Anda di halaman 1dari 4

Bahasa Indonesia di Tempat Umum

Indonesia kaya dengan bahasa daerah dan sastra daerah. Kekayaan itu di satu sisi
merupakan kebanggaan, di sisi lain menjadi tugas yang tidak ringan, terutama apabila
memikirkan bagaimana cara melindungi, menggali manfaat, dan mempertahankan
keberagamannya.

Dalam Ethnoloque (2012) disebutkan bahwa terdapat 726 bahasa di Indonesia. Sebagian
masih akan berkembang, tetapi tidak dapat diingkari bahwa sebagian besar bahasa itu akan
punah. Menurut UNESCO, seperti yang tertuang dalam Atlas of the World’s Language in
Danger of Disappearing, di Indonesia terdapat lebih dari 640 bahasa daerah (2001:40) yang di
dalamnya terdapat kurang lebih 154 bahasa yang harus diperhatikan, yaitu sekitar 139 bahasa
terancam punah dan 15 bahasa yang benar-benar telah mati. Bahasa yang terancam punah
terdapat di Kalimantan (1 bahasa), Maluku (22 bahasa), Papua Barat dan Kepulauan Halmahera
(67 bahasa), Sulawesi (36 bahasa), Sumatra (2 bahasa), serta Timor-Flores dan Bima-Sumbawa
(11 bahasa). Sementara itu, bahasa yang telah punah berada di Maluku (11 bahasa), Papua Barat
dan Kepulauan Halmahera, Sulawesi, serta Sumatera (masing-masing 1 bahasa).

Dalam keadaan itu, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia dapat hidup dan
berkembang secara lebih baik. Tuntutan komunikasi di daerah urban serta komunikasi di bidang
politik, sosial, ekonomi, dan iptek di Indonesia memberi peluang hidup yang lebih baik bagi
bahasa Indonesia walaupun bahasa Indonesia ini sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara
hanya menempati peringkat kedua dilihat dari nilai ekonominya.

Dalam hal penggunaan, ditetapkan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
peraturan perundang-undangan;  dokumen resmi negara; pidato resmi Presiden, Wakil Presiden,
dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri; pengantar dalam
pendidikan nasional; pelayanan administrasi publik; nota kesepahaman atau perjanjian; forum
resmi yang bersifat nasional atau forum resmi yang bersifat internasional di Indonesia;
komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta; laporan setiap lembaga atau
perseorangan kepada instansi pemerintahan; penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di
Indonesia; nama geografi di Indonesia; nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau
permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, merek jasa, lembaga usaha,
lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau
badan hukum Indonesia; informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau
luar negeri yang beredar di Indonesia;  rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk,
dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum; dan informasi melalui media massa.
Dalam kelima belas ranah penggunaan itu, bahasa daerah (dan/atau bahasa asing) dapat
digunakan juga untuk mendukung fungsi bahasa Indonesia hingga batas tertentu.

Dalam hal layanan publik, misalnya, bahasa daerah dan bahasa asing dapat menyertai
penggunaan bahasa Indonesia dengan tetap mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia.
Pengutamaan itu dapat diwujudkan dalam bentuk pola urutan, ukuran tulisan, atau kemenonjolan
tulisan itu.

Berkaitan dengan upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa,


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 memberikan kewenangan dan kewajiban penanganan
bahasa dan sastra Indonesia kepada pemerintah pusat dan memberikan kewenangan dan
kewajiban penangan bahasa dan sastra daerah kepada pemerintah daerah. Akan tetapi, dalam hal
itu semua pemerintah pusat diberi juga kewenangan merumuskan kebijakan nasional kebahasaan
yang di dalamnya juga memuat kebijakan tentang apa dan bagaimana pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan bahasa daerah itu harus dilakukan. Pemerintah daerah juga diberi
kewajiban mendukung pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa Indonesia.
Sebaliknya, pemerintah pusat juga harus memberikan dukungan, baik dukungan pendanaan
maupun kepakaran, kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan bahasa daerah.

Bahasa indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi, bahasa Indonesia memiliki
fungsi yang sangat banyak. Salah satu fungsinya adalah bahasa Indonesia digunakan dalam acara
resmi dan ruang publik. Publik itu bermakna umum atau siapa saja. Ruang publik itu ruang
umum atau ruang siapa saja dan untuk siapa saja. Ruang publik di Indonesia merupakan ruang
umum atau ruang untuk siapa saja khususnya masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku bangsa. Karena masyarakat Indonesia itu Bhineka Tunggal Ika, bahasa Indonesia harus
mengisi ruang-ruang publik.
Di ruang publik juga tidak boleh digunakan bahasa asing, baik bahasa Inggris maupun bahasa
asing lain. Hal itu juga berkenaan dengan pemahaman public, meskipun mungkin ada anggota
masyarakat yang dapat memahaminya. Karena kebanyakan masyarakat kita tidak memahami
bahasa asing dengan baik, tentu ruang publik berbahasa asing tidak dapat dipahami.

Pada saat memasuki suatu wilayah di Indonesia, kita sering menyaksikan tulisan sambutan di
gapura atau gerbang jalan. Wilayah itu termasuk ruang publik. Karena itu, harus digunakan
bahasa Indonesia. Tulisan yang seyogyanya tertera misalnya Selamat datang di Kota Semarang,
bukan Sugeng rawuh atau Welcome to Semarang. Tulisan sugeng rawuh dan welcome to
Semarang tidak dipahami oleh semua orang Indonesia. Kita harus mengutamakan bahasa
Indonesia. Ungkapan bahasa Indonesia Selamat datang itu yang harus diutamakan. Lalu,
ungkapan bahasa Jawanya sugeng rawuh boleh ditulis di bawahnya. Dengan begitu, anggota
masyarakat Indonesia yang datang dari jauh seperti dari Ternate atau Ende mendapat sedikit
pengetahuan tentang ungkapan selamat datang dalam bahasa Jawa, yaitu sugeng rawuh.

Pertanyaan lain adalah bagaimanakah kalau tempat itu sering dikunjungi oleh turis asing.
Bolehkah nama tempat itu ditulis dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris? Bolehkah Candi
Borobudur kita ganti dengan Borobudur Temple? Jawabnya tidak boleh. Kita harus tetap
mengutamakan bahasa Indonesia. Jadi, tulisan nama tempat itu tetap Candi Borobudur. Bolehkah
ada tulisan bahasa Inggrisnya di bawahnya seperti sugeng rawuh di bawah selamat datang?
Jawabnya boleh. Dalam papan nama tempat wisata itu ditulis Candi Borobudur dan di bawahnya
ditulis Borobudur Temple. Dengan demikian, kita tetap mengutamakan bahasa Indonesia di
ruang publik.

Tujuan pengutamaan bahasa Indonesia di ruang publik adalah (1) memasyarakatkan


pemakaian bahasa Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, (2), (3)
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa,
(4) meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
benar di ruang publik, (5) mendokumentasikan pemakaian bahasa ruang publik di wilayah
kabupaten/kota, (6) mengevaluasi pemakaian bahasa di ruang publik, dan membina  pemakaian
bahasa yang baik dan benar, dan (7) mewujudkan bahasa di ruang publik yang memartabatkan
bahasa Indonesia. (pad/an)

Anda mungkin juga menyukai