NAMA KELOMPOK 2 :
ANGGILIA JANI CRISTA
DWIKA MEIRAWATI
ELVIAH
FEBRY IQBAL SUHARNO
Hal yang perlu dilakukan sebagai bentuk mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara
adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik anak, mulai dari kebiasaannya, gaya belajarnya,
kemampuan menyerap materi pelajaran, bakat atau minatnya, juga meminta pendapat
mereka tentang hal-hal yang menyebabkan ketidak nyamanan mereka untuk dapat
belajar dengan baik.
2. Merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
melaksanakan pembelajaran yang bemakna, menyenangkan dan merdeka.
3. Memberikan suasana kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan.
4. Menjadi teladan, pemberi semangat serta memberi dorongan dalam menanamkan nilai
karakter.
5. Melakukan pembiasaan dalam mengucapkan kata Maaf, Tolong dan Terima Kasih
sebagai bagian dari penanaman dan penguatan karakter.
6. Melakukan pendekatan secara emosional kepada peserta didik maupun orang tua
Guna mencari solusi terbaik disetiap kendala yang dihadapi anak dan bersama-sama
mengasah minat bakat mereka. Untuk dapat mengimplementasikan merdeka belajar yang
menghasilkan profil “Pelajar Pancasila” membutuhkan proses dan waktu, hal tersebut
bukanlah hal yang mudah, sudah waktunya untuk kita dapat melakukan perubahan-perubahan
hebat dalam proses Pembelajaran dengan tujuan untuk memberikan tuntunan terbaik kepada
peserta didik. Peserta didik diberi kebebasan untuk bereksplorasi, berinovasi dan
mengembangkan potensi sesuai dengan kodratnya masing-masing. Dengan menerapkan 3
semboyan KHD yaitu Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut wuri
Handayani, dapat membantu Tugas kita sebagai pendidik dalam memberikan tuntunan,
arahan, serta bimbingan agar tujuan dari merdeka belajar dapat terwujud dengan baik.
Dalam Kombinasi Sistem, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan
karakter yang kuat, seperti yang dilakukan dalam sistem among. Selain itu, pendidikan dalam
sistem ini juga harus mengembangkan keterampilan teknis dan sains yang dibutuhkan dalam
kehidupan modern. Sistem among diakui sebagai sistem pendidikan yang memiliki nilai-nilai
yang sangat penting dalam membangun karakter dan keterampilan praktis dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, sebagai pendidik modern, Ki Hajar Dewantara melihat kekurangan
sistem among dalam memberikan pendidikan formal, dan mengusulkan penggabungan antara
sistem among dengan pendidikan formal modern untuk menciptakan pendidikan yang lebih
holistik dan berkualitas.
Sistem Among menuntut kesabaran dalam penerapannya, menyadari kekeliruan bahwa
selama ini memandang anak sebagai objek dalam pembelajaran, seharusnya merekalah
Subjek pembelajaran Merekalah pemegang kendali pembelajaran. Menyadari bahwa setiap
anak itu istimewa, unik, dan memiliki potensi dalam dirinya. Dari sini yang berubah adalah :
1. Membenahi mindset mulai dari diri sendiri. Dengan begitu saya berusaha memberikan
tauladan yang baik dari cara bersikap dan bertutur kata. Bahwasannya seorang anak
mengamati perilaku kita dan menirunya. Oleh sebab itu saya harus memiliki karakter
yang positif agar anak sebagai peniru lebih berkarakter positif.
2. Menggali kodrat dan minat bakat anak, menyadari bahwa setiap anak itu adalah unik
dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Mulai belajar
menuntun, mengarahkan dan membimbing mereka sesuai kodrat mereka. Tidak
menjadikan KKM sebagai satu-satunya dasar pedoman berprestasi, melainkan bangun
segala sesuatu yang mereka miliki.
3. Memberikan kebebasan bagi peserta didik seperti memberi kesempatan pada peserta
didik untuk bebicara dan mengungkapkan perasaan serta ide ide peserta didik. Dengan
begitu kita sebagai pendidik bisa menuntun mereka kepada tujuan pembelajaran
sesuai kemauan mereka yang tentunya kemauan yang menumbuhkan sifat karakter
positif anak.
4. Berusaha menjadi Guru, Ibu, Teman, Sahabat dan fasilitator yang baik bagi mereka
sehingga muncul keterikatan emosional yang kuat dan ini lebih memudahkan
menuntun mereka sesuai kodrat mereka.
5. Tidak menerapkan sanksi/teguran tegas kepada peserta didik karena ini lebih
membuat mereka tertekan dan tidak merdeka. Berusaha menjadi penyejuk bagi
mereka yang dapat mengamongi mereka setiap saat baik dalam keadaan senang
maupun susah
Topik 5
Topik 5 tersebut membahas tentang pentingnya prinsip pendidikan yang
memerdekakan peserta didik dan bagaimana implementasinya pada pendidikan nasional di
Indonesia. Salah satu bentuk praktik belajar yang memerdekakan adalah dengan melibatkan
peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Topik tersebut juga membahas tentang
kurikulum merdeka yang telah diterapkan di Indonesia, yang mengharapkan peserta didik
memiliki keterampilan abad ke-21.
Mahasiswa yang belajar untuk menjadi guru abad 21 harus memperhatikan perubahan
zaman dan menyesuaikan metode pembelajaran dengan perkembangan teknologi dan
lingkungan dunia nyata dan maya. Pendidikan harus berpihak pada peserta didik dan
memerdekakan mereka dalam belajar sesuai dengan kodratnya. Topik ini juga menyinggung
tentang pentingnya sejarah dan filosofi pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik
serta bagaimana guru dapat membantu peserta didik keluar dari kegelapan ilmu pengetahuan,
wawasan, etika, dan keterampilan. Kurikulum menjadi pedoman bagi setiap insan pendidikan
untuk mencapai tujuan yang konkret dan jelas.
Dalam sebuah pendidikan ada sebuah prinsip yaitu pendidikan yang memerdekakan
adalah sebuah konsep pendidikan yang berfokus pada pemberian kebebasan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Prinsip ini digagas oleh tokoh
pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Implementasi prinsip pendidikan yang
memerdekakan adalah melalui praktik pendidikan yang memerdekakan. Praktik pendidikan
yang memerdekakan mencakup beberapa hal, antara lain:
1. Peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, ikut menentukan tujuan
belajar, cara belajar, proses evaluasi, dan refleksi pembelajaran.
2. Pendidikan dilakukan dengan memandang penting motivasi internal dan kesenangan
belajar untuk mengembangkan diri peserta didik.
3. Pembelajaran dilakukan dengan memfasilitasi pembelajaran sesuai dengan
karakteristik profil pelajar Pancasila dan keterampilan abad ke-21.
4. Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing dalam proses pembelajaran.
5. Asesmen dilakukan dengan cara yang mendukung dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan kemampuan dan keberhasilannya dalam
proses belajar.
Praktik pendidikan yang memerdekakan telah diimplementasikan pada kurikulum
merdeka di Indonesia. Kurikulum ini tidak hanya menitikberatkan pada keterampilan
akademis, tetapi juga pada keterampilan abad ke-21 seperti keterampilan berpikir kritis,
kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pendidikan
harus memperhatikan aspek kultural dan sosial budaya setempat, sehingga peserta didik dapat
mengembangkan kearifan lokal dan memahami nilai-nilai budaya yang ada di sekitarnya. Hal
ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang berkarakter baik
dan mampu berkontribusi bagi masyarakat dan negara.