Anda di halaman 1dari 5

2.

JENIS RAGAM BAHASA


Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi
Berdasarkan situasi pemakaiannya, bahasa dapat dibagi menjadi : ragam formal, ragam
semiformal, ragam nonformal.

 Ragam formal : Digunakan dalam situasi resmi. Ragam formal atau ragam baku yaitu ragam
yang mengikuti kaidah atau aturan kebahasaan. Bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala
keperluan, tetapi hanya untuk :
1. komunikasi resmi.
2. wacana teknis.
3. pembicaraan di depan khalayak ramai.
4. pembicaraan dengan orang yang dihormati.

 Ragam semiformal : Memiliki keunikan tersendiri, karena berciri mengikuti kaidah dan aturan
yang tetap. Tetapi hanya tidak secara konsisten dilakukan pada saat tujuan tertentu. Dalam hal ini
sebagai contoh yaitu bahasa jurnalistik, dimana biasanya pembaca berita, membacakan beritanya
tidak selalu dengan kata-kata yang baku, melainkan kadang ditengah-tengah kata-kata baku yang
mereka ucapkan terselip kata-kata yang biasa kita gunakan untuk berbicara kepada seseorang,
dalam hal ini berbicara santai kepada lawan bicara kita dalam membahas topik yang tidak resmi.

 Ragam nonformal : Tidak mutlak untuk menggunakan pemakaian kata baku Atau dalam hal ini
ragam nonformal berciri tidak sesuai kaidah atau aturan yang tetap. Contohnya, seperti pada saat
kita mengobrol santai dengan teman.

Ragam Bahasa Berdasarkan Media

 Ragam bahasa Media (Lisan) : Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi ciri
kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta
kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan
dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi pendukung didalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.Pembicara lisan dalam situasi formal
berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau
santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis,
tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya
tidak menunjukan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa
serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri
dari keduanya. Ciri-ciri ragam lisan:
1. Memerlukan orang kedua/teman bicara.
2. Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
3. Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
4. Berlangsung cepat

 Ragam Berdasarkan Tulisan : Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat
yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan
dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk katadan struktur
kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.Ciri-ciri ragam tulis:
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Berlangsung lambat;
5. Selalu memakai alat bantu;
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca

Laras Bahasa

Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan
fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya.
Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik,
laras sastra, yang masih dapat 7 dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat
disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau nonstandar.
Laras bahasa yang akan kita bahas dalam kesempatan ini adalah laras ilmiah.

Laras llmiah

Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran,
fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali
pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau
pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis (Soeseno, 1981: 1).
Diisi dg realitas dan fakta

Ciri ragam bahasa ilmiah

1. Cendekia :  Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama,
sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
2. Lugas : Paparan bahasa yang lugas akan menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan
menafsirkan isi kalimat dapat dihindarkan.  Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari.
3. Jelas: Gagasan akan mudah dipahami apabila (1) dituangkan dalam bahasa yang jelas dan (2)
hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas.
4. Formal ; Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal.  Tingkat
keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan
kalimat.
5. Obyektif ; Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal
tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
6. Konsisten ; Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai dengan kaidah
maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
7. Rinkas dan Padat ; Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan
unsur-unsur bahasa.  Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur
bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.

RAGAM BAHASA KEILMUAN


Menurut Sunaryo, (1994 : 1), bahwa dalam berkomunikasi, perlu diperhatikan kaidah-kaidah
berbahasa, baik yang berkaitan kebenaran kaidah pemakaian bahasa sesuai dengan konteks
situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita
selalu memperhatikan faktor-faktor yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan.
Pada saat menulis, misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita , apa yang kita
tulis, apa tujuan tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat perhatian
tersebut merupakan faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu berkomunikasi
meliputi : partisipan, topik, latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis).

Agar pesan yang disampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka pembicara atau
penulis perlu (a) mengetahui latar belakang pembaca/pendengar, dan (b) memperhatikan
hubungan antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.

Hal itu perlu diketahui agar pilihan bentuk bahasa yang digunakan tepat , disamping agar
pesannya dapat tersampaikan, agar tidak menyinggung perasaan, menyepelekan, merendahkan
dan sejenisnya. Topik tutur berkenaan dengan masalah apa yang disampaikan penutur ke
penanggap penutur. Penyampaian topik tutur dapat dilakukukan secara :

(a) naratif (peristiwa, perbuatan, cerita)

(b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan, tempat barang, dsb.)

(c). ekspositoris

(d) argumentatif dan persuasif.

Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri :

(1) cendekia : bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil
berpikir logis secara tepat.

(2) lugas dan jelas : bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah
secara jelas dan tepat.
(3) gagasan sebagai pangkal tolak : bahasa Indonesia keilmuan digunakan dengan orientasi
gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan, tidak
pada penulis.

(4) Formal dan objektif : komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal.
Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahasa Indonesia
keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis
kosa kata dapat ditemukan kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal
(Syafi’ie, 1992:8-9).

Contoh : Kata berciri formal Kata berciri informal : Berkata= bilang, Karena =lantaran, Suku
cadang= onderdil

Anda mungkin juga menyukai