Anda di halaman 1dari 190

BAB I

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

1.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 menjadi tonggak bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai Bahasa Nasional. Pencetusan bahasa Indonesia menjadi
Bahasa Nasional tidak dapat dipisahkan dengan peranan bahasa Melayu dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itulah, bahasa Melayu mendasari
bahasa Indonesia.menjadi bahasa Nasional. Bagi masyarakat Riau, pilihan bahasa
Melayu menjadi Bahasa Nasional memiliki makna tersendiri. Betapa tidak, dari
sekian ratus bahasa daerah, para pemimpin bangsa Indonesia memilih bahasa
Melayu dijadikan bahasa Indonesia. Selanjutnya bahasa Indonesia memiliki
kedudukan tersendiri pula sebagai Bahasa nasional.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang
kebanggaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat yang memungkinkan
penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan
bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia, dan (4) alat
perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Apakah masyarakat Indonesia sudah dapat menjadikan bahasa Indonesia
sebagai lambang kebanggaan? Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat kita akan
bangga jika dapat berbahasa asing, seperti berbahasa Inggris, berbahasa Mandarin,
berbahasa Jepang, dan lain-lain. Anda dapat merasakan apakah kita bangsa yang
bangga dengan bahasa Indonesia dengan perlakukan kita terhadap bahasa
Indonesia dalam ujian nasional (UN). Terhadap ujian nasional bahasa Inggris,
pemerintah membuat ujian aspek menyimak. Panitia sibuk menyiapkan kaset
untuk diperdengarkan dalam kegiatan ujian. Sementara itu, untuk ujian bahasa
Indonesia aspek menyimak tidak diuji. Dengan demikian, sebenarnya kita telah
lebih membanggakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjadikan bahasa Indonesia
sebagai lambang kebanggaan. Anda dapat menyumbangkan pendapat cara yang
dapat ditempuh oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk menjadikan
bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan di dalam bab tersendiri yang
berbicara tentang kreativitas dalam pembinaan bahasa Indonesoa.
Bahasa Indonesia adalah identitas bangsa Indonesia. Oleh sebab itulah,
bahasa Indonesia disebut sebagai lambang identitas nasional. Dengan makna
identitas saja, kita harus memahami bahwa identitas atau tanda atau ciri-ciri
bangsa Indonesia adalah benar dan baik dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Perlu diingatkan bahwa identitas setiap bangsa berbeda. Dalam hal bahasa,
bangsa Indonesia seyogyanya menampilkan bahasanya dalam berkomunikasi.
Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya sendiri apabila masyarakat
Indonesia mau dan mampu membina dan mengembangkan bahasa Indonesia.
Menggunakan bahasa Indonesia secara santun, baik, benar, dan komunikatif sudah
tergolong pada masyarakat yang membina bahasa Indonesia. Selanjutnya, orang-
orang yang menyampaikan gagasan, baik lisan maupun tertulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia dengan berbagai ragam sudah tergolong sebagai
orang yang membina dan mengembangkan bahasa Indonesia. Untuk menjadikan
bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional, masyarakat tidak boleh
merasa rendah apabila menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan
menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Inggris.
Sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang
memungkinkan menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing. Kita sangat bersyukur dan berbangga hati
bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia telah dapat berbahasa Indonesia.
Meskipun masih ada anggota masyarakat kita belum dapat berkomunikasi degan
bahasa Indonesia ragam lisan, namun generasi yang sudah bersekolah rata-rata
sudah menggunakan bahasa Indonesia, minimal ketika di sekolah dan ketika
berkomunikasi dengan orang yang tidak sesuku.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat terwujud adalah berkat
adanya komunikasi yang baik antarwarga Indonesia. Sulit memaksa setiap orang
memahami orang lain tanpa dapat memahami bahasa yang digunakan kawan
berbicara. Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan kebangsaan dan
sebagai lambang identitas nasional berhubungan erat dengan fungsinya yang
ketiga, yaitu sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai-
bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang
berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan
ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar
belakang bahasa daerahnya. Malah lebih dari itu. Dengan bahasa nasional itu, kita
dapat meletakkan kepentingan nasional kita jauh di atas kepentingan daerah dan
golongan kita.
Latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan yang berbeda-
beda itu tidak pula menghambat adanya perhubungan antardaerah dan
antarbudaya. Berkat adanya bahasa nasional kita, kita dapat berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan
latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat
berpergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita ini dengan
hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Kenyataan ini dan meningkatnya penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia
didalam fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya telah
dimungkinkan pula oleh meningkatnya penyebarluasan pemakaian bahasa
Indonesia di dalam fungsinya sebagai alat-alat perhubungan massa seperti radio,
televise, dan majalah, oleh bertambah meningkatnya arus perpindahan penduduk
baik dalam bentuk perantauan maupun dalam bentuk transmigrasi yang
berencana, oleh meningkatnya jumlah perkawinan antarsuku, serta oleh
pemindahan petugas-petugas Negara baik sipil maupun militer dari satu daerah ke
daerah yang lain.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula melaksanakan fungsinya
sebagai alat pengungkapan perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada
orang yang merasa bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan
nuansa peranan yang halus-halus, maka sekarang kita lihat kenyataan bahwa seni
sastra dan drama baik yang dituliskan maupun yang dilisankan serta dunia
perfilman kita telah berkembang sedemikian rupa sehingga nuansa perasaan yang
betapa pun halusnya dapat di ungkapkan dengan memakai bahasa Indonesia.
Kenyataan ini tentulah menambah tebalnya rasa bangga kita akan kemampuan
bahasa nasional kita itu.

1.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Uraian bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara telah diuraikan oleh Dra.
Hj. Saidat Dahlan untuk memenuhi keperluan mahasiswa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Uraian beliau saja kutip
secara lengkap mulai dari paragraf berikut sampai akhir dari bab ini.
Selain berkedudukan sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai Negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV, pasal 36. Di dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan
(2) bahasa pengatur di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksaan pembangunan nasioanl
serta kepentingan pemerintah, dan (4) alat pengembangan kebudayaan,
pengetahuan dan teknologi.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, istilah bahasa resmi itu
disebabkan oleh kenyataan bahwa tidak semua bahasa resmi adalah bahasa
negara. Bahasa daerah dapat pula menjadi bahasa resmi dalam lingkungan social
budayanya sendiri. Upacara-upacara resmi kraton di Jawa, misalnya dilaksanakan
dengan mempergunakan bahasa Jawa, tidak dengan memakai bahasa Indonesia.
Demikian pula halnya dengan penggunaan bahasa Sunda di dalam upacara-
upacara adat Jawa Barat, dan pemakaian bahasa Minangkabau di dalam upacara-
upacara adat di Sumatra Barat.Malah bahasa Indonesia pun dapat dikatakan
merupakan bahasa resmi pada masa penjajahan karena ia dipakai baik oleh
Belanda maupun dan terutama- oleh Jepang sebagai bahasa pemerintahan
didalam menghadapi penduduk asli di samping bahasa Belandaselama masa-masa
penjajahan Belanda dan bahasa Jepang pada masa penjajahan Jepang. Namun,
jelaslah bahwa bahasa Indonesia pada waktu itu tidak memiliki kedudukan
sebagai bahasa negara.
Salah satu fungsi bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara adalah pemakaiannya sebagai baasa resmi kenegaraan dalam hubungan
dengan fungsi in, bahasa Indonesia dipakai dalam berbagai upacara, peristiwa, da
kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun maupun dalam bentuk tulisan.
Dokumen-dokumen dan keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan badan-badan kenegaran lainnya seperti Dewan Perwakilan Rakyat
dan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditulis dalam bentuk bahasa Indonesia.
Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa
Indonesia. Hanya di dalam keadaan tertentu, demi kepentingan komunikasi
antarbangsa, kadang-kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan di dalam bahasa
asing, terutama bahasa Inggris. Dengan demikian pula hanya dengan pemakaian
bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungan dengan upacara,
peristiwa dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi timbal balik
antara pemerintah dan masyarakat berlangsung dengan mempergunakan bahasa
Indonesia.
Untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan
sebaik-baiknya, pemakaian bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan administrasi
pemerintah perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan bahasa
Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam
pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat
sipil maupun militer, dan pemberian tugas-tugas khusus baik di dalam maupun di
luar negeri. Di samping itu, mutu kebahasan siaraan radio dan televisi pula
senantiasa dibina dan ditingkatkan.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai
dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia
kecuali di daerah-daerah bahasa seperti daerah bahasa Aceh, Batak, Sunda, Jawa,
Madura, Bali, dan Makasar. Di daerah-daerah bahasa daerah yang bersangkutan
dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Masalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa
pengantar disegala jenis dan tingkat pendidikan di seluruh Indonesia tampaknya
masih merupakan masalah yang meminta perhatian.
Penelitian-penelitian yang hasilnya memperkuat perlunya pemakaian
bahas Ibu sebagai bahasa pengantar selama tahun-tahun pertama pendidikan
cukup banyak. Sebaliknya, ada pula penelitian dan observasi yang hasilnya
menunjukan bahwa tidak ada kerugian yang ditimbulkan oleh pemakaian bahasa
yang bukan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar. Apa yang diperlukan untuk
mengatasi masalah ini adalah penelitian jangka panjang sekurang-kurangnya
enam tahun yang melibatkan dua kelompok anak didik denganlatar belakang
bahasa daera yang sama. Penelitian dimulai ketika anak-anak didik itu masuk
kelas 1 sekolah dasar, dan berakhir ketika mereka akan masuk kelas 1 sekolah
dasar, dan berakhir ketika mereka akan masuk kelas 1 sekolah menengah pertama.
Kelompok anak didik yang satu dididik dengan memakai bahasa ibu mereka
sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga, dan sesudah itu dengan
memakai bahasa Indonesia sebagai-satu, satunya bahasa pengantar. Kelompok
anak didik yang satunya lagi dididik dengan memakai bahasa pengantar mulai dari
kelas satu samapi dengan kelas 6.
Dengan persiapan cermat dan penelitian yang bersungguh-sungguh dapat
kita ketahui pada akhir tahun keenam apakah terdapat perbedaan antara kedua
kelompok anak didik itu baik dipandang dari segi penguasaan bahasanya maupun
ditinjau dari segi pengembangan kepribadiannya. Sementara itu, agaknya jalan
yang dapat ditempuh adalah pemakaian bahasa ibu sebagai bahasa pengantar
sampai dengan tahun ketiga dan pengajaran bahasa Indonesia sebagai mata
pelajaran mulai dari tahun pertama pendidikan dasar.
Pemakaian bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan dapat dipertimbangkan atas dasar sebagai berikut:
1. Luas pemakaian bahasa Indonesia baik sebagai akibat pemakaiannya sebagai
alat perhubungan antar daerah dan antarbudaya maupun sebagai akibat
meningkatnya pemanfaatan sarana komunikasi massa seperti radio, televisi,
surat kabar, dan majalah menempatkan bahasa Indonesia itu pada posisi yang
benar-benar asing bagi anak didik.
2. Anak didik pada usia sampai dengan 9 atau 10 tahun memiliki kapasitas dasar
bagi penguasaan bahasa Indonesia yang dapat diandalkan.
3. Rencana Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengadakan
program pendidikan bagi guru dan murid melalui radio dan televisi dengan
mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar akan
menempatkan anak didik yang tidak mengenal bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar pada posisi yang tidak menguntungkan.
4. Pemindahan penduduk dan kepentingan tempat bekerja orang tua dan satu
daerah ke daerah yang lain menyulitkan anak didik di dalam penyesuaian anak
didik di dalam penyesuaian mereka dengan pemakaian bahasa pengantar yang
baru.
5. Sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
6. Bahasa media massa.
7. Pendukung sastra Indonesia dan memeperkaya bahasa dan sastra daerah.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
berhubungan erat dan fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan. Di dala hubungan dengan fungsi
ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal balik
antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan
antardaerah antarsuku, dengan kata lain, sebagai alat perhubungan di dalam
masyarakat yang sama latar sosial budaya dan bahasanya. Dari ilmu
sosiolinguistik kita ketahui bahwa pemilihan bahasa apa yang akan dipakai dua
buah bahasa atau lebih adalah salah satu pokok persoalan yang diperkatakan. Jadi,
apabila pokok persoalan yang dapat diperkatakan itu adalah masalah yang
menyangkut tingkat nasional, bukan tingkat daerah, maka terdapatlah
kecenderungan untuk mempergunakan bahasa nasional, bukan bahasa daerah,
apabila diantara orang-orang yang bersangkutan terdapar jarak sosial yang cukup
besar.
Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan,
dan teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat
yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri, yang
membedakan dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia
kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional
kita.
Di samping itu,bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk kepentingan nasional kita.
Penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta manfaat yang dapat
diberikannya kepada perencanaan dan pelaksanaan kita, baik melalui penulisan
dan penterjemahan buku-buku teks serta penyajian pelajaran di lembaga-lembaga
pendidikan maupun penulisan buku-buku untuk masyarakat umum dan melaui
sarana-sarana lain diluar lembaga-lembaga pendidikan, dilaksanakan dengan
mempergunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat bangsa kita
tidak tergantung sepenuhnya kepada bahasa-bahasa asing di dalam usahanya
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta
ikut serta di dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
itu sendiri.
BAB II
PERIODE PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU
MENJADI BAHASA INDONESIA

Bahasa Melayu berkembang menjadi Indonesia melalui berbagai proses.


Proses tersebut terjadi secara alamiah dan secara politis. Perkembangan bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia dapat dibagi atas beberapa periode.

2.1 Periode Pertama


Berdasarkan berbagai sumber, bahasa Melayu terdapat di batu bersurat
yang ditemukan di Jambi, Palembang, dan Bangka. Tulisan di batu itu dikenal
dengan piagam, bertanggal tahun Syaka 604 (tahun Masehi 682), tahun Syaka 605
(tahun Masehi 683), dan tahun Syaka 608 (tahun Masehi 686). Menurut Dahlan
(2007:30) piagam-piagam itu bertuliskan huruf-huruf Sriwijaya. Bahasa Sriwijaya
pada batu itu merupakan bahasa Melayu tertua dan lebih tua daripada sisa-sisa
bahasa Jawa Kuna.

2.2 Periode Kedua


Pada abad XV Malaka menjadi pusat perdagangan dan disebut sebagai
masa kejayaan Malaka. Saudagar-saudagar Persia, Gujarat, dan Pasai sambil
berdagang juga mengembangkan ajaran agama Islam. Bahasa yang digunakan
oleh para saudagar untuk berdagang dan mengembangkan ajaran agama Islam itu
adalah bahasa Melayu. Menurut Dahlan, tahun 1511 Melaka ditaklukkan oleh
Portugis. Dalam penyerbuan Portugis di Malaka, kesusasteraan Melayu habis
terbakar. Sultan Mahmud Syah menyingkir ke Pahang dan selanjutnya ke Bintan.
Bintan pun dihancurkan Portugis pada tahun 1526. Sultan Mahmud melarikan diri
ke Kampar dan meninggal di Kampar. Sultan Alaudin Riayat Syah, putra Sultan
Mahmud Syah mendirikan Negara baru di Johor pada than 1530.

2.3 Periode Ketiga


Periode ketiga ditandai oleh buku tulisan Tun Muhammad Sri Lanang gelar
Bendahara Paduka Raja berjudul Sejarah Melayu. Kesusasteraan Melayu bangkit
kembali dengan hadirnya buku Sejarah Melayu. Menurut Dahlan, Sejarah Melayu
selesai ditulis pada tahun 1616. Bahasa yang digunakan dalam buku tersebut
adalah bahasa Melayu Johor.
2.4 Periode Keempat
Awal abad XIX ditetapkan sebagai periode keempat dalam perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Pada masa ini perlu diperkenalkan
hadirnya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Pria keturunan Arab-Keling ini
menghadirkan kesusasteraan Melayu melalui buku seperti Hikayat Abdullah dan
Syair Perihal Singapura Dimakan Api. Karangan Abdullah bin Abdulkadir
Munsyi menggunakan bahasa Melayu dan karangannya tidak bersifat istana
sentries lagi seperti karangan-karangan sebelumnya. Oleh karena itulah, Abdullah
bin Abdulkadir Munsyi digelar sebagai pembaharu kesusasteraan Melayu.

2.5 Periode Kelima


Periode kelima dalam perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia berkaitan dengan perjuangan masyarakat Indonesia untuk merdeka.
Dengan kesadaran peran bahasa sebagai pemersatu dalam berpikir dan bertindak,
masyarakat mengikrarkan Sumpah Pemuda. Butir ketiga dari tiga Sumpah Pemuda
adalah berbahasa satu bahasa Indonesia.
BAB III
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

3.1 PEMAKAIAN HURUF


A. Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf yang berikut.
Nama masing-masing disertai di sebelahnya.
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
Aa A Jj je Ss es
Bb be Kk ka Tt te
Cc ce Ll el Uu u
Dd de Mm em Vv fe
Ee e Nn en Ww we
Ff ef Oo o Xx eks
Gg ge Pp pe Yy ye
Hh ha Qq ki Zz zet
Ii i Rr er

B. Huruf Vokal
Contoh Pemakaian
Huruf
di depan di tengah di belakang
A Api Padi lusa
e* enak petak turne
emas kena metode
i itu simpan murni
o oleh kota took
u ulang bumi ibu

Catatan :
* Dalam pelajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
Misalnya : Anak-anak bermain di teras
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah
Rambutnya perang.
Bahaya perang berkurang.

C. Diftong
Contoh Pemakaian
Huruf
di depan di tengah di belakang
Ai - - pandai
au aula saudara harimau
oi - - amboi

Catatan :
Diftong, yang dieja dengan au, ai, dan oi, dilafalkan sebagai bunyi vocal
yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau y karena diftong bukanlah
gabungan dua bunyi local. Istilah semivokal yang kadang-kadang dipakai
untuk w dan y sudah menunjukkan bahwa keduanya bukan vokal.
Bandingkanlah beda lafal au atau ai dalam harimau dan menggulai (au
dan ai di sini adalah diftong), dan dalam mau dan menggulai the (au dan ai di
sini melambangkan deret dua bunyi vocal).

D. Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian
Huruf
di depan di tengah di belakang
B bahasa Sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga gudeg
h hari saham tuah
j jalan manja -
k kami paksa politik
- rakyat + bapak +
kh khusus akhir tarikh
l lekas alas kesal
m maka kami diam
n nama anak daun
ng ngilu angin pening
ny nyata hanya -
p pasang apa siap
q++ quran furqan -
r raih bara putar
s sampai asli lemas
sy syarat isyarat arasy
t tali mata rapat
v varia lava -
w wanita hawa -
x++ xenon - -
y yakin payung -
z zeni lazim -
Catatan :
+ Huruf k disini melambangkan bunyi hamzah
++ Khusus untuk nama dan keperluan ilmu

E. Persekutuan
Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh sebuah huruf vokal. Huruf vokal
itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan.
1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata:
a. V a-nak, i-tu, ba-u
b. VK ar-ti, ma-in, om-bak
c. KV ra-kit, ma-in, i-bu
d. KVK pin-tu, hi-lang, ma-kan

2. Di samping itu, bahasa Indonesia memiliki pola suka kata yang berikut :
a. KKV pra-ja, sas-tra, in-fra
b. KKVK blok, trak-tor, prak-tis
c. VKK eks, ons
d. KVKK teks, pera, kon-teks
e. KKVKK kom-pleks
f. KKKV stra-te-gi, in-stru-men
g. KKKVK struk-tur, instruk-tur
Keterangan : V = Vokal, K = Konsonan

3. Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut.


a. Kalau di tengah kata ada dua buah vokal yang berurutan, pemisahan itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya : ma-in, bu-ah.
b. Kalau ditangah kata ada huruf konsonan di antara dua buah huruf vocal,
pemisahan itu dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya : a-nak, ba-rang, su-lit.
Karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan huruf itu
tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan suku kata terdapat sebelum
atau sesudah pasangan huruf itu.
Misalnya : sa-ngat, nyo-nya, i-sya-rat, a-khir, ang-ka, akh-lak.
c. Kalau di tengah kata ada dua buah huruf konsonan yang berurutan,
pemisahan itu terdapat di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya : man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril.
d. Kalau di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemisahan itu
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama (termasuk ng) dan huruf
kononan yang kedua.
Misalnya : in-stru-men, ul-tra-, in-fra, bang-krut, ben-trok.

4. Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel


yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dalam penyukuan kata
dipisah sebagai satu kesatuan.
Misalnya : ma-kan-an, me-me-nuhi, bel-a-jar, mem-ban-tu, per-gi-lah

F. Nama Diri
Penulisan nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan dengan
Ejaan yang Disempurnakan. Nama orang, badan hukum, dan nama diri lain yang
sudah lazim disesuaikan dengan Ejaan yang Disempurnakan, kecuali bila ada
pertimbangan khusus.

3.2 PENULISAN HURUF


A. Huruf Besar atau Huruf Kapital
1. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya : Ada gula, ada semut
Apa maksudmu?
Selamat pagi.

2. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya : Adik bertanya, Kapan kita pulang?
Bapak menasihatkan, Berhati-hatilah, Nak!
Kemarin engkau terlambat, katanya.

3. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci dan nama Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya : Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Quran
Alkitab
Islam
Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang besar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu Tuhan, ke jalan yang Engkau rahmati.

4. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : Haji Agus Salim
Imam Syafii
Mahaputra Yamin
Nabi Ibrahim
Sultan Hasunuddin
Perhatikan Penulisan Berikut :
Hasanuddin, sultan Makasar, digelari juga Ayam Jantan dari Timur.
5. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang.
Misalnya : Gubernur Ali Sadikin
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Menteri Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Perhatian penulisan berikut :
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
Misalnya : Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusuma
Wage Rudolf Supratman

7. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa.
Misalnya : bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
Perhatikan penulisan berikut :
mengindonesiakan kata-kata asing
keinggris-inggrisan

8. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya : tahun Hijrah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulud
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal
Perang Candu
Proklamasi Kemerdekaan
Perhatikan penulisan berikut :
memproklamasikan kemerdekaan

9. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam
geografi.
Misalnya : Asia Tenggara
Banyuwangi
Bukit Barisan
Cirebon
Danau Toba
Gunung Semeru
Jalan Diponegoro
Jazirah Arab
Kali Brantas
Selat Lombok
Tanjung Harapan
Teluk Benggala
Terusan Suez
Perhatikan penulisan Berikut :
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberang selat
pergi kea rah barat

10. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi
badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi.
Misalnya : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tetapi, perhatikanlah penulisan berikut :
menurut undang-undang dasar kita
pemerintah republik itu

11. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
partikel, seperti : di, ke, dari, untuk, dan yang, yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Lanjutan Atas
Salah Asuhan
12. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan
sapaan.
Misalnya : Dr. Doktor
Ir. Insinyur
M.A. Master of Arts
Ny. Nyonya
Prof. Profesor
Sdr. Saudara
S.E. Sarjana Ekonomi
S.H. Sarjana Hukum
S.S. Sarjana Sastra
Tn. Tuan
Catatan :
Singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik.

13. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada penunjuk
hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman
yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya : Kapan Bapak berangkat?
Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Besok Paman akan datang
Silakan duduk, Dik!
Mereka pergi ke rumah Pak Camat
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Catatan :
Huruf besar atau huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai sebagai kata ganti
atau sapaan.
Misalnya : Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Semua camat dalam kabupaten itu hadir.

B. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk :
1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan.
Misalnya : majalah Bahasa dan Kesusastraan
Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya

2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.


Misalnya : Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
Huruf pertama kata abad ialah a.

3. Menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang


telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya : Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran
untuk kata up-grading?
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia
mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanshauung antara lain diterjemahkan menjadi
pandangan dunia.
Catatan :
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring diberi satu garis dibawahnya.

3.3 PENULISAN KATA


A. Kata Dasar
Kata yang berupa dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya : Ibu percaya engkau tahu
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu buku baru

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkaian dengan kata
dasarnya.
Misalnya : bergetar
dibiayai
diperlebar
mempermainkan
menengok
2. Awalannya atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan
kata.
Misalnya : bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan
dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : memberitahukan
mempertanggungjawabkan
dilipatgandakan
penghancurleburan
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : amoral
antarkota
antikomunis
bikarbonat
caturtunggal
dasawarsa
demoralisasi
dwiwarna
ekawarna
ekstrakurikulum
infrastruktur
inkonvensional
internasional
introspeksi
kolonialisme
kontrarevolusi
kosponsor
mahasiswa
monoteisme
multilateral
nonkolaborasi
Pancasila
panteisme
poligami
prasangka
purnawirawan
reinkarnasi
saptakrida
semiprofesional
subseksi
swadaya
telepon
transmigrasi
tritunggal
tunanetra
ultramodern
Catatan :
(1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf
besar, diantar kedua unsure itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya : non-Indonesia
pan-Afrikanisme
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai kecuali jika diikuti
oleh kata yang bukan kata dasar.
Misalnya : Di daerahnya ia benar-benar mahakuasa.
Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Semoga yang Mahakuasa memberkahi usaha Anda.

C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya : anak-anak
berjalan-jalan
buku-buku
centang-perenang
dibesar-besarkan
gerak-gerik
huru-hara
lauk-pauk
menulis-nulis
mondar-mandir
porak-poranda
ramah-tamah
sayur-mayur
sia-sia
terus-menerus
tukar-menukar
tunggang-langgang
undang-undang

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
bagian-bagiannya umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : duta besar
kambing hitam
kereta api cepat luar biasa
mata pelajara
meja tulis
model linear
orang tua
persegi panjang
rumah sakit umum
simpang empat
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara
unsur yang bersangkutan.
Misalnya : alat pandang-dengar
buku sejarah-baru
dua-sendi
ibu-bapak
watt-jam
3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : akhirulkalam
alhamdulillah
apabila
bagaimana
barangkali
bilamana
bismillah
bumiputra
daripada
halalbihalal
hulubalang
kepada
manakala
matahari
padahal
paramasastra
peribahasa
sekaligus
sendratari
silaturahmi
syahbandar
wasalam
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dank au ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;
ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Apa yang kumiliki boleh kuambil
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan

F. Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti
kepada dan daripada.
Misalnya : Adiknya pergi ke luar negeri.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana ada Siti, di situ ada Sidin.
Ia datang dari Surabaya kemarin
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Mereka ada di rumah.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya
Perhatikanlah penulisan berikut :
Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Ia keluar sebentar.
Kembalikan buku itu.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad
Semua orang yang terkemuka di desa itu hadir dalam
kenduri itu.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11
Maret 1966.

G. Kata si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

H. Partikel
1. Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya : Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Siapatah gerangan dia?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah
datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar,
ditulis serangkai : adapun, adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun,
kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun,
walaupun.
Misalnya : Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas
itu.
Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut
berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat
dijasikan pegangan.
Walaupun ia miskin, ia selalu gembira.
3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

I. Angka dan Lambang Bilangan


1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya
diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Angka : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,
L (50), C (100), D (500), M (1.000),
V (5.000)
2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b)
satuan waktu, dan (c) nilai uang.
Misalnya : a. 10 liter
4 meter persegi
5 kilogram
0,5 sentimeter
10 persen
b. 1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
c. Rp5.000,00
US$ 3.50 +
5.10 +
Y 100
2.000 rupiah
50 dolar Amerika
10 pon Inggris
100 yen
Catatan :
+ Tanda titik di sini melambangkan tanda desimal.
3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen atau
kamar pada alamat.
Misalnya : Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
Misalnya : Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin : 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
a. Bilangan utuh
Misalnya : 12 dua belas
22 dua puluh dua
222 dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan Pecahan
Misalnya : setengah
tiga perempat
1/16 seperenam belas
33/3 tiga dua pertiga
1/100 seperseratus
1 % satu persen
1o/00 satu permil
1,2 satu dua persepuluh
6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya : Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
Abad XX
Abad ke-20
Abad kedua puluh
Tingkat I
Tingkat ke-1
Tingkat kesatu (pertama)
7. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara yang
berikut.
Misalnya : tahun 50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau uang lima ribuan
Lima uang 1000-an atau lima uang seribuan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
Misalnya : Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan
suara setuju, 15 suara tidak setuju, dan 5 suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum
berjumlah 50 bus, 100 helicak, dan 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misalnya : Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Bukan : 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan : 250 orang tamu diundang Pak Darmo, atau dua
ratus lima puluh orang tamu diundang Pak
Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya : Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta
rupiah.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Misalnya : Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan : Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang
pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah
Bukan : Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima)
buku dan majalah.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat.
Misalnya : Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp999,00 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan rupiah). Saya lampirkan
tanda terima sebesar 999 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan) rupiah.

3.4 PENULISAN UNSUR SERAPAN


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar :
Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti : team, shuttle cock, Iexploitation de Ihomme par Ihomme.
Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya
masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, diusahakan agar ejaan asing
hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan ialah sebagai berikut :

aa (Belanda) menjadi a.
paal pal
ball bal
octaaf oktaf

ae,jika tidak bervariasi dengan e,tetap ae


aerobe aerob
aerobdynamics aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e


haemoglobin hemoglobin
haematite hematite

ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison

au tetap au
audiogram audiogram
autotroph autotrof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik

c, di muka a, u, o, dan konsonan, menjadi k


calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
crystal kristal
classification klasifikasi
coupe kup
c, di muka e, i, oe, dan y, menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom

cc, dimuka o, u, dan konsonan, menjadik


accomodation, accommodatie akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatiasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi

cc, di muka e dan i, menjadi ks


accent aksen
vaccine vaksin

cch dan ch, dimuka a, o, dan konsonan, menjadi k


saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique teknik

ch, yang lafalnya s atau sy, menjadi s


echelon eselon
machine mesin

ch, yang lafalnya c, menjadi c


check cek
China Cina

c (Sanskerta) menjadi s
cabda sabda
castra sastra

e tetap e
effective efektif
description deskripsi
synthesis sintesis
system system

ea tetap ea
idealist edealis
habeas habeas

ee (belanda) menadi e
stratosfeer stratosfer
system system

ei tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetic
einsteinium einsteinium

eo tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
zeolite zeolit

eu tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium

f teta f
fanatic, fanatiek fanatik
factor faktor
fossil fosil

gh menjadi g
sorghum sorgum

gue menjadi ge
igue ige
gigue gige

i, pada awal suku kata di muka vocal, tetap i


iamb iambe
ion ion
iota iota

ie, jika lafalnya i, menjadi i


politiek politik
riem rim

ie, jika lafalnya bukan I, tetap ie


variety varietas
patient pasien
efficient efisien

kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir

ng tetap ng
contingent kontingen
congress kongres
linguistics linguistic

oe (oi Yunani) menjadi e


oestrogen estrogen
oenology enology
foetus fetus

oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos

oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul

oo (vokal ganda) tetap oo


zoology zoologi
coordination koordinasi

ou, jika lafalnya au, menjadi au


gouverneur gubernur
coupon kupon
contour kontur

ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectrograph spektrograf

ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychosomatic psikosomatik

pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptyalin

q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator

rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika

sc, di muka, a, o, u, dan konsonan, menjadi sk


scandium scandium
scotopia skotopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi

sc, di muka e, i, dan y, menjadi s


scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma

sch, dimuk avokal, menjadi sk


schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme

t, di muka i, jika lafalnya s, menjadi s


ratio rasio
aktie, action aksi
patient pasien

th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental thiopental
thrombosis thrombosis
method, methode metode

u tetap u
unit unit
nucleolus nucleolus
structure struktur
institute institute

ua tetap ua
ualisme dualisme
aquarium akuarium

ue tetap ue
suede sued
duet duet

ui tetap ui
equinox ekuinoks
conduit konduite
duit duit

uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota

uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum

v tetap v
vitamin vitamn
television televis
cavalry kavaleri

x, pada awal kata, tetap x


xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon

x, pada posisi lain, menjadi ks


executive, executief
taxi taksi
extra ekstra
exudatie eksudasi
latex lateks

xc, di muka e dan i, menjadi ks


exceptie eksepsi
excess ekses
excitation eksitasi
excision eksisi

xc, dimuka a, o, u, dan konsonan, menjadi ksk


excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif

y, jika lafalnya y, tetap y


yangonin yangonin
yen yen
yuccaganin yukaganin

y, jika lafalnya i, menjadi i


yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propel
psychology psikologi

z tetap z
zenith zenith
zirconium zirconium
zodiac zodiac
zygote zigot

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.


gabbro gabro
accu aki
effect efek
commission komisi
ferrum ferum
solfeggio solfegio

Catatan :
1. Unsur-unsur yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan lazim dieja
secara Indonesia tidak perlu lagi diubah ejaannya.
Misalnya : kabar, sirsak, iklan, perlu, hadir.
2. Sekalipun dalam ejaan ini huruf c dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa
Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut
kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan
tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penyesuaian huruf atau bunyi asing tersebut di
atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya
dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.
Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif, diserap secara utuh di
samping kata standar, impelemen, dan objek.

-aat menjadi -at


Advokat advokat

-age menjadi -ase


percentage percentage
etalage etalase

-air, -ary menjadi -er


complementair, complementary, komplementer
primair, primary primer
secundair, secondary sekunder

-ant menjadi -an


accountant akuntan
informant informan

-archie, -archy, menjadi -arki


anarchi, anarchy anarki
oligarchie, oligarchy oligarki

-(a)tie, -(a)tion menjadi -asi, -si


actie, ation aksi
publicatie, publication publikasi

-eel, -aal, -al menjadi -al


structureel, structural struktural
formeel, formal formal
rationeel, rational rasional
ideal, ideal ideal
normaal, normal normal

-ein tetap -ein


cystein sistein
casein kasein
protein protein

-eur, -or menjadi -ur


directeur, director direktur
inspecteur inspector inspektur
conducteur, conductor kondektur
-or tetap or
dictator diktator
corrector korektor

-ief, -ive menjadi -if


descriptief, descriptive deskriptif
demostratief, demonstrative demonstratif

-iek, -ica, ic- ics, ique (nominal) menjadi -ik, -ika


phonetiek, phonetics fonetik
physica, physics fisika
logica, logic logika
dialectika, dialectics dialektika
techniek, technique teknik

-iel, -ile menjadi -il


percentile, percentile persentil
mobile, mobile mobil

-isch, -ic (adjektif) menjadi -ik


electronisch, electronic elektronik
mechanisch, mechanic mekanik
ballistisch, ballistic balistik

-isch, -ical menjadi -is


economisch, economical ekonomis
practisch, practical praktis
logisch, logical logis

-isme, -ism menjadi -isme


modernism, modernism modernisme
communisme, communism komunisme

-ist menjadi is
publicist publisis
egoist egois

-logie, -logy menjadi -logi


Technologie, technology teknologi
Physiologie, physiology fisiologi
Analogie, analogy analogi

-logue menjadi -log


catalogue catalog
dialogue dialog
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog analog
epilog epilog

-oide, -oid menjadi -oid


hominoide, hominoid hominoid
anthropoide, anthropoid antropoid

-oir(e) menjadi -oar


trottoir trotoar
repertoire repertoar
-teit, -ty menjadi -tas
universiteit, university universitas
qualiteit, quality kualitas

-uur, -ure menjadi -ur


factuur faktur
structuur, structure struktur

3.5 TANDA BACA


A. Tanda Titik ( . )
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya : Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang
Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya : A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya : Bc. Hk. Bakalaureat Hukum
Dr. Doktor
Ir. Insinyur
Kep. Kepala
Kol. Kolonel
M.B.A. Master of Business Administration
M.Sc. Master of Science
Ny. Nyonya
Prof. Profesor
Sdr. Saudara
S.E. Sarjana Ekonomi
S.H. Sarjana Hukum
S.S. Sarjana Sastra
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai
satu tanda titik.
Misalnya : a.n. atas nama
dkk. dan kawan-kawan
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm. halaman
tgl. tanggal
tsb. tersebut
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
y.l. yang lalu
yth. yang terhormat
5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya :
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
Penyiapan Naskah : 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya : pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya : 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan
seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya : Ia lahir pada tahun 1950 di Bandung
Lihat halaman 2345 dan seterusnya
Nomor gironya 045678. (Tanda titik di sini mengakhiri
kalimat.)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf
awal kata ata suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di
dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misalnya : ABRI Angkatan Bersenjatan Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawatan Rakyat
SMA Sekolah menengah atas
UUD Undang-Undang Dasar
WHO World Health Organization
Deppen Departemen Penerangan
ormas organiasi massa
radar radio detecting and ranging
tilang bukti pelanggaran
10. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang.
Cu Kuprum
TNT Trinitrotoluen
cm sentimeter
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
11. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat
atau nama dan alamat penerima surat.
Misalnya :
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
1 April 1973

Yth. Sdr. Moh. Hasan


Jalan Arif 43
Palembang

Kantor Penempatan Tenaga


Jalan Cikini 71
Jakarta

B. Tanda Koma ( , )
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya : Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Satu, dua, tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi,
melainkan.
Misalnya : Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya : Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Misalnya : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya : Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya : O, begitu?
Wah, bukan main!
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya : Kata ibu, Saya gembira sekali.
Saya gembira sekali, kata ibu, Karena kamu lulus.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tinggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya : Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6,
Jakarta.
Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya : Siregar, merari. Azab dan Sengsara. Weltevreden, Balai
Poestaka, 1920.
9. Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun
penerbitan.
Misalnya : Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara Membina
Bahasa Persatuan Kita? Djakarta, Eresco, 1968.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang yang dan gelas akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau
marga.
Misalnya : B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan
sen dalam bilangan.
Misalnya : 12,54 m
Rp12,50 (Lambang Rp tidak diberi titik)
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan
aposisi.
Misalnya : Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki
makan sirih.
Seorang mahasiswa, sekalu wakil kelompoknya, maju
cepat-cepat.
13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat apabla petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda
Tanya atau tanda seru dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
Misalnya : Di mana Saudara tinggal? Tanya Karim.
Berdiri lurus-lurus! perintahnya.

C. Tanda Titik Koma ( ; )


1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Misalnya : Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya : Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di
dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional;
saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

D. Tanda Titik Dua ( : )


1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya : Yang kita perlukan sekarang ialah barang-barang yang
berikut : kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan
Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya : a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Pukul : 9.30 pagi
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya : Ibu : Bawa kopor ini, Mir!
Amir : Baik, Bu.
Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik!
4. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerintah itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan
jurusan Ekonomi Perusahaan.
5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii)
antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan
anak judul suatu karangan.
Misalnya : (i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:
Sebuah Studi, sudah terbit.

E. Tanda Hubung ( - )
1. Tanda hubung menyambug suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya :
. . . ada cara
ba-ru juga.
Suku kata yang terdiri dari satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pangkal baris.
2. Tanda hubug menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya,
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya :

. . . cara baru
meng-

ukur panas.

. . . cara baru me-


ngukur
Akiran -i tidak kelapa.
dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya : anak-anak
berulang-ulang
dibolak-balik
kemerah-merahan
tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Misalnya : p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan.
Bandingkan : ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) dengan dua puluh-lima-
ribuan (1 x 25000)
istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang-ramah
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf bapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka
dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya : se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 141693 A
Bom-H
sinar-X
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsure bahasa asing.
Misalnya : di-charter
Pen-tackle-an

F. Tanda Pisah ( )
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya : Kemerdekaan bangsa itusaya yakin akan
tercapaidiperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya : Rangkaian penemuan inievolusi, teori, kenisbian, dan
juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita
tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ke, atau
sampai.
Misalnya : 19101945
tanggal 510 April 1970
JakartaBandung

G. Tanda Elipsis ( ... )


1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya : Kalau begitu ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan akan diteliti lebih lanjut.
Catatan :
Kalau bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat perlu dipakai
empat titik : tiga untuk menghilangkan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
Misalnya : Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-
hati

H. Tanda Tanya ( ? )
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya : Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disansikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya : Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan
atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
atau emosi yang kuat.
Misalnya : Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya!
Merdeka!

J. Tanda Kurung ( () )
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya : DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya : Sajak Tranggono yang berjudul Ubud (nama tempat
yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangann
baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya : Faktor-faktor produksi menyangkut masalah :
(1) alam;
(2) tenaga kerja; dan
(3) modal

(a) alam;
(b) tenaga kerja; dan
(c) modal.
Factor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b)
tenaga kerja, dan (c) modal.

K. Tanda Kurung Siku ( [] )


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu merupakan isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di
dalam naskah asal.
Misalnya : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya : (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak
dibicarakan).

L. Tanda Petik ()
1. Tanda petik mengapit petikan langung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya : Sudah siap? tanya awal.
Saya belum siap, seru Mira, Tunggu sebentar!
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat.
Misalnya : Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa,
dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasution yang berjudul Rapor dan
Nilai Prestasi di SMA diterbitkan dalam Tempo.
Sajak Berdiri Aku terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Misalnya : Pekerjaannya itu dilaksanakannya dengan cara coba dan
ralat saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama cutbrai.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misalnya : Kata Tono, Saya juga minta satu.
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus.
Misalnya : Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan si
Hitam.
Bang Komar sering disebut pahlawan, ia sendiri tidak
tahu sebabnya.

M. Tanda Petik Tunggal ()


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya : Tanya Basri, Kaudengar bunyi kring-kring tadi?
Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak
anakku, Ibu, bapak pulang, dan rasa letihku lenyap
seketika, ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Misalnya : rate of inflation laju inflasi

N. Tanda Ulang ( 2) (angka 2 biasa)


Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
Misalnya : kata2
lebih2
sekali2

O. Tanda Garis Miring ( / )


1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya : No. 7/PK/1973
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat.
Misalnya : mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp15.000,00/lembar
jalan Daksinapati IV/3

P. Tanda Penyingkat (Apostrof (`)


Misalnya : Ali `kan kusurati (`kan = akan)
Malam `lah tiba (`lah = telah)
BAB IV
PARAGRAF
4.1 Paragraf Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari kata bahasa Latin describere yang berarti
menggambarkan suatu hal. Dari segi istilah deskripsi adalah suatu bentuk
karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga
pembaca seolah-olah melihat, mendengar, mencium, dan merasakan apa yang
dilukiskan oleh penulisnya.
Apa saja yang dapat dideskripsikan? Atau objek apa saja yang dapat
diungkapkan dalam karangan deskripsi? Berdasarkan kategori yang lazim, ada
dua objek yang diungkapkan dalam deskripsi, yakni orang dan tempat. Atas dasar
itu, karangan deskripsi dipilah atas dua kategori, yakni karangan deskripsi orang
dan deskripsi tempat.

4.1.1 Deskripsi Orang


Contoh 1 adalah karangan deskripsi tentang orang. Karangan deskripsi
yang demikian itu disebut deskripsi orang. Untuk mengenal lebih mendalam
deskripsi orang, kajilah contoh 1 berikut!

Contoh
Gadis berparas cantik itu sedang menangis tersedu-sedu. Matanya
berbinar-binar dan butiran kristal jatuh membasahi pipinya. Pipinya yang
putih, kini merah seakan hatinya penuh amarah. tapi ia hanya mampu
mencurahkan semua itu bersama air matanya. Ditariknya sehelai sapu
tangan berwarna biru dari sakunya. Gadis yang menggunakan jilbab, baju
dan rok biru itu menghapus air matanya dengan perlahan.

Setelah mencoba contoh tersebut, Anda seolah-olah mengenal sendiri sosok


seeorang seniman yang bernama Kirdjomulyo. Mengapa demikian? Dalam
karangan itu dilukiskan figur seorang Kirdjomulyo dari jati dirinya sebagai
penyair dan penulis drama dan dari segi-segi pribarinya yang khas dan menarik.
Kalau begitu, jika Anda akan menulis karangan deskripsi orang, tentukan hal-
hal yang menarik dari orang yang akan Anda deskripsikan. Setelah itu,
kemukakan informasi tentang orang itu dengan retorika pengungkapan yang
memungkinkan pembaca seolah-olah mengenalinya sendiri.
Lalu apa saja yang layak dideskripsikan dari seseorang? Beberapa aspek berikut
dapat anda pakai sebagai pegangan.
(1) Deskripsi keadaan fisik
Deskripsi fisik bertujuan memberi gambaran yang sejelas-jelasnya tentang
tubuh seorang. Deskripsi ini banyak bersifat objektif.
(2) Dekripsi keadaan sekitar
Deskripsi keadaan sekitar, yaitu penggambaran tentang aktivitas yang
dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, atau kediaman, dan kendaraan, yang
ikut menggambarkan watak seseorang.
(3) Deskripsi watak atau tingkah perbuata
Mendeskripsikan watak seseorang ini memang paling sulit dilakukan. Kita
harus mampu menafsirkan tabir yang terkandung di balik fisik manusia. Dengan
kecermatan dan keahlian kita, kita harus mampu mengidentifikasikan unsur-unsur
dan kepribadian seorang tokoh. Kemudian, menampilkan dengan jelas unsur-
unsur yang dapat memperlihatkan karakter yang digambarkan.
(4) Deskripsi gagasan-gagasan tokoh
Hal ini memang tidak dapat diserap oleh pancaindra manusia. Namun hanya
perasaan dan unsur fisik mempunyai yang erat. Pancaran wajah, pandangan mata,
gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan
seseorang pada waktu itu.

4.1.2 Deskripsi Tempat


Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa. Tidak
ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan selalu
mempunyai latar belakang tempat. Jalannya sebuah peristiwa akan lebih menarik
jika dikaitkan dengan tempat terjadinya peristiwa (Akaidah, 1997).
Jika kita melukiskan suatu tempat, hendaknya kita bekerja dengan mengikuti
cara yang logis dalam menyusun perincian. Dengan demikian, lukisan kita
menjadi jelas. Di samping itu, kita juga harus mampu menyeleksi detail-detail dari
suatu tempat yang dideskripsikan, sehingga detail-detail yang dipilih betul-betul
mempunyai hubungan atau berperan langsung dalam peristiwa yang
dilukiskannya.
Ada beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk mendeskripsikan suatu
tempat. Pertama, kita bergerak secara teratur menelusuri tempat itu dan
menyebutkan apa saja yang kita lihat. Marilah kita perhatikan contoh berikut ini!

Contoh
Angin tajam sekali. Kelam menyelubungi teratak doyong itu. Dingin
mengempa. Di tengah kemauan suasana itu ada hidup di dalam teratak yang
ada cahayanya. Teratak itu hanya mempunyai satu ruangan. Tidak ada sekat-
sekatnya. Mejanya persis di tengah dengan sebuah kursi panjang bambu. Di
sudut tenggara, lantai dari tanah: becek di sekitar tempat sebuah gentong
berdiri. Pada sudut itu disisipkan tiga buah piring seng dan sebuah sendok
yang kekuning-kuningan. Pada sudut barat daya sebuah peti ukuran 1 x x
m kubik yang terbuka: sebuah peti beras yang dalamnya putih tapi kosong,
hanya ada kutu-kutu yang berkeliaran tak tentu tujuan. Di dekatnya ada
sebuah perapian yang tidak ada apinya. Ada dua potong cabang yang
ditusukkan ke dalam lubangnya. Di atasnya ada kendil hitam yang kosong.
Agak jauh sedikit ada sebuah pengki yang bambunya sudah busuk. Isinya
rumah bekicot yang pecah-pecah, dagingnya sudah hilang.
(Nugroho Notosusanto, Gunung Kidul dalam Tiga Kota, 1975)

Dalam contoh tersebut, sesudah menyebut luasnya teratak dan letak meja,
pengarang menelusuri teratak itu, mula-mula dari sudut tenggara, kemudian ke
sudut barat. Segala sesuatu yang dilihatnya, ditulisnya dan ditunjukkan di mana
letaknya.
Dapat pula kita menggunakan cara kedua. Kita dapat mulai dengan
menyebutkan kesan umum yang diikuti oleh perincian yang paling menarik
perhatian kita. Baru menyusul perincian lain yang kurang penting yang terdapat di
sekitarnya. Kita perhatikan contoh berikut ini.

Contoh
Rumah kuno itu sunyi. Ruang tengah senantiasa ada dalam suasana remang-
remang karena jendela-jendela di pinggir pada diambil oleh kamar-kamar di
kanan kirinya. Meja marmer yang dengan kaki rampingnya berdiri seperti
kijang kena pesona dewa-dewa, terletak rapat di bawah mahkota lampu
minyak yang sudah tak ada lampunya lagi. Cahaya sedikit yang ada dalam
ruangan itu datangnya dari sumber di penjuru lain: sebuah balon lampu yang
dipasang di atas lubang pintu, lebih atas lagi daripada lukisan huruf Arab
yang berbunyi Allah dan seuntai kulit ketupat yang sudah kering. Cahaya
suram 25 watt yang dengan susah payah menerangi kelam yang mengental di
ruangan antik itu, tambah muram pula oleh debu dan sarang laba-laba yang
kecuali di situ juga merajalela di segenap sudut. Di kedua pojok belakang
berdiri dua almari yang tak serupa. Yang satu pintunya berkaca, tapi ditutupi
oleh sehelai kain biru yang usang, sehingga tamu-tamu boleh menerka-nerka
isi almari itu barang-barang porselen yang mahal, kuih-kuih yang lezat
ataukah kosong sama sekali. Almari yang satu hitam besar lagi pula
bergembok gede seperti gembok gudang pelabuhan. Kursi goyang rapuh di
sudut depan, hidup rukun dengan tetangganya: sebuah clubfauteuil hitam
besar yang bersalut perlak yang di tengahnya sudah habis, sehingga kelihatan
goni yang menonjol-nonjol oleh desakan pegas di bawahnya.
(Nugroho Notosusanto, Tayuban)

Dalam kutipan di atas, kesan umum yang dikemukakan pengarang ialah


tentang rumah kuno yang sunyi dan ruang tengah yang senantiasa dalam suasana
remang-remang. Kemudian, perhatian pengarang tertarik oleh meja marmer yang
berkaki ramping. Itulah yang dilukiskan pengarang terlebih dahulu, baru
menyusul benda-benda di sekitarnya: lampu minyak, cahayaruangan, balon
lampu, dan seterusnya.
Kedua cara tersebut di atas sama baiknya. Cara yang lain pun dapat juga kita
gunakan. Hanya satu hal yang harus kita ingat: cara itu harus logis sehingga
mudah pembaca mengikutinya. Tidak boleh kita melompat tidak teratur, dan
menyebutkan apa saja yang kita lihat. Gambara yang diperoleh pembaca akan
kabur, dan maksud kita tidak tercapai.
Dalam memilih cara yang paling baik untuk melukiskan tempat, perlu kita
pertimbangkan beberapa pokok persoalan untuk menyusun deskripsinya.

(1) Suasana hati


Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati manakah yang paling
menonjol untuk dijadikan landasan. Misalnya, seseorang yang memiliki kesadaran
tinggi akan keagungan Tuhan akan merasa kecil dan lemah atas kebesaran Tuhan
bila sedang memandang lautan lepas. Sikap pengarang ketika membuat karangan
deskripsi mengenai tempat menunjukkan sifat dan suasana hati yang menguasai
pikiran pengarang pada waktu itu. Sikap dan suasana hati itu dipertajam dengan
pengalaman-pengalaman sehari-hari sehingga mempengaruhi pencerapan terhadap
suatu objek deskripsi. Jika perasaan pengarang seluruhnya mempengaruhi
pencerapannya, dan mengabaikan kenyataan fisik, deskripsi itu akan menjurus ke
segi yang subjektif. Sebaliknya, bila pencerapan itu dilakukan dengan cermat dan
berdasarkan fakta, akan dihasilkan deskripsi tempat yang objektif.

(2) Bagian yang relevan


Pengarang deskripsi juga harus mampu memilih detail-detail yang relevan
untuk dapat menggambarkan suasana hati itu.

(3) Urutan penyajian

Seperti uraian sebelumnya, kita sebagai pengarang deskripsi dituntut mampu


menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan detail-detail yang dipilih
(keraf,1981). Lalu, bagaimana langkah-langkah menulis karangan deskripsi?
Beberapa aspek berikut dapat Anda pakai sebagai pegangan.

Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi

Untuk membantu mempermudah pendeskripsian, berikut ini disajikan rambu-


rambu yang dapat anda ikuti.
1. Menentukan apa yang akan dideskripsikan: Apakah akan
mendeskripsikan orang atau tempat
2. Merumuskan tujuan pendeskripsian:Apakah deskripsi dilakukan
sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi
3. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri, fisik, watak,
gagasan, atau benda-benda di sekitar tokoh? Kalau yang akan
dideskripsikan tempat, apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan
tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang akan menarik?
4. Merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian
yang akan dideskripsikan: Hal apa saja yang akan ditampilkan untuk
membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yan
dideskripsikan? Pendekatan apa yang akan digunakan penulis?

Berdasarkan langkah-langkah di atas, Anda pun telah siap untuk menulis sebuah
karangan deskripsi. Sampai di sini uraian singkat tentang apa dan bagaimana
menulis karangan deskripsi. Mudah mudahan anda tidak mengalami kesulitan
untuk memahami uraian di atas. Untuk memantapkan pemahaman anda,
kerjakanlah latihan berikut ini!

4.2 Paragraf Eksposisi


Kata eksposisi berasal dari bahasa Inggris exposition yang berarti
membuka atau memulai. Paragraf eksposisi menurut penulis yaitu paragraf
yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek sehingga dapat
menambah pengetahuan pembaca mengenai hal atau objek yang dipaparkan.
Langkah-langkah Pembuatan Wacana Eksposisi
a. Menetapkan topik atau tema.
Tujuannya agar topik yang kita susun terarah pada tujuan karangan.
b. Menetapkan tujuan
Penetapan tujuan ini berguna agar maksud pengarang dapat tersampaikan pada
pembaca dengan jelas.
c. Mengumpulkan data atau bahan.
Karangan eksposisi bersifat ilmiah, maka isi karangan harus ditunjang dengan
berbagai bukti. Bila waktu tidak memungkinkan untuk kita melakukan
penelitian, kita dapat menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang kita
miliki.
d. Menyusun kerangka karangan.
Hal ini dapat digunakan untuk memudahkan pengembangan karangan. Selain
itu juga dapat membuat karangan tersusun secara sistematis.
Pola pengembangan karangan eksposisi bisa bermacam-macam,
diantaranya, teknik identifikasi, teknik perbandingan, teknik ilustrasi, teknik
klasifikasi, teknik definisi, dan teknik analisis.

4.2.1 Teknik Identifikasi


Teknik Identifikasi adalah sebuah teknik pengembangan eksposisi yang
menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek
sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan tepat dan jelas.
Contoh
Buah stroberi merupakan buah yang kaya manfaat. Buah stroberi yang telah
masak berwarna merah, rasanya asam, dan menyegarkan. Buah ini hidup di
daerah yang bersuhu rendah dengan curah hujan tinggi. Keunikan buah
stroberi terletak pada bijinya yang menempel di kuli luar buah, tidak seperti
buah pada umumnya dengan biji di dalam buah. Buah stroberi mengandung
elagig, kalium, mineral, zat besi, vitamin C, vitamin A, kalsium dan fosfot,
dan asam silasat yang baik untuk tubuh dan kesehatan.
4.2.2 Teknik Perbandingan
Teknik perbandingan adalah teknik yang mengemukakan uraian yang
membandingkan antara hal-hal yang kita tulis dengan sesuatu yang lain.
1. Perbandingan langsung
Teknik perbandingan langsung kita gunakan abapila kita ingin menjelaskan
suatu hal dengan menunjukkan perbedaan dan persamaan antara hal yang kita
jelaskan dengan hal lain secara langsung.
Contoh
Pasar tradisional dan pasar modern merupakan dua jenis pasar yang banyak
kita jumpai. Barang yang dijual di kedua pasar sama-sama barang-barang
kebutuhan sehari-hari masyarakat yaitu sandang dan pangan. Meskipun
menjual jenis barang yang sama, kedua pasar ini memiliki perbedaan. Pasar
tradisional terkenal dengan tempatnya yang jorok dan riuh, sedangkan pasar
modern berada pada sebuah gedung yang bersih dan nyaman. Harga barang
di pasar tradisional relatif murah dan terjangkau, sedangkan di pasar modern
harga barang lebih mahal. Di pasar tradisional pembeli dan penjual dapat
melakukan tawar menawar. Tidak demikian halnya di pasar modern, karena
harga barang sesuai dengan harga yang tertera di bandrol.

2. Analogi
Teknik analogi dilakukan dengan menyamakan hal yang kita jelaskan
dengan hal lain.
Contoh
Lembaga pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan dapat disamakan
dengan pabrik. Jika lembaga-lembaga pendidikan mengeluarkan lulusan-
lulusannya, maka pabrik mengeluarkan produksinya. Suatu lembaga
pendidikan yang berhasil mengeluarkan lulusan yang bermutu akan
mendapat penilaian tinggi dari masyarakat, sebagaimana masyarakat juga
menilai tinggi terhadap suatu pabrik yang menghasilkan produksi dengan
mutu baik. Pabrik akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat apabila
menghasilkan produksi yang baik, demikian pula perguruan tinggi akan
dihargai masyarakat apabila lulusannya memiliki mutu yang baik dan
bermanfaat di masyarakat.

3. Perbandingan kemungkinan
Perbandingan kemungkinan dilakukan dengan mengemukakan bahwa
sesuatu mungkin bias terjadi dengan melihat sesuatu yang lain yang berkaitan
dengannya bias terjadi.
Contoh
Indonesia, nama sebuah negara dengan sejuta perjuangan. selama masa
penjajahan, tidak terhitung berapa kali bangsa ini menghadapi pertempuran.
Walaupun dengan persenjataan yang minim, Indonesia mampu
membuktikan keperkasaannya dengan meraih kemerdekaan dari bangsa
Jepang. Zaman telah berubah dan masalah yang dihadapkan pada bangsa
inipun berganti. Kini permasalahan muncul bukan dari luar, tetapi dari
dalam tubuh sendiri. Masalah kemiskinan, narkoba, bahkan permasalahan
korupsi turut membelenggu negeri. Jika dahulu kita mampu menghadapi
penjajah dengan wajah ganas, bukan tidak mungkin kita mampu menumpas
permasalahan hati kita sendiri.

4.2.3 Teknik Ilustrasi


Teknik Ilustrasi menunjukkan contoh-contoh nyata, baik contoh-contoh
untuk pengertian yang konkret maupun contoh-contoh untuk menggambarkan
yang abstrak.
Contoh
Salah satu bidang pembangunan yang tidak mengalami imbas krisis
ekonomi adalah sektor-sektor di bidang pertanian. Misalnya, perikanan
masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65%. Walaupun terkena
kebakaran sepanjang tahun, sektor kehutanan masih tumbuh 2,95%. Secara
umum, kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk domestik
bruto meningkat dari 18,07% menjadi 18,04%. Padahal selama 30 tahun
terakhir, pangsa sektor pertanian merosot dari tahun ke tahun.
4.2.4 Teknik Klasifikasi
Teknik klasifikasi merupakan teknik pengembangan eksposisi dengan
memecah pokok masalah yang majemuk menjadi bagian-bagian, dan digolong-
golongkan secara logis dan jelas menurut dasar penggolongan yang berlaku sama
bagi tiap bagian.
Contoh
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan
antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan
kemampuan pengembangan atau penyajian. Berikut yang termasuk
kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi,
kosa kata, diksi, dan kalimat. Yang dimaksud dengan kemampuan
pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan
membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi
pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.

4.2.5 Teknik Definisi


Teknik definisi adalah teknik yang menjelaswkan secara formal terhadap
pembatasan-pembatasan arti-arti dengan tujuan untuk menjelaskan suatu hal.
1. Sinonim
Sinonim disebut juga definisi nominal. Seperti pertemuan = perjumpaan,
penghasilan = pendapatan.
2. Definisi Formal
Definisi formal biasa digunakan untuk menjelaskan sesuatu secara singkat.
Definisi ini disusun dalam satu kalimat lengkap.
3. Definisi Luas
Definisi luas digunakan karena untuk menjelaskan suatu hal dengan definisi
formal kadang-kadang belum cukup. Definisi luas merupakan perluasan dari
definisi formal. Definisi ini diterangkan dalam beberapa kalimat, satu paragraph,
satu subbab, bahkan satu karangan.
Contoh
Dalam buku ini kata science diartikan mencakup semua ilmu alamiah,
fisika, dan biologi, dan juga sebagian ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatan
(misalnya antropologi, sosiologi, ekonomi) yang semua berhubungan erat
dengan pokok masalah yang bersifat empiris. Ia tidak mencakup semua
filosofi yang tidak merupakan ilmu umum, semua sejarah yang hanya
berhubungan erat dengan kejadian peristiwa sejarah khusus, dan kaidah-
kaidah ilmu pasti dan logika murni yang bukan fakta empiris. Pengertian
kata science bertalian sangat erat dengan penggunaan umum kata science
yang modern yang digunakan pertama kali dalam judul British Assosiation
for the Advancement of Science, pada tahun 1831. Ia bersinonim juga
dengan natural science.

4.2.6 Teknik Analisis


Teknik analisis merupakan teknik pengembangan eksposisi yang
menjelaskan sesuatu, memberi keterangan tentang sesuatu, atau kita
mengembangkan sebuah gagasan.
1. Analisis proses
Memaparkan proses sebenarnya memberi penjelasan tentang bagaimana
bekerjanya sesuatu, bagaimana terjadinya sesuatu, atau bagaimana membuat dan
mengerjakan sesuatu.
Contoh
Buah anggur memiliki daun yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembersih wajah. Caranya, ambil daun anggur secukupnya lalu tumbuk
hingga halus. Masaklah tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu
sampai mendidih. Kemudian ramuan itu kita dinginkan. Setelah dingin, kita
gunakan untuk membersihkan wajah seperti masker.

2. Analisis sebab-akibat
Analisis sebab-akibat sangat baik untuk memahami peristiwa dalam sejarah,
peristiwa yang sekarang terjadi, dan untuk memperhitungkan langkah kita pada
hari yang akan datang. Analisis ini dilakukan dengan menghubungkan satu
peristiwa dengan peristiwa lain untuk menelusuri sebab dan akibatnya.
Contoh
Saat ini, tidak dapat dipungkiri kalau televisi sudah menjadi bagian dari
kehidupan sehari- hari. Kebutuhan mendapat berbagai informasi dan
hiburan memang sangat tergantung pada televisi, walau tak jarang ada
dampak negatif yang bisa ditimbulkannya, terutama bagi anak- anak. Asyik
menikmati berbagai acara sehingga malas belajar, meniru adegan berbahaya,
serta mengucapkan kata- kata kasar dan kotor merupakan dampak negatif
televisi terhadap anak- anak. Belum lagi masalah kesehatan organik pada
anak seperti terganggunya penglihatan karena menonton televisi dengan
jarak yang terlalu dekat, atau berbahaya perilaku anak yang menjadi agresif
akibat program- program yang seharusnya tidak ditontonkan.

3. Analisis bagian
Analisis bagian adalah tipe analisis yang membagi suatu pokok masalah
yang tunggal menjadi bagian-bagian berdasarkan aspek yang berbeda.
Contoh
Sebuah novel dapat menjadi objek penelitian kebahasaan. Analisis novel
dapat dilakukan berdasarkan unsur intrinsiknya dan dapat pula berdasarkan
kesatuan linguisiknya. Analisis unsur intrinsik sebuah novel akan
menghasilkan kajian berupa tema, plot, penokohan, latar, perwatakan, dan
amanat. Analisis berdasarkan satuan linguistik akan mengantarkan kita pada
hasil berupa rangkaian fonologi, morfologi, dan sintaksis.

4.3 Paragraf Argumentasi


Menurut Charlina dalam Zulhaini (2007:69), argumentasi bermakna alasan.
Argumentasi berarti pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan. Dengan
demikian, wacana argumentasi adalah wacana yang mengemukakan alasan,
contoh dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Paragraf argumentasi adalah
paragraf yang berisi pendapat-pendapat yang diuraikan dengan memberikan fakta
dan bukti sehingga dapat diyakini kebenarannya oleh pembaca. Paragraf ini
memiliki ciri khas memaparkan pendapat secara tersirat dan memberikan bukti
yang jelas atas pendapatnya.
Paragraf argumentasi haruslah disertai alasan. Sebab argumentasi bersifat
memaparkan pendapat jadi dengan disertai bukti yang kuat dan alasan yang logis.
Sehingga, argument kita dapat diterima oleh orang lain. Ciri khas argumentasi
dapat dilihat dari isinya yang bersifat menguraikan pendapat atau alasan.
Contoh
Bus atau kendaaran jenis mobil yang dulu identik dengan kendaraan umum
yang aman, kini tidak lagi demikian adanya. Hal ini karena saat ini kerap
kali terjadi kecelakaan yang banyak memakan korban. Menurut Dinas
Perhubungan Provinsi Riau ditahun 2012 ini, sudah terjadi 300 kecelakaan.
Ada 70 orang tewas dan 230 orang luka-luka akibat dari kecelakaan yang
terjadi. selain itu, rata-rata kecelakaan yang terjadi mengakibatkan bagian
body mobil hancur, terbalik,dan masuk jurang. Seharusnya dengan
mengadarai mobil penumpang bisa santai menikmati perjalanan tanpa perlu
kepanasan dan kehujanan di perjalanan. Jika dibandingkan dengan
menggunakan sepeda motor. Hal ini meyakinkan kita bahwa mobil bukanlah
saranan transportasi yang aman lagi. Tentu hal ini juga harus menjadi
perhatian bagi pihak Kementrian Perhubungan untuk memperbaiki kinerja
demi keamanan dan keselamatan penumpang.

4.4 Paragraf Persuasi


Karangan persuasif adalah tuturan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat.
Kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan atau agar lebih
meyakinkan. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan
pembuktian dengan data dan fakta. Paragraf persuasif digunakan untuk
mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik akan pendapat yang
dikemukakan oleh pembicara atau penulis (Syamsuddin A.R, dkk 1997:17-18).
Sejalan dengan itu, Nursal Hakim, (2007:13) menjelaskan persuasi merupakan
ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca
mengenai suatu hal yang disampaikan penulisnya. Berdasarakan pendapat
tersebut, jadi paragaraf persuasif merupakan paragraf yang berupa tuturan dalam
suatu waktu yang bertujuan untuk mengajak atau membujuk petutur agar bersedia
melaksanakan ajakan dari penuturnya.
Contoh
Kita semua mengetahui bahawa kondisi lingkungan Kota Jakarta sudah
sangat memprihatinkan. Banyak sekali sungai yang kotor akibat
pembuangan limbah yang tidak teratur serta pencemaran udara akibat asap
kendaraan bermotor yang semakin banyak. Ini semua dapat menyebabkan
gangguan bagi makhluk hidup di Kota Jakarta, temasuk manusia.
Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota Jakarta tercemar. Oleh
karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Jakarta
berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam
usaha. Diantaranya adalah dengan penghijauan, pembuatan taman kota, dan
pelarangan membuang sampah di sembarang tempat. Ini semua dapat
mengendalikan keindahan Kota Jakarta. Hal ini harus kita lakukan bersama
antara Pemerintah Kota Jakarta dan masyarakat kota sendiri. Agar tercipta
kota yang nyaman dan indah sebagai ibu kota negara.

4.5 Paragraf Narasi


Menurut Atmazaki (2002:90) narasi adalah cerita yang didasarkan atau
urutan serangkaian kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian itu ada satu atau
beberapa tokoh dan tokoh tersebut mengalami satu atau serangkaian peristiwa.
Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan
ketiganya secara bersama-sama biasa pula membentuk plot atau alur. Narasi
adalah karangan yang dibangun oleh kumpulan peristiwa yang disusun secara
kronologis menjadi suatu rangkaian peristiwa. Karangan yang dapat digolongkan
sebagai narasi antara lain novel, cerpen dan kisah perjalanan.
Contoh
Liburan yang lalu, aku, ayah, ibu, dan adikku pergi ke Bali. Kami berlibur
sambil mengunjungi beberapa saudaraku yang bertempat tinggal di sana
karena pekerjaannya. Kami ke sana dengan menggunakan pesawat terbang
agar cepat sampai. Sebelum kulangkahkan kakiku naik ke pesawat terbang,
hatiku merasa was-was. Berbagai kekhawatiran muncul dibenakku.
Maklum, aku belum pernah naik pesawat terbang. Namun, aku ingin tahu
bagaimana rasanya naik peswat terbang dan ini pengalaman pertama bagiku.
Ternyata semua kekhawtiranku sirna, ketika aku naik pesawat terbang,
setelah pesawat yang aku tumpangi terbang mengudara. Bahkan aku
mersakan perjalanan kami menyenangkan dan mengesankan. Tempat
duduknya nyaman, dapat melihat pemandangan alam yang luas dan indah
dari jendela pesawat secara aman. Para pramugari pesawat yang kami
tumpangi, sangat ramah dan baik. Mereka salalu sabar dan telaten dalam
melayani kami. Mereka juga menerangkan hal-hal yang perlu kami
perhatikan. Melihat ini, ingin rasanya aku terus terbang dan berada dalam
pesawat ini setiap hari.
BAB V
BIBLIOGRAFI

5.1 Pengertian Bibliografi


Kata bibliografi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata Biblion:
yang berarti buku dan Graphein: yang berarti menulis, maka kata bibliografi
secara harfiah penulisan buku. Bibliografi berarti kegiatan teknis membuat
deskripsi suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah menjadi rujukan dari
sebuah tulisan yang disusun secara alfabetis sesuai aturan. Tujuan pembuatan
bibliografi adalah untuk memberikan informasi tentang bahan-bahan yang
menjadi rujukan dalam kepenulisan, baik dari buku, jurnal ilmiah, internet, dan
sebagainya.

5.2 Ciri-ciri Bibliografi


Ada beberapa ciri-ciri bibliografi, yaitu sebagai berikut:
1. diambil dari suatu buku, majalah, makalah, surat kabar, internet, orasi dalam
karya ilmiah, dsb,
2. berisikan nama pengarang atau lembaga,
3. memiliki identitas buku, yaitu judul, tahun terbit, cetakan atau edisi, nama
penerbit, dan tempat terbit.

5.3 Fungsi Bibliografi


Bibliografi memiliki arti penting dalam tulis menulis. Adanya bibliografi
membantu bagi seorang penulis untuk mencari sumber-sumber yang menjadi
rujukan dalam tulis menulis. Ada beberapa fungsi bibliografi, yaitu:
1. Memberikan informasi bahwa pernyataan dalam karangan itu
bukan hasil pemikiran penulis sendiri, tapi terdapat hasil pemikiran orang
lain.
2. Memberikan informasi selengkapnya tentang sumber kutipan sehingga dapat
ditelusuri bila perlu.
3. Apabila pembaca berkehendak mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip,
maka dapat membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan.
4. Memberikan arah bagi para pembaca buku atau karya tulis yang ingin
meneruskan kajian atau untuk melakukan pengecekan ulang terhadap karya
tulis yang bersangkutan.
5. Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku atau karya tulis
yang dirujuk terhadap hasil karyanya yang turut menyumbang
dalam penulisan karya tulis yang kita tulis.
6. Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya yang dia buat.

5.4 Ketentuan Penulisan Bibliografi


Ada beberapa ketentuan umum dalam penulisan karya ilmiah, yaitu:
1. Rujukan dari buku, tuliskan nama pengarang, tahun terbit, judul karangan,
kota tempat terbit dan nama penerbit. Setiap bagian pembatas, diakhiri dengan
tanda titik, kecuali setelah nama kota tempat terbit diakhiri dengan tanda titik
dua.
Contoh:
Nasoetion, Andi Hakim. 1980. Metode Statistika. Jakarta: Gramedia.
Keraf, Gorys. 2001. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

2. Bibliografi disusun secara alfabetis tidak hanya huruf terdepannya tetapi


juga huruf kedua dan seterusnya.
Contoh:
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Irianto, Agus. 2009. Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Kencana.

3. Penulisan bibliografi tidak perlu dibuat penomoran.


Contoh:
1) Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
2) Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas
Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
3) Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
4) Irianto, Agus. 2009. Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: Kencana.
5)
4. Bibliografi diketik satu spasi dan jarak antara masing-masing pustaka yaitu
enter satu spasi.
Contoh:
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok.


Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Irianto, Agus. 2009. Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:


Kencana.

5. Huruf pertama dari baris pertama masing-masing bibliografi diketik tepat


pada garis tepi kiri tanpa ketukan (indensi) dan baris berikutnya digunakan
indensi 7-8 karakter.

6. Apabila nama pengarang sama dan judul berbeda, maka baris pertama harus
diberi garis terputus-putus sebanyak 14 (empat belas) ketukan.
Contoh:
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung.
Alfabeta.
--------------. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik
Penelitian. Bandung. Alfabeta.

7. Penulisan nama pengarang diawali dengan nama bagian akhir. Nama


pengarang tersebut dibalik.
Contoh:
Abu Ahmadi menjadi Ahmadi, Abu
Sudarwan Danim menjadi Danim, Sudarwan
Masri Singarimbun menjadi Singarimbun, Masri

8. Untuk dua atau tiga pengarang, nama pengarang kedua maupun ketiga dan
seterusnya tidak dibalikkan.
Contoh:
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi menjadi Singarimbun, Masri dan
Sofian Effendi
Ralph Dale Kennedy, Stewart Y, dan McMullen menjadi Kennedy, Ralph
Dale, Stewart Y, dan McMullen

9. Jika lebih dari tiga orang, ditulis nama pengarang pertama yang dibalik lalu
ditambahkan singkatan dkk atau et. all. (dan kawan-kawan).
Contoh:
Riduwan, dkk. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik
Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Sukanto, et. all. 1980. Business Forecasting. Yogyakarta: FE Universitas
Gadjah Mada.

10. Penulisan nama pengarang yang bermarga cina atau mandarin, ditulis apa
adanya.
Contoh:
Yong She tetap Yong She
Chiou Chen Fang tetap Chiou Chen Fang

11. Jika nama pengarang sama dalam dua tahun penerbitan berbeda, maka
bibliografi disusun menurut urutan waktu (tahun).
Contoh:
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung.
Alfabeta.
--------------. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik
Penelitian. Bandung. Alfabeta.

12. Jika nama pengarang dan tahun sama, judul berbeda. Maka penulisan
bibliografi diberi kode tahun a, tahun b, tahun c, dan seterusnya.
Contoh:
Iskandar. 2009a. Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. Ciputat: GP
Press.
Iskandar. 2009b. Metodologi Penenlitian Pendidikan dan Sosial: Kualitatif
dan Kuantitatif. Ciputat: GP Press.

13. Jika buku yang dijadikan bahan pustaka itu tidak menyebutkan tahun
terbitnya, dalam penyusunan daftar pustaka disebutkan Tanpa Tahun; (t.t.)
jika tempat penerbitan tidak ada; (t.p.) jika nama penerbit tidak ada; (t.th.)
jika tahun penerbitan tidak ada. Kedua kata itu diawali dengan huruf kapital.
Contoh:
Johan, Untung. Tanpa Tahun.
Johan, Untung. t.th.
14. Judul buku yang tidak ditulis miring, maka harus diberi garis bawah.
Contoh:
Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

15. Bila sumber acuan merupakan karya terjemahan. Tuliskan penulis asli, tahun
buku terjemahan, judul buku terjemahan (harus ditulis miring), volume
(jika ada), edisi (jika ada), (diterjemahkan oleh: nama penerjemah), nama
penerbit terjemahan dan kota penerbit terjemahan.
Contoh:
Martienez, A. 1987. Ilmu Bahasa: Pengantar. Terjemahan Rahayu Hidayat
dari Elemen de Lingusitique General (1980). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Leech, John. 1980. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief
Furcham. (1982). Surabaya: Usaha Nasional.

16. Sama sekali tidak boleh mencantumkan sumber referensi yang tidak pernah
dibaca dan tidak boleh mencantumkan gelar.
Contoh:
Dr. Riduwan, dalam bibliografi cukup ditulis dengan Riduwan
Prof. Dr. Sudarwan Danim, dalam bibliografi cukup ditulis dengan Danim,
Sudarwan

17. Jika dalam buku yang diacu itu tercantum nama editor/penyunting,
penulisannya dilakukan dengan menambahkan singkatan (Ed.) atau (Peny.)
jika editornya satu orang, sedangkan (Eds.) atau (Penys.) jika lebih dari satu
orang. Tuliskan penulis artikel, tahun, judul artikel (diberi tanda kutip),
nama editor atau penyunting, judul buku (harus ditulis miring), volume
(jika ada), edisi (jika ada), nama penerbit dan kota penerbit.
Contoh:
Wibowo, Istiqomah. 2009. Sikap. Sarwono, Sarlito W dan Eko A. Meinarno
(penys.), Psikologi Sosial (hlm. 8099). Jakarta: Salemba
Humanika.

18. Jika rujukan yang diacu berupa kumpulan artikel. Maka, tuliskan nama editor
artikel, tahun, judul artikel (diberi tanda kutip), nama editor atau
penyunting, judul buku (harus ditulis miring), volume (jika ada), edisi (jika
ada), nama penerbit dan kota penerbit.
Contoh:
Singarimbun, Masri (Ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal
Ilmiah. Malang: UM Press.

19. Jika dalam sumber tidak tercantum nama pengarangnya, tetapi yang ditulis
hanya lembaganya saja.
Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan
Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2000. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Rencana Strategi Pendidikan
Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

20. Rujukan dari majalah atau koran. Tuliskan penulis, tanggal bulan tahun,
judul artikel, nama majalah atau koran (harus ditulis miring sebagai
singkatan resminya), nomor, volume dan halaman.
Contoh:
Hanafi, A. 13 November 2011. Menyiasati Krisis Lestrik Musim Kering.
Jawa Pos, hal. 6.

Karlina. 12 Desember 1981. Sebuah Tanggapan: Hipotesa dan Setengah


Ilmuan. Kompas, No. XXXI, Vol. 3, hal. 7.

21. Rujukan dari majalah atau koran tanpa pengarang.


Contoh:
Jawa Pos. 13 November 2011. Menyiasati Krisis Lestrik Musim Kering, hal. 6.
Kompas. 12 Desember 1981. Sebuah Tanggapan: Hipotesa dan Setengah
Ilmuan, hal. 7.

22. Rujukan dari jurnal.


Contoh:
Chrisnajanti, Wiwik. 2002. Pengaruh Program Remedial terhadap Ketuntasan
Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur, No.01, Th. I, Maret hal. 81
86.
Dharmawan, Johan. 1982. Urea dan TPS di Indonesia dalam Analisis
Permintaan Kuantitatif. Jurnal Argo Ekonomi. Mei, 2, hal. 127.

23. Rujukan dari skripsi, tesis, dan disertasi. Tuliskan penulis, tahun, judul (beri
tanda kutip), skripsi/tesis/disertasi (harus ditulis miring), nama
fakultas/program pasca sarjana, universitas, dan kota.
Contoh:
Zulhafizh. 2011. Perbandingan Hasil Belajar IPA dengan IPS terhadap Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teluk
Pinang. Skripsi. Tidak diterbitkan. Pekanbaru: UNRI.
Febianto, Debi. 2008. Persepsi Penggunaan Media Pembelajaran dan
Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Siswa Kelas VII SMP Islam As-Shofa Pekanbaru. Tesis.
Tidak diterbitkan. Padang: UNP.
Swenson, Geoffrey C. 1973. The Effect of Increases in Rice Production on
Employment and Income Distribution in Thanjavur District, South
India. Unpublished Ph.D. Disertation. Minchigan: Minchigan
University.

24. Bibliografi yang diperoleh atau merujuk pada laporan hasil penelitian.
Tuliskan nama peneliti, tahun, judul laporan penelitian (diberi tanda kutip),
nama laporan penelitian (harus ditulis miring), nama proyek penelitian,
nama institusi, dan kota.
Contoh:
Zulhafizh. 2012. Modul Pelatihan Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Tingkat SD/MI. Pengabdian Masyarakat, Pemda Inhil, Tembilahan.

25. Bibliografi yang diperoleh dari internet, hendaknya dituliskan kapan data
tersebut didownload atau diakses. Tuliskan nama penulis, tahun, judul artikel
(diberi tanda kutip), alamat website, tanggal dan jam diakses.
Contoh:
Albani Nts, M. Syukri. Orientasi Ibadah dalam Dunia Pendidikan.
(www.analisadaily.com/mobile/rad/?id=56671, di akses pada tanggal
24 April 2012 pukul 06.30.10 WIB).
Spiszer, John M. 1999. Leadership and Combat Motivation: The
Critical Task. (http://www.cgsc.army.mil/milrev/
english/MayJun99/Spiszer.htm. diakses tanggal 12 September 2012
pukul 19.20.21 WIB).
Karim, Z. 1987. Tatakota di Negara-negara Berkembang. Jurnal Ilmu
Pendidikan, (Online), Jilid 5, No. 4, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/
diakses/ diunduh/didownload pada tanggal 12 Juni 2011 pukul
13.30.10 WIB).
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya.
Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online), Jilid 5, No. 4, (http://www.
malang.ac.id , diakses 20 Januari 2000 pukul 10.39.10 WIB).
26. Bibliografi dari paper dalam seminar/lokakarya. Tuliskan penulis, tahun,
judul artikel (beri tanda kutip), judul prosiding seminar (harus ditulis
miring), kota seminar.
Contoh:
Mangundikoro, Apandi. 1 98 3. Konservasi Tanah dalam Rangka
Rehabilitasi Lahan di Wilayah Daerah Aliran Sungai. Kertas Kerja
pada Lokakarya Pola Tanam dan Usaha Tani ke-IV, Bogor, 20 21
Juni.
Suranggadjiwa, L.M. Harris. 1 9 7 8 . Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Kereta Kerja pada Seminar Nasional Pengembangan Lingkungan
Hidup, Jakarta, 5 6 Juni.
Karim, Z. 1987. Tatakota di Negara-negara Berkembang. Makalah disajikan
dalam Seminar Tatakota, Pemda Pekanbaru, Pekanbaru, 1-2
September.
Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam
Seminar Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah,
Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin , 911 Agustus.

27. Bibliografi dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh penerbit
tanpa penulis dan tanpa lembaga.
Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: Gramedia.
BAB VI
CATATAN KAKI DAN KUTIPAN

Salah satu teknik notasi ilmiah yang konvensional adalah menggunakan


catatan kaki (footnote). Penomoran catatan kaki ditulis dengan angka Arab (1, 2,
dan seterusnya) di bagian belakang kutipan yang diberi catatan kaki, agak ke atas
sedikit tanpa memberi tanda baca apa pun. Nomor itu dapat berurutan untuk setiap
halaman, bab, ataupun seluruh tulisan. Penempatannya bisa secara langsung pada
bagian yang diberi keterangan (catatan kaki langsung) dan diteruskan dengan teks,
pada bagian bawah halaman atau pada akhir bab. Teknik pengutipan konvensional
dengan catatan kaki (footnote) lazim menggunakan istilah Ibidem (Ibid,), Opere
Citato (Op. Cit.), dan Loca Citato (Loc. Cit.).

6.1 Pengertian Catatan Kaki


Catatan kaki (footnote) secara konvensional sebagai keterangan sumber
acuan sudah jarang dipakai dalam tulisan-tulisan modern. Namun demikian,
dalam tata tulis karangan ilmiah, catatan kaki digunakan sebagai keterangan
tambahan tentang istilah atau ungkapan yang tercantum dalam naskah yang
dipandang perlu mendapat penjelasan, bukan menunjukkan sumber acuan. Catatan
kaki dapat juga berupa rujukan kepada sesuatu yang bukan buku, seperti
wawancara, pidato di televisi, dan sejenisnya. Kutipan yang akan diterangkan itu
diberi nomor 1), 2), 3), di belakangnya. Nomor itu dinaikkan 0,5 spasi tanpa jarak
[1]
ketukan atau penulisannya diatas kata yang didahului, misalnya .
Keraf (1994:193) menjelaskan selain menggunakan penomoran dalam
penunjukkan penjelasan, kadang-kadang dinyatakan dengan menggunakan tanda
asterik atau tanda bintang (*) dan kadang-kadang mempergunakan tanda salib ().
Kemudian dibagian kaki halaman (bawah) dituliskan nomor atau tanda tersebut
dan diikuti dengan keterangannya.

6.2 Tujuan Membuat Catatan Kaki


Apa sebenarnya tujuan membuat catatan kaki? Sebuah catatan kaki tentu
tidak terlepas dari kaitannya dengan isi teks atau tulisan yang akan diberi
penjelasan. Keraf (1994:194) menjelaskan bahwa sebuah catatan kaki dibuat
dengan tujuan:
1. Untuk menyusun pembuktian
Catatan kaki dapat digunakan untuk membeberkan pembuktian-pembuktian,
khususnya untuk menunjukkan kembali kebenaran-kebenaran yang ada dalam
buku atau tulisan-tulisan tersebut. Adanya catatan kaki ini memberikan
informasi tentang referensi yang digunakan dan menunjukkkan nama, tempat,
dan sumber kebenaran tersebut yang menjadi informasi kebenaran.
2. Menyatakan hutang budi
Penunjukkan sumber pada catatan kaki dimaksudkan untuk menyatakan
hutang budi kepada pengarang yang dikutip pendapatnya. Dengan
menyebutkan pengarang yang telah dikutip pendapatnya, sekurang-kurangnya
telah dinyatakan hutang budi kepadanya. Sebaliknya, semua hal umum, yang
sudah diketahui oleh orang atau semua pembaca tidak perlu dibuat catatan
kaki.
3. Menyampaikan keterangan tambahan
Catatan kaki dapat pula digunakan untuk menyampaikan keterangan tambahan
untuk memperkuat uraian atau penjelasan tentang suatu persoalan yang
dikemukakan. Keterangan tambahan yang dibuat dapat berbentuk:
a. menyampaikan inti atau sari fragmen yag dipinjam,
b. menyampaikan uraian teknis atau informasi tambahan terhadap topik yang
disebut dalam teks,
c. menyampaikan materi-materi penjelas yang kurang penting, seperti
perbaikan, atau pandangan-pandangan lain yang bertentangan.
4. Merujuk bagian lain dari teks
Selain itu, catatan kaki dapat pula digunakan untuk menyediakan referensi
kepada bagian-bagian lain dari tulisan tersebut. Dalam hal ini, penulisa
misalnya memberi catatan untuk melihat atau memeriksa uraian pada halaman
atau bab lain sebelumnya, atau halaman-halaman atau bab lain yang akan
diuraikan kemudian. Begitu juga penunjukkan pada apendiks atau lampiran
harus melalui catatan kaki. Untuk maksud ini sering digunakan singkatan-
singkatan seperti: cf atau conf. yang berarti bandingkan dengan, up supra
yang berarti seperti di atas, infra yang berarti di bawah, dsb.

6.3 Aturan Membuat Catatan Kaki


Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam p embuatan
catatan kaki atau footnote, yaitu sebagai berikut:
1. Nomor catatan kaki ditempatkan di dalam teks dengan angka secara
berurutan, yang diletakkan setengah spasi di atas akhir kata atau kalimat
yang dikehendaki.
2. Nomor catatan kaki dengan catatan kakinya harus berada dalam satu
halaman yang sama.
3. Jarak antara baris di dalam catatan kaki adalah satu spasi.
4. Penulisan catatan kaki pada baris pertama, dimulai pada ketukan keenam dari
garis margin kiri. Sedangkan baris kedua tetap pada margin yang telah
ditentukan.
5. Ukuran huruf pada catatan kaki berstandar 10.
6. Ketentuan penulisan catatan kaki secara berurutan sama dengan penulisan
daftar pustaka.
Contoh Penulisan Catatan Kaki
7.
Kegiatan ini lebih difokuskan pada proses yang sederhana
U dengan mengurangi kompleksitas proses ke dalam sub
proses kegiatan dan kemudian memperbaikinya. Kegiatan-
kegiatan ini mampu menciptakan budaya yang mendorong
para operator untuk terus mencoba secara
1
berkesinambungan setiap proses atau pekerjaan mereka.

1
Sean H Thomson, et. all., Fhising Strategy, New York ,
Prantice Hall, Inc. pp. 10-12, 2004.

ntuk menghindari pengulangan pada catatan kaki digunakan sejumlah


ketentuan, yaitu:
a. Ibid, singkatan dari Ibidem, yang berarti pada tempat yang sama.
Singkatan ini digunakan untuk menuliskan catatan kaki yang sama
dengan ketentuan bahwa diantara kedua catatan kaki itu tidak ada
sumber catatan kaki lainnya yang menyelinginya.
Contoh:
2
ibid., p. 120
b. Op. Cit., singkatan dari Opere Citato, yang berarti dalam karangan
yang telah disebut. Singkatan ini digunakan untuk menunjuk sumber
catatan kaki yang sama, tetapi telah diselingi oleh sumber catatan kaki
yang lain. Nama pengarang harus dicantumkan sebelum kata op.cit.
Contoh:
4
Thomson, Sean H. op. cit., pp. 1417
Catatan: catatan ketiga merupakan catatan yang dikutip dari sumber
lain.
c. Loc. Cit., singkatan dari loco citato yang berarti pada tempat yang
telah dikutip. Singkatan ini digunakan untuk menunjuk halaman
yang sama dari sumber yang sama pula, yang telah disebutkan dan
telah diselingi oleh sumber catatan kaki lain.
Contoh:
5Thomson, Sean H. loc. Cit

Apabila untuk satu orang pengarang digunakan dua atau lebih dari dua
judul kutipan, maka setelah loc. cit dicantumkan judul buku secara
singkat.
Contoh:
6Thomson, Sean H. loc. cit. Fhising .
d. Istilah et. al., singkatan dari et aili yang berarti dan lain-lain. Istilah
ini digunakan untuk menuliskan sebuah sumber catatan kaki yang
pengarangnya lebih dari satu orang.
e. Catatan yang ditempatkan pada akhir setiap bab, atau seringkali
disebut sebagai catatan akhir (endnote). Ketentuan pembuatan catatan
akhir (endnote) adalah:
1) Ketentuan dan aturan penulisannya sama dengan cara pembuatan
pada catatan kaki.
2) Bedanya, sumber kutipan ditulis pada akhir setiap bab, yang
penulisannya sama dengan cara penulisan daftar pustaka.
f. Catatan yang ditempatkan pada setiap kutipan dalam teks, atau
seringkali disebut sebagai catatan dalam (innote). Format penulisan
catatan dalam yang berlaku, yaitu :
1) Jika pengarang hanya satu orang, penulisannya meliputi nama
pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.
2) Jika pengarang hanya satu orang, penulisannya meliputi nama
pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.
3) Jika penulis terdiri dari dua orang maka penulisannya dapat
dilakukan, Hamid dan Rodoni (2004:18)
4) Jika penulis lebih dari dua orang maka penulisannya dapat
dilakukan dengan, Hamid dkk. (2004:20).

6.4 Kutipan
Al-Maruf (2012:3) menjelaskan bahwa ada dua pola mengutip, yaitu:
1. Kutipan langsung (Wording)
Kutipan langsung ditulis dengan diberi tanda petik ("....."), jika pendek
(satulima baris) ditulis dobel spasi, terintegrasi dalam kalimat yang dibuat
penulis.

Contoh:
Salah Satu dimensi kehidupan afektif emosional adalah kemampuan
memberikan perlindungan yang berlebihan, melainkan cinta dalam arti a
relationship that nourishes us as we give, and enriches us as we spend, and
permits ego and alter ego to grow in mutual harmony (Cole, 1953: 832),
Kutipan langsung panjang (lebih dari lima baris) ditulis pada tempat
tersendiri dengan spasi tunggal, tidak diberi tanda petik (.....), dan penulisan
pada baris pertama disesuaikan dengan jumlah ketukan pada penulisan alinea baru
(57 ketukan) (Keraf, 1994:183).
Contoh:
R.C. Kwant berpendapat tentang hubungan antara kritik dan demokrasi sebagai
berikut.
Demokrasi itu tidak mungkin kalau tanpa kritik. Tetapi rakyat itu
tentu dihimpun oleh pemimpin. Bagaimana yang dipimpin itu
dapat bisa memimpin diri sendiri? Itu bisa karena rakyat
mengontrol orang-orang yang mereka pimpin, habislah
demokrasinya. Pada hal kritik adalah sebagian integral daripada
kontrol. Maka krisis termasuk dalam hakikat demokrasi (Kwant,
1995: 70).

2. Kutipan Tidak Langsung (Paraphrasing dan Summarizing)


a. Parafrase (Paraphrasing)
Kutipan tidak langsung dapat dibagi menjadi dua jenis yakni
parafrase (paraphrasing) dan pengikhtisaran (summarizing). Parafrase
adalah teknik perujukan dengan mengambil gagasan utama (main idea)
dari sumber yang dirujuk. Untuk menghindari penjiplakan atau
plagiarisme, penulis harus memastikan bahwa struktur kalimat dan
pilihan kata (diksi) yang digunakan dalam parafrase harus berbeda
dengan pernyataan aslinya. Dalam setiap pernyataan yang merupakan
hasil paraphrasing dari suatu sumber atau beberapa sumber tertentu,
penulis perlu mencantumkan identitas sumber yang dirujuk. Parafrase
diperoleh penulis dengan mengambil inti/ pokok pikirannya saja, redaksi
kalimat dibuat sendiri oleh pengutip. Cara penulisannya adalah: kutipan
disatukan (diintegrasikan) dengan kalimat penulis, tidak diberi tanda
petik (.....).
Contoh:
Sejarah wacana keadilan gender (baca: feminisme) di Mesir
sebenarnya telah bergema sejak awal abad XX. Ironisnya, wacana
tersebut kelihatannya hanya berjalan di tempat. Perempuan Mesir
pada umumnya, terutama di tingkat masyarakat bawah, masih
mengalami ketidakadilan atau bahkan penindasan. Sejauh ini
masih belum ada tanda-tanda yang memperlihatkan perubahan
yang signifikan dalam relasi sosial antara laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat. Polarisasi ekstrim elemen sosial ke dalam dua
kutub berdasarkan seks (jenis kelamin) masih terjadi. Meminjam
istilah Simone de Beauvoir, perempuan masih diposisikan sebagai
the second sex atau being for others (ada untuk orang lain)
(Siswanti, 2003:21).

Paragraf di atas dapat dibuat menjadi parafrase sebagai berikut.


Perempuan di Mesir hingga sekarang masih mengalami
ketidakadilan gender bahkan penindasan meskipun wacana
keadilan gender telah berkembang sejak satu abad terakhir. Relasi
sosial laki-laki dan perempuan masih seperti dua kutub yang
berjauhan. Perempuan masih dipandang sebagai makhluk kelas
dua (the second sex) atau eksistensinya sekedar menjadi
pelengkap bagi laki-laki (being for others) (Siswanti, 2003:21).

Perhatikan contoh parafrase yang kurang benar dari kutipan di atas berikut ini.
Wacana keadilan gender di Mesir telah bergema sejak awal abad XX.
Sayangnya, wacana tersebut hanya berjalan di tempat sehingga perempuan
Mesir masih mengalami ketidakadilan atau bahkan penindasan sampai
sekarang. Polarisasi ekstrim elemen sosial ke dalam dua kutub berdasarkan
seks (jenis kelamin) masih terjadi. Perempuan masih diposisikan sebagai
the second sex atau being for others (ada untuk orang lain) (Siswanti,
2003:21).

6.5 Etika Mengutip


1. Kaidah Mengutip
Kutipan adalah pinjaman pendapat dari seseorang, baik melalui ucapan
lisan maupun yang berasal dari cetakan, seperti : buku, koran, majalah, dan
sejenisnya. Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (a) kutipan
langsung, dan (b) kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pinjaman
pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat
dari sebuah teks asli. Adapun kutipan tidak langsung adalah piajaman pendapat
penulis lain yang diambil hanya intisari pendapat tersebut.
Ada beberapa ketentuan dalam melakukan pengutipan. Ketentuan kutipan
langsung maupun tidak langsung ada beberapa perbedaan. Ketentuan kutipan
Iangsung di autaranya:
1. Kutipan langsung yang tidak lebih dari 4 baris yang akan dimasukkan ke
dalam teks dapat dilakukan dengan cara, yaitu :
a. kutipan diintegrasikan langsung ke dalam teks,
b. jarak antara baris dengan baris lain 2 spasi,
c. kutipan diapit dengan tanda kutip,
d. sesudah kutipan selesai diberikan tanda kutip pengarang.
2. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris, mengikuti ketentuan berikut:
a. kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi,
b. jarak antara baris dengan bans 1 spasi,
c. kutipan bisa diapit dengan tanda kutip pengarangnya,
d. seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5 sampai 7 ketukan.
e. bila kutipan dimulai dengan alinea baru maka kutipan itu harus dituliskan
masuk ke dalam lagi 5 sampai 7 ketukan.
Adapun ketentuan penulisan kutipan tidak langsung di antaranya:
a. kutipan itu diintegrasikan ke dalam teks,
b. jarak antarspasi 2 spasi,
c. kutipan tidak diapit dengan tanda titik,
d. sesudah kutipan seiesai diberikan tanda kutip pengarangnya.
Dengan mengikuti kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah, penyajian
kutipan mengikuti beberapa ketentuan berikut ini.
a. istilah-istilah seperti ibid, op cit, dan lot cit tidak perlu digunakan dalam
karangan ilmiah karena pembaca tidak akan langsung mengetahui
siapayang membuat pernyataan;
b. bila nama pengarang dituliskan sebelum bunyi kutipan ketentuannya
sebagai berikut:
1) buatlah dahulu pengantar kalimat seperlunya
2) tulislah nama akhir pengarang, koma, tahun terbit, titik dua, nomor
halaman di dalam tanda kurung; dan
3) barulah tampilkan kutipan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Contoh:
Dalam hal fungsi ideologi, Ramlan Subakti (1992:48) menyimpulan
ada dua fungsi ideologi, yaitu : pertama, menjadi tujuan dan cita-cita
yang hendak dicapai bersama oleh masyarakat; kedua, sebagai
pemersatu satu masyarakat, karenanya prosedur penyelesaian konflik
yang terjadi dalam masyarakat.
c. Bila nama pengarang dicantumkan setelah kutipan, ketentuannya sebagai
berikut:
1) buatlah pengantar kalimat seperlurya tampilkan kutipan,
2) kemudian tulislah nama akhir pengarang, koma tahun terbit, titik dua,
dan nomor halaman, dan tanda kurung.
Contoh:
Fungsi ideologi ada dua fungsi ideologi, yaitu : pertama, men jadi
tujuan dan cita-cita yang hendak dicapai bersama oleh masyarakat;
kedua, sebagai pemersatu satu masyarakat. Karenanya prosedur
penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat harus adil
(Surbakti, 1992:48).
d. Bila pengarang 2 orang, ketentuan b daa c di atas berlaku.
Contoh:
Selanjutnya, Subroto dan Pakpahan (1978:12) menyatakan bahwa
penangkaran burung perkutut hampir sama dengan burung gelatik. Kedua
burung itu hendaknya diberikan privacy. Sangkanya harus menyentuh
permukaan tanah, dan dikumpulkan sepasang demi sepasang.
atau:
Penangkaran burung perkutut hampir sama dengan burung gelatik. Kedua
burung itu hendaknya diberikan privacy. Sangkarnya menyentuh
permukaan tanah, dan dikumpulkan sepasang demi sepasang (Subroto dan
Pakpahan (1978:12).
e. Jika diperlukan rujukan lebih dari satu, penyajian kutipannya seperti
berikut.
Contoh:
Hakikat bahasa dapat dipahami berdasarkan ciri-cirinya. Bahasa memiliki
ciri-ciri, yaitu: sebagai sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer,
produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Chaer dan Agustina,
1995:14; Oka, 1994:9).
Dalam hal ini titik koma [;] harus digunakan untuk memisahkan setiap
referensi yang dikutip.
f. Jika sebuah referensi nama pengarangnya lebih dari dua, yang disebutkan
hanya nama pengarang pertama ditambahkan kata dkk. dibelakang nama
pengarang tersebut
Contoh: :
Ada pendapat umum yang menyatakan wanita adalah bagian rumah
tangga. Tugas wanita yang paling utama adalah menjadi isteri yang baik
bagi suaminya (swarga nunut, neraka katut, kata orang Jawa), dan
menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Wanita terutama harus bekerja
di sektor domesiik. Kalau pun wanita bekerja di luar rumah tangtangga
(sektor publik), itu cuma pekerjaan sampingan (Budiman dkk., 1995:101).
BAB VII
SURAT RESMI DAN SURAT LAMARAN KERJA

7.1 Surat Resmi


Surat merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat akrab dengan
kehidupan kita. Hampir kita semua pernah membuat surat. Surat adalah salah satu
alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan suatu pesan dari seseorang, satu
pihak, atau suatu organisasi/instansi kepada orang, pihak, atau organisasi/instansi
lain.
Dalam berkomunikasi dengan surat, paling tidak ada empat hal yang
terlibat di dalamnya.
a. Pengirim surat, yaitu orang atau lembaga yang menyampaikan pesan melalui
surat.
b. Penerima surat, yaitu orang atau lembaga sasaran yang dikirimi surat.
c. Pesan, yaitu isi surat berupa informasi gagasan, atau perasaan pengirimnya.
d. Saluran, yaitu surat itu sendiri yang memuat pesan yang diformulasikan dalam
ragam bahasa tulis dan disajikan dalam format surat yang sesuai dengan
keperluan.

7.1.1 Jenis Surat


Jenis surat dapat dibagi menjadi:
1) Menurut kepentingan dan pengirimnya, surat dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Surat pribadi, yaitu surat yang dikirimkan seseorang kepada orang lain atau
suatu organisasi/instansi. Kalau surat itu ditujukan kepada seseorang seperti
kawan atau keluarga, maka format dan bahasa surat relatif lebih bebas. Akan
tetapi, bila surat itu ditujukan kepada pejabat atau organisasi/instansi seperti
surat lamaran pekerjaan, ajuan kenaikan golongan, atau pengaduan, maka
bentuk dan bahasa surat yang digunakan harus resmi.
b. Surat dinas pemerintah, yaitu surat resmi yang digunakan instansi
pemerintah untuk kepentingan administrasi pemerintahan.
c. Surat niaga, yaitu surat resmi yang dipergunakan oleh perusahaan atau badan
usaha.
d. Surat sosial, yaitu surat resmi yang digunakan oleh organisasi
kemasyarakatan yang bersifat nirlaba (nonprofit).
2) Menurut isinya, surat dapat dikelompokkan menjadi surat pemberitahuan, surat
keputusan, surat perintah, surat permintaan, surat panggilan, surat peringatan,
surat perjanjian, surat laporan, surat pengantar, surat penawaran, surat pemesanan,
surat undangan, dan surat lamaran pekerjaan.
3) Menurut sifatnya, surat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Surat biasa, artinya, isi surat dapat diketahui oleh orang lain selain yang
dituju.
b. Surat konfidensial (terbatas), maksudnya, isi surat hanya boleh diketahui
oleh kalangan tertentu yang terkait saja.
c. Surat rahasia, yaitu surat yang isinya hanya boleh diketahui oleh orang yang
dituju.
4) Berdasarkan banyaknya sasaran, surat dapat dikelompokkan menjadi surat
biasa, surat edaran, dan surat pengumuman.
5) Berdasarkan tingkat kepentingan penyelesaiannya, surat terbagi atas surat
biasa, surat kilat, dan surat kilat khusus.
6) Berdasarkan wujudnya, surat terbagi atas surat bersampul, kartu pos, warkat
pos, telegram, teleks atau faxcimile, serta memo dan nota.
7) Berdasarkan ruang lingkup sasarannya, surat terbagi atas surat intern dan surat
ekstern.

7.1.2 Bahasa Indonesia dalam Surat-Menyurat


Surat merupakan salah satu bentuk karangan. Ini berarti hal-hal yang
berlaku dalam pengembangan suatu karangan, pada dasarnya berlaku pula untuk
surat, misalnya topik, tujuan, sasaran, ejaan, diksi, gaya bahasa, pengkalimatan,
dan pengalineaan. Begitu pula dengan proses yang terlibat di dalamnya, seperti
perencanaan, penulisan, dan penyempurnaan, juga terjadi dalam membuat surat.
Sebelum menulis surat misalnya, kita harus jelas dulu apa yang akan kita tulis,
apa tujuan dan hasil yang diharapkan, serta siapa yang akan dituju oleh surat kita.
Ketidakjelasan itu semua akan berakibat pada ketidakjelasan isi surat.
Secara umum, bahasa surat resmi memiliki ciri sebagai berikut:
1) Bahasa yang jelas, maksudnya, bahasa yang digunakan tidak memberi peluang
untuk ditafsirkan berbeda dari maksud penulis surat.
2) Bahasa yang lugas dan singkat, artinya, bahasa yang digunakan langsung
tertuju pada persoalan yang ingin dikemukakan. Kelugasan bahasa
diwujudkan dalam pemakaian bahasa yang ringkas tetapi pdat makna.
3) Bahasa yang santun, yakni bahasa yang dipakai menunjukkan rasa hormat dan
penghargaan yang wajar dari pengirim terhadap penerima surat. Yang harus
diingat, kesantunan berbahasa janganlah berlebihan. Pengiriman surat jangan
sampai terlalu merendahkan dirinya dan menyanjung-nyanjung sasarannya.
Contoh: . Kami sangat berterima kasih bila Bapak sudi mengabulkan
permohonan ini. Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami menghaturkan
terima kasih yang tak terhingga.
Jika kita perhatikan contoh di atas, kita dapat melihat bahwa diksi yang
dipilih menunjukkan kerendahan diiri pengirim surat dan penghormatan yang
agak berlebihan terhadap penerima surat. Salah satu faktor yang
mempengaruhi penggunaan diksi yang seperti ini di antaranya budaya atau
bahasa daerah penulis surat yang mengenal perbedaan strata social yang
relatif ketat.
4) Bahasa yang resmi, yaitu bahasa yang mengikuti kaidah baku bahasa Indonesia.
Kebakuan ragam bahasa itu akan tercermin dalam ejaan, pilihan kata, dan struktur
bahasa yang digunakan.

7.1.3 Bagian-bagian Surat Resmi


1. Kepala Surat
Kepala surat memudahkan penerima surat mengetahui secara cepat nama dan
alamat kantor instansi, organisasi, dan perusahaan yang mengirim surat.
Unsur-unsur yang terdapat dalam Kepala Surat:
a. Logo atau Lambang Instansi, Organisasi, atau Perusahaan;
b. Nama Kantor Instansi, Organisasi, atau Perusahaan;
c. Alamat Kantor;
d. Nomor Kotak Pos (Po Box) dan Kode Pos; dan
e. Nomor Telepon dan faksimile (bila ada).

2. Nomor Surat
Penulisan nomor atau kode surat diatur sebagai berikut:
a. Kata nomor atau No. diikuti tanda titik dua.
b. Garis miring (/) yang digunakan dalam nomor dan kode surat tidak
didahului dan diikuti oleh spasi.
c. Setelah Angka tahun, tidak diikuti oleh tanda baca apapun.
Contoh,
Nomor: 119/PT.SM/SU/2013

3. Tanggal, Bulan, dan Tahun Surat


a. Tanggal, bulan, dan tahun harus ditulis lengkap, tanpa menyingkat,
misalnya 10 Desember 2013, bukan 10-12-2013.
b. Tanggal surat dinas tidak perlu didahului nama kota pengirim karena telah
tercantum pada kepala surat.
c. Pasa akhir tanggal, bualan, dan tahun surat tidak diikuti tanda apapun.

4. Lampiran
Memungkinkan penerima surat mengetahui sejak awal adanya sesuatu yang
disertakan bersama surat itu. Hal yang perlu diperhatikan adalah,
a. Penyebutan adanya lambiran sebaiknya dicantumkan pada notasi lampiran
dan isi surat.
b. Apabila tidak ada yang dilampirkan gunakan tanda hubung (-) sebagai
keterangan lampiran.
c. Kata Lampiran atau Lamp diikuti ytanda titik dua. Huruf awal adalah
huruf kapital dan seterusnya tidak. Pada akhir keterangan Lampiran tidak
digunakan tanda apapun.
Contoh,
Lampiran: Satu Berkas
5. Perihal atau Hal
a. Pokok atau inti surat dibicarakan secara singkat dan jelas.
b. Kata Perihal atau Hal diikuti tanda titik dua.
c. Huruf awal kata pertama isi Hal ditulis dengan huruf kapital dan
seterusnya tidak, jika kata-kata itu bukan nama.
d. Isi hal tidak diikutitanda baca apapun.
Contoh,
Hal: Undangan kegiatan seminar

6. Alamat (dalam) Surat


a. Alamat surat tidak perlu diikuti kata kepada, cukup ditulis Yth. atau Yang
Terhormat, kemudian diikuti sapaan Bapak, Ibu, Sdr. atau Saudara. Akan
tetapi, kalau surat ditulis untuk perusahaan atau organisasi, Yth. Atau Yang
Terhormat tidak diperlukan.
b. Apabila nama tidak diketahui, atau ragu, maka gunakan nama umum
seperti jabatan.
c. Penyingkatan Untuk Perhatian yang benar adalah U.P bukan U/P.
d. Akhir alamat tidak diikuti tanda apapun.

7. Salam Pembuka
a. Huruf awal ditulis dengan huruf kapita, dan huruf lainnya tidak.
b. Setelah salam pembuka diikuti tanda koma.
Contoh,
Dengan hormat,
Bapak Ketua Jurusan yang terhormat,
Salam sejahtera,
Assalamualaikum Wr. Wb.

8. Isi Surat
a. Bagian pembuka
Contoh,
1. Dengan ini saya beritahukan
2. Sehubungan dengan Surat Saudara Nomor Tanggal
b. Bagian isi
Bagian isi merupakan pokok persoalan yang memuat pesan.
c. Bagian penutup
Contoh,
Atas perhatian Bapak kami sampaikan terima kasih

9. Salam Penutup
Salam penutup disesuaikan dengan salam pembuka yang digunakan.
Contoh,
a. Wasalam,
b. Salam takzim,
c. Salam hormat,
d. Hormat saya,

10. Jabatan, Tanda Tangan, Cap, Nama Terang, dan NIP (bagi surat resmi
pemerintah)
a. Surat dari perorangan, kelompok, atau organisasi sosial atau niaga.
Contoh,
Hormat kami, Wasalam, Hormat kami,
a.n. Warga Sibabat

Drs. Zikri Ridwan


Ali Imron Amir Mulyadi Direktur Utama

b. Surat pemerintahan.
Dekan FKIP

Prof. Dr. H. M. Nur Mustafa


NIP. 19591011 199010 1 001
c. Surat dinas yang menggunakan atas nama.
a.n. Rektor UT
Pembantu Rektor I

Dr. M. Ikbal Hasan, M.Si.

11. Tembusan
a. Kata Tembusan ditulis di kaki surat sebelah diri sejajar dengan nomor,
lampiran, dan prihal surat.
b. Diikuti tanda titik dua dan tidak bergaris bawah.
c. Keterangan setelah titik dua tidak diperlukan.
d. Penggunaan kata arsip atau pertinggal di akhir tembussan tidak diperlukan.
e. Menggunakan nomor urut bila yang ditembusi lebih dari satu.
Contoh,
Tembusan:
1. Dekan FKIP Universitas Riau di Pekanbaru
2. Dinas Pendidikan kab. Indragiri Hulu di Rengat

7.2 Surat Lamaran Kerja


Surat lamaran pekerjaan adalah sebuah surat yang memuat bahan
komunikasi, disampaikan oleh seseorang kepada orang pihaklain, baik organisasi
atau kantor berisikan permohonan bekerja.
Unsur-unsur surat lamaran kerja berbeda dengan unsur-unsur surat resmi.
Surat lamaran kerja memiliki struktur sebagai berikut.
a. Tanggal Surat
Penulisan tanggal surat perlu didahului oleh nama kota, karena surat
lamaran pekerjaan tidak memiliki kop surat. Selain itu,angka tahun tidak perlu
diikuti tanda baca apa pun.
Contoh
Pekanbaru, 19 Desember 2013
b. Nomor Surat
Diketik segaris dengan tanggal, bulan, dan tahun. Surat resmi selalu diberi
nomor surat, kode, dan tahun. Nomor surat tidah selalu dibuat.
Contoh
Nomor: 03/UM/2010
c. Nomor Surat
Apabila dalam surat ada yang dicantumkan, seperti kuitansi, brosur, atau
fotokopi, pelampiran tersebut cukup ditulis jumlahnya saja. Jika tidak ada yang
dilampirkan berarti kata lampiran tidak perlu dicantumkan.
Contoh
Lampiran: Delapan lembar
d. Perihal Surat
1. Dituliskan secara ringkas dengan inti yang akan dibahas di dalam isi surat.
2. Berwujud frasa dan dimulai dengan huruf kapital.
3. Tidak ada tanda baca titik di belakangnya dan tidak digarisbawahi.
Contoh:
Perihal: Lamaran kerja
e. Alamat Surat
Penulisan alamat tidak perlu diawali dengan kata kepada karena sudah
jelas bahwa alamat yang ditulis adalah alamat yang dituju.
Contoh Penulisan yang dianjurkan.
Yth. Direktur Personalia PT Makmur Sejati
Jalan Ahmad Yani Nomor 25
f. Salam Pembuka
Salam pembuka yang cukup dikenal di antaranya sapaan dengan hormat
sapaan ini ditulis sebagai berikut.
Contoh
Dengan hormat,
g. Kalimat Pembuka
Kalimat pembuka surat lamaran kerja biasanya berisi pemberitahuan
tentang asal informasi lowongan kerja.
Contoh
Sehubungan dengan iklan yang dimuat di harian Riau Pos, Kamis, 16 Desember
2013, dengan ini saya:
h. Identitas
Identitas yang dicantumkan dalam surat hanya identitas pelamar secara
umum.
Contoh,
nama :
tempat, tanggal lahir:
pendidikan terakhir :
alamat :
nomor telepon :
i. Penyampaian Tujuan
Pada bagian ini, penulis menyampaikan niatnya untuk mengajukan
lamaran kerja pada bidang tertentu sesuai informasi yang didapat.
Contoh
Bermaksud mengajukan lamaran pekerjaan pada jabatan yang
dimaksud dalam iklan tersebut.
j. Daftar lampiran
Penulis mencantumkan keterangan tentang hal-hal yang dilampirkan.
Contoh
Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan:
1. Daftar riwayat hidup
2. Fotokopi ijazah terakhir
3. SKCK
4. KTP
5. Past Foto
k. Bagian Penutup
Contoh
1. Demikian surat ini saya buat, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan.
Atas perhatian Bapak/Ibu, saya mengucapkan terimakasih.
2. Bila dikehendaki saya bersedia memenuhi panggilan untuk di Tes atau
wawancara. Atas perhatian Bapak/Ibu, saya sampaikan terimakasih.
l. Salam Penutup, Nama, dan Tanda Tangan
Contoh,
Hormat saya,

Rahardian, S.E.
BAB VIII
KARYA ILMIAH

8.1 Makalah Ilmiah


8.1 Pengertian Makalah
Makalah adalah salah satu bentuk tulisan ilmiah yang berisi gagasan penulis
tentang suatu topik bahaasan ilmiah Sri Ningsih dkk (2007:136). Dalam KBBI edisi ke
empat (2008:860) makalah ialah 1) tulisan resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan
untuk dibacakan dimuka umum dalam suatu persidangan dan yang sering disusun untuk
diterbitkan; 2) karya tulis pelajar atau mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas
sekolah atau perguruan tinggi.

Jadi, Makalah adalah salah satu jenis karya tulis ilmiah yang membahasa tentang
suatu tema tertentu yang tercakup dalam suatu ruang lingkup. Makalah dapat berupa
kajian pustaka ataupun dapa juga berupa hasil kegiatan di lapangan.

8.2 Memilih Judul

Yang pertama harus ditulis adalah judul artikel. Judul ini harus mencerminkan isi
pokok artikel. Tulislah judul itu dengan sederhana tetapi menarik, jangan bombastis
seperti judul artikel di surat kabar atau majalah populer. Judul ini harus merupakan
peernyataan ringkas tentang topik utama dan menyebutkan variabel sebenarnya atau isu
teoretis yang diteliti serta hubungan di antara variabel atau isu-isu tersebut. Beberapa
kriteria judul yang baik yaitu:

Judul singkat (3 5 kata) dan padat (sarat makna)


Menarik dan menggugah orang untuk membaca tulisan secara keseluruhan

Gunakan istilah/idiom popular

Eksplorasi gagasan seluas mungkin (banyak membaca, mendengar,


berdiskusi)

Pilih yang relevan dengan minat/ bidang kompetensi

Pilih yang aktual (sedang hangat dan jadi perbincangan publik)

Tentukan sikap atas masalah yang akan dibahas (pro atau kontra?)
8.3 Bahasa Makalah Ilmiah

Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam
bahasa ilmiah, adapun ciri-ciri dari ragam bahasa ilmiah adalah :
1. Kosakata yang digunakan dipilih secara cermat
2. Pembentukan kata dilakukan secara sempurna
3. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu
Ragam bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri :

1. Cendikia

Di dalam bahasa cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat


dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh
pembaca secara tepat. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan
ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan
proposisi logika. Kecendikiaan juga berhubungan dengan kecermataan
memilih kata seperti : tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.

2. Lugas

Dengan paparan yang lugas, kesalahpahaman dan kesalahan


menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra
cenderung tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas).

3. Jelas

Ketidakjelasan pada umumya akan muncul pada kalimat yang sangat


panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antar gagasan menjadi tidak jelas.
Oleh sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang
terlalu panjang. Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat
dalam menyusun kalimat sehingga hubungan antar gagasan dapat diikuti
secara jelas.
4. Bertolak dari gagasan

Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan,


tidak pada penulis / pelaku.

5. Formal

Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis
kosakata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang digunakan cenderung
menggarah pada kosakata ilmiah teknis, yang jarang dipahami oleh
masyarakat umum. Perlu kecermataan dalam memilih kosakata untuk artikel
ilmiah. Keformalan kalimat dalam artikel ilmiah ditandai oleh :

<1> Kelengkapan unsur wajib(subjek dan Predikat)

<2> Kebenaran isi

<3> Tampilan esai formal

6. Obyektif

Hindari kata-kata yang menunjukan sifat subjektif, seperti :


Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan.

7. Ringkas dan padat

Contoh : Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi


pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warga Negara
Indonesia.

8. Konsisten
Contoh : Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai
lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoprasikan semua telah disiapkan
kendaraan ekstra.

8.4 Langkah-langkah Penulisan Makalah

Dalam pembuatan atau menyusun makalah, perlu diperhatikan langkah-


langkah sebagai berikut :

1) Mempelajari atau menganalisa topik yang akan ditulis

2) Menyusun pola pikir, meliputi :

a) Pokok masalah dalam topik.

b) Menentukan tujuan dan ruang lingkup.

3) Pengumpulan bahan-bahan materi (referensi)

4) Menulis atau menyusun makalah dituntut :

a. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b. Susunan kalimat yang mudah dipahami.

c. Rangkaian uraian yang berkaitan.

d. Singkat, padat, tegas, dan jelas dalam uraian.

e. Menulis atau menyusun makalah secara tidak bombastis, banyak atau


panjang kalimatnya tanpa isi yang jelas

8.5 Karakteristik Makalah

Makalah mahasiswa yang dimaksudkan dalam hal ini memiliki


karakteristik sebagai berikut:
a. Diangkat dari suatu kajian literatur dan/atau laporan pelaksanaan kegiatan
lapangan.
b. Ruang lingkup makalah berkisar pada cakupan
permasalahan dalam suatu mata kuliah.
c. Memperlihatkan kemampuan mahasiswa tentang permasalahan teoritis yang
dikaji atau dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip atau teori yang
berhubungan dengan perkuliahan.
d. Memperlihatkan kemampuan para mahasiswa dalam memahami isi dari
sumber-sumber yang digunakan.
e. Menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam merangkai berbagai sumber
informasi sebagai satu kesatuan sintesis yang utuh.

8.6 Sistematika Makalah

Secara garis besar makalah yang ditulis terdiri dari tiga bagian pokok
sebagai berikut :

a. Pendahuluan, memuat tentang persoalan yang akan dibahas antara lain


meliputi latar belakang masalah, masalah, dan tujuan makalah
Latar belakang berisikan tentang alasan mengapa penulis membuat
makalah dengan judul yang dipilih dengan menjelaskan setiap unsure
dari judul tersebut. contoh judul Kalimat Efektif, harus dijelaskan
alasan memilih judul mulai dari unsur pertama tentang kalimat,
unsur kedua tentang efektif sehingga mendapat alasan tentang
kalimat efektif.
Masalah berisikan hal atau poin-poin penting sesuai dengan judul
yang dibahas pada Bab II. Poin tersebut misalnya pengertian,
klasifikasi, variasi, perbandingan dan lain-lain.
Tujuan merupakan harapan yang nantinya akan dicapai setelah
melakukan pembahasan dalam makalah tersebut.
b. Isi, yakni bagian yang memuat tentang kemampuan penulis dalam
mendemonstrasikan kemampuannya untuk menjawab persoalan atau masalah
yang dibahasnya. Pada bagian isi boleh terdiri dari lebih satu bagian sesuai
dengan permasalahan yang dikaji.
c. Penutup berisikan kesimpulan dan saaean. Kesimpulan, yakni bagian yang
memuat pemaknaan dari penulis terhadap diskusi atau pembahasan masalah
berdasarkan kriteria dan sumber-sumber literatur atau data lapangan.
Kesimpulan ini mengacu kepada hasil pembahasan permasalahan dan bukan
merupakan ringkasan dari isi makalah. Saran yaitu berupa saran-saran
terhadap pembaca atau penulis selanjutnya terhadap maklah yang telah
dibuat.
Tugas Individu Dosen Pembimbing
Bahasa Indonesia Drs. Mangatur Sinaga, M.Hum.

Kalimat Efektif

Alexander
0905120806

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1


1.2 Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat Efektif........................................................................ 3


2.2 Syarat Kalimat Efektif.............................................................................. 4
2.3 Kalimat Bervariasi..................................................................................... 5
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 8


3.2 Saran.......................................................................................................... 8

Daftar Pustaka............................................................................................... 9

Lampiran........................................................................................................ 10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa yang kita gunakan, baik lisan maupun tulis, terdiri atas satuan-
satuan yang berisi pernyataan. Satuan-satuan itu dikenal sebagai kalimat. Kita
menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan pikiran atau perasaan kita.
Kalimat merupakan suatu bagian yang selesai dan menunjukkan pikiran lengkap.
Kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan untuk bahasa lisan dan kalimat
diawali dan dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda
seru, dan tanya untuk bahasa tulis.Akan tetapi, kalimat yang sudah memenuhi
persyaratan tata kalimat tidak dengan sendirinya mencapai sasaran penyusunnya
karena pembaca atau pendengarnya tetap tidak terpikat perhatiannya atau tetap
tidak tergerak hatinya. Jika kita ingin berbahasa yang meyakinkan dan dengan
cara yang menyenangkan, kita harus mahir menyusun kalimat yang efektif;
artinya kita harus pandai membentuk kalimat yang mengenai sasarannya. kalimat
yang efektif harus menimbulkan pengaruh, menunggalkan kesan, atau
menerbitkan akibat.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan gagasan
penulis kepada pembaca sesuai dengan maksud penulis itu.Pendapat ini
didukung oleh para ahli. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
menyampaikan maksud penutur kepada penanggap secara tepat; atau
kalimat yang mampu menghindari kesalahpahaman antara penutur dan
penanggap (Hakim, 2007:307).
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud
penulis/penutur secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula (Finoza, (2008:163).
Konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi klimat selaku alat
komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses
penyampaian dan penerimaan. Apa yang disampaikan atau diterimanya itu
mungkin berupa ide, gagasan, pesan, pengertian, atau informasi.
Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan
penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Kalimat yang efektif mampu
membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam
pikiran sipenerima (pembaca), persis seperti yang disampaikan.

1.2 Masalah
1. Pengertian Kalimat Efektif
2. Syarat Kalimat Efektif
3. Kalimat Bervariasi:

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan pengertian kalimat efektif
2. Mendeskripsikan syarat kalimat efektif
3. Menjelaskan Kalimat bervariasi
BAB II

KALIMAT EFEKTIF

Konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat
komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan
penerimaan. Apa yang disampaikan itu mungkin berupa ide, gagasan, pesan, pengertian
atau informasi. kalimat yang efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampikan
itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang
disampaikan. (Razak, 1990:2).

Sebuah kalimat yang telah memenuhi syarat-syarat gramatikal mungkin belum


efektif. Efektifitas kalimat menuntut lebih dari syarat-syarat gramatikal dan kelaziman
pemakaian bahasa. Kalimat efektif bukan saja menyampaikan pesan, berita, dan amanat
yang sederhana, akan tetapi kalimat itupun merakit peristiwa gagasan ke dalam bentuk
yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran yang utuh. Penulis harus secara hati-hati
mempergunakan segala kemampuan dan kekuatan yang terdapat dalam bahasa dan
menjalin ke dalam pikiran yang utuh baik pikiran yang sederhana maupun pikiran yang
kompleks. (Parera,1987:41)

2.1 Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau
penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang dimaksud
penulis/pembicara. (www.Rangkuman materiku_kacong.com)

Menurut Hermandra (2008: 48) kalimat efektif ialah kalimat yang bukan hanya
memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja tetapi, juga harus
hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri
pembacanya.

Kalimat efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan
sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. (Parera: 1987)
Menurut Hakim (2007 : 263) kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
menyampaikan maksud penutur (penulis/pembicara) kepada penanggap
(pembaca/pendengar) secara tepat; atau kalimat yang mampu menghindarkan
kesalahpahaman antara penutur dan penganggap.

Menurut Badudu (Dalam Putrayasa, 2007:1) kalimat efektif adalah kalimat yang
baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca dapat diterima dan
dipahami oleh pendengar.

Konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat
komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan
penerimaan. Apa yang disampaikan dan yang diterima itu mungkin berupa ide, gagasan,
pesan, pengertian atau informasi. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses
penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Kalimat yang efektif
mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam
pikiran si penerima (pembaca), seperti apa yang disampaikan. (Razak:1986)

. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kalimat efektif adalah suatu kalimat
yang mengungkapkan gagasan-gagasan penulis secara tepat sesuai dengan apa yang
dimaksudkan penulis, sehingga pembaca memahami maksud penulis. Dalam hal ini,
efektif adalah ukuran kalimat yang mampu menimbulkan pikiran yang pas pada
pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pendengar/pembaca akan memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

2.2 Syarat Kalimat Efktif

Ada beberapa pendapat hali tentang ciri kalimat efektif. Hal ini disebabkan
luasnya pemikiran tentang kalimat efektif tersebut. Karena tidak mudah menyimpulkan
atau menuliskan kalimat secara efektif sesuai yang dibenarkan. Syarat utama kalimat
efektif mencakup dua hal yaitu, kalimat efektif mempunyai ciri:

a. Kesatuan gagasan
b. Kesejajaran
c. Kehematan
d. Penekanan
e. Kelogisan (Rangkuman materiku-kacong, Google:26 April 2009)
Menurut Hakim (2007 : 263) kalimat efektif mempunyai ciri-ciri:

a. Keserasian kalimat
b. Kelogisan penalaran
c. Ketertiban jalan fikiran
d. Kelogisan Struktur
e. Keragmatikan struktur
f. Keunggulan makna
g. Ketepatan diksi
h. Kehematan kata
i. Penekanan / pementingan pokok
Berdasarkan dari dua pendapat ahli tersebut disimpulkan bahwa, ciri kalimat
efektif ialah kalimat yang memiliki kesatuan gagasan, kelogisan, struktur gramatikal
yang sesuai, diksi, hemat dalam pemakaian kata serta ketepatan dalam penekanan.

2.3 Kalimat Bervariasi

Kalimat yang efektif itu bervariasi. Suatu variasi sangat penting dalam sebuah
kalimat. Bukan saja dalam sebuah karya tulis, tapi juga pada kehidupan umumnya.
Variasilah yang membuat segala sesuatunya terasa indah dan nikmat. (Razak,1986:107)

Kelincahan dalam penulisan pun tergambar dalam struktur kalimat yang dipakai.
Ada kalimat yang pendek. Ada kalimat yang panjang. Akan tetapi penulisan yang
mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek saja akan menimbulkan kebosanan dan
monoton. Demikian pula kalimat yang panjang akan membuat pembaca kehilangan
pegangan ide pokok dan mungkin menimbulkan kelelahan pada pembaca, jadi, harus ada
variasi. (Parera, 1987: 54).

1. Variasi dalam Cara Memulai


Kalimat pada umumnya dapat dimulai dengan : (1). Subjek, (2). Predikat, (3).
Sebuah kata modalitas, (4). Sebuah frase, (5). Sebuah klausa, (6). Penekanan yang
efektif.

Penulis yang berpengalaman, pintar sekali menggunakan cara diatas untuk


menghasilkan alinea yang kalimat-kalimatnya bervariasi. Artinya, masing-masing
alinea mereka bukan hanya berisi kalimat yang dimulai dengan subjek saja atau
sebuah kata modalitas saja, atau dengan sebuah frase saja, dan sebagainya, akan
tetapi mereka beri bervariasi. Disamping kalimat yang dimulai dengan subjek, ada
pula yang dimulai dengan cara lain diantara keenam cara tadi.

1.1 Memulai kalimat dengan Subjek

Kalimat yang dimulai dengan cara ini, dengan subjeknya terletak dibagian depan,
sangat banyak dipakai dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Ia merupakan cara yang
umum dan barangkali orisinal didalam memulai kalimat. Jadi, kalau memang demikian,
maka cara-cara lain dalam memulai kalimat adalah merupakan variasi saja dalam
menghasilkan komunikasi yang efektif.

Contoh : - mencari kekayaan adalah hal yang normal

1.2 Memulai kalimat dengan Predikat

Untuk menciptakan variasi dalam sebuah alinea, anda dapat mengawali kalimat
dengan predikat. Artinya selain mengawalinya dengan subjek atau dengan cara lain, anda
dapat pula mengusahakan salah satu kalimat yang dimulai dengan membalikkan predikat
ke depan, kemudian subjeknya menyusul dan seterusnya disusul lagi dengan bagian-
bagian kalimat yang lain. Kalimat yang dimulai dengan predikat juga tak kurang
efektifnya, lebih-lebih untuk kperluan variasi.

1.3 Memulai kalimat dengan sebuah kata modal

Untuk memberikan variasi kalimat dalam sebuah alinea, penulis dapat


menggunakan sebuah kata modal untuk mengawali kalimatnya. Sebuah alinea niscaya
akan lebih menarik bila didalamnya terdapat sebuah kalimat atau lebih yang dimulai
dengan kata modal disamping kalimat yang diawali dengan subjek atau cara lain. Contoh,

1. Agaknya persoalan itu akan cepat selesai kalau yang berwajib ikut turun
tangan.
2. Tiba-tiba aku teringat suatu peristiwa yang aku sendiri sudah lama
berusaha melupakannya.
1.4 Memulai kalimat dengan sebuah Frase

Kalimat yang diawali dengan sebuah frase dapat pula digunakan untuk keperluan
variasi di dalam sebuah alinea. Kalimat yang dimulai dengan frase itu bisa ditempatkan
pada permulaan alinea, ditengah atau pada bagian akhirnya. Kadang-kadang di dalam
sebuah alinea terdapat lebih dari satu kalimat yang diawali dengan sebuah frase. Contoh,

1. Sambil menghapus air mata, anak itu terus membuntuti ibunya.


2. Pada musim panas tahun 1969, saya brsama keluarga bepergian keliling
dunia dari Tokyo ke Inggris.
1.5 Memulai kalimat dengan Sebuah Klausa
Memulai kalimat dengan sebuah klausa trmasuk salah satu cara pula untuk
memciptakan adanya variasi. Seperti juga sebuah frase, sebuah klausapun bisa menempati
posisi awal sebuah kalimat. Berbeda dengan frase, sebuah klausa hanya ditemui di dalam
kalimat luas. Tidak soal apakah letaknya di depan, di tengah, di belakang. Di dalam
sebuah kalimat luas, klausa biasanya merupakan sebuah ruas yang kita sebut ruas
pembantu. Contohnya dalam kalimat yaitu,

1. Jika karangan telah selesai ditulis, anda jangan terburu-buru


mengirimnya untuk dimuat dalam majalah atau dalam surat kabar.
(Mochtar Lubis)
2. Seandanya manusia tidak berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini.
(W.J.S.Poewadarminta)

1.6 Memulai kalimat dengan Penekanan yang Efektif


Kalimat di dalam sebuah alinea bukan tidak pernah dimulai dengan subjek saja.
Ini bukanlah suatu kekecualian. Bila terdapat sebuah alina yang kalimatnya melulu
diawali dengan subjek, itu mnandakan ada efek lain yang ingin dikejar pnulisnya.
Walaupun ini tampaknya bertentangan dengan prinsip-prinsip variasi, tapi untuk mmburu
ke-efktif-an, tidak ada salahnya. Contoh,

Kita sudah mnyadari bagaimana eratnya hubungan antara buku dan


membaca. Kita telah menyadari pula bahwa kita menderita penyakit
kekurangan buku dan penyakit tidak ada kegmaran membaca. Kita
menyadari bahwa perbuatan membaca dan pembentukan kepribadian
bangsa sangat rapat hubungannya. Kita sudah mnyadari pula berbagai faktor
yang menyebabkan timbulnya berbagai problema ini. (Drs. Jazir Burhan-
Problema Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia)
Kelima kalimat dalam kutipan ini dimulai dengan subjek. Jadi tidak ada variasi.
Namun tulisan itu sangat komunikatif, mudah dipahami dan memikat. Di dalam Bahasa
memang sering terjadi penyimpangan dari norma-norma. Terjadinya penyimpangan itu
adalah karena keinginan memburu efek yang maksimal. Penulisnya ingin memancing
timbulnya hal-hal yang dapat memberikan kesan-kesan yang kuat, sehingga lukisannya
dapat memberikan gambaran yang senyata-nyatanya. Pengarang ingin menonjolkan
sesuatu yang dia rasa penting. Penekanan itu ternyata efektif, lalu kita sebut penekanan
yang efektif.

2. Variasi dalam Panjang-pendek Kalimat

Variasi kalimat bisa pula diusahakan dengan sekaligus mempekerjakan kalimat


pendek dan kalimat yang agak panjang di dalam sebuah alinea. Di sini kalimat singkat
dan kalimat panjang mempunyai nilai tersndiri. Kerja sama kedua jenis kalimat yang
berbeda ukuran ini biasanya dapat menghalau kejemuan, keletihan, dan sebaliknya bisa
membrikan tenaga yang memikat juga.

Sungguh sangat tidak enak membaca karangan yang kalimatnya melulu terdiri
dari kalimat singkat saja, tanpa bersua dengan kalimat yang agak panjang atau yang lebih
panjang lagi.

2.1 Keefektifan Kalimat Singkat

Kalimat singkat memainkan peranan tertentu dalam sebuah karangan. Misalnya


dalam sebuah alinea, kalimat singkat tidak sama tugas serta fungsinya dengan kalimat
panjang. Kita tidak dapat mengatakan yang satu lebih penting dari yang lain. Keduanya
sama-sama penting, yang berbeda hanya tugasnya. Dan seorang penulis harus mengetahui
tugas kalimat singkat, begitu juga kalimat panjang.

Kalimat tugas biasanya bertugas menyatakan penegasan atau kepastian. Trutama


dalam karangan yang bersifat argumentatif, fungsi kalimat itu jelas sekali. Bila ada suatu
sikap yang perlu ditegaskan, atau suatu kepastian yang perlu dinyatakan, kalimat
singkatlah yang melaksanakannya.

2.2 Keefektifan Kalimat Panjang


Tiap penegasan tentu memerlukan uraian dan perincian. Inilah terutama tugas
serta fungsi kalimat panjang dalam sebuah alinea. Berbeda dengan tugas kalimat singkat,
maka kalimat panjang harus memberikan uraian, ulasan, analisa, detil, alasan tertentu,
data, dan lainn sebagainya. Memang kalimat panjanglah yang lebih tepat untuk tugas ini
buat memperjelas, memerinci, supaya segala sesuatunya menjadi lebih terang serta
meyakinkan.

3. Variasi dalam Struktur Kalimat

Adanya berbagai struktur kalimat dalam sebuah alinea juga besar artinya dilihat
dari sudut variasi. Alinea yang dem, demikian biasanya lebih menyenangkan, tidak
seperti membaca alinea yang struktur kalimatnya sama semua. Oleh sebab itu, penulis
yang efektif sangat memperhatikan pola kalimat yang terdapat dalam alinea mereka. Ini
senantiasa dijadikan sasaran perbaikan apabila mereka menginginkan karangan mereka
lebih efektif. Karangan yang efektif mencerminkan keragaman struktur seperti terlihat
pada alinea di bawah ini.

Angka buta huruf di Asia sangat tinggi. Kecualinya mungkin hanya di Jepang,
99% daripada penduduknyasetidak-tidaknya dapat membaca dan menulis untuk
sebagiannya.. kurang lebih tiga perempat daripada waktu sekolah di Jepang
diperuntukkan bagi pelajaran membaca dan menulis. Dan pada akhir perskolahan
enam tahun, kebanyakan anak-anak Jepang telah mengenal kurang lebih seribu
huruf, yakni huruf Kana. Mulanya hal ini dicemoohkan oleh kaum intelektual
Tiongkok. Dan kini Tiongkok memperoleh hasil dari snobismenya, dalam kenyataan
bahwa orang yang buta huruf berjumlah lebih 300 ratus juta, atau kira-kira 40%
dari penduduknya. Kemudian hal ini berangsur-angsur dapat diperbaiki. Caranya,
tiap mahasiswa Tionghoa harus mengajarkan seribu huruf kepada kanak-kanak yang
menerima pengetahuan itu diharuskan pula meneruskannya kepada orang tuanya. Di
Indonesia pemerintah menyatakan bahwa semenjak berdirinya republik ini telah
diadakan kampanye pemberantasan buta huruf, dan jumlah mereka yang pandai tulis
baca selalu naik.

Sebuah karangan yang efektif selalu memiliki keragaman dalam struktur kalimat;
ada kalimat sederhana, terdapat kalimat luas, dan ada pula kalimat gabung. Dan
keragaman inilah terutama yang memungkinkan adanya variasi yang amat penting itu.
4. Variasi dalam Jenis Kalimat

Dengan menggunakan berbagai jenis kalimat, anda juga dapat menghasikan


variasi. Itulah sebabnya mengapa penulis yang berpengalaman tidak menggunakan satu
jenis kalimat saja dalam karangan mereka. Di samping kalimat berita, misalnya, mereka
juga menggunakan kalimat tanya, kalimat pintu, dan kalimat seru. Begitu pula di samping
kalimat langsung, mereka juga menampulkan kalimat langsung. Oleh karena itu,
karangan mereka tidak membosankan.

Patut diketahui bahwa berdasarkan fungsinya, ahli-ahli tata bahasa membedakan


kalimat atas empat jenis. Pertama, kalimat yang berfungsi membritahukan sesuatu,
disebut kalimat berita. Semua penyampaian informasi boleh dikatakan berlangusng
melalui jenis kalimat ini. Kedua, kalimat yang fungsinya menyatakan kehendak,
keinginan, harapan, dan sebagainya, disebut kalimat pinta. Kadang-kadang kalimat pinta
ini terdengan seperti sebuah perintah, kadang-kadang bagai sebuah permohonan atau
bentuk lain lagi. Ketiga, kalimat yang menyatakan pertanyaan, dinamakan kalimat tanya.
Dan keempat, kalimat yang berfungsi menyatakan perasaan yang kuat, bernama kalimat
yang seru. Yang terakhir ini biasanya tampil dalam membahasakan berbagai wujud
perasaan manusia, misalnya perasaan haru, kagum, heran, benci, jengkel, kecewa, dan
sebagainya.

Di dalam karya tulis, di samping keempat jenis kalimat itu, ada lagi jenis kalimat
lain yang disebut kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Ia disebut langsung
apabila pengarang menyatakan ucapan-ucapan orang lain menurutapa adanya. Tidak
ditambah dan tidak dikurangi, melainkan dilukiskan menurut aslinya tanpa mengalami
perubahan apa-apa. Bilaman ucapan seseorang dilukiskan dengan kata-kata dan kalimat
pengarangan sendiri walaupun maksudnya sama maka hasilnya adalah kalimat tidak
langsung.

Untuk masing-masing jenis kalimat ini telah tersedia tanda-tanda tertentu guna
memudahkan pembaca menangkap maksudnya. Tanda untuk kalimat berita dan kalimat
pinta sama saja, yakni dimulai dengan huruf besardan diakhiri dengan titik (.). untuk
kalimat tanya dan kalimat seru juga digunakan huruf besar pada permulaannya, dan yang
satu diakhiri dengan sebuah tanda tanya (?), yang lain tanda seru (!). akhirnya untuk
kalimat tidak langsung tandanya sama dengan kalimat berita, sedangkan kalimat langsung
ditandai oleh tanda kutip, baik pada permulaannya maupun pada akhirnya (...).
4.1 Variasi dengan Kalimat Tanya

Memang sukar untuk menampilkan kalimat tanya dalam setiap alinea karangan
kita. Adalah mustahil bila seseorang memimpikan akan selalu bersua dengan kalimat
tanya tiap ia membaca alina-alinea tiap karangan. Mengapa? Soalnya sederhana saja.
Dalam tiap karangan biasanya selalu ada bagian yang khusus memberikan informasi. Di
sini kalimat beritalah yang terutama memainkan peranan.

Akan tetapi, sebuah karangan mungkin tidak begitu menarik apabila di dalamnya
hanya terdapat kalimat berita, atau paling-paling ditambah dengan kalimat pinta
bagaimanapun halusnya cara penyampaiannya. Untuk itulah kalimat tanya diikutsrtakan.
Dengan sekali-sekali ditampilkan kalimat tanya, berarti lawan bicara kita itu (dalam hal
ini pembaca) seakan-akan diajak turut serta dalam pembicaraan itu.

4.2 Variasi dengan Kalimat Seru

Dalam memberikan variasi, kalimat seru membangkitkan efek lain dari yang lain.
Kalimat seru diakhiri dengan tanda seru (!), yang digunakan untuk menegaskan suatu
kalimat. (Razak, 1986: 146)

Namanya saja sudah seru. Suatu permainan bisa menjadi lebih seru manakalan ia
dapat berperan secara tepat. Dalam sebuah karangan, kalimat seru bukan membuat bacaan
menjadi lebih seru, melainkan berfungsi membahasakan ekspresi-emosional yang kuat.
(Rangkuman materiku-kacong, Google:26 Agustus 2009)

4.3 Variasi dengan Kalimat Langsung

Variasi kalimat juga dapat diusahakan dengan kalimat langsung. Dalam


memaparkan ucapan atau pendapat orang tentang suatu soal, penggambaran dengan
kalimat langsung biasanya lebih konkret. Kalimat itu dapat memberikan kesan yang
terang kepada pembaca, dari pada kalimat yang disussun dari pengarang sendiri. Kalimat
langsung ditandai dengan tandakutip, contoh:

Veria merebahkan seluruh badannyake meja, dan sambil menangkap pandangan


Stalin- segera menunjukkan kepalanya bahwa ia mengerti sindiran itu. Ia
malahan juga menganggukkan kepalanya, agar Stalin jangan menaruh
kesangsian lagi. Sikapnya yang tegang, lehernya yang ditarik-tarik itu, matanya
yang mengintai, semuanya seakan-akan berkata: Ini saya, Yang Mulia Tuanku.
Saya mengerti semuanya. Anjing kecilmu yang setia ini tidak lagi akan berbuat
kesalahan!
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan dan pembahasan yang telah disampaikan. Penulis
mendapatkan hasil dan simpulan dari pembahasan tentang kalimat efektif yaitu:

a. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kalimat efektif adalah suatu kalimat
yang mengungkapkan gagasan-gagasan penulis secara tepat sesuai dengan apa
yang dimaksudkan penulis, sehingga pembaca memahami maksud penulis.
Dalam hal ini, efektif adalah ukuran kalimat yang mampu menimbulkan pikiran
yang pas pada pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran
penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca akan
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
b. Berdasarkan dari dua pendapat ahli tersebut disimpulkan bahwa, ciri kalimat
efektif ialah kalimat yang memiliki kesatuan gagasan, kelogisan, struktur
gramatikal yang sesuai, diksi, hemat dalam pemakaian kata serta ketepatan dalam
penekanan.
c. Bentuk dari Variasi kalimat terdiri atas :
1. Variasi dalam Cara Memulai
1.1Memulai kalimat dengan Subjek
1.2Memulai kalimat dengan sebuah kata modal
1.4 Memulai kalimat dengan sebuah Frase
1.5 Memulai kalimat dengan Sebuah Klausa
1.6 Memulai kalimat dengan Penekanan yang Efektif
2. Variasi dalam Panjang-pendek Kalimat

2.1 Keefektifan Kalimat Singkat

2.2 Keefektifan Kalimat Panjang

3. Variasi dalam Struktur Kalimat

4. Variasi dalam Jenis Kalimat


4.1 Variasi dengan Kalimat Tanya

4.2 Variasi dengan Kalimat Seru

4.3 Variasi dengan Kalimat Langsung

3.2 Saran
Penulis berharap kepada peneliti yang lain atau yang membaca makalah
ini bisa termotivasi untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai kalimat efektif.
Semoga bermanfaat untuk penulis selanjutnya sebagai bahan untuk referensi
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Razak, Abdul. 1986. kalimat efektif. Jakarta: PT Gramedia

Keraf, Goris. 1993. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah

Hakim, Nursal. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Pekanbaru: Cendikia Insani

Sinaga, Mangatur dan Charlina. 2006. Analisis Wacana. Pekanbaru: Cendikia Insani

Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bagasa Indonesia Jurnalistik. Jogjakarta: CV Andi off set

www. Rangkuman Materiku-Kacong. Com (26 Agustus 2009)

Parera, Jos Daniel. 1987. Belajar Mengemukakan Pendapat. Erlangga

Gejala Kontaminasi
BAB IX
TEKNIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

9.1 Pengertian Artikel Ilmiah

Dalam KBBI artikel ialah karya tulis lengkap. misalnya : laporan berita atau esai
dalam majalah, surat kabar dan sebagainya. Menurut M.Badri 1)Karya tulis yang
disusun untuk mengungkapkan pendapat seorang penulis atas suatu fakta/data/pendapat
orang lain berdasarkan rangkaian logika tersendiri. 2)Tulisan lepas berisi opini
seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau
kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), memengaruhi dan
meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif).

(http://ruangdosen.wordpress.com/2008/09/05/teknik-penulisan-artikel/)

Jadi, artikel ilmiah adalah karya tulis yang disusun untuk mengungkapkan suatu
fakta yang didasarkan pada pendapat atau opini dengan tujuan untuk memberitahu,
meyakinkan atau menghibur pembaca.

9.2 Topik Artikel Ilmiah


Topik yang dibahas dalam artikel ilmiah biasanya sesuai dengan situasi
yang sedang hangat dibicarakan dan bermanfaat bagi khalayak.

9.3 Bahasa Artikel Ilmiah


a. Sederhana
Bahasa artikel harus sederhana, artinya mudah dipahami pembaca yang
beragam tingkat pengetahuannya. Baik dari segi pendidikan yang bermacam-
macam tingkatannya, maupun usianya.

b. Unsur Serapan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan artikel tidak boleh terlalu
banyak menggunakan unsur serapan, karena bila terlalu sering digunakan
akan mempersulit pembaca untuk memahami isi artikel tersebut.

c. Bahasa Ilmu Pengetahuan


Bahasa yang digunakan dalam artikel harus menggunakan bahasa ilmu
pengetahuan. Dengan catatan bahasa itu harus mengacu pada kaidah
kebahasaan.
d. Ejaan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan artikel harus mengikuti ejaan
resmi karya ilmiah. Ejaan resmi karya lmiah (artikel) adalah ejaan yang
disempurnakan. Dengan pemberlakuan EYD tersebut, maka akan dicapai :

Kesimpangsiuran dalam ejaan bahasa Indonesia akan teratasi.


Adanya ejaan yang baku bagi bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia
mempunyai ejaan yang sistematis yang dapat dijadikan landasan
standarisasi tata istilah dan tata bahasa.
Memperjelas kalimat yang ingin disampaikan, sehingga tidak
menimbulkan kerancuan dan keambiguan.
Informasi yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh pembaca.

9.4 Menulis Teknis/Praktis Artikel Ilmiah


Menulis praktis Artikel Ilmiah merupakan cara menulis sebuah cerita artikel
secara lebih mudah dan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
Dengan demikian akan adanya kepraktisan dalam menulis artikel, sehingga pesan
yang akan disampaikan melalui artikel tesebut dapat tersampaikan. Bagaimana
membuat cerita artikel ilmiah tersebut secara mudah tetapi pesan yang
disampaikan kepada pembaca dapat tercapai.

Adapun langkah-langkah menulis teknis/praktis artikel sebagai berikut:


1. Judul Artikel
Judul artikel hendaknya mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas.
Pilihan kata-kata harus tepat, mengandung unsur-unsur utama masalah, jelas dan
setelah disusun dalam bentuk judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat
bagi pembaca. Judul dapat ditulis dalam bentuk kalimat berita atau kalimat tanya.
Salah satu ciri penting artikel adalah provokatif, dalam arti merangsang pembaca
untuk membaca artikel yang ditulis.
2. Nama Penulis
Untuk menghindari bias terhadap senioritas dan wibawa atau inferioritas
penulis, nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar
profesional yang lain. Jika dikehendaki gelar kebangsaan atau keagamaan boleh
disertakan. Nama lembaga tempat penulis bekerja ditulis sebagai catatan kaki di
halaman pertama. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis utama
saja yang dicantumkan disertai tambahan dkk. (dan kawan-kawan). Nama penulis
lain ditulis dalam catatan kaki atau di dalam catatan akhir jika tempat pada catatan
kaki tidak mencukupi.
3. Sponsor
Nama sponsor penelitian ditulis sebagai catatan kaki pada halaman pertama,
diletakkan di atas nama lembaga asal peneliti.
4. Abstrak
Abstrak artikel adalah ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat,
bukan komentar atau pengantar penulis. Panjang abstrak biasanya sekitar 50-75
kata yang disusun dalam satu paragraf, diketik dengan spasi tunggal. Format lebih
sempit dari teks utama. Dengan membaca abstrak diharapkan pembaca segera
memperoleh gambaran umum dari masalah yang dibahas di dalam artikel.
5. Kata Kunci
Kata kunci hendaknya diambil dari teasaurus bidang ilmu terkait. Perlu dicatat
bahwa kata-kata kunci tidak hanya dapat dipetik dari judul artikel, tetapi juga dari
tubuh artikel walaupun ide-ide atau konsep-konsep yang diwakili secara eksplisit
dinyatakan atau dipaparkan di dalam judul atau tubuh artikel.
6. Pendahuluan
Bagian ini menguraikan hal-hal penting dengan singkat dan padat tentang poin
latar belakang dan masalah. Bagian kajian pustaka harus disertai rujukan yang
bisa dijamin otoritas penulisnya. Jumlah rujukan harus proporsional. Pembahasan
kepustakaan harus disajikan secara ringkas, padat, dan langsung mengenai
masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat mencakup landasan teorinya, segi
historisnya, atau segi lainnya. Penyajian latar belakang atau rasional penelitian
hendaknya sedemikian rupa sehingga mengarahkan pembaca ke rumusan masalah
penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah dan akhirnya ke
rumusan tujuan. Untuk penelitian kualitatif di bagian ini dijelaskan juga fokus
penelitian dan uraian konsep yang berkaitan dengan fokus penelitian.
7. Metode penelitian
Pada bagian ini berisikan tentang metode penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data. Setiap bagian tersebut cukup dijelaskan secara singkat
dan padat
8. Hasil dan Pembahasan
Isi bagian ini sangat bervariasi, lazimnya berisi kupasan, analisis, argumentasi,
komparasi, keputusan, dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang
dibicarakan. Banyaknya subbagian juga tidak ditentukan, tergantung kepada
kecukupan kebutuhan penulis untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Di antara
sifat-sifat artikel terpenting yang seharusnya ditampilkan di dalam bagian ini
adalah kupasan yang argumentatif, analitik, dan kritis dengan sistematika yang
runtut dan logis, sejauh mungkin juga berciri komparatif dan menjauhi sifat
tertutup dan instruktif. Walaupun demikian, perlu dijaga agar tampilan ini tidak
terlalu panjang atau sebaliknya menjadi bersifat enumeratif seperti diktat.
9. Penutup/Simpulan
Penutup biasanya diisi dengan simpulan atau penegasan pendirian penulis atau
masalah yang dibahas pada bagian sebelumnya. Banyak juga penulis yang
berusaha menampilkan segala apa yang telah dibahas terdahulu, secara ringkas.
10. Daftar Pustaka/Rujukan
Bahan rujukan yang dimasukan dalam daftar rujukan hanya benar-benar yang
dirujuk di dalam tubuh artikel. Sebaliknya, semua rujukan yang telah disebutkan
dalam tubuh artikel harus tercatat di dalam daftar rujukan.
Adapun hasil dari langkah-langkah yang tertera diatas dapat kita menulis
artikel ilmiah yang praktis. Contoh artikel ilmiah tersebut adalah pembelajaran
sastra.

ASPEKTUALITAS BAHASA BANJAR HULU

Oki Rasdana
Hasnah Faizah AR
Mangatur Sinaga

Prgoram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau

ABSTRACT
This research antitles Aspectuality of Banjar Hulu Languange. The
research that writer did about Aspectuality of Banjar Hulu Languange analyze
marker and meaning of aspectuality in phrase level.. The collecting data used
interview of five informants. The research used with descriptive method and data
analysis used subtitution technique. The result of this research were 16 marker and
18 the meaning aspectuality of Banjar Hulu langunge. The marker aspectuality of
Banjar Hulu langunge is sign of adverb such as sudah, balum, sadang, imbah,
hanyar, etc. The meaning aspectuality of Banjar Hulu language consit of
aspectuality ingressive, inkoative, terminative, imperfective, progressive,
intensive, iterative, semelfaktive, durative, diminutive, atenuative, akumulative,
distributive, finitive, komitative, habituative, kompletive, frekuantive.

Keyword: Aspectuality and Banjar Hulu Langunge

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Aspektualitas Bahasa Banjar Hulu. Penelitian yang


penulis lakukan tentang Aspektualitas Bahasa Banjar Hulu menganalisis
pemarkah dan makna aspektualitas pada tataran frasa. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara terhadap lima informan. Penelitian dilakukan
dengan metode deskriptif dan analisis data menggunakan teknik sulih atau
subtitusi. Penelitian ini menghasilkan 16 pemarkah dan 18 makna aspektualitas
bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas bahasa Banjar Hulu ditandai dengan
adverbia seperti sudah, balum, sadang, imbah,dan hanyar. Makna aspektualitas
bahasa Banjar Hulu terdiri atas aspektualitas ingresif, inkoatif, terminatif,
imperfektif, progresif, intensif, iteratif, semelfaktif, duratif, diminutif, atenuatif,
akumulatif, distributif, finitif, komitatif, habituatif, kompletif, dan frekuentif.

Kata Kunci : Aspektualitas dan Bahasa Banjar Hulu.

PENDAHULUAN
Djajasudarma (1993:25) menyatakan bahwa aspek (aspektualitas) diduga
lebih banyak terdapat pada bahasa-bahasa di dunia, dibandingkan dengan kala.
Penulis memfokuskan penelitian tentang aspektualitas pada bahasa Banjar Hulu.
Hapip (1977:1) memberikan dua dialek suku Banjar yaitu bahasa Banjar Kuala
dan Bahasa Banjar Hulu. Penelitian yang dilakukan ialah tentang bahasa Banjar
Hulu yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir. Sebagian besar masyarakat
Kabupaten Indragiri Hilir di Riau berbahasa Banjar. Mahdini (2003:8)
menyatakan suku bangsa Melayu Banjar di Propinsi Riau banyak bermukim di
Kabupaten Indragiri Hilir, khususnya Tembilahan, Sapat, Tempuling dan Sungai
Salak. Namun, ada beberapa daerah di kabupaten tersebut, masyarakatnya tidak
berbahasa Banjar seperti Reteh, Sanglar, Mandah, Kuala Enok. Penelitian
terhadap bahasa Banjar Hulu, penulis lakukan di Kabupaten Indragiri Hilir.
Kabupaten ini satu-satunya kabupaten yang mayoritas masyarakatnya berbahasa
Banjar di Riau.
Aspektualitas adalah subkategori semantik fungsional yang mempelajari
bermacam-macam sifat unsur waktu internal situasi (peristiwa, proses, atau
keadaan) yang secara lingual (dalam bentuk bahasa) terkandung di dalam
semantik verba (Tadjuddin, 2005:9). Penelitian ini menganalisis pemarkah dan
makna aspektualitas pada tataran frasa. Pemarkah aspektualitas bahasa Indonesia
ditandai dengan adverbia seperti sudah, belum, sedang, selesai, baru, mulai dan
sebagainya. Pemarkah inilah yang mendeskripsikan makna aspektualitas sebagai
penjelas situasi yang berlangsung. Makna aspektualitas bahasa Indonesia
Tadjuddin (2005) mengklasifikasikan makna aspektualitas terdiri dari
aspektualitas Ingresif, inkoatif, terminatif, imperfektif, progresif, intensif, iteratif,
semelfaktif, duratif, diminutif, atenuatif, akumulatif, distributif, finitif, komitatif,
habituatif, kompletif, dan frekuentif.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang penulis gunakan ialah metode deskriptif. Data dari
penelitian ini berupa tuturan dalam bahasa Banjar Hulu Kabupaten Indragiri Hilir.
Sumber data penelitian ini ialah lima informan yang menggunakan tuturan bahasa
Banjar Hulu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
simak cakap sadap (Sudaryanto, 1992:1-7). Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis data subtitusi (sulih). Hal ini telah teruji dalam
penelitian yang dilakukan Sumarlam dan Mangatur Sinaga tentang aspektualitas.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik keabsahan triangulasi.
Bugin (2008:249) menyatakan uji keabsahan data dapat dilakukan dengan
triangulasi pendekatan dengan kemungkinan melakukan trobosan metodologi
terhadap masalah-masalah tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemarkah Aspektualitas Leksikal sudah/udah/dah sudah
Pemarkah aspektualitas leksikal sudah/udah/dah dalam bahasa Banjar
Hulu menyatakan makna keberlangsungan situasi yang menjelaskan dari awal,
tengah, dan akhir situasi tersebut.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal hanyar baru/mulai mulai
Pemarkah aspektualitas leksikal baru/mulai dalam bahasa Banjar Hulu
untuk menunjukkan situasi tersebut digunakan kata hanyar/mulai yang berarti
'baru/mulai. Makna hanyar/mulai digunakan untuk menyatakan
keberlangsungan situasi yang baru saja terjadi.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal imbah/salasai selesai/lapas usai /sampai
sampai /habis habis talah siap
Pemarkah aspektualitas leksikal selesai dalam bahasa Banjar Hulu
digunakan imbah/talah/salasai/habis/lapas/sampai. Pemarkah imbah/
talah/salasai/habis/lapas/sampai sebagai pemarkah yang menyatakan situasi yang
sudah selesai terjadi atau dikerjakan yang lebih menitikberatkan pada bagian akhir
dari situasi yang berlangsung.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal balum belum
Pemarkah aspektualitas leksikal belum pada bahasa Banjar Hulu dalam
berkomunikasi sehari-hari menggunakan kata balum. Pemarkah yang dimaksud
pun sama halnya dengan fungsi pemarkah belum pada bahasa Indonesia.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal sadang sedang/masih masih
Pemarkah aspektualitas leksikal sedang/masih pada bahasa Banjar
Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata sadang/masih.
Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan
bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi yang sedang berlangsung atau masih
dalam proses.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal tarus terus/tatarusan terus-
terusan/kada? imbah-imbahnya tidak henti-hentinya/kada?habis-habisnya
tidak habis-habisnya
Pemarkah aspektualitas leksikal terus/terus-menerus/tidak henti-
hentinya/tidak habis-habisnya dalam bahasa Banjar Hulu yang digunakan
dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata tarus/tatarusan/kada?
imbah-imbahnya/kada?habis-habisnya. Pemarkah ini menyatakan makna
keberlangsungan yang terus-menerus secara runtun.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal manyambat-nyambat Reduplikasi Verba
Pungutual yang Menyatakan Berkali-Kali, mamukuli? Sufiks-i, ,karap
sering, jarang jarang dan kadang/kadang-kadang kadang-kadang
Pemarkah aspektualitas leksikal reduplikasi verba pungtual yang
menyatakan berkali-kali dan sebagainya, sufiks-i berkali-kali dan sebagainya,
sering, jarang dan kadang-kadang yang merupakan pemarkah aspektualitas
frekuentif pada bahasa Banjar Hulu digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari
dapat diamati pada kata reduplikasi manyambat-nyambat dan sebagainya sufiks-i
mamukuli? dan sebagainya, karap, jarang dan kadang/kadang-kadang. Pemarkah
ini dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya yaitu menyatakan situasi
rediuplikasi manyambat-nyambat, menyebut-nyebut dan sebagainya, sufiks-i
mamukuli?, memukuli dan sebagainya, karapsering, jarang jarang,
kadang/kadang-kadang kadang-kadang yang terjadi atau dilakukan.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal sakilas sekilas dan tiba-tiba? tiba-tiba
Pemarkah aspektualitas leksikal sekilas dan tiba-tiba pada bahasa
Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata sakilas dan
tiba-tiba?. Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya
dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi yang berlangsung sekilas atau
tiba-tiba saja terjadi.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal satumat sebentar, salawas selama, lima
manit lima menit dan Sebagainya
Pemarkah aspektualitas leksikal sebentar, selama, lima menit dan
sebagainya pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat
diamati pada kata satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya. Pemarkah
yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa
Indonesia untuk menyatakan situasi yang keberlangsungannya memiliki
keterbatasan waktu.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal basasupan malu-malu
Pemarkah aspektualitas leksikal malu-malu yang menyatakan
keberlangusungannya agak atau melakukan sesuatu sedikit pada bahasa Banjar
Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata basasupan.
Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan
bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi yang keberlangsungannyaagak atau
melakukan sesuatu sedikit.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal duduk-duduk duduk-duduk, minum-
minum minum-minum, bual-bual ngomong-ngomong dan Sebagainya
Pemarkah aspektualitas leksikal duduk-duduk, minum-minum,
ngomong-ngomong dan sebagainya yang menyatakan keberlangusungan yang
terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas lemah. Pada bahasa
Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata duduk-
duduk, minum-minum, bual-bual dan sebagainya. Pemarkah yang dimaksud dalam
bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan
situasi yang keberlangsungan yang terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan
dalam intensitas lemah.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal serentak dan basasamaan secara
bersamaan
Pemarkah aspektualitas leksikal sekaligus, serentak dan secara
bersamaan yang menyatakan keberlangusungan terjadi secara serentak atau
bersamaan. Pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat
diamati pada kata sakaligus, taumbai/basasamaan. Pemarkah yang dimaksud
dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk
menyatakan situasi yang keberlangusungan terjadi secara serentak atau
bersamaan.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal baturutan berturut-turut, satu-satu?
satu per satu, Verba Pungtual Sufiks-i yang Menyatakan Berturut-turut
manysuni? menyusuni dan Sebagainya
Pemarkah aspektualitas leksikal berturut-turut, satu per satu, verba
pungtual sufiks-i menyusini dan sebagainya yang menyatakan keberlangsungan
terjadi secara berturut-turut. Pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi
sehari-hari dapat diamati pada kata sufiks-i manysuni?, manambangi? dan
sebagainya baturutan, satu-satu? atau sauteng-sauteng. Pemarkah yang dimaksud
dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk
menyatakan situasi yang keberlangsungan terjadi secara secara berturut-turut.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal gagal, batal batal, urung, kada?
jadi/kada? lulus?
Pemarkah aspektualitas leksikal gagal, batal,urung yang menyatakan
situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian. Pada bahasa Banjar
Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata batal, kada?
jadi/kada? lulus?. Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama
fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi kegagalan atau
situasi yang berakhir tanpa pencapaian.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal sambil sambil
Pemarkah aspektualitas leksikal sambil yang menyatakan situasi
kesambilan yang menggambarkan situasi penghantar atau penyerta. Pada bahasa
Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata sambil.
Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan
bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi kesambilan yang menggambarkan
situasi penghantar atau penyerta.
Pemarkah Aspektualitas Leksikal biasa?/rajen biasa
Pemarkah aspektualitas leksikal biasa yang menyatakan situasi sebagai suatu
kebiasaan yang berlangsung. Pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi
sehari-hari dapat diamati pada kata biasa?/rajen. Pemarkah yang dimaksud dalam
bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan
situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung.

Makna Aspektualitas Bahasa Banjar Hulu pada Tataran Frasa


Makna aspektualitas pada tataran farasa diungkapkan melalui pemarkah
yang memberikan makna berupa situasi, peristiwa dan keadaan yang berhubungan
dengan verba dalam sebuah kalimat. Pemarkah aspektualitas memiliki makna
yang lebih jelas lagi dari situasi, peristiwa, keadaan atau perbuatan dari verba
yang dimaksud.
Berdasarkan hubungan pemarkah dan verba dalam bahasa Banjar Hulu
akan dikaji lebih jelas lagi maksud dari situasi yang disampaikan sehingga
memberikan makna yang lebih tepat dan sesuai dengan situasi yang dimaksud.
Berikut makna aspektualitas bahasa Banjar Hulu pada tataran frasa.
Aspektualitas Ingresif
Aspektualitas ingresif atau kesejakan mendeskripsikan situasi yang saat
permulaan dan kelanjutan keberlangsungannya merupakan satu kesatuan. Makna
ingresif dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan pemarkah seperti
sudah/telah, dan ungkapan jatuh miskin, jatuh cinta dan sebagainya. Pada
bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas ingresif dapat diamati pada penggunaan
kata sudah/udah/dah.
Aspektualitas Inkoatif
Aspektualitas inkoatif merupakan makna kemulaian mendeskripsikan
situasi yang memberikan tekanan pada segi permulaan keberlangsungannya.
Makna ini dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan partikel -pun.
Selain itu, makna inkoatif juga terdapat pada penggunaan pemarkah seperti
mulai dan baru. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas inkoatif dapat
diamati pada kata hanyar dan mulai.
Aspektualitas Terminatif
Aspektualitas terminatif merupakan makna ketercapaian sasaran akhir
mendeskripsikan situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir
keberlangsungannya. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada
penggunaan pemarkah selesai, usai, dan adverbia sampai, serta hingga.
Pada bahasa Banjar Hulu pemarkah aspektualitas terminatif dapat diamati pada
kata imbah /talah/salasai/habis/sampai/lapas.
Aspektualitas Imperfektif
Aspektualitas imperfektif merupakan makna situasi yang mendeskripsikan
peristiwa belum terjadi. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada
penggunaan adverbia belum. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas
semelfaktif dapat diamati pada kata balum.
Aspektualitas Progresif
Aspektualitas progresif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi
yang sedang berlangsung dalam bahasa Indonesia makna progresif dapat diamati
pada penggunaan pemarkah sedang, tengah, dan masih,. Pada bagian ini
verba progresif tidak lazim bergabung dengan verba statis seperti sedang tahu,
sedang suka, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu aspektualitas progresif
dapat diamati pada kata sadang dan masih.
Aspektualitas Intensif
Aspektualitas intensif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi
yang berlangsung secara intensif hingga diperoleh hasil tertentu. Dalam bahasa
Indonesia dapat diamati pada penggunaan adverbia seperti terus terus-menerus,
tak henti-hentinya. Pada bahasa Banjar Hulu dapat diamati pada kata
tatarusan/kada? imbah-imbahnya/kada?habis-habisnya.
Aspektualitas Iteratif
Aspektualitas iteratif merupakan makna keberulangan mendeskripsikan
situasi yang berlangsung berulang-ulang. Dalam bahasa Indonesia makna ini
dapat diamati pada penggunaan verba reduplikasi seperti memukul-mukul,
memotong-motong, menendang-nendang, pada penggunaan sufiksi
memukili, memotongi, menendangi, atau adverbia selalu, sering, berkali-
kali, berulang-ulang, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu makna
aspektualitas iteratif dapat diamati pada reduplikasi juga, seperti reduplikasi
manyambat-nyambat, mahiyau-hiyau, pada penggunaan sufik-i mamukuli?,
mamatahi?, atau adverbia karap, bakali-kali?, baulang-ulang dan sebagainya.
Aspektualitas Semelfaktif
Aspektualitas semelfaktif merupakan makna kesekejapan mendeskripsikan
situasi yang berlangsung sekejap dan biasanya berlangsung satu kali. Dalam
bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada penggunaan adverbia sekejap
seketika, tiba-tiba, sekilas, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu makna
aspektualitas semelfaktif dapat diamati pada kata sakilas dan tiba-tiba.
Aspektualitas Duratif
Aspektualitas duratif merupakan makna yang menyatakan keterbatasan
situasi yang berlangsung dalam kurun waktu terbatas. Dalam bahasa Indonesia
makna ini dapat diamati pada penggunaan adverbia sebentar, sejenak, satu
jam atau konjungsi selama. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas
duratif dapat diamati pada kata satumat, salawas, lima manit dan sebagainya.
Aspektualitas Diminutif
Aspektualitas diminutif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi
yang keberlangsungannya mengandung nuansa agak atau melakukan sesuatu
sedikit. Dalam bahasa Indonesia dapat juga diamati pada verba reduplikasi, yaitu
malu-malu, pusing-pusing, dan sebagainya dengan dasar verba statif. Pada
bahasa Banjar Hulu dapat diamati pada kata basasupan.
Aspektualitas Atenuatif
Aspektualitas atenuatif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi
yang berlangsung tidak sepenuhnya, alakadarnya, dalam intensitas lemah. Dalam
bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada penggunaan verba reduplikasi
dengan dasar verba statis dan verba aktivitas tipe duduk-duduk, minum-
minum, ngomong-ngomong dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu
aspektualitas atenuatif dapat diamati pada kata duduk-duduk, minum-minum,
bual-bual dan sebagainya.
Aspektualitas Akumulatif
Aspektualitas akumulatif merupakan keserentakan mendeskripsikan situasi
yang berlangsung bukan saja mencapai hasil, melainkan hasil itu mencakup
semua/beberapa objek (pada verba transitif) atau semua/beberapa subjek (pada
verba intransitif). Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada
penggunaan adverbia sekaligus, secara bersamaan, dan sebagainya. Pada
bahasa Banjar Hulu aspektualitas akumualatif dapat diamati pada kata sakaligus,
dan basasamaan/ taumbai/baumbaian.
Aspektualitas Distributif
Aspektualitas distributif merupakan ketersebaran yang mendeskripsikan
situasi yakni pencapaian hasil yang umumnya berlangsung secara berturut-turut.
Dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan sufiksi dengan dasar
pungtual seperti memetiki, membumbui, dan sebagainya atau secara eksplisit
melalui pemakaian adverbia berturut-turut, satu persatu. Pada bahasa Banjar
Hulu makna aspektualitas distributif dapat diamati pada kata manyusuni?,
mambili?, manambangi? dan sebagainya. Pada adverbia dapat diamati pada kata
baturutan, satu-satu? dan sauteng-sauteng.
Aspektualitas Finitif
Aspektualitas finitif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi yang
berakhir tanpa indikasi ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil, yaitu yang
kebanyakkan terdapat pada verba perfektif atau imperfektif. Dalam bahasa
Indonesia dapat diamati pada penggunaan kata gagal, batal, dan sebagainya.
Pada bahasa Banjar Hulu dapat diamati pada kata batal, kada? jadi/kada? lulus?.
Aspektualitas Komitatif
Aspektualitas komitatif merupakan sambilan yang mendeskripsikan situasi
yang merupakan penyerta situasi lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada
penggunaan konjungsi sambil dan seraya. Pada bahasa Banjar Hulu makna
aspektualitas komitatif dapat diamati pada kata sambil.
Aspektualitas Habituatif
Asperktualitas habituatif merupakan makna yang mendeskripsikan
penghilangan situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak
terbatas. Dengan demikian, habituatif menekankan kebiasaan. Dalam bahasa
Indonesia dapat diamati pada penggunaan kata biasa, biasakan dan biasanya.
Pada bahasa Banjar Hulu dapat diamati pada biasa?, biasakan dan biasanya?/
rajen.
Aspektualitas Kompletif atau Resultif
Aspektualitas Kompletif atau resultif merupakan makna yang
mendeskripsikan situasi yang berlangsung secara bulat dan menyeluruh dari awal
sampai akhir dan biasanya disertai hasil. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat
diamati pada penggunaan adverbia sudah dan telah bersama verba aktivitas
dan verba statis. Pada bahasa Banjar Hulu aspektualitas kompletif atau resultif
ditandai dengan pemarkah aspektualitas sudah.
Aspektualitas Frekuentif
Aspektualitas ferkuentif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi
keberulangannya tidak alami, tidak tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan
atau kebutuhan. Makna ini menekankan pada kekerapan. Dalam bahasa Indonesia
makna ini dapat diamati pada penggunaan adverbia sering, jarang, kadang-
kadang. Pada bahasa Banjar Hulu aspekutalitas frekuentif dapat diamati pada
kata karap,jarang, kadang-kadang.

SIMPULAN
1. Berdasarkan pemarkah leksikal aspektualitas bahasa Banjar Hulu
teridentifikasi 16 pemarkah leksikal yaitu :
(1) sudah/udah/dah sudah
(2) hanyar baru/mulai mulai
(3) imbah/salasai selesai/lapas usai/sampai sampai/habis habis talah
siap
(4) balum belum
(5) sadang sedang/masih masih
(6) tarus terus/tatarusan terus-terusan/kada? imbah-imbahnya tidak
henti-hentinya/kada?habis-habisnya tidak habis-habisnya
(7) manyambat-nyambat reduplikasi verba pungutual yang menyatakan
berkali-kali, mamukuli? sufiks-i, ,karap sering, jarang jarang dan
kadang/kadang-kadang kadang-kadang
(8) sakilas sekilas dan tiba-tiba? tiba-tiba
(9) satumat sebentar, salawas selama, lima manit lima menit dan
sebagainya
(10) basasupan malu-malu
(11) duduk-duduk duduk-duduk, minum-minum minum-minum, bual-
bual ngomong-ngomong dan sebagainya
(12) sakaligus sekaligus, taumbai serentak dan basasamaan secara
bersamaan
(13) baturutan berturut-turut, satu-satu? satu per satu, verba pungtual
sufiks-i yang menyatakan berturut-turut manysuni? menyusuni dan
sebagainya
(14) gagal, batal batal, urung, kada? jadi/kada? lulus?
(15) sambil sambil
(16) biasa?/rajen biasa

2. Berdasarkan makna aspektualitas bahasa Banjar Hulu teridentifikasi 18 makna


aspektualitas yaitu Ingresif, inkoatif, terminatif, imperfektif, progresif,
intensif, iteratif, semelfaktif, duratif, diminutif, atenuatif, akumulatif,
distributif, finitif, komitatif, habituatif, kompletif, dan frekuentif

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 1992. Modalitas dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.


Bugin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijkan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Suraba: Kencana Prenada Media Group.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2. Bandung: PT ERSCO.

--------. 2009. Semantik 2. Bandung: PT Rafika Aditama.

Faizah, Hasnah. 1999. Afiks Verba Aktif Bahasa Limo Koto Bangkinang. Unpad.

Hapip, Abdul Djebar. 1977. Kamus Banjar Riau. Jakarta: Pusan Pembinaan dan
Pengambangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

KBBI. 2001. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mahdini.2003. Sastra Lisan Orang Banjar. Pekanbaru: Daulat Riau

Ramlam, M. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.

Sumarlam. 2004. Aspektualitas Bahasa Jawa. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.

Sinaga, Mangatur. 2008. Aspektualitas Leksikal Bahasa Batak Toba. Bandung: Unpad.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:
Lembaga pengembangan pendidikan (LLP) dan UNS Press.

Sudaryanto, Irawan. 1992. Metode Linguistik: Ke Arah Memahami Metode Linguistik.


Yogyakarta: Gaja Mada University Press.

Tadjuddin, Moh. 2005. Aspektualitas dalam Kajian Linguistik. Bandung: PT ALUMNI.

Yahdillah, Mohd Rofly. 2009. Reduplikasi Morfemis Bahasa Banjar Hulu di Kelurahan
Sapat Kec. Kuala Indragiri Kab. Indragiri Hilir.
Zaimar, Okke Sumantri dan Ayu Basoeki Harahap. 2009. Telaah Wacana. Jakarta: The
Intercultur Institute.

Latihan I

Pilih Satu Jawaban yang Paling Tepat pada lembar jawaban yang
disediakan!

1. Menurut pemakaian huruf kapital, kalimat yang benar adalah ....


a. Menurut ayah, kita harus berangkat!
b. menurut ayah kita harus berangkat.
c. pendapatmu sangat baik!
d. besok kita bergotong royong!

2. Pemakaian huruf kapital dalam petikan langsung yang benar terdapat di dalam
kalimat ....
a. Ayah sudah berangkat, kata ibu.
b. Adik bertanya, di mana ayah?
c. Simpan buku itu, kata Ibu!
d. Berhati-hatilah bekerja. Kata ayah!

3. Pemakaian huruf kapital dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal


keagamaan terdapat di dalam kalimat .....
a. Percayalah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
b. Percayalah kepada Tuhan yang maha Pengasih.
c. Allah itu Tuhan yang Maha penyayang
d. Serahkan diri kepada tuhanmu.

4. Pemakaian huruf kapital untuk menuliskan nama kitab suci, yang benar
adalah ....
a. Penganut Kristen percaya kepada alkitab.
b. Penganut Islam percaya kepada Quran.
c. Pengikut Nabi Isa percaya kepada injil.
d. Pengikut Nabi Musa percaya kepada taurat.

5. Pemakaian huruf kapital untuk menuliskan kata ganti untuk Tuhan, yang benar
adalah ....
a. Selamatkanlah hambamu dari siksa api neraka.
b. Ampuni hamba-mu yang sangat lemah ini.
c. Allah sangat sayang kepada hamba-Nya yang beriman.
d. Allah selalu membimbing hambanya.

6. Pemakaian huruf kapital untuk menuliskan gelar kehormatan, yang benar


adalah ....
a. Muhammad Yamin bergelar Mahaputra.
b. Sebagai Mahaputra, M. Yamin patut diteladani.
c. Selain penyair, mahaputra Yamin adalah ahli tata negara.
d. Selain penyair, Mahaputra Yamin adalah ahli tata negara.
7. Pemakaian huruf kapital untuk menuliskan gelar keturunan, yang benar
adalah ....
a. Gadis itu bergelar syarifah.
b. Saya menemui syarifah Syamsidar.
c. Kami sangat menghormati Raja Syamsuddin.
d. Syamsuddin dinobatkan sebagai Raja.

8. Pemakaian huruf kapital untuk menuliskan gelar keagamaan, yang benar


adalah ....
a. Kami berkunjung ke rumah Haji Nasir.
b. Kami menjenguk haji Ismail di rumah sakit.
c. Mereka pengikut imam Hanafi.
d. Beliau baru melaksanakan ibadah Haji.

9. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama jabatan terdapat
di dalam kalimat ....
a. Kita harus menilai Gubernur H. Rusli Zainal secara objektif.
b. Kita menilai gubernur Rusli Zainal secara objektif.
c. Mahasiswa Riau menemui mendiknas M. Nuh.
d. Mahasiswa Riau mengeritik presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

10. Pemakaian huruf kapital untuk menuliskan nama pangkat terdapat di dalam
kalimat ....
a. Mari kita dukung Brigadir Jenderal Ahmad!
b. Sebaiknya hari ini kita menemui kolonel Amril.
c. Ayah berkunjung ke rumah serda Lukman.
d. Ibu membantu keluarga mayor Jenderal Ahmad dalam acara itu.

11. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama orang terdapat
di dalam kalimat ....
a. Tokoh Balai Pustaka yang cukup penting adalah Soeman Hasibuan.
b. Sastrawan wanita Balai Pustaka yang bermukim di Pekanbaru adalah
sariamin.
c. Acara hiburan di kelurahan ini dibuka oleh Ahmad amin.
d. Besok siang Ireng maulana di Pekanbaru.

12. Pemakaian huruf yang benar untuk menuliskan nama bangsa terdapat di
dalam kalimat ....
a. Sebaiknya bangsa Indonesia memperbaiki semua kesalahannya.
b. Kita tidak boleh Keinggris-inggrisan ketika berbahasa Indonesia.
c. Menurut saya Bangsa Inggris sangat makmur.
d. Senat Amerika serikat mengeritik Barack Obama.

13. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama suku bangsa
terdapat di dalam kalimat ....
a. Salah satu suku terbesar di Indonesia adalah Suku Jawa.
b. Tarian zapin adalah kesenian suku Melayu.
c. Ketoprak adalah kesenian suku jawa.
d. Menurut saya, kita harus menghargai perbedaan Suku di Indonesia.

14. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama bahasa
terdapat di dalam kalimat ....
a. Menurut ahli itu, bahasa Jawa sangat demokratis.
b. Belakangan ini bangsa Australia mempelajari bahasa indonesia.
c. Bangga juga mendengar bahwa Bahasa Indonesia dipelajari bangsa lain.
d. Buku-buku yang digunakan di Jepang berbahasa jepang.

15. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama tahun terdapat di
dalam kalimat ....
a. Penanggalan di Indonesia mengikuti Tahun Masehi.
b. Penanggalan di Indonesia mengikuti tahun masehi.
c. Penanggalan di Indonesia mengikuti tahun Masehi.
d. Penanggalan Masehi menurut saya bersifat kaku.
16. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama bulan terdapat di
dalam kalimat ....
a. Saya lahir pada 31 Agustus 1962
b.Beliau mengunjungi desa kami juli lalu.
c. Pak Ahmad berangkat Bulan depan.
d.Tahun Masehi berjumlah dua belas Bulan.

17. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama hari terdapat di
dalam kalimat ....
a. Sebaiknya setiap jumat kita mengadakan pertemuan.
b. Sebaiknya setiap Jumat kita mengadakan pertemuan.
c. Sebaiknya setiap Hari jumat kita mengadakan pertemuan mingguan.
d. Sebaiknya setiap Hari Jumat kita mengadakan pertemuan.

18. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama hari lebaran
terdapat di dalam kalimat ....
a. Sebelum Idul Fitri kita melaksanakan puasa.
b.Sebelum Idul fitri kita melaksanakan puasa.
c. Sebelum idul Fitri kita melaksanakan puasa.
d.Sebelum idul fitri kita melaksanakan puasa.

19. Pemakaian huruf kapital untuk menuliskan nama peristiwa bersejarah


terdapat di dalam kalimat ....
a. Pada 10 sampai dengan 13 November 1998 MPR mengadakan Sidang
Istimewa.
b. Sidang istimewa diadakan pada 10 sampai dengan 13 November 1998.
c. MPR mengadakan sidang istimewa pada 10 sampai dengan 13 November
1998.
d. Semoga sidang Istimewa berlangsung dengan baik.

20. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama jalan atau nama
gunung terdapat di dalam kalimat ....
a. Pertemuan itu diadakan di Jalan Pattimura.
b.Pertemuan itu diadakan di jalan Pattimura.
c. Kita tidak diizinkan mendaki gunung Singgalang.
d.Kita tidak diizinkan mendaki gunung singgalang.

21. Pemakaian huruf kapital untuk menuliskan nama badan resmi terdapat di
dalam kalimat ....
a. Pendukung Partai Amanat Nasional sangat banyak.
b. Pendukung Partai itu sangat banyak.
c. Kita harus percaya kepada badan Pemeriksa Keuangan.
d. Apakah kita meragukan kerja Tim gabungan Pencari Fakta itu?

22. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama dokumen resmi
terdapat di dalam kalimat ....
a. Banyak tokoh mempertanyakan keabsahan supersemar.
b. Banyak tokoh mempertanyakan keabsahan Supersemar.
c. Kita harus melaksanakan Undang-undang Dasar kita secara konsekuen.
d. Kita harus melaksanakan undang-undang dasar kita secara konsekuen.

23. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama buku terdapat di
dalam kalimat .... (Baca tentang penggunaan huruf miring).
a. Sudah dua kali saya membaca Belenggu.
b. Buku Bahasa Dan Sastra itu kurang sempurna.
c. Di dalam buku iman dan taqwa hal itu dijelaskan.
d. Perdalamlah buku Senyum dan Tawa, karya Fadly.

24. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama majalah terdapat
di dalam kalimat .... (Baca tentang penggunaan huruf miring).
a. Berita itu dimuat di femina, halaman lima belas.
b. Majalah forum terkesan kurang mendalam pembahasannya.
c. Majalah Tempo itu terbit kembali.
d. Saya tetap membaca tempo.

25. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan nama koran terdapat di
dalam kalimat ....
a. Setiap hari ibu membaca korang singgalang.
b. Di dalam Kompas berita kemalangan itu dimuat dua kali.
c. Ayah berlangganan dua koran yaitu Riau pos dan Republika.
d. Surat Kabar Merdeka dalam setahun ini sangat objektif.

26. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan judul karangan atau
judul artikel terdapat di dalam kalimat ....
a. Saya baru menyelesaikan artikel Dosa Kita dan Reformasi.
b. Di dalam Reformasi yang demonstratif hal itu dibahas.
c. Kami membahas artikel Soeharto dan Dosa Kita.
d. Kita perlu memperhatikan tulisan Sungai Siak gudang Sampah.

27. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan kata penunjuk
hubungan kekerabatan terdapat di dalam kalimat ....
a. Mengapa bapak berangkat sepagi ini?
b. Silakan tunggu, bu! Saya panggilkan beliau.
c. Jalan menuju rumah bu Siswono ada dua.
d. Sore ini kita mengadakan wirid di rumah Pak Arman.

28. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan singkatan nama gelar
terdapat di dalam kalimat ....
a. Saya ingin bertemu dengan Prof Syamsuddin.
b. Sore ini beliau akan menemui Ir. Fadly, M.Si.
c. Kemarin diadakan pertemuan dengan Dr Rizal.
d. Ir Sudarno telah berangkat pagi tadi.
29. Pemakaian huruf kapital yang benar untuk menuliskan singkatan nama
sapaan terdapat di dalam kalimat ....
a. Saya sempat tersinggung kepada SDR. Joni.
b.Saya sangat kagum kepada Sdr. Fadly.
c. Temuilah ny. Rita pada kesempatan pertama
d.Apakah Tuan sudah mengenal tn. Asrul?

30. Penulisan yang benar untuk nama buku yang dikutip dalam karangan terdapat
di dalam kalimat ....
a. Saya sedang membaca Siti Nurbaya.
b.Saya sedang membaca Siti Nurbaya.
c. Kami membahas buku itu.
d.Kami membahas buku itu.

31. Penulisan nama majalah yang benar yang dikutip dalam karangan terdapat di
dalam kalimat ....
a. Majalah dua mingguan Tempo telah terbit kembali.
b.Majalah dua mingguan Tempo telah terbit kembali.
c. Majalah Forum cukup baik.
d.Majalah itu cukup baik.

32. Penulisan nama surat kabar yang benar yang dikutip dalam karangan
terdapat di dalam kalimat ....
a. Setiap hari saya membaca Riau Pos.
b.Setiap hari saya membaca Riau Pos.
c. Berita itu dimuat di Riau Pos.
d.Berita itu dimuat di Surat Kabar.

33. Penulisan yang benar untuk mengkhususkan huruf terdapat di dalam


kalimat ....
a. Putra saya belum dapat menuliskan k.
b. Putri saya belum benar mengucapkan s.
c. Ketika mengucapkan r anak itu terhenti.
d. Anak itu belum dapat membedakan lafal r dengan l.

34. Penulisan yang benar untuk mengkhususkan bagian kata terdapat di dalam
kalimat ....
a. Kata takan sebaiknya diubah menjadi tidak akan.
b.Kata takkan sebaiknya diubah menjadi tidak akan.
c. Kata-kata itu tidak mungkin diucapkannya.
d.Sungguh saya melihatnya kemarin.
35. Penulisan yang benar untuk mengkhususkan sebuah ungkapan terdapat di
dalam kalimat ....
a. Wanita malam meresahkan masyarakat.
b.Wanita malam meresahkan masyarakat.
c. Wanita malam meresahkan masyarakat.
d.(Wanita malam) meresahkan masyarakat.

36. Penulisan yang benar untuk mengkhususkan nama ilmiah terdapat di dalam
kalimat ....
a. Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana.
b. Nama ilmiah buah manggis adalah garcinia mangostana.
c. Nama ilmiah garam adalah Nacl.
d. Nama ilmiah asam arang adalah karbon dioksida.

37. Penulisan ungkapan asing yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Bagi saya, politik devide et impera tetap bahaya.
b. Bagi saya, politik devide et impera tetap berbahaya.
c. Bagi saya, politik devide et impera tetap berbahaya.
d. Bagi saya, politik (devide et impera) tetap berbahaya.

38. Penulisan kalimat yang bukan kalimat pertanyaan atau kalimat seruan terdapat
di dalam kalimat ....
a. Putra sulungku lahir 30 April 1993.
b.Putriku lahir 13 Januari 1995
c. Malam itu saya mendengarkan cerita kakek
d.Kakek bercerita kepada saya malam itu

39. Penggunaan tanda titik yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Nama putra sulung saya Imam W. Sastra.
b.Nama putra sulung saya Imam W Sastra.
c. Nama putri saya Dwika Ananda A Rahmawati.
d.Nama putra bungsuku F Rasyid.

40. Penggunaan tanda titik yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Proyek itu diperiksa Dwika SE, selama tiga bulan.
b.Proyek itu dipimpin oleh Ir. Fadly Rasyid, M.Si.
c. Proyek itu diselesaikan oleh Insinyur Imam
d.Ir Surya Saputra menyelesaikan proyek itu.

41. Penggunaan tanda titik yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Saya mengirim surat kepada Kep. SMA Negeri 1.
b.Jabatan beliau di kantor sebagai Kep.kan.
c. Beliau sudah menemui Kep SMA. Negeri 1.
d.Saya sudah berbicara dengan Kep-SMA Negeri 1.

42. Penggunaan tanda titik yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Kol. Amran berangkat pagi tadi.
b.Pagi itu Kolonel. Amran beragkat.
c. Jenderal. Amran saya temui pagi itu.
d.Bapak menyarankan saya menemui Kolonel. Amran.

43. Penggunaan tanda titik yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Ny. Tina ditemui oleh Tn Wilson.
b.Tuan Wilson menemui Ny. Tina.
c. Prof Sujana tidak menyetujui usul Nyonya Sonya.
d.Tn Sujana sangat kagum kepada nyonya.

44. Penggunaan tanda titik yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Kebersihan, kerapian, kedisiplinan dll telah dibicarakan.
b. Kami mendiskusikan buku itu hingga hlm 15.
c. Surat itu ditandatangani Badu a.n Ketua OSIS.
d. Penelitian itu dilakukan oleh Dwika dkk. sebulan lamanya.

45. Penggunaan tanda titik yang benar terdapat di dalam ....


a. I. Pendahuluan b. I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1.1. Latar Belakang
1.2 Masalah 1.2. Msalah
1.3 Tujuan 1.3. Tujuan
1.4 Manfaat 1.4. Manfaat
c. I. Pendahuluan d. I Pendahuluan
1 1. Latar Belakang 1.1: Latar Belakang
1 2. Masalah 1.2: Masalah
1 3. Tujuan 1.3: Tujuan
14. Manfaat 1.4: Manfaat

46. Penggunaan tanda titik untuk memisahkan angka jam yang benar terdapat di
dalam kalimat ....
a. Kami hadir pada pukul 14.30.05.
b.Pada pukul 1030 kami berangkat.
c. Tidakkah engkau ingat p[ertemuan pukul 12;30?
d.Saya harus tiba di pelabuhan pukul 12:30!

47. Penggunaan tanda koma untuk menyatakan unsur-unsur suatu perincian


dinyatakan di dalam kalimat ....
a. Ayah membersihkan kursi, meja, dan jendela ruang tamu.
b. Ayah membersihkan kursi, dan meja.
c. Ibu mengambil roti sedangkan ayah minum teh saja.
d. Imu meminum teh, roti untuk ayah.

48. Penggunaan tanda koma yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Persoalannya, tidak semudah itu tetapi tidak selesai.
b. Ayah, membersihkan kursi tetapi ibu memberihkan meja.
c. Saya tidak membencinya, tetapi kurang menyenanginya saja.
d. Ayah sibuk mengurus kebun tetapi, ibu sibuk pula memasak.

49. Penggunaan tanda koma untuk memisahkan anak kalimat dengan induk
kalimat yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Ketika ayah tiba ibu menyiapkan makanan malam.
b.Ketika ayah tiba, ibu menyiapkan makanan malam .
c. Karena tidak mempunyai ikan kami makan nasi dengan kecap.
d.Karena hari hujan kami terlambat berangkat.

50. Penulisan yang benar kalimat yang terdiri atas induk kalimat diikuti anak
kalimat, terdapat di dalam kalimat ....
a. Ketika kerusuhan itu terjadi; saya berada di tempat kejadian.
b. Saya gembira sekali karena beliau sehat.
c. Ayah lupa menelepon ibu, karena sibuk bekerja.
d. Karena sibuk bekerja, ayah lupa menelepon ibu.

51. Penulisan kalimat yang benar adalah ....


a. Oleh karena itu kita harus hati-hati berbicara.
b.Jadi, hati-hatilah berbicara.
c. Lagi pula; kamu masih kecil.
d.Meskipun demikian cobalah merundingkannya.

52. Penulisan kalimat yang benar adalah ....


a. Ya, saya mengetahui persoalan itu!
b.Wah; saya tidak pernah membaca berita itu!
c. O saya kira kamu memang sengaja karbu!
d.Kasihan: anak itu harus menggunakan kursi roda!

53. Penggunaan tanda baca yang benar untuk memisahkan petikan langsung
dari kalimat lain tercantum di dalam kalimat ....
a. Kadiknas berkata, Mutasi guru adalah penyegaran.
b. Kadiknas berkata; Mutasi guru adalah penyegaran.
c. Kadiknas berkata: Mutasi guru adalah penyegaran.
d. Kadiknas berkata. Mutasi guru adalah penyegaran.

54. Penulisan alamat yang benar terdapat di dalam kalimat ....


a. Temui Pak Fadly Rasyid di jalan Swakarya, Panam.
b. Temui Pak Fadly Rasyid, di Jalan Swakarya, Panam.
c. Temui Pak Fadly Rasyid di, Jalan Swakarya; Panam.
d. Temui Pak Fadly Rasyid; di Jalan Swakarya, Panam.
55. Penulisan alamat yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Berkas itu diantar kepada Ketua R.T. 04, R.W. 11, Kelurahan Simpang
Baru, Panam.
b. Berkas itu diantar kepada Ketua R.T. 04 R.W. 11, Kelurahan Simpang
Baru, Panam.
c. Berkas itu diantar kepada Ketua R.T. 04, R.W. 11 Kelurahan Simpang
Baru, Panam.
d. Berkas itu diantar kepada Ketua R.T. 04 R.W. 11 Kelurahan Simpang
Baru, Panam.

56. Penulisan tempat lahir dan waktu lahir yang benar, terdapat di dalam
kalimat ....
a. Imam Wijayasastra lahir di Pekanbaru 30 April 1993.
b. Dwika Ananda Ayu Rahmawati lahir di Pekanbaru: 13 Januari 1995.
c. Fadly Rasyid lahir di Pekanbaru, 6 Maret 1999.
d. Maryam Kasnaria lahir di Payakumbuh; 28 Juli 1962.

57. Penulisan nama jalan dan kota, yang benar, terdapat di dalam kalimat ....
a. Saya membeli rumah di Jalan Cinta: Bogor.
b.Saya membeli rumah di Jalan Cinta; Bogor.
c. Saya membeli rumah di Jalan Cinta-Bogor.
d.Saya membeli rumah di Jalan Cinta, Bogor.

58. Penulisan nama pengarang di dalam daftar pustaka, yang benar, terdapat di
dalam kalimat ....
a. Rasyid: Fadly. 1999. Orang Tua Teladan. Pekanbaru: UIR Pres.
b. Ayu; Ananda. 1999. Bahasa Mengajar Guru. Bandung: Angkasa.
c. Wijayasastra Imam. 1999. Kunci Iman. Jakarta: Angka Lima.
d. Wijayasastra, Imam. 1999. Kunci Iman. Jakarta: Lima-lima.

59. Penulisan daftar pustaka yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Rasyid: Fadly. 1999. Orang Tua Teladan. Pekanbaru: Lia Pres.
b. Wijayasastra, Imam. 1999. Kunci Iman. Jakarta: Angka Lima.
c. Ayu; Ananda. 1999. Bahasa Mengajar Guru. Bandung: Dua-dua.
d. Wijayasastra Imam. 1999. Kunci Iman. Jakarta: Angka Lima.

60. Penulisan nama gelar akademik yang mengikuti nama orang, yang benar,
terdapat di dalam kalimat ....
a. Hari ini saya akan menemui Imam Wijayasastra, S.E.
b. Sudah kenalkah Anda dengan Dwika Ananda Ayu S.H.?
c. Jabatan Fadly Rasyid M.A. dinaikkan.
d. Istri saya bernama Marya Kasnaria S.S.

61. Penulisan angka persepuluhan yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Panjang tali itu 36,85 m.
b.Tinggi tiang itu 38.80 m.
c. Lebarnya 40,30 m, bukan 41.20 m.
d.Pagar setinggi 2.45 meter itu dipanjatnya.
62. Penulisan angka rupiah dan sen, yang benar, terdapat di dalam kalimat ....
a. Keuntungannya Rp 10,15 dari setiap batang.
b. Keuntungannya Rp 10.15 dari setiap batang.
c. Kami memberikan diskon Rp 15;45 dari setiap lembar.
d. Kami memberikan diskon Rp 15:45 dari setia lembar.

63. Penulisan keterangan tambahan yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Ayahnya, seorang tukan jual es, berpenghasilan Rp 15.000,00 per hari.
b. Ayahnya; seorang tukan jual es, berpenghasilan Rp 15.000,00 per hari.
c. Di desaku: sebuah daerah IDT di Pekanbaru, ditemukan penyakit kurang
gizi.
d. Di desaku (sebuah daerah IDT di Pekanbaru), ditemukan penyakit kurang
gizi.

64. Penulisan keterangan aposisi yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Paman saya, Prof. Gunawan, berangkat ke Mekkah.
b.Paman saya, Prof. Gunawan berangkat ke Mekkah.
c. Dia menemui pamannya, Prof. Dondom di bandara.
d.Dia menemui pamannya Prof. Dondom, di bandara.

65. Penulisan petikan langsung dalam kalimat lain yang benar terdapat di dalam
kalimat ....
a. Apakah Saudara berangkat sekarang? tanya Fadly.
b. Berbaringlah agar tidak muntah!, kata Fadly.
c. Fadly bertanya Apakah Saudara berangkat sekarang?
d. Ayu berkata: Berbaringlah agar tidak muntah!

66. Penulisan yang benar untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan
setara terdapat di dalam kalimat ....
a. Hari telah siang; pekerjaan kami belum selesai.
b.Hari telah siang: pekerjaan kami belum selesai.
c. Hari telah siang. pekerjaan kami belum selesai.
d.Hari telah siang, pekerjaan kami belum selesai.

67. Penulisan yang benar untuk memisahkan kalimat yang setara dengan anak
kalimat di dalam suatu kalimat majemuk terdapat di dalam kalimat ....
a. Guru memeriksa pekerjaan siswa; siswa mengerjakan tugas baru; Kepala
Sekolah berkeliling memeriksa keadaan sekolah ketika pengawas
mengunjugi sekolah kami.
b. Guru memeriksa pekerjaan siswa; siswa mengerjakan tugas baru, Kepala
Sekolah berkeliling memeriksa keadaan sekolah ketika pengawas
mengunjungi sekolah kami.
c. Guru memeriksa pekerjaan siswa; siswa mengerjakan tugas baru; kepala
sekolah berkeliling memeriksa keadaan sekolah; ketika pengawas
mengunjugi sekolah kami.
d. Guru memeriksa pekerjaan siswa: Siswa mengerjakan tugas baru: Kepala
Sekolah berkeliling memeriksa keadaan sekolah: ketika pengawas
mengunjugi sekolah kami.

68. Penulisan yang benar pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian terdapat di dalam kalimat ....
a. Yang dibeli ibu dari pasar; sayur, ikan, daging, dan buah mangga.
b. Yang mengikuti Pemilu 1999 antara lain, PAN, PKB, PKP, PPP, Partai
Golkar, dan PDIP.
c. Jurusan Pendidikan bahasa dan Seni, FKIP, UR mempunyai tiga Program
Studi; Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa
Inggris, dan Pendidikan Bahasa Jepang.
d. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, UR, mempunyai tiga Program
Studi; Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa
Inggris, dan Pendidikan Bahasa Jepang.

69. Penulisan yang benar pada pemerian terdapat di dalam kalimat ....
a. Ketua : Fadly Rasyid, S.H.
Sekretaris : Dwika Ananda
Bendahara : Imam Wijayasastra

b.Ketua ; Fadly Rasyid, S.H.


Sekretaris ; Dwika Ananda
Bendahara ; Iman Wijayasastra

c. Pimpinan = Imam Wijayasastra, S.E.


Notulis = Dwika Ananda

d.Moderator = Dwika Ananda, S.S.


Notuis : Fadly Rasyid, S.E.

70. Penulisan teks drama yang benar terdapat di dalam kalimat ....

a. Ayah = Besok saya berangkat, Bu!


Ibu = Ke mana, Pak?
Ayah = Lo, kok lupa. Saya kan seminar di Singapura!
b. Ayah : Besok saya berangkat, Bu!
Ibu : Ke mana, Pak?
Ayah : Lo, kok lupa. Saya kan seminar di Singapura!
c. Ayah ; Besok saya berangkat, Bu!
Ibu ; Ke mana, Pak?
Ayah ; Lo, kok lupa. Saya kan seminar di Singapura!

d. Ayah , Besok saya berangkat, Bu!


Ibu , Ke mana, Pak?
Ayah , Lo, kok lupa. Saya kan seminar di Singapura!

71. Penulisan nomor terbitan majalah dan halamannya yang benar terdapat di
dalam kalimat ....
a. Untuk itu, bacalah Nova, (1999), 69:12
b.Untuk itu, bacalah Nova, (1999), 69;12
c. Untuk itu, bacalah Nova, (1999), 69.12
d.Untuk itu, bacalah Nova, (1999), 69=12

72. Penulisan nama surat dan ayat yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Bacalah An Nisa : 148
b.Bacalah An Nisa ; 148
c. Bacalah An Nisa , 148
d.Bacalah Surah Yasin=62.

73. Penulisan judul dan anak judul yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Karangan Imam Wijayasastra, Imam dan Kerja; sebuah Gagasan.
b. Karangan Dwika Ananda, Kreativitas Kaum Ibu; Sebuah Studi di Provinsi
Riau.
c. Karangan Fadly Rasyid, Anak Kreatif; Sebuah Studi Permainan Anak-
anak.
d. Karangan Surya, Bermain dan Kejujuran; (Sebuah Kajian pada Permainan
Kelereng).

74. Penggunaan tanda hubung yang benar terapat di dalam kalimat ....

a.
Pada masa itu pen-
duduk desa sangat perc-
aya pada Kepala Desanya.

b.
Pada masa itu pen-
duduk desa sangat per-
caya pada kepala desa-
nya.
c.
Tunjukkanlah bahwa
ketegasan itu sangat perl-

d. Kita harus
mengerti rangka-
ian bunga yang baik.

75. Penggunaan tanda hubung yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Saya berulang-ulang mengingatkannya.
b.Saya berulang2 mengingatkannya.
c. Waktu itu wajahnya kemerah merahan.
d.Bila membolak balik buku kerjanya.

76. Penggunaan tanda hubung yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Kata perpisahan dieja p-e-r-p-i-s-ah-a-n.
b.Kata perpisahan dieja per-pi-sa-han.
c. Kata perpisahan dieja p-e-r-p-i-s-a-h-a-n.
d.Kata produksi dieja pr-o-d-u-k-s-i.

77. Penulisan yang benar untuk menyatakan sampai dengan terdapat di


dalam kalimat ....
a. Seminar diadakan 15-17 Desember 2011.
b. Pesantren Kilat diadakan 19 S/D 24 November 2011.
c. Seminar diadakan 15 S/d Desember 2011.
d. Seminar diadakan 19 S.d. 24 November 2011.

78. Untuk menyatakan bahwa yang ramah itu adalah istri Kapolda Riau, kalimat
yang benar adalah ....
a. Istri yang ramah Kapolda Riau itu menyertai suaminya.
b. Istri Kapolda Riau yang ramah itu menyertai suaminya.
c. Istri-Kapolda Riau yang ramah itu menyertai suaminya.
d. Istri Kapolda yang ramah itu menyertai suaminya.

79. Penulisan se yang benar di dalam kalimat berikut adalah ...


a. Acara lomba Tari Melayu Riau itu diikuti oleh siswa SMU dan SMK se-
Provinsi Riau.
b. Acara lomba Tari Melayu Riau itu diikuti oleh siswa SMU dan SMK se-
provinsi Riau.
c. Acara lomba Tari Melayu Riau itu diikuti oleh siswa SMU dan SMK
seprovinsi Riau.
d. Acara lomba Tari Melayu Riau itu diikuti oleh siswa SMU dan SMK se
Provinsi Riau.

80. Penulisan ke dan angka, yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Dwika menerima hadiah ke-II dengan terharu.
b. Pada hari ulang tahunnya yang ke 2 Dwika hanya tersenyum-senyum.
c. Dwika menerima hadiah ke-2 dengan terharu.
d. Tahun 50an kehidupan masyarakat kita masih sulit.

81. Penulisan an yang benar terdapat di dalam kalimat ....


a. Pujangga Baru didirikan pada tahun 30-an.
b.Tahun 2000an demokrasi kita macet total.
c. Nenekku lahir pada tahun 1919-An.
d.Pujangga Baru didirikan ada tahun 30-han.

82. Penulisan unsur nya yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Seharian ia mencari KTPnya di berbagai tempat.
b.Seharian ia mencari KTP-nya di berbagai tempat.
c. Bukan hanya uang, KTP-----nya pun hilang.
d.Bukan hanya uang, KTP (nya) pun hilang.

83. Penulisan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing, yang benar, terdapat di dalam kalimat ....
a. Mobil itu di-charter-kan.
b.Mobil itu dicharterkan selama dua hari.
c. Mobil itu di-sewa-kan.
d.Mobil itu di-sewakan dua hari.

84. Untuk membatasi penyisipan kalimat sebagai penjelasan khusus dari kalimat
utama digunakan tanda tertentu. Tanda tersebut terdapat di dalam kalimat ....
a. Pemilu 7 Juni 1999 Saya meragukan keamanan Indonesia - saat itu
diikuti oleh 48 partai politik.
b. Pemilu 7 Juni 1999 waktu itu keamanan Indonesia diragukan banyak
kalangan diikuti oleh 48 partai politik.
c. Pemilu 7 Juni 1999: diragukan banyak kalangan, diikuti oleh 48 partai
politik.
d. Pemilu 7 Juni 1999 (saya meragukan keamanan Indonesia saat itu) diikuti
oleh 48 partai politik.

85. Untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan lain sebagai penjelas
kalimat utama, digunakan tanda tertentu. Tanda tersebut terdapat di dalam
kalimat ....
a. Ahli tata negara dan praktisi hukum itu (Prof. Dr. Ihza Mahendra dan
Dr. Adnan Buyung) sepakat bahwa Pemilu 1999 adalah awal demokrasi
di Indonesia.
b. Ahli tata negara dan praktisi hukum itu (Prof. Dr. Ihza Mahendra dan Dr.
Adnan Buyung) sepakat bahwa
c. Ahli tata negara dan praktisi hukum itu Prof. Dr. Ihza Mahendra dan
Dr.Adnan Buyung sepakat bahwa pemilu 1999 adalah awal demokrasi di
Indonesia.
d. Ahli tata negara dan praktisi hukum itu: Prof. Dr. Ihza Mahendra dan Dr.
Adnan Buyung; sepakat bahwa pemilu 1999 adalah awal demokrasi di
Indonesia.

86. Tanda yang searti dengan sampai dengan terdapat di dalam kalimat ....
a. Tuliskan dengan benar angka 10-15!
b.Tuliskan dengan benar angka 10 sd 15!
c. Tuliskan dengan benar angka 10 sd- 15!
d.Tuliskan dengan benar angka 10 ---- 15!

87. Tanda yang searti dengan ke yang benar terdapat di dalam kalimat ....
a. Bis Lorena itu berangkat dari Pekanbaru Jakarta.
b. Bis Lorena itu berangkat dari Pekanbaru ...Klaten
c. Bis Lorena itu berangkat dari Pekanbaru ..... Jakarta.
d. Bis Lorena itu berangkat dari Pekanbaru ---- Jakarta.

88. Untuk menunjukkan kalimat yang terputus-putus digunakan tanda seperti


terdapat pada kalimat ....
a. Jika demikian ... ya, apa boleh buat!
b.Jika demikian .... ya, apa boleh buat!
c. Jika demikian ya, apa boleh buat!
d.Jika demikian (?) ya, apa boleh buat!

89. Untuk menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dihilangkan digunakan tanda seperti terdapat di dalam kalimat ....
a. Menurut Hamidy, Mitos yang terkandung dalam suatu puisi ... diartikan
sebagai suatu kebenaran ....
b. Menurut Hamidy, Mitos yang terkandung dalam suatu puisi .... diartikan
sebagai suatu kebenaran ....
c. Menurut Hamidy, Mitos yang terkandung dalam suatu puisi ---- diartikan
sebagai suatu kebenaran ....
d. Menurut Hamidy, Mitos yang terkandung dalam suatu puisi ---- diartikan
sebagai suatu kebenaran ----.

90. Kalimat tanya yang benar adalah ....


a. Besok kan acara itu!
b.Berapa jumlah uang yang hilang!
c. Kapan kegiatan itu kita mulai?
d.Kapan kegiatan itu kita mulai.

91. Untuk menyatakan bahwa bagian kalimat tertentu diragukan kebenarannya


digunakan tanda. Tanda tersebut seperti yang digunakan pada kalimat ....
a. Nenekku dilahirkan tahun 1907 (/)
b.Nenekku dilahirkan tahun 1907 (!)
27
c. Nenekku dilahirkan tahun 1907 (?)
d.Nenekku dilahirkan tahun 1907 ((?))

92. Tanda yang digunakan untuk menyatakan kesungguhan, ketidakpercayaan,


atau emosi yang kuat terdapat di dalam kalimat ....
a. Pergilah ke rumah nenek sekarang!
b.Sampai hati beliau memukul ibunya.
c. Bolehkah siswa menolak pendapat gurunya?
d.Alangkah indahnya bunga itu?

93. Penggunaan suatu tanda untuk mengapit tambahan penjelasan yang benar
terdapat di dalam kalimat ....
a. Tampaknya PAN (Partai Amanat Nasional ) benar-benar siap.
b. DIP, Daftar Isian Proyek, itu sudah selesai.
c. Daftar Isian Proyek (DIP) itu sudah selesai.
d. Daftar Isian Proyek, (DIP) itu sudah selesai.

94. Tanda yang digunakan sebagai koreksi terhadap kalimat orang lain yang
dikutip digunakan tanda seperti yang terdapat pada kalimat ....
a. Sang Pang[a]ran dipertemukan dengan putri cantik itu.
b. Sang Pang/a/ran dipertemukan dengan putri cantik itu.
c. Sang Pang(a)ran dipertemukan dengan putri cantik itu.
d. Sang Pangaran dipertemukan dengan putri cantik itu.

95. Untuk menunjukkan kata yang mempunyai arti khusus digunakan tanda seperti
yang digunakan pada kalimat ....
a. Peralatan mesin itu dipasang dengan COBA DAN RALAT.
b. Peralatan mesin itu dipasang dengan coba dan ralat.
c. Peralatan mesin itu dipasang dengan -Coba dan ralat-.
d. Peralatan mesin itu dipasang dengan --coba dan ralat--.

96. Untuk menunjukkan ungkapan yang dipakai dengan arti khusus digunakan
tanda seperti yang digunakan pada kalimat ....
a. Karena botaknya, beliau mendapat julukan profesor.
b. Karena botaknya beliau mendapat julukan (profesor).
c. Karena botaknya beliau mendapat julukan profesor.
d. Karena botaknya beliau mendapat julukan /profesor/.

97. Untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain digunakan tanda
seperti yang digunakan pada kalimat ....
a. Malam itu ibuku sangat menderita dengan napas ngek-ngek!
b. Malam itu ibuku sangat menderita dengan napas ngek-ngek!
c. Malam itu ibuku sangat menderita dengan napas ngek-ngek!
d. Malam itu ibuku sangat menderita dengan napas: ngek-ngek!

98. Penulisan kata ulang yang benar adalah ....


a. Beliau berkunjung hanya sekali-sekali
b. Anaknya yang montok-2 itu dibawanya ke kampung.
c. Jangan sekali2 mencampuri urusan urusannya!
d. Kataxx mutiara itu sangat indah.

99. Penggunaan tanda yang benar terdapat di dalam kalimat ....


a. Jagung bakar itu dijualnya Rp1.500,00 (perbuah).
b. Jagung bakar itu dijualnya Rp1.500,00/buah.
c. Dr. Imam WJS tinggal di Jalan Suratno X/IV.
d. Mari kita aktifkan mahasiswa, mahasiswi di daerah ini!

100. Untuk menunjukkan penghilangan bagian kata digunakan tanda seperti


yang digunakan pada kalimat ....
a. Tidurlah Ibu, besok pagi abang kan kutelepon.
b. Tirai itu telah berganti dua kali tetapi ayahmu entah kan pulang atau
tidak.
c. Suaminya: -lah tiba sejak azan magrib tetapi istrinya masih berbual di
rumah sebelah.
d. Malam lah larut tetapi hati belum tenang untuk tidur.
Lembar Jawaban
Nama :
NIM :
Jurusan :
No. HP` :
No A B C D No A B C D No A B C D
1 35 69
2 36 70
3 37 71
4 38 72
5 39 73
6 40 74
7 41 75
8 42 76
9 43 77
10 44 78
11 45 79
12 46 80
13 47 81
14 48 82
15 49 83
16 50 84
17 51 85
18 52 86
19 53 87
20 54 88
21 55 89
22 56 90
23 57 91
24 58 92
25 59 93
26 60 94
27 61 95
28 62 96
29 63 97
30 64 98
31 65 99
32 66 100
33 67
34 68
Latihan II

Petunjuk: Tuliskan kata yang menjadi bagian morfem berikut!


1. peN- memiliki enam morf, yakni pe-, pen-, pem-, peny-, peng-, dan penge-.
a.Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf pe-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ....................................

b. Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf pen-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

c. Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf pem-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

d. Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf peny-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

e. Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf peng-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................
f. Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf penge-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

2. meN- memiliki enam morf, yakni me-, men-, mem-, meny-, meng-, dan
menge-.
a. Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf me-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

b.Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf men-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

c.Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf mem-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

d.Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf meny-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................
e.Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf meng-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

f.Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf menge-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................

3. ber- memiliki enam morf, yakni be-, bel-, dan ber-.


a.Tuliskan lima contoh morfem yang memiliki morf be-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................

b.Tuliskan dua contoh morfem yang memiliki morf bel-!

(1) .......................................
(2) .......................................

c.Tuliskan sepuluh contoh morfem yang memiliki morf ber-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

4. Tuliskan sepuluh kata yang memiliki morfem di-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

5. Tuliskan sepuluh kata yang memiliki morfem ter-!


(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

6. Tuliskan dua kata yang memiliki morfem ke-!

(1) .......................................
(2) .......................................

7. Tuliskan sepuluh kata yang memiliki morfem se-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

8. Tuliskan dua kata yang memiliki morfem per-!

(1) .......................................
(2) .......................................
9. Tuliskan lima kata berprefiks a-!
(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................

10. Tuliskan lima kata berprefiks pra-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................

11. Tuliskan lima kata berprefiks swa-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................

12. Tuliskan lima kata berprefiks maha-!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
13. Tuliskan dua morfem berinfiks -el-!

(1) .......................................
(2) .......................................
14. Tuliskan dua morfem berinfiks -em-!

(1) .......................................
(2) .......................................
15. Tuliskan dua morfem berinfiks -er-!

(1) .......................................
(2) .......................................
16. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -kan!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................

17. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -i!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................
18. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) ......................................
19. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -nya!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
20. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -wati!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
21. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -wan!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
22. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -man!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
23. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -man!
(1) ......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
24. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -isme!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
25. Tuliskan sepuluh morfem bersufiks -isasi!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
26. Tuliskan sepuluh morfem berkombinasi afiks memper-...kan!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
27. Tuliskan sepuluh morfem berkombinasi afiks memper-...i!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
28.Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks ke-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
29.Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks pe-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
30.Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks pen-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
31.Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks pem-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
32.Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks peny-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
33. Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks peng-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
34. Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks penge-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................

35.Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks per-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................

36.Tuliskan sepuluh morfem berkonfiks ber-...an!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................

37.Tuliskan sepuluh kata yang merupakan reduplikasi penuh!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................

38.Tuliskan sepuluh kata yang merupakan reduplikasi berinfiks!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................

39.Tuliskan sepuluh kata yang merupakan reduplikasi dengan variasi fonem!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................

40.Tuliskan sepuluh kata yang merupakan reduplikasi dengan pengulangan suku


pertama!

(1) .......................................
(2) .......................................
(3) .......................................
(4) .......................................
(5) .......................................
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) .......................................
(9) .......................................
(10) .......................................
Latihan III

Petunjuk:Perhatikan setiap kata dalam wacana berikut. Warnai setiap kata


dasar dengan menggunakan stabilo berwarna merah!

Di dalam bagian latar belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) bahasa Indonesia dideskripsikan bahwa bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada
dalam dirinya.
Selanjutnya ditegaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Sebagai realisasi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, pemerintah
menetapkans standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia yang
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta
didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Petunjuk:Perhatikan setiap kata dalam wacana berikut. Warnai setiap kata


berafiks dengan menggunakan stabilo berwarna hijau!

LUKISAN KUNO
Oleh Rutangam Nagasi
Lukisan itu diselesaikan Pak Cokro pada tahun 1904, kata kakek padaku.
Pak Cokro menyiapkan selama dua tahun. Padahal lukisan-lukisan lain dapat
diselesaikan dalam sebulan. Bahkan sebuah lukisan peristiwa desa ini dapat
disiapkan Pak Cokro dalam dua hari, lanjut kakekku bersemangat.
Sampai saat ini, lukisan itu menjadi hiasan wajib ruang tengah rumah
kami. Lukisan itu sudah lusuh dan sederhana. Seekor harimau berdiri dengan
empat kakinya. Matanya menatap tajam ke persawahan yang padinya tidak
menjadi. Padi itu lusuh dan kuningnya tidak sempurna. Tatapan mata harimau itu
seakan menerkam sesuatu yang ada di seberang persawahan, entah apa.
Puncak kekalutan itu terjadi seminggu yang lalu. Kakekku yang sudah
sangat tua sakit keras. Beliau hanya berbaring. Makan, minum, dan buang air
kami layani di atas tempat tidurnya. Mula-mula kami kurang memperhatikan
lukisan yang tergantung dekat sisi kepala kakek. Namun, pagi itu, ibu, tanpa
sengaja melihat perubahan. Pandangan harimau dalam lukisan itu tidak lagi
menuju seberang persawahan. Mata jalang itu tidak lagi sejalang mata kemarin.
Mata itu meneteskan air mata kekuning-kuningan.Tatapannya mengarah ke
pembaringan kakek. Ibuku terpaku beberapa lama. Seakan ragu apakah
pandangannya selama ini salah atau terjadi sesuatu yang membuat perubahan pada
lukisan itu.
Apakah Andi tau lukisan itu ! kata Ibu padaku.
Ya, kakek pernah cerita tentang lukisan itu. Itu lukisan kuno .
Belum sempat aku menceritakan cerita kakek, ibu memotong, Andi tau
perubahan lukisan itu?, tanya Ibu sambil menunjuk ke arah harimau itu. Matanya
memerah jalang ke arah kami berdua. Darahku terkejut, membuatku mundur. Ibu
mundur lebih jauh sambil wajahnya memucat. Kakek meraih tanganku. Beliau
mengelusnya pelan-pelan. Aku mengerti bahwa kakek mengatakan sesuatu lewat
tangannya. Aku terdiam. Kualihkan pandangan berganti-ganti antara kakek dan
lukisan. Hatiku makin mengerti. Ada hubungan batin antara kakek dengan sang
harimau. Dua hari setelah kejadian itu, kakek tergeletak kaku. Kakek telah
meninggalkan kami. Kesedihan tidak terlalu terasa karena beliau sudah
meninggalkan dua puluh delapan cucu. Cucunya pun lima orang sudah punya
keturunan.
Sampai sekarang lukisan itu tetap tergantung pada tempatnya. Tak seorang
pun anggota keluarga yang mau mengusik atau memindahkan.
Biarlah lukisan itu jadi salah satu barang terlama di ruang ini, kata ayah
ketika kami membersihkan ruang tengah.
Hiasan lain boleh berubah bahkan menambah tetapi tidak mengusik
lukisan itu, kata ayah lebih tegas.
Barangkali itulah cara ayah menghormati kakek. Peninggalan kakek menjadi
sebuah batu permata yang bertahan di rumah tanpa usikan. Kami pun sadar
bahwa suatu waktu lukisan itu akan pudar tetapi pudar oleh usia, pudar oleh
alam, bukan pudar oleh usikan tangan kami.
Tatapan mata harimau pun tak berubah. Tetap menatap sendu ke arah
tempat kakek pernah kami baringkan beberapa tahun.
Pekanbaru, 30 April 1997

Petunjuk:Perhatikan setiap kata dalam wacana berikut. Warnai setiap kata


ulang (reduplikasi) dengan menggunakan stabilo berwarna
kuning!

Sudah berulang-ulang ayahnya meminta anaknya mengecat pagar itu.


Namun, anak ketiganya, yang satu-satunya laki-laki tak pernah mengerjakannya.
Cat berwarna oren telah terletak di gudang selama dua minggu. Hampir setiap hari
Pak Broto memandang-mandang cat tersebut sambil melirik anaknya yang sibuk
dengan buku-buku kuliahnya. Pak Broto agak sulit memikirkan: antara menyuruh
anaknya, Bima, mengecat dengan membiarkan anaknya melahap buku-buku
kuliah. Bagi Pak Broto, keduanya sama penting.
Hari ini Pak Broto libur kerja. Beliau bermaksud merapikan rerumputan di
samping kanan dan kiri rumahnya. Rumput-rumput di halaman sudah rapi dengan
variasi bunga yang sedang berwarna-warni. Pak Broto berharap, sore hari dia akan
dapat menyelesaikan proyek tersebut tanpa melibatkan anggota keluarganya.
Baginya, hari libur dari kesibukan kantor hari Sabtu harus bermanfaat bagi
kepentingan keluarga.

Petunjuk:Perhatikan setiap kata dalam wacana berikut. Warnai setiap kata


majemuk (kompositum) dengan menggunakan stabilo
berwarna biru!

1. meja makan
2. meja hijau
3. meja merah
4. meja belajar
5. rumah sakit
6. rumah paman
7. rumah baru
8. tono sakit
9. panjang tangan
10. panjang sekali
11. kaki tangan
12. meja hijau
13. anak buah
14. anak beliau
15. mata mata
16. mata hati
17. pahit getir
18. hancur lebur
19. hancur hancuran
20. lahir batin
21. siang malam
22. siang nanti
23. siang sekali
24. luar dalam
25. kawan lawan
26. kawan kawan
27. laba rugi
28. laba laba
29. besar kecil
30. kaum kerabat
31. kecil mungil
32. kecil sekali
33. canda ceria
34. cerah ceria
35. sunyi senyap
36. sunyi sekali
37. batu api
38. rumah tangga
39. paman bibi
40. om tante
41. surat kawat
42. teman sejawat
43. kaum kerabat
44. sanak famili
45. sanak saudara
46. pasang surut
47. pasang pasangan
48. besar kecil
49. jauh dekat
50. naik turun
51. besar kepala
52. buah tangan
53. kapal terbang
54. kursi malas
55. kamar tidur
56. mabuk laut,
57. terjun payung
58. tanah air
59. jatuh bangun
60. mencumbu rayu
61. simpang siur
62. gelap gulita
63. tua renta
64. tanah air
65. hancur lebur
66. jatuh bangun
67. muda belia
68. cantik jelita
69. kamar tidur
70. piring terbang
71. kursi malas
72. kursi adik
73. terjun payung
74. matahari
75. hulubalang
76. bumiputra
77. sapu tangan
78. kumis kucing
79. kumis melintang
80. cerdik pandai
81. sangat cerdik
82. kapal udara
83. kapal laut
84. anak emas
85. anak pertama
86. anak pungut
87. orang tua
88. pejabat tinggip
89. pancaindera
90. dwiwarna
91. sapta marga
92. keluar masuk
93. pulang pergi
94. mahasiswa
95. bumiputra
96. purbakala
97. kepala kantor
98. pintu besi
99. cerita rakyat
100. kaki lima
Latihan IV
Petunjuk:Gunakan keseratus bentuk kata dalam tugas IV dalam tiga
kalimat. Di dalam kalimat (a) kata di awal kalimat, di dalam
kalimat (b) kata di tengah kalimat, dan di dalam kalimat (c)
kata di akhir kalimat!
Contoh:
makan hati
a. Makan hati ibunya melihat anak itu.
b. Sejak itu paman makan hati melihat dia.
c. Apakah badanmu kurus karena makan hati?

1. meja makan

a. ....................................................................

b. ....................................................................

c. ....................................................................

2. meja hijau

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

3. meja merah

a. ....................................................................

b. ....................................................................

c. ....................................................................

4. meja belajar

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................
5. rumah sakit

a. .....................................................................
b. ....................................................................

c. .....................................................................

6. rumah paman

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

7. rumah baru

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................
8. tono sakit

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................
9. panjang tangan

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

10. panjang sekali

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

11. kaki tangan

a. .....................................................................

b. ....................................................................
c. .....................................................................

12. meja hijau

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

13. anak buah

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

14. anak beliau

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

15. mata mata

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

16. mata hati

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

17. pahit getir

a. .....................................................................
b. ....................................................................

c. .....................................................................

18. hancur lebur

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

19. hancur hancuran

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

20. lahir batin

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

21. siang malam

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

22. siang nanti

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

23. siang sekali


a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

24. luar dalam

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

25. kawan lawan

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

26. kawan kawan

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

27. laba rugi

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

28. laba laba

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

29. besar kecil


a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

30. kaum kerabat

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

31. kecil mungil

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

32. kecil sekali

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

33. canda ceria

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

34. cerah ceria

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................
35. sunyi senyap

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

36. sunyi sekali

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

37. batu api

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

38. rumah tangga

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

39. paman bibi

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

40. om tante

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................
41. surat kawat

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

42. teman sejawat

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

43. kaum kerabat

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

44. sanak famili

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

45. sanak saudara

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

46. pasang surut

a. .....................................................................

b. ....................................................................
c. .....................................................................

47. pasang pasangan

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

48. besar kecil

a. .....................................................................

b. .....................................................................

c. .....................................................................

49. jauh dekat

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

50. naik turun

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

51. besar kepala

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

52. buah tangan

a. .....................................................................

b. ....................................................................
c. .....................................................................

53. kapal terbang

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

54. kursi malas

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

55. kamar tidur

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

56. mabuk laut

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

57. terjun payung

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

58. tanah air

a. .....................................................................
b. ....................................................................

c. .....................................................................

59. jatuh bangun

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

60. mencumbu rayu

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

61. simpang siur

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

62. gelap gulita

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

63. tua renta

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

64. tanah air


a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

65. hancur lebur

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

66. jatuh bangun

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

67. muda belia

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

68. cantik jelita

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

69. kamar tidur

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................
70. piring terbang

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

71. kursi malas

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

72. kursi adik

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

73. terjun payung

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

74. matahari

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

75. hulubalang

a. .....................................................................

b. ....................................................................
c. .....................................................................

76. bumiputra

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

77. sapu tangan

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

78. kumis kucing

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

79. kumis melintang

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

80. cerdik pandai

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

81. sangat cerdik

a. .....................................................................
b. ....................................................................

c. .....................................................................

82. kapal udara

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

83. kapal laut

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

84. anak emas

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

85. anak pertama

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

86. anak pungut

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

87. orang tua


a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

88. pejabat tinggi

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

88. pancaindera

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

89. dwiwarna

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c......................................................................

90. sapta marga

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

91. keluar masuk

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................
92. pulang pergi

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

94. mahasiswa

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

95. bumiputra

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

96. purbakala

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

97. kepala kantor

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

98. pintu besi

a. .....................................................................
b. ....................................................................

c. .....................................................................

99. cerita rakyat

a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................

100. kaki lima


Anka
a. .....................................................................

b. ....................................................................

c. .....................................................................
Latihan V
Petunjuk:Tuliskan kembali teks berikut persuku kata

Secara awam kita melihat kegiatan guru di sekolah biasa-biasa saja. Guru
bekerja di antara tumpukan buku, membaca buku, memasuki ruang kelas dan
mengajar, mendokumentasikan nilai latihan atau nilai proses belajar, berdialog
dengan siswa di kelas atau di kantor guru, dan diakhiri dengan kegiatan
meninggalkan ruang belajar. Sepintas kegiatan guru sehari-hari tampak demikian.
Ketika seseorang memasuki dunia pendidikan dan berprofesi sebagai
guru, mulailah muncul berbagai beban. Ternyata, kegiatan guru ada yang bersifat
nonteaching dan ada pula kegiatan yang bersifat teaching. Kegiatan yang bersifat
nonteaching menghabiskan energi dan waktu guru melebihi energi dan waktu
yang dihabiskan, misalnya pegawai di kantor gubernur. Secara umum, pegawai
nonguru mengerjakan segala tugasnya dalam waktu wajib kantor. Setelah
melewati waktu jam wajib kantor, pegawai dapat mengerjakan hal-hal lain atau
refresing. Hal itu berbeda dengan guru. Guru, apakah guru Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), guru Taman Kanak-Kanak, guru Sekolah Dasar atau yang sederajat,
guru Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat memiliki kegiatan nonteaching.
Bahkan, tampaknya, kegiatan nonteaching lebih banyak menyita waktu guru,
baik di kelas, di sekolah, maupun di rumah.
Deskripsi terdahulu menunjukkan bahwa guru bekerja di kelas dan di luar
kelas terkait terhadap satu pekerjaan: mendidik. Pekerjaan yang tidak tergolong
mengajar merupakan kegiatan nonteaching.
Kegiatan nonteaching dimulai dengan perencanaan. Merencanakan
pembelajaran tidak dilakukan di dalam proses pembelajaran. Tidak pula pada pagi
hari sebelum mengajar. Perencanaan pembelajaran dimulai pada awal tahun ajaran
sampai setiap hari mengajar, seperti merencanakan strategi pembelajaran di dalam
menyusun Rencana Pembelajaran.
Perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan atau
merancangkan. Akhlan Husen dan Rahman mengutip menyatakan bahwa kata
perencanaan sama dengan planning yang berarti suatu proses dan cara berpikir
yang dapat membantu pencapaian suatu hasil pekerjaan. Orang yang berpikir
tentang rencana sesuatu hal, otomatis berpikir tentang kerangka kerja sampai
sedetail mungkin. Mengapa sedetail mungkin? Alasannya adalah karena
perencanaan memuat mulai dari pendekatan, metode, strategi, langkah-langkah
pelaksanaan, sampai dengan evaluasi.
Setelah melakukan kegiatan evaluasi, guru kembali bekerja dengan hasil
evaluasi tersebut. Mereka mengoreksi ulangan harian. Mereka menelaah soal-soal
yang sulit dijawab siswa. Guru pun mendokumentasikan nilai ulangan harian.
Singkatnya, kegiatan guru, baik itu nonteaching maupun teaching sangat padat.
s
.
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
............................................................................................................................ .
Latihan VI
Buatlah sebuah surat lamatan kerja berdasarkan informasi lowongan kerja
berikut!

Sumber: Riau Pos, Senin, 3 Februari 2014

PT Panasonic Gobel Indonesia


Jalan Tuanku Tambusai No. 46 Pekanbaru

Kami adalah perusahaan joint venture di bidang penjualan dan pelayanan purna
jual produk Panasonic, saat ini sedang membuka kesempatan bagi tenaga
Profesional untuk mengisi posisi sebagai Teknisi dan Sekretarisdengan
persyaratan,
1. Pria atau Wanita, usia maksimal 28 tahun.
2. Pendidikan minimal SMA sederajat.
3. Memiliki keterampilan kompetensi Elektronika untuk calon teknisi.
4. Memiliki keterampilan oprasi komputer bagi calon sekretaris.
5. Memiliki SIM A / SIM C.
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. 2000. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Depertemen Pendidikan Nasional.

Al-Maruf, Ali Imron. 2012. Teknik Penulisan Kutipan dan Daftar Pustaka, serta
Etika Akademik dalam Penulisan Karya Ilmiah. Disajikan dalam
Pelatihan Penulisan Buku Ajar Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta, tanggal 16 Mei.

Alwasilah , A. Chaedar. 1993. Linguistik (Suatu Pengantar). Bandung: Angkasa.

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Aminudin. 2001. Semantik:Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru


Algensindo Offset.

Auzar dan Hermandra.2007. Psikolinguistik. Pekanbaru: Unri Perss.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan Proses). Jakarta:


Rineka Cipta.

Charlina dan Mangatur Sinaga. 2007. Morfologi. Pekanbaru: Unri Perss.

Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek


Pembinaan Sekolah Dasar.

Faizah AR, Hasnah. 2009. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia.
Pekanbaru: Cendikia Insani.

Hakim, Nursal. 2010. Kemampuan Berbahasa Indonesia Dasar. Pekanbaru:


Cendikia Insani.

Henny, Ikhdah (Ed). 2010. Kamus Saku Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT.
Benteng Pustaka.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta:


Nusa Indah.

Masinambouw, E.K.M. 1980. Kata Majemuk (Berbagai Sumbangan Pikiran.


Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Nur, Muliadi. Teknik Penulisan Daftar Pustaka. http://muliadinur.wordpree.com.


Diakses pada tanggal 25 Oktober 2012 pukul 08.03 WIB.
Sofyan, Agus Nero, dkk. 2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung:Universitas Widyatama.

Tim. 2006. Korespondensi Bahasa Indonesia. Bandar Lampung: STMIK


TEKNOKRAT.

Tim. 2006. Panduan Penyusunan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: FEB UIN.

Purwana, Dedi, dkk. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Jakarta: FE UNJ.

Ramlan, M. 2001. Morfologi (satuan Tinjauan Deskriptif).Yogyakarta: CV.


Karyono.

Sutawijaya, Alam dkk. 1997. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat


Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sujianto (dalam http://www.slideshare.net/w2snu/sejarah-bahasa-indonesia)

Tim. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi.Malang: Prodi Teknik Informatika


Universitas Brawijaya.

Tim. 2011. Buku Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi.Padang: Program


Pascasarjana UNP.

Triani, Suni dan Sri Susanti. 2001. Petunjuk Penyusunan Bibliografi. Bogor: Pusat
Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Bandung.

http://wacana-bahasa.blogspot.com/20A11/11/cara-mengutip-dan-menulis-
catatan-kaki.html Cara Mengutip dan Menuliskan Catatan Kaki
diakses pada tanggal 6 Oktober 2012 pukul 12.54 WIB.

http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia/

Http://endonesa.Wordpress.Com/Ajaran-Pembelajaran/Pembelajaran-Bahasa-
Indone/

Anda mungkin juga menyukai