelopor pendidikan nasional di Indonesia dan merupakan salah satu tokoh pendidikan
paling berpengaruh dalam sejarah negara ini

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara melibatkan gagasan-gagasan tentang


pendidikan yang merangkul konsep "taman siswa." Ini adalah gagasan tentang menciptakan
lingkungan pendidikan yang bebas dan mendukung bagi anak-anak, di mana belajar tidak
terasa seperti beban atau kewajiban, tetapi lebih seperti kegiatan yang menyenangkan dan
alami. Filosofi ini berfokus pada kebebasan anak untuk belajar sesuai dengan minat dan bakat
mereka, sambil tetap memperhatikan perkembangan karakter dan moral

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada
pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan adalah
tempat persemaian benihbenih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan
bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab makapendidikan menjadi salah
satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan
bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan Kekuatan sosio-
kultural menjadi proses ‘ menebalkan ’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar.
Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis
samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak
bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.

Implementasi Filosopi Pendidikan Ki hajar Dewantara

1. Taman Siswa: Gagasan utamanya adalah menciptakan lingkungan pendidikan yang mirip
dengan taman, tempat anak-anak bebas untuk mengeksplorasi dan belajar dari lingkungan
sekitarnya. Ini berbeda dari model pendidikan tradisional yang lebih otoriter dan terpusat
pada guru.
2. Pendidikan Holistik: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang
tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pengembangan karakter, moral, fisik,
dan emosional siswa. Dia percaya bahwa pendidikan seharusnya membentuk individu
yang seimbang dan berkontribusi positif pada masyarakat.

3. Belajar dari Lingkungan: Menurut Ki Hajar Dewantara, pembelajaran seharusnya tidak


terbatas pada kelas atau buku teks saja. Anak-anak harus diajak untuk belajar dari
pengalaman langsung dan lingkungan sekitar mereka. Ini melibatkan eksplorasi alam,
seni, budaya, dan interaksi sosial.

4. Pendidikan Demokratis: Gagasan ini mengarah pada pemberian kebebasan kepada


siswa untuk berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan terkait dengan
lingkungan pendidikan mereka. Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan rasa
tanggung jawab dan keterlibatan siswa dalam proses pendidikan.

Semboyan Pendidikan Ki Hajar Dewantara terhadap Pendidik

Ing Ngarsa Sung Tuladha

Artinya adalah "Di depan menunjukkan teladan." Ini merujuk pada peran guru atau pendidik
dalam menjadi contoh yang baik bagi para siswa. Guru diharapkan menjadi panutan dalam
perilaku, sikap, dan integritas.

Ing Madya Mangun Karsa,

artinya “Di tengah memberi semangat."

Ini menggarisbawahi pentingnya guru dalam memberikan motivasi dan semangat kepada
siswa. Guru harus mampu memotivasi siswa untuk belajar dan mencapai potensi terbaik
mereka.

Tut Wuri Handayani

Artinya adalah "Di belakang membimbing, memberikan dukungan."

Ini menekankan bahwa peran guru juga melibatkan bimbingan dan dukungan di belakang layar.
Guru harus siap membantu dan mendukung siswa dalam mengatasi hambatan serta kesulitan
dalam proses belajar.
Program pendidikan yang sesuai dengan pemahaman Ki Hajar Dewantara

1. Program Ekstrakulikuler

program ekstrakurikuler tidak hanya melengkapi pendidikan formal di sekolah, tetapi juga
membantu membentuk kepribadian, keterampilan, dan karakter anak secara holistik. Dengan
memberikan mereka kesempatan untuk belajar di berbagai bidang, sekolah membantu anak-
anak mengembangkan potensi penuh mereka dan menjadi individu yang lebih berdaya saing
dan seimbang di masyarakat

2.Program Keagamaan

Pendidikan keagamaan di sekolah dasar memiliki tujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai dan
ajaran agama kepada siswa serta membentuk karakter dan moral yang baik sesuai dengan
prinsip agama yang dianut. Pendidikan keagamaan bertujuan untuk mengenalkan nilai-nilai
etika, moral, dan sosial yang diajarkan oleh agama tersebut. Ini mencakup nilai-nilai seperti
kejujuran, kasih sayang, kerja keras, kerjasama, dan menghormati sesama.

3. Program kolaborasi

Program kolaborasi adalah inisiatif yang dirancang untuk memungkinkan individu, kelompok,
atau organisasi bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Program kolaborasi di
sekolah dasar bisa sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa,
mengembangkan keterampilan sosial, dan membangun semangat tim. Penting untuk memilih
program kolaborasi yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya sekolah. Kolaborasi di sekolah
dasar membantu mengajarkan nilai-nilai kerja sama, penghargaan terhadap beragam
kontribusi, dan persiapan untuk kerja tim di masa depan.

4. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif di abad 21 menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis,


kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan pemecahan masalah dalam konteks yang relevan
dengan dunia modern. Teknologi dan perubahan sosial telah mengubah cara kita belajar dan
mengajar, dan pendekatan pembelajaran kreatif hadir sebagai respons terhadap tuntutan zaman
ini. Pembelajaran kreatif abad 21 berfokus pada pengembangan keterampilan yang relevan
dengan kebutuhan dunia kontemporer, sehingga siswa dapat lebih siap menghadapi tantangan
dan peluang di masa depan.
Setelah memahami pemikiran KHD dan menyadari kekeliruan saya, saya bertekad
untuk mulai melakukan perubahan pada pembelajaran yang saya lakukan. Saya akan memberi
ruang dan kebebasan pada murid saya saya untuk menggali potensi mereka menurut kodratnya.
Selain itu, pembelajaran yang selama ini menjadikan saya sebagai subyek akan saya benahi
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Saya harus menyusun pembelajaran yang
aktif abad 21 agar murid saya nanti ketagihan belajar. Melakukan pembelajaran secara
kontekstual agar mereka mempunyai pengalaman belajar sesuai kodrat alam dan zamannya.

Anda mungkin juga menyukai