Teori dari filsafat analitis yang dibuat oleh Ludwig Wittgenstein adalah teori
yang sudah sangat inovatif dan sangat lengkap. Teori yang dicetuskan oleh Ludwig
Wittgenstein dibagi menjadi dua periode. Periode pertama adalah teorinya yang
mengenai Tractatus Logico-Philosophicus (1922). Teori tersebut berisikan tentang
teori gambar yang mengungkapkan tentang logika bahasa. Menurut Ludwig
Wittgenstein, hakikat bahasa merupakan gambaran logis dunia empiris yang
didalamnya menyusun proposisi-proposisi yang menggambarkan keberadaan suatu
peristiwa (state of affairs). Menurut pendapat dari Ludwig Wittgenstein, seluruh
filsafat hanya menggunakan satu metode, yaitu metode Critique of Language (Bakker,
1984 :125). Dengan menggunakan metode tersebut, membuat terbukanya
kemungkinan untuk melakukan kritik terhadap pemikiran filsafat yang juga dapat
mengetahui kejelasan dan ketidak jelasan dari konsep itu sendiri. Karya pertama dari
Ludwig Wittgenstein yang berjudul Tractatus Logico-Philosophicus (1922) adalah
suatu karya filsafat yang singkat, padat dan disajikan secara unik dengan disajikan
dalam suatu deskripsi yang unik, yaitu dengan sistem notasi angka dengan
menunjukkan prioritas logis dari proposisi-proposisinya. Seperti yang sudah
disebutkan tadi, inti dalam karyanya ini adalah adanya Picture Theory yan
menguraikan tentang logika bahasa. Menurut beliau, hakikat dari logika bahasa itu
sendiri adalah gambaran yang logis dari realitas dunia (Wittgenstein, 1961:67).
Sedangkan hakikat dunia adalah state of affairs atau keseluruhan dari fakta-fakta yang
terdapat di dunia yang nyatanya terbagi dari fakta-fakta itu sendiri (Wittgenstein,
1961:31). Proposisi-proporsisi yang dimaksudkan dalam hal tersebut adalah satuan
bahasa yang menggambarkan dunia itu sendiri. Proposisi-proposisi tersebut bersifat
kompleks dan tidak terbatas. Proposisi tersebut tersusun dari proposisi elementer atau
atomis yang merupakan proposisi paling kecil. Proposisi elementer tersebut adalah
"nama-nama" yang merupakan unsur satuan logis. Totalitas dari proposisi itu sendiri
adalah bahasa yang menggambarkan realitas dunia. Kesesuaian antara realitas dengan
proposisi itu sendiri tidak hanya menyangkut pada hubungan yang terlihat saja, tetapi
juga menyangkut pada situasinya (Pitcher, 1964:77). Sebuah gambaran logis tentang
kenya- taan merupakan sebuah pikiran dan di dalam sebuah proposisi sebuah pikiran
mendapat- kan sebuah ungkapan yang dapat diamati dengan indra (Wittgenstein, 1961
:3). Wittgenstein berkeyakinan bahwa hal yang dapat diambil dari teori tersebut
adalah ungkapan metafisis itu tidak mengungkapkan realitas sehingga tidak bermakna
dan mistis, walaupun hubugan itu sendiri menyangkut dan berhubugan dengan tuhan,
nilai keindahan, dan etika. Pemikiran dari Wittgensten pada periode pertama itu
sendiri menyangkut dan sangat berpengaruh paham potifismelogis atau yang bisa kita
kenal dengan suatu kelompok filsuf positif yang berpusat di Wina.