LANGUAGE PHILOSOPHY
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
ALFIANDY KAMAL
WIWI
MAKASSAR
2017 2018
Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
informasi dan pelajaran yang dapat kita jadikan kiblat sebagai arah pemikiran kita
akan sesuatu. Namun tentunya, makalah ini tentu mempunyai kekurangan, untuk itu
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
telah lama menjadi ketertarikan para filsuf, terlebih ini telah berlangsung semenjak
zaman yunani. Akan tetapi pasang surut ketertarikan para filsuf terhadap bahasa
permasalahan filsafat pada zaman tertentu. Suatu metamorfosis yang sangat esensial
terjadi ketiak para filsuf mengetahui bahwa berbagai rupa permasalahan filsafatb
menyampaikan ide atau gagasan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa yang
dengannya manusia dapat mengenal satu sama lain serta masalah yang timbul dapat
diselesaikan dengan baik. Setiap gerakan, aktifitas atau apapun yang dilakukan baik
Sekarang ini, filsafat bukan lagi merupakan bidang yang dijauhi orang
karya ilmiah yang disusun sendiri oleh penulis Indonesia maupun hasil
pengalihbahasaan dari kepustakaan asing, ada yang ditulis oleh para ahli filsafat, ada
pula yang bukan, ada juga karya filsafat yang disusun dengan bahasa ilmiah yang
begitu ketat dan rumit, namun tak kurang pula yang disajikan dengan bahasa yang
cukup bersahaja.1
Belajar filsafat, sepertinya memasuki suatu medan yang luas tiada bertepi,
tiada rambu-rambu petunjuk jelas yang dapat menuntun ke jalan keluar yang paling
tepat, sehingga semuanya menjadi serba misteri dan penuh problema. Perkembangan
1
Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik : Sejarah, Perkembangan, dan Peranan Para Tokohnya
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), v.
terakhir dari filsafat ilmu tersebut adalah sampainya filosof pada penelitian tentang
Hubungan bahasa dengan masalah filsafat telah lama menjadi perhatian para
filosof bahkan sejak zaman yunani. Para filosof mengetahui bahwa berbagai macam
problema filsafat dapat dijelaskan melalui suatu analisis bahasa. Sebagai contoh:
dapat dijelaskan dengan menggunakan metode analisis bahasa. Tradisi inilah oleh
para ahli sejarah filsafat disebut sebagai Filsafat Analitik yang berkembang di
Disinilah fungsi dari bahasa itu sendiri, mencoba memaknai suatu bahasa
dianggap aneh dan tidak jelas oleh sebagian orang dengan gaya berpikir yang kritis.
Namun tidak semua orang dapat berpikir kritis, beberapa orang hanya dapat
menerima ketidak jelasan atau keanehan, beberapa orang hanya mendengar dan
secara kritis, mengkritiki sesuatu yang dianggapnya aneh. Itulah filsuf, mereka tidak
dengan kritis hingga melakukan penelitian akan kebenarannya sehingga mereka dapat
menggunakan bahasa. Inilah yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai filsafat
2
Bertrand Russel, History of Western philosophy (Oxford : Alden Press, 1974), 13.
3
Salliyanti, Peranan Filsafat Bahasa dalam Perkembangan Ilmu Bahasa (Medan: USU, 2006),
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar
Secara vokabuler istilah filsafat analitika bahasa baru popular pada abad XX,
namun demikian bilamana kita sependapat bahwa pengertian filsafat analitik adalah
pemecahan dan penjelasan problema problema serta konsep konsep filsafat melalui
analisis bahasa, maka sebenarnya bersumber isi materi dan metodenya maka filsafat
analitika bahasa itu telah berkembang sejak lamabahkan sejak zaman yunani.
timbulnya filsafat analitika bahasa. Peranan rasio, indera dan intuisi manusia sangat
dalam sejarah filsafat timbulnya filsafat analitik sebagai suatu reaksi ketidakpuasan
terhadap perkembangan pemikiran filsafat modern pada saat itu. Ketika para
kebenaran segala sesuatu, kalangan filsuf analitika bahasa sadar bahwa sebenarnya
ungkapan ungkapan metafisis bahkan yang paling radikal kaum positivesme logis
bahwa filsafat bahasa itu sulitdi tentukan batasan pengertiannya terutama filsafat
analitika bahasa, karena dasar-dasar filosofinya cukup yang rumit, padat dan sangat
beragam. Demikianlah kiranya filsafat analitika bahasa memiliki dimensi yang sangat
luas dan meliputi berbagai. Pemilihan filsafat analitika bahasa ini memang sulit untuk
analitik tersebut memiliki keterkaitan pengaruh antara tokoh satu dengan lainnya,
antara aliran satu dengan lainnya. Maka untuk mempermudah pemahaman kita
Mereka telah berangsur angsur sadar bahwa filsafat meiliki banyak persoalan,
konsep konsep filosofis akan menjadi jelas dengan menggunakan analisis bahasa.
Tokoh tokoh filsafat analitika bahasa hadir dengan terapi analitika bahasanya untuk
mengatasi kelemahan kekaburan, kekacauan yang selama ini ada dalam berbagai
4
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia, 2006), h. 24
5
Ibid., h. 9
6
Zainal Abidin, Semantika; Pengantar Studi Tentang Makna (Cet. V; Jakarta: Raja Grafindo persada,
2004), h. 76
Didalam kamus populer filsafat, filsafat analitik adalah aliran dalam filsafat
yang berpangkal pada lingkaran Wina. filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat
yang berbau metafisik. Juga ingin menyerupai ilmu-ilmu alam yang empirik,
sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu elsakta juga harus dapat diterapkan pada
filsafat (misalnya harus dapat dibuktikan dengan nyata, istilah-istilah yang dipakai
Filsafat analitik adalah suatu gerakan filosof Abad ke 20, khususnya di Inggris
dan Amerika Serikat yang memusatkan perhatiannya pada bahasa dan mencoba
paling logis dan singkat yang cocok dengan fakta-fakta atau makna-makna yang
disajikan. Yang pokok bagi filsafat analitik adalah pembentukan definisi baik yang
dewasa ini, yang menghiasi panggung sejarah umat manusia. Pertama, kosmosentris
yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan alam sebagai objek pemikiran dan
wacana filsafat, yaitu yang terjadi pada zaman kuno. Ikedua, teosentris yaitu fase
pemikiran filsafat yang meletakkan Tuhan sebagai pusat pembahasan filsafat, yang
pemikiran filsafat yang meletakkan manusia sebagai objek wacana filsafat, hal ini
terjadi dan berkembang pada zaman modern. Keempat, logosentris yaitu fase
pemikiran filsafat dan hal ini berkembang setelah abad modern sampai sekarang. Fase
perkembangan terakhir ini ditandai dengan aksentuasi filosof pada bahasa yang
7
Lihat Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat (Cet. III; PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 4
8
Ali Mudhofir, Kamus Teori dan Aliran Dalam Filsafat dan Teologi (Cet I; Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1996), h. 8
disadarinya bahwa bahasa merupakan wahana pengungkapan peradaban manusia
mengangkat bahasa sebagai disiplin linguistic. Grice dan Quinelah yang mengangkat
interpretasi yang dapat berbeda antara si pembicara dan yang dibicarakan. Frege lebih
representasi of mine, tetapi juga mengandung referensi, yaitu hal-hal yang relevan
filsafat analitika bahasa. Peranan rasio, indra, dan intuisi manusia sangat menentukan
dalam pengenalan pengetahuan manusia. Oleh karena itu aliran rasionalisme yang
indera dalam pengenalan pengetahuan manusia serta aliran imaterialisme dan kritisme
Analitika bahasa adalah metode yang khas dalam filsafat untuk menjelaskan,
menguji kebenaran hanya mungkin dilakukan lewat bahasa karene bahsa memiliki
fungsi kognitif. Secara historis tradisi ini sebenarnya telah berkembang sejak lama
9
Lihat Kaelan M.S, Perkembangan filsafat Analitika bahasa dan pengaruhnya Terhadap ilmu
Pengetahuan (Cet. I; Yogyakarta: Paradigma, 2006) h. 7
10
Lihat Noeng Muhadj, Filsafat Ilmu Positivisme, PostPositivisme, dan PostModernisme (Cet. I;
Yogyakarta: Rakesarasin, 2001), h. 98
11
Kaelan M.S, Op. Cit., h. 8
bahkan berkembang sejak zaman pra Sokrates. Namun istilah ini mulai dikenal dan
1. Atomisme logis
Aliran ini mulai berkembang pada awal abad XX di Inggris dan aliran
empirisme. Selain itu aliran ini berkembang sebagai reaksi ketidak puasan
adas aliran idealisme yang pada saat itu menguasai tradisi pemikiran di
Inggris.
atomis. Dan aspek inilah yang ingin saya tekankan. Oleh karena itu saya lebih
suka menyebut filsafat saya dengan nama atomisme logis daripada realisme
Menurut Hume semua ide yang kompleks itu terdiri atas ide-ide yang
sederhana atau ide yang atomis yang merupakan ide yang terkecil. Hume
ide. Dalam kaitan ide Betrand Russel menolak atomisme psikologisnya David
Hume dan analisis itu bukannya pada aspek psikologis namun dilakukan
ini lazimnya dikemangkan oleh para ilmuan bidang fisika, matematika, kimia,
ilmu-ilmu alam dan lain sebagainya, faham ini berpusat di Wina. Madzhab
Indonesia sendiri.
Aliran ini muncul setelah perang dunia ke II, yang dipelopori oleh
Wittgenstein. Filsafat bahasa ini memiliki bentuk yang paling kuat bilamana
dibandingkan dengan aliran lainya dan mempunyai pengaruh yang sangat luas
tersebut tidak secara langsung namun aliran filsafat tersebut secara ontologis
memiliki kesamaan.
akrabnya G.E. More sebagai seorang filsuf perintis filsafat analitik. Russel dan Moore
akal sehat, sedangkan Russel mencari kebenaran melalui penggunaan analisis disertai
dengan sintesa logis. Moore beranggapan bahwa bahasa sehari-sehari kiranya telah
memadai untuk berfilsafat. Sedangkan menurut Russel bahasa sehari-hari itu tidak
memadai untuk bahasa filsafat karena banyak kelemahan antara lain kekaburan,
makna ganda, tergantung pada konteks dan lain sebagainya. Atas pendapat inilah
logika. Hal ini meyakinkan pada diri Russel bahwa tugas filsafat adalah analisis logis
logis atau dengan lain perkataan perlu ditentukan formulasi logis dalam ungkapan
bahasa. Menurut Russel ada suatu kalimat yang memiliki struktur gramitikal yang
sama namun berbeda dalam hal struktur logisnya. Misalnya kalimat Lions are yellow
dan Lions are real kedua kalimat itu memiliki struktur gramatikal yang sama namun
keduanya memiliki struktur logis yang tidak sama. Lions pada kalimat 1 dan 2
bersama-sama berfungsi sebagai subjek (S), adapun yellow dan Real pada kalimat 1
dan 2 bersama-sama merupakan predikat (P), jadi secara gramatikal memiliki struktur
logisnya tidak sama. Menurut Russel bahwa dua pengertian memiliki suatu
formulasilogis yang sama bilamana dua hal itu mengandung kesesuaian. Misalnya
Sokrates dan Aristoteles memiliki formulasi logis yang sama karena Sokrates adalah
filsuf dan Aristoteles adalah filsuf, sehingga keduanya memiliki formulasi logis yang
sama. saja, melainkan disukung oleh suatu fakta yaitu sintesa logis dari fakta. Dengan
memahami formulasi logis dari ungkapan maka kita dapat membedakan antara
bentuk logis gramatikal dari suatu ungkapan dengan bentuk logis dari semantiknya.
Dasar utama yang ditekankan oleh Russel adalah analisis logis. Ia berpendapat
Struktur logis bahasa menunjukkan suatu susunan yang terdiri atas satuan-satuan
bahasa yang mangacu pada suatu satuan entitas karena struktur logis bahasa
menunjukkan struktur logis dunia. Oleh karena itu nama diri logis adalah merupakan
suatu deskripsi minimal yang mengacu pada acuan tunggal atau referensi tunggal.
Adapun pembedaan referensi tunggal itu adalah sebagai berikut: 1.Nama diri:
Napoleon, Ciliwung 2. Kata-kata deiktik: kata-kata penunjuk: ini, itu (ruang dan
waktu) nanti, tadi (kata-kata ganti): aku, dia 3.Deskripsi penunggal: pemenang hadiah
pengetahuan yang benar pula tentang hakikat realitas dunia. Formulasi logis bahasa
yang memiliki kesesuaian struktur dengan realitas dunia ini dikembangkan lebih
lanjut oleh Russel dalam pengertian proposi-proposi yang tersusun atas proposi
3. Struktur proposisi
keseluruhan fakta-fakta yang merupakan dunia tersebut memiliki struktur logis dan
oleh karena berkesesuaian dengan bahasa maka struktur bahasa yang melukiskan
dunia juga memiliki struktur logis. Oleh karena itu hakekat fakta-fakta tadi
terlukiskan melalui proposisi. Fakta-fakta itu sendiri sebenarnya tidak dapat bersifat
benar atau salah, yang dapat diberikan kualifikasi benar atau salah adalah proposisi-
merupakan simobol dan bukan merupakan bagian dunia. Proposisi memiliki struktur
yang memiliki atas sejumlah kata, dan kata-kata itu menunjuk kepada suatu data
inderawi (sense data) dan unirversalia (universals) yaitu ciri-ciri atau relasi-relasi.
inilah putih, inilah merah dan menunjuk kepada fakta-fakta atomis. Namun perlu
menentukan benar atau tidaknya proposisi apapun juga (baik atomis maupun
molekuler).
Selain fakta atomis yang diungkapkan melalui proposisi atomis juga terdaat
Filusuf kelahiran Wina Austria ini memiliki reputasi karya filsafat yang
spesifik. Tractacus Logico Philosophicus sebagai suatu karya besar di bidang filsafat.
Uraian dalam buku ini berupa uraian-uraian singkat, Makna yang tergantung dalam
memberikan analisis logis dan disertai dengan sintesa logis. Dalam Teractus ia
itu timbul karena para filsuf terdahulu belum memecahkan dan merumuskan
filsafat.
sebagai berikut:
Pertama: dunia itu tidak terbagi atas benda-benda melainkan terdiri atas fakta-
fakta, dan akhirnya terbagi menjadi suatu kumpulan fakta-fakta atomis yang tertentu
Kedua: setiap proposisi itu pada akhirnya melarut diri, melalui analisis,
menjadi suatu fungsi kebenaran yang tertentu secara unik (khas) dari sebuah proposisi
jumlah keseluruhan proposisi itu adalah bahasa sebuah proposisi dasar itu adalah
suatu proposisi, yang seluruhnya terdiri atas nama-nama. Dalam pengertian ini istilah
nama memiliki pengertian teknis dan menurut Wittgenstein tidak digunakan dalam
arti biasa, seperti nama orang atau nama sesuatu. Sebuah nama tidak dapat dipecah-
pecah lebih lanjut dengan cara definisi. Nama dalam pengertian ini menurut istilah
Wittgenstein adalah sebagai tanda pertama (primitif) jadi misalnya nama Sokrates
bukanlah nama dalam pengertian teknis ini, karena Sokrates dapat didefinisikan
sebagai misalnya seorang laki-laki, seorang filsuf Yunani yang hidup di Athena dan
lain sebagainya.
3. Teori Gambar
hubungan antara proposisi yang diungkapkan melalui bahasa yang realitas keberadan
suatu peristiwa, selanjutnya akan nampak sikap pandangannya tentang realitas fakta
4. Tipe-tipe Kata
Perbedaan itu dapat terjadi karena memiliki susunan satuan kata yang
menyusun kalimat tersebut. Dalam penentuan tipe-tipe kata ilmiah yang perlu
dibedakan pengertian konsep nyata,yaitu tipe kata yang termasuk memiliki acuan
konkrit seperti :meja, kursi, mobil, tongkat, bola, dan lain sebagainnya
Referensi
Abidin, Zainal. Semantika; Pengantar Studi tentang Makna. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. 2004.
Hartoko, Dick. Kamus Populer Filsafat, Cet. III; PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Mudhofir, Ali. Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi, Cet I;
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996