Anda di halaman 1dari 21

Nama :Yuni Cassandra Djonga

Nim : 2107020087

Jurusan/kelas:psikologi/A

Semester:1

TUGAS REVIEW JURNAL

Mata Kuliah : Perkembangan Manusia

Dosen Penampung : Indra Yohanes Kiling

Jurnal 1

Judul Penelitian : TINJAUAN KONSEP DIRI DAN DIMENSINYA PADA ANAK DALAM MASA
KANAK-KANAK AKHIR

Jurnal : Psikologi Pendidikan & Konseling

Volume dan Halaman : Volume 1 dan Hal 116-124

Tahun : 2 Desember 2015

Penulis : Indra Yohanes Kiling

Reviewer : Yuni Cassandra Djonga (2107020087)

Tanggal : 17 November 2021

Abstrak familiaritas dan pemahaman mengenai konsep-


konsep statistika terkait penentuan besaran
sampel, 2) kebiasaan menentukan besaran
sampel penelitian, dan 3) pendapat mengenai
besaran sampel
ideal. Selanjutnya, menggunakan besaran
sampel yang dilaporkan untuk mensimulasikan
capaian kekuatan uji statistik besaran sampel
yang dianggap ideal tidak memiliki kekuatan uji
statistik yang cukup untuk mendeteksi besaran
efek kecil dan sedang, yang umum ditemukan
dalam penelitian-penelitian psikologi.
Metode Penelitian Survei yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki tiga bagian. Bagian pertama berisi
pertanyaan mengenai identitas partisipan;
bagian kedua berisi pertanyaan mengenai
familiaritas dengan istilah-istilah statistika
terkait perhitungan besaran sampel; bagian
ketiga berisi pertanyaan mengenai kebiasaan
partisipan menentukan besaran sampel. Pada
bagian kedua, khususnya pada pertanyaan
mengenai makna istilah-istilah statistik, peneliti
meminta partisipan menilai kebenaran dari 4-5
pernyataan (Gigerenzer, 2004., Hoekstra et al.,
2014). Dari 4-5 pernyataan tersebut, hanya
terdapat satu pernyataan yang benar, namun
partisipan memiliki kesempatan menilai seluruh
pernyataan sebagai benar atau salah.
Hasil dan Pembahasan Seperti terlihat di Tabel 1, lebih dari tiga per
empat (75,49%) partisipan mengidentifikasikan
diri sebagai mahasiswa Psikologi. Selanjutnya,
sebagian besar (40,40%) partisipan melaporkan
bahwa saat ini mereka tengah menempuh
pendidikan S1 Psikologi, dan sudah lulus
beberapa mata kuliah statistika (Tabel 2).
Sebagian besar partisipan jarang (31- 50% dari
penelitian) menerapkan pengetahuan mengenai
statistika dalam penelitian (misal: dalam
menulis/ membimbing skripsi, blog pribadi, dan
artikel ilmiah; Tabel 3). Pemahaman statistika
Familiaritas terhadap istilah-istilah dalam
statistika. Sebagian besar partisipan lebih
familiar dengan nilai p dibandingkan dengan
besaran efek (effect size) dan kekuatan uji
(power) dalam statistika. Istilah besaran efek
juga lebih familiar dibandingkan kekuatan uji
(Tabel 4).
kesimpulan Mahasiswa dan peneliti psikologi di Indonesia
sudah cukup familiar terhadap istilah-istilah
statistika, namun memiliki pemahaman yang
keliru atau tidak utuh mengenai istilah-istilah
tersebut. Akibatnya, mereka memproyeksikan
besaran sampel yang kurang dari ideal dalam
penelitian. Secara spesifik, besaran sampel yang
dilaporkan memiliki kekuatan uji statistik yang
rendah, sehingga kemungkinan hasil penelitian
mereka dapat direplikasi rendah.
Kelebihan Penulisan sudah rapih dan jelas, dan mudah di
paham, dan sangat membantu.
Kekurangan Kekurangannya tidak ada karena semua sudah
jelas.

Jurnal 2

Jurnal Jurnal Transformasi Edukasi: Media


Publikasi Ilmiah Ipteks Pendidikan dan
Pembelajaran
Judul pola komunikasi anak usia dinitunarungu
bukan bawaan
Volume 3 nomor 2
Tahun 2014
Penulis M H Ganur, Beatriks Novianti Bunga, Indra
Yohanes Kiling
Reviewer Yuni Cassandra Djonga
Tanggal 17 November 2021
Latar belakang Anak tunarungu adalah anak yang
mengalami gangguan pada
organpendengarannya sehingga
mengakibatkan ketidakmampuanmendengar,
mulai dari tingkatan yang ringan sampai
yang berat sekali yang
diklasifikasikan kedalam tuli (deaf)dan
kurang dengar (hard of hearing).
Keterbatasan pendengaran
mengakibatkananak usia dini tunarungu
masalah komunikasi. Anak tunarungu akan
memiliki hambatan dalam komunikasi
verbal/lisan, baik itu secara ekspresif
(berbicara) maupun reseptif (memahami
pembicaraan orang lain). Penelitian ini
mendeskripsika tentang polakomunikasi anak
tunarungu yang bukan bawaan.
Tujuan Penelitian Meneliti lebih dalam mengenai pola
komunikasi tunarungu yang kebetulan adalah
anak usia dini tunatungu yang
mendapatkan ketunaannya karena kecelakaan
pada saat dia berumur 3 tahun.
Subjek penelitian Subjek tunarungu yang diteliti bernama N,
usia 6 tahun, berjenis kelaminperempuan
dan sekarang sudah duduk di kelas 1 SD.

Metode penelitian Penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus


wawancara terhadap orangtua dan juga nenek
dari pada subjek

Permasalahan Penderita tuna rungu ada dua macam.ada


yang merupakan penyakit bawaan sejak lahir
dan ada juga yang bukan merupakaan
penyakit bawaan,atau bisa dibilang terjadi
karena faktor internal. Penelitian ini
mendeskripsikan Pola Komunikasi Anak
Tunarungu bukan Bawaan (1 orang)
berumur 6 tahun
Hasil penelitian Berdasarkan dari temuan penelitian dapat
terlihat pada subjek yang masih kesulitan
dalam mengikuti percakapan, subjek terlihat
pasif dan bingung, subjek juga membutuhkan
kontak mata terhadap lawan bicaranya.
Tetapi setelah melalui proses pengulangan
beberapa kali dan kontak mata serta
memnaca ekspresi, terlihat perubahan yang
sangat berarti, sedikit demi sedikit subjek
mulai mengerti dan dapat mengikuti
percakapan dengan bahasa yang sederhana.
Subjek mampu menggerakkan organ bicara
dan mengeluarkan suara serta menggunakan
kalimat sederhana dengan pola yang cukup
teratur. Subjek mencoba berbicara dengan
teman sepermainannya atau dengan lawan
bicara lainnya, walaupun dengan kalimat
sederhana dan tata bahasa yang belum
beraturan dengan menggunakan berbagai
spektrum bahasa secara simultan agar
berbagai hal yang ingin mereka sampaikan
dapat dimengerti oleh lawan bicaranya
Kelebihan Penelitian ini meneliti tentang pola
pengembangan komunikasi anak tuna rungu
yang bukan bawaan. Sehingga orang tua
maupun guru bisa paham pola pengembangan
komunikasi terhadap anak tuna rungu bukan
bawaan. penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dalam bentuk studi
kasus.Penelitian kualitatif merupakan
pendekatan yang penting untuk memahami
suatu fenomena sosial dan perspektif individu
yang diteliti.
Bahasa yang digunakan mudah dipahami
oleh para pembaca.
Penulisan sudah rapi dan jelas
Kekurangan Penelitian ini belum menggali secara dalam
bagaimana metode-metode yang harus
dilakukan untuk membantu pengeembangan
kemampuan bahasa anak penyangdang tuna
rungu terlebih yang bukan merupakan
penyakit bawaan dan hanya meneliti tentang
pola-pola perkembagan anak penyangdang
tuna rungu.Hasil dari penelitian ini juga
belum memberikan secara jelas tentang pola-
pola perkembangan anak tunga rungu yang
bukan bawaan.

Jurnal 3

Judul Tinjauan tempat tinggal dan jenis kelamin


pada kualitas hidup orang usia
lanjut
Tahun Agustus 2017
Penulis Beatriks Novianti Bunga-Kiling & Indra
Yohanes Kiling
Reviewer Yuni Cassandra Djonga {2107020087}
Tanggal 8 oktober 2021
Tujuan penelititan Melihat kontribusi tempat tinggal dan jenis
kelamin pada kualitas hidup orang usia lanjut
Subjek penelitian Orang usia lanjut
Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah
research & development. Karena penulis
memfokuskan pada mencari data dan teori-
teori lalu dikembangkan
Pendahuluan Penelitian tersebut membahas pengaruh tempat
tinggal dan jenis kelamin pada kualitas hidup
orang usia lanjut. Orang usia lanjut yang berada
pada tahap akhir kehidupan, memiliki berbagai
faktor yang dapat menentukan kualitas hidup
mereka. Orang usia lanjut yang tinggal di rumah
memiliki lingkungan interaksi berbeda dengan
orang usia lanjut yang tinggal di panti wreda. Hal
ini berkontribusi pada pencapaian kualitas hidup
mereka. Hal yang serupa terjadi pada orang
berusia lanjut dengan jenis kelamin laki-laki yang
memiliki kualitas hidup yang cenderung berbeda
dengan perempuan.

Hasil penelitian Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan


individu dengan fitur lingkungan serta
tempat tinggal mereka akan mempengaruhi
kualitas hidup dari seseorang. Lingkungan
dan kondisi tempat tinggal akan membuat
individu mampu menjadi dirinya sendiri
dengan melakukan kebiasaan-kebiasaannya,
fungsi sosial mereka, dan peran mereka
dalam masyarakat sehingga akan berdampak
pada kualitas hidup yang mereka miliki
(Vaarama dkk, 2008). Kualitas hidup juga
bergantung pada akses yang didapat oleh
individu dalam mencapai kemudahan di
lingkungan.
Selain itu, jenis kelamin jugamenjadi faktor
yang akan mempengaruhi cara untuk
mengukur kualitas hidup dari seseorang,
sebagaimana umur dan budaya dari populasi
mempengaruhi cara mengukur kualitas
hidup.

Kelebihan  Abstrak yang ditulis cukup


menyeluruh dan mudah dipahami
oleh pembaca
 Struktur penulisan runut, sehingga
mudah dipahami pembaca
 Penulis menuliskan kondisi para
lansia betapa pentingnya pengaruh
lingkungan yang disekitar
 Informasi yang diberikan cukup
lengkap dan jelas

Kekurangan  Pembahasan terkait jenis kelamin


dan kualitas hidup kurang mendalam
 Ketidaktelitian penulis dalam menulis
 Memakai istilah sehingga membuat
pembaca kurang begitu paham;
seperti kata sosio-demogratik

Jurnal 4

Judul Persepsi ibu terhadap keterlibatan ayah dalam


pengasuhan anak usia dini
Tahun Januari 2016
Penulis Beartiks Novianti Bunga, Indra Yohanes
Kiling,Friandry Thoomaszen,Ellesa Margareth
Teti Soge
Reviewer Yuni Cassandra Djonga (2107020087)
Tanggal 17 November 2021
Tujuan penelitian Penelitian ini berbentuk studi
lapangan yang bersifat deskriptif yaitu
gambaran apa adanya atau memberi gambaran
lebih jelas tentang persepi ibu dalam
keterlibatan ayah soal pengasuhan anak usia
dini.

Subjek penelitian Ibu dan Ayah


Metode penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan
karena beberapa pertimbangan. Pertama
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda,
kedua metode ini menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antar peneliti dan
responden, dan ketiga metode ini lebih peka
dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pol nilai yang dihadapi (Moleong, 2001)

Pendahuluan seorang ayah sibuk bekerja, yang hanya


pulang untuk tidur dan jarang bertatap muka
dengan anak-anaknya.Selain ibu, ayah
memberikan
kontribusi penting bagi perkembangan anak,
pengalaman kehidupan yang dialami bersama
ayah, akan dapat mempengaruhi seorang anak
hingga dewasa nantinya. Peran serta perilaku
pengasuhan ayah mempengaruhi
perkembangan serta kesejahteraan anak dalam
masa transisi menuju remaja.

Hasil penelitian Keseimbangan peran ayah dan ibu dalam mengasuh


anak usia dini (AUD) memiliki sumbangsih penting
dalam perkembangan anak secara holistik.

Kurangnya kerjasama serta pemahaman ibu dan


ayah dalam pengasuhan anak juga melatarbelakangi
minimnya peran ayah dalam pengasuhan.

Dukungan dari ibu terhadap ayah yang berkaitan


dengan pengasuhan sangat diperlukan untuk
perkembangan yang seimbang.

.Pengasuhan ayah yang baik akan merefleksikan


keterlibatan positif ayah dalam pengasuhan melalui
berbagai aspek.

Yang harus diketahui bahwa pengasuhan anak


adalah tanggung jawab orang tua baik ayah maupun
ibu.

Selain ibu, ayah memberikan kontribusi penting


bagi perkembangan anak, pengalaman kehidupan
yang dialami bersama ayah, akan dapat
mempengaruhi seorang anak hingga dewasa
nantinya.

.Beberapa fakta di atas menunjukkan bahwa ayah


yang terlibat dalam pengasuhan anak usia dini
memberikan dampak-dampak positif baik untuk
perkembangan anak maupun kepada kesehatan
mental dari ayah sendiri.

Minimnya peran ayah dalam pengasuhan anak


sendiri berisiko menimbulkan dampak negatif
kepada perkembangan anak.

Dunia akademis sendiri masih cenderung


paternalistik, ini terlihat pada minimnya kajian
ilmiah atau penelitian yang membahas mengenai
peran ayah dalam pengasuhan anak, terutama anak
usia dini berdasarkan penelusuran melalui mesin
pencari di internet.

Hal-hal ini sangat mempengaruhi keterlibatan ayah


dalam pengasuhan.

Berdasarkan gambaran yang penulis temukan di


lapangan pada observasi pra penelitian di Kota
Kupang, masih banyak ibu dan ayah yang tidak
saling bekerja sama dengan baik dalam urusan
pengasuhan anak yang dikarenakan berbagai
macam alasan.

Diduga kurangnya pengetahuan ibu dan ayah


tentang pengasuhan dan keterlibatan ayah itu
sendiri sehingga munculnya masalah keterlibatan
ayah dalam pengasuhan anak-anak mereka.

Padahal kerjasama dalam pengasuhan akan jauh


lebih efektif, termasuk dukungan ibu terhadap
keterlibatan ayah dalam pengasuhan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin


melihat bagaimana persepsi ibu secara subjektif
tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak
usia dini di Kota Kupang.

Pandangan ibu akan mempengaruhi bagaimana ibu


memberikan dukungan kepada ayah dalam
melakukan pengasuhan terhadap anak usia
dini.Pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
ganda, kedua metode ini menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antar peneliti dan
responden, dan ketiga metode ini lebih peka dan
dapat menyesuaikan diri dengan banyak
pendampingan.

Kelebihan Abstrak yang ditulis cukup menyeluruh dan


mudah dipahami oleh pembaca,informasi yang
diberikan cukup jelas.
Kekurangan Ketidaktelitian penulis dalam
menulis,pembahasannya kurang mendalam

Jurnal 5
Judul Mengidentifikasi motivasi keterlibatan ayah
dalam pengasuhan anak usiadini
Tahun Januari 2016
Penulis Selviana Yasinta Rima,Beartriks Novianti
Bunga,Friandry Thoomaszen,Indra Yohanes
Kiling.
Reviewer Yuni Cassandra Djonga
Tanggal 17 November 2021
Pendahuluan Keterlibatan orangtua yang intens de
ngan anak dapat menurunkan tingkat resiko
masalah emosional dan perilaku pada anak
seperti masalah kehilangan kehangatan dan
hubungan positif dengan orangtua, kelekatan
yang tinggi, sampai disiplin yang rendah
Pening
katan rata-rata nilai akademik anak juga
menunjukan peningkatan, anak juga suka
berada di sekolah (Shurnow& Miller, 2001).
Manfaat positif juga diperoleh orangtua, me
reka yang terlibat dalam pendidikan anak
mereka menunjukan adanya peningkatan ko
munikasi yang baik dengan anak dan juga le
bih memperhatikan aktivitas belajar anak di
Rumah.

Tujuan penelitian menunjukan


secara empiris bagaimana keterlibatan ayah
memberi dampak yang positif terhadap per
kembangan baik kognitif, kemampuan ber
bahasa, kemampuan penyesuaian diri secara
emosi maupun sosial dan kecerdasan moral
anak khususnya AUD.Banyak faktor yang
mendorong ayah untuk terlibat dalam pen
gasuhan dan pendidikan anaknya.
Penelitian ini akan mem
batasi fokus penelitiannya pada faktor moti
vasi keterlibatan ayah dalam pengasuhan
AUD.

Metode penelitian Untuk


memperoleh data mengenai motivasi ayah,
peneliti menggunakan wawancara sebagai
data utama dan melakukan kros cek dengan
observasi langsung untuk melihat bentuk
keterlibatan para ayah baik di rumah maupun
sekolah.

Hasil dan Pembahasan Keterlibatan ayah merupakan kontak langsung


antara ayah dengan anak melalui beberapa cara
seperti ayah mengurus atau merawat anak dan
berbagi kegiatan bersama antara ayah dengan anak.

Keterlibatan ayah dapat memberikan pengaruh


positif langsung bagi perkembangan anak

Penelitian ini mendeskripsikan secara kualitatif


motivasi ayah ketika melibatkan diri dalam
pengasuhan bersama istri serta dalam pendidikan
anak usia dini.Penelitian ini melibatkan lima orang
ayah sebagai informan kunci untuk berbagi
informasi mengenai motivasi mereka ikut terlibat
dalam pengasuhan dan pendidikan anak usia dini
mereka.

Faktor luar yang memotivasi antara lain melihat


contoh dari tetangga dan dimarahi orangtua atau
mertua.Untuk itu direkomendasikan agar para istri
mendukung suami agar terlibat aktif mengasuh anak
dan juga sekolah, tempat kerja atau pihak lainnya
agar memiliki program parenting yang mewajibkan
ayah untuk mengikuti program-program tersebut.

Kata kunci: motivasi, pengasuhan, ayah, anak usia


dini PENDAHULUAN Studi tentang dampak
keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak
sudah lama dilakukan dan hasilnya menunjukan
pengaruh yang positif terhadap perkembangan anak.

Manfaat positif juga diperoleh orangtua, mereka


yang terlibat dalam pendidikan anak mereka
menunjukan adanya peningkatan komunikasi yang
baik dengan anak dan juga lebih memperhatikan
aktivitas belajar anak di rumah (Christenson, 1995).

Fakta-fakta empiris tersebut menyiratkan bahwa


kualitas keterlibatan yang seimbang antara ayah dan
ibu dalam pengasuhan dan pendidikan akan
berdampak pada perkembangan AUD, dan hal ini
harusnya menjadi prioritas bagi para
orangtua.Namun sepanjang sejarah, pada sebagian
masyarakat di dunia, dipercaya seorang pria
bertanggung jawab untuk menafkahi anak dan
istrinya.

Keterlibatan ayah menurut Lamb (dalam


Wahyuningrum, 2011) merupakan kontak langsung
antara ayah dengan anak melalui cara ayah
mengurus atau merawat anak dan berbagi kegiatan
bersama antara ayah dengan anak.

Palkovits (dalam Hidayati dkk, 2011)


menyimpulkan bentuk-bentuk keterlibatan ayah
dalam pengasuhan anak, diantaranya: 1. Terlibat
dengan seluruh aktivitas yang dilakukan oleh anak
2. Melakukan kontak dengan anak 3. Dukungan
finansial 4. Banyaknya aktivitas bermain yang
dilakukan bersama-sama.

Penelitian-penelitian tentang keterlibatan ayah


dalam pengasuhan sudah memperlihatkan bukti
betapa pentingnya ayah untuk terlibat langsung
dalam pengasuhan.

Keterlibatan ayah secara teratur dan aktif


memberikan dampak yang positif, meskipun tidak
diketahui bentuk khusus keterlibatan yang seperti
apa, yang akan memberikan dampak lebih baik.

Lebih lanjut tinjauan Rima, Mengindentifikasi


Motivasi Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan
Anak Usia Dini 86 sistematis ini memberikan
simpulan bahwa keterlibatan ayah memberikan
dampak positif dengan berkurangnya masalah
perilaku pada anak laki-laki dan masalah psikologis
pada anak perempuan.

Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa mo


tivasi ayah terlibat dalam pengasuhan AUD
adalah beragam dan bisa dikategorikan dalam
motivasi internal dan eksternal.Berdasarkan
hasil penelitian ini maka direkomendasikan
kepada beberapa pihak yang terkait langsung
dengan para ayah.
Sekolah juga
berperan dalam bentuk mewajibkan keiku
tsertakan ayah dalam program-program par
enting di sekolah. Dengan demikian men
gikat para ayah untuk berkomitmen untuk
terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan
AUD mereka.

Kelebihan Penulisan sudah jelas dan rapih sehingga mudah


dipahami
Kekurangan Tidak terdapat kekurangan karena semuanya
sudah jelas.

Jurnal 6

Judul Tinjauan Persepsi Anak Terhadap


Kekerasan
Tahun 2019
Penulis Beatriks Novianti Kiling-Bunga1 ,
Indra Yohanes Kiling
Nama jurnal Journal of Health and Behavioral
Science
Tanggal 17 november 2021
Reviewer Yuni Cassandra Djonga (2107020087)
Pendahuluan Persepsi bersifat sangat individual. Persepsi
biasanya dimengerti sebagaimana informasi yang
berasal dari organ yang terstimulus, termasuk
bagaimana informasi tersebut diseleksi, ditata,
dan ditafsirkan. Pendek kata, persepsi mengacu
pada proses dimana informasi inderawi
diterjemahkan
Tujuan penelitian Makalah ini membahas konsep dari persepsi serta
konsep kekerasan serta mengkaitkannya dalam
konteks anak. Konsep dari persepsi dijelaskan
dengan menekankan terhadap skema proses
mental dari persepsi.
Metode penelitian Metode penelitian ini lebih menjabarkan tentang
analisis persepsi anak terhadap kekerasan
Subjek penelitian Anak
Hasil dan pembahasan Masa kanakkanak akhir dibahas dengan lebih
rinci dengan mempertimbangkan tugas-tugas
perkembangan dari anak serta aspek-aspek di
dalam perkembangan. Kekerasan ditinjau
dari perspektif global dengan melihat jenis-
jenis kekerasan yang sering terjadi pada anak.
Aktivis dan akademisi yang menekuni topik
kekerasan terhadap anak dapat
mempertimbangkan konsep persepsi anak
terhadap kekerasan di dalam melakukan
kajian terkait. Menurutnya proses persepsi itu
tergantung dari mekanisme biologis,
pengalaman masa lalu serta perkiraan
kebutuhan pemersepsi, nilai yang dianut dan
perasaan. Persepsi biasanya dimengerti
sebagaimana informasi yang berasal dari
organ yang terstimulus,termasuk bagaimana
informasi tersebut diseleksi, ditata, dan
ditafsirkan.

Chaplin (1995) dalam Dictionary of


Psychology, mengartikan persepsi
(perception) dalam lima pemahaman yaitu;
(1) proses mengetahui atau mengenali objek
dan kejadian objektif dengan bantuan indera,
(2) kesadaran dari proses-proses organis, (3)
(Titchener) satu kelompok penginderaan
dengan penambahan arti-arti yang berasal
dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel
yang menghalangi atau ikut campur tangan,
berasal dari kemampuan organisme untuk
melakukan pembedaan di antara perangsang-
perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai
kebenaran langsung atau keyakinan yang
serta merta mengenai sesuatu.

Stimulus-stimulus yang diterima oleh indera,


di organisasikan dan interpretasikan sehingga
individu menyadari, mengerti tentang apa
yang diinderakan itu. Inilah yang dikenal
dengan proses persepsi. Proses ini merupakan
proses kealaman atau proses fisik. Kemudian
terjadilah proses di otak sebagai pusat
kesadaran sehingga individu menyadari apa
yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa
yang dirabanya.

Kesimpulan Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa


taraf akhir dari proses persepsi ialah individu
menyadari apa yang dilihat, diraba atau
didengar dan merupakan persepsi yang
sebenarnya. Stimulus mana yang akan
dipersepsi tergantung perhatian individu
yang bersangkutan. Penulis akan membahas
lebih lanjut konsep persepsi dan konsep
kekerasan dalam ruang lingkup anak.
Pengaruh budaya terhadap persepsi.
Penjelasan mengenai persepsi diatas
mengarah pada pemahaman bahwa persepsi
itu bersifat individual dan berubah.
Penelitian lintas budaya tentang pengaruh
budaya terhadap persepsi diawali dengan
penelitian tentang pengaruh budaya
terhadap persepsi yang berkaitan dengan
indera (pengecapan, visual). Penelitian-
penelitian itu menunjukkan bahwa ada
perbedaan persepsi dan reaksi antara orang-
orang dengan budaya yang berbeda juga.
Kelebihan 1.Sistematika penulisan sudah sangat jelas.
2.Tujuan dan penulisan jurnal dijelaskan
dengan sangat jelas
Kekurangan 1.Space penulisan tidak teratur. Paragraph
ada yang menjorok kedalam dan ada juga
yang tidak menjorok kedalam.
2.Metode pembahasan yang digunakan tidak
dicantumka. Seharusnya dicantumkan agar
para pembaca dapat memahami lebih jelas.
Jurnal 7

Judul Pola bermain anak penyandang Tunagrahita


Tahun 2014
Penulis Beatriks Novianti Bunga, Indra Yohanes
Kiling
Reviewer Yuni Cassandra Djonga (2107020087)
Tanggal 17 November 2021
Tujuan penelitian meneliti tentang proses bermain serta sarana
bermain yang tepat untuk anak serta pola
bermain yang dilakukan oleh anak usia dini
tunagrahita
Metode penelitian Metode penelitian digunakan pendekatan
kualitatif.Teknik pengumpulan data
dilakukan observasi langsung terhadap salah
satu anak berinisial “I” dan teknik
wawancara terhadap Orang tua dan
guru.Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teori Hughes dalam Fatimah
(2008) mengenai pola bermain yaitu dalam
bermain: adanya Motivasi Intrinsik yang
memiliki indikator: bermain dengan
keinginan sendiri, memilih sendiri media
permainan, merasakan kepuasan dalam
bermain.

Pendahuluan Secara global anak diperhatikan secara


khusus. Konvensi Hak Anak (KHA) dan
Konvensi Hak Penyandang Disabilitas
(KHPD) dibuat untuk memastikan bahwa
seluruh anak, baik itu penyandang disabilitas
atau bukan, bisa menikmati hak-hak mereka
tanpa diskriminasi apapun. Salah satu
disbilitas yang harus mendapat perhatian
adalah tuna grahita. Di NTT sendiri perhatian
khusus terhadap anak usia dini tuna grahita
belum banyak dilakukan.
Hasil penelitian Dalam penelitian ditemukan pola bermain
anak usia dini tunagrahita yaitu selalu
terdorong untuk bermain, tidak fokus pada
satu permainan dan lebih banyak melibatkan
motorik kasar secara aktif. Untuk itu guru
dan orangtua perlu memperhatikan bentuk
bermain dan permainan yang cocok sesuai
dengan pola bermain yang dilakukan anak
usia dini tuna grahita
Kelebihan Informasi yang diberikan cukup lengkap dan
jelas, Penelitian meneliti tentang proses
bermain serta sarana bermain yang tepat
untuk anakpola bermain yang dilakukan oleh
anak usia dini tunagrahita di SLB Pembina
Penfui, Kupang, NTT,dan lebih
memfokuskan pada pola bermain anak karena
selain kebutuhan akan sandang, pangan dan
papan juga menjadi kebutuhan anak usia dini
tunagrahita termasuk didalamnya kebutuhan
untuk bermain.
Kekurangan 1. Subyek penelitian hanya dilakukan
terhadap satu anak saja
2. Wawancara harus lebih secara
mendalam

Jurnal 8

Judul Tinjauan persepsi anak terhadap kekerasan


Tahun Juni 2019
Penulis Beatriks Novianti Bunga, Indra Yohanes
Kiling
Reviewer Yuni Cassandra Djonga (2107020087)
Tanggal 18 November 2021
Tujuan penelitian Melihat tinjauan persepsi anak terhadap kekeran
Metode penelitian Penulis memfokuskan pada mencari data dan
aspek-aspek perkembangan anak-anak.
Pendahuluan Persepsi bersifat sangat individual.
Setiap hari manusia mengalami peristiwa.
Peristiwa-peristiwa itu kemudian diolah
dan ditafsirkan sesuai dengan keadaan diri
seseorang. Branca dalam Walgito (2002)
mengatakan bahwa sebagian besar tingkah laku
dan penyesuaian individu ditentukan
oleh individunya. Menurutnya proses persepsi itu
tergantung dari mekanisme
biologis, pengalaman masa lalu serta perkiraan
kebutuhan pemersepsi, nilai yang
dianut dan perasaan.

Hasil penelitian Persepsi anak terhadap kekerasan mempengaruhi


reaksi anak terhadap kekerasan itu sendiri.

Makalah ini membahas konsep dari persepsi serta


konsep kekerasan serta mengkaitkannya dalam
konteks anak..

Konsep dari persepsi dijelaskan dengan


menekankan terhadap skema proses mental dari
persepsi.

Masa kanakkanak akhir dibahas dengan lebih


rinci dengan mempertimbangkan tugas-tugas
perkembangan dari anak serta aspek-aspek di
dalam perkembangan

Kekerasan ditinjau dari perspektif global dengan


melihat jenis-jenis kekerasan yang sering terjadi
pada anak.

Faktor-faktor yang menyebabkan kekerasan pada


anak kemudian dikaji lebih lanjut untuk
mempermudah menyusun intervensi yang efektif

Aktivis dan akademisi yang menekuni topik


kekerasan terhadap anak dapat
mempertimbangkan konsep persepsi anak
terhadap kekerasan di dalam melakukan kajian
terkait

Menurutnya proses persepsi itu tergantung dari


mekanisme biologis, pengalaman masa lalu serta
perkiraan kebutuhan pemersepsi, nilai yang
dianut dan perasaan.

Persepsi biasanya dimengerti sebagaimana


informasi yang berasal dari organ yang
terstimulus, termasuk bagaimana informasi
tersebut diseleksi, ditata, dan ditafsirkan

Stimulus-stimulus yang diterima oleh indera, di


organisasikan dan interpretasikan sehingga
individu menyadari, mengerti tentang apa yang
diinderakan itu

.Inilah yang dikenal dengan proses persepsi

Proses ini merupakan proses kealaman atau


proses fisik

Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat


kesadaran sehingga individu menyadari apa yang
dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang
dirabanya

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa


taraf akhir dari proses persepsi ialah individu
menyadari apa yang dilihat, diraba atau didengar
dan merupakan persepsi yang sebenarnya

Stimulus mana yang akan dipersepsi tergantung


perhatian individu yang bersangkutan

Penulis akan membahas lebih lanjut konsep


persepsi dan konsep kekerasan dalam ruang
lingkup anak

Pengaruh budaya terhadap persepsi Penjelasan


mengenai persepsi diatas mengarah pada
pemahaman bahwa persepsi itu bersifat
individual dan berubah.

Kelebihan Jurnal tersebut sudah jelas dan penulisannya


sudah rapi
Kekuranagan Kekurangannya tidak ada karena semuanya sudah
jelas.

Jurnal 9

Judul Karakteristik prososial anak autis usia dini


dikupang
Tahun Januari 2016
Penulis Jendriadi Banoet,
Beatriks Novianti Kiling-Bunga
Indra Yohanes Kiling

Reviewer Yuni Cassandra Djonga (2107020087)


Tanggal 18 November 2021
Tujuan penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
karakteristik prososial anak
autis berusia dini.

Metode penelitian Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan


pengambilan data
menggunakan observasi dan wawancara

Pendahuluan Autisme adalah kelainan


perkembangan yang secara signifikan
berpengaruh terhadap komunikasi verbal, non
verbal serta interaksi sosial, yang berpengaruh
terhadap keberhasilannya dalam belajar.
Karakter lain yang menyertai autis yaitu
melakukan kegiatan berulang–ulang dan
gerakan stereotype, penolakan terhadap
perubahan lingkungan dan memberikan respon
yang tidak semestinya terhadap pengalaman
sensori (IDEA dalam Kurniawati & Madechan,
2013). Autis dapat diartikan pula sebagai
gangguan perkembangan komunikasi, kognitif,
perilaku, kemampuan sosialisasi, sensoris, dan
belajar).

Hasil penelitian Tingkat kehadiran sekolah pada anak dengan


disabilitas diprediksi lebih rendah dibandingkan
anak lain

Apalagi anak usia dini berkebutuhan khusus

Selain tidak mudah dideteksi sejak dini, belum


banyak lembaga menyiapkan program bagi anak
usia dini yang berkebutuhan khusus

Salah satunya adalah anak dengan kebutuhan


khusus autis

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan


bagaimana karakteristik prososial anak autis
berusia dini

Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan


pengambilan data menggunakan observasi dan
wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak autis


anak usia dini menunjukkan pola-pola perilaku
prososial yaitu tampak ekspresi yang ditunjukan
saat meniru guru atau orangtua, mampu menyapa
teman ketika diarahkan orangtua dan guru,
bersedia diajak bersosialisasi dengan orang lain,
juga menunjukkan partisipasi dalam kelompok
seperti bekerja sama dan berperilaku sesuai
norma yang ada walaupun semua perlu arahan
guru dan orangtua

Data ini menunjukkan disparitas partisipasi


dalam pendidikan pada anak dengan disabilitas

Autis dapat diartikan pula sebagai gangguan


perkembangan komunikasi, kognitif, perilaku,
kemampuan sosialisasi, sensoris, dan belajar)

Subjek dalam penelitian ini (anak S) tergolong


dalam kelompok autis ringan

Meskipun anak dengan autis mengalami masalah


dalam mengembangkan kemampuan sosialnya
(perilaku anti sosial) akan tetapi mereka juga
menampakan beberapa perilaku prososial
sederhana

Penelitian ini mencoba melihat kemampuan


prososial yang anak autis usia dini ringan
Perilaku prososial adalah suatu perilaku sosial
yang menguntungkan di dalamnya terdapat
unsur-unsur kebersamaan, kerjasama, kooperatif,
dan altruisme

Pada anak usia dini, perilaku prososial dapat


nampak dalam kesehariannya, seperti perilaku
berbagi (sharing), kerjasama (cooperation),
menolong (helping), kejujuran (honesty),
dermawan (generousity)

Pada anak usia dini normal perilaku ini dapat


terlihat saat berinteraksi dengan orang lain, tetapi
tidak ditampakan oleh anak usia dini dengan
bawaan autis

METODE Metode yang digunakan adalah


deskriptif kualitatif dengan pengambilan data
menggunakan observasi anak dan wawancara
dengan orang tua

Dalam hal ini anak usia dini yang berkebutuhan


khusus yaitu anak autis ringan berumur hampir
delapan Tahun

Kelebihan Data-datanya sudah jelas ,penjelasannya mudah


dipahami
Kekurangan Kekuranagannya tidak ada karena semuanya
sudah jelas.

Jurnal 10

Judul Gambaran Pola Asuh Keras Pada Ayah


Dari Anak Usia Dini: Studi Deskriptif

Tahun Januari 2016


Penulis Maria Erista Tea , Friandry Windisany
Thoomaszen, Beatriks Novianti Bunga,
Indra Yohanes Kiling

Reviewer Yuni Cassandra Djonga (2107020087)


Tanggal 18 November 2021
Tujuan penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
pola asuh keras
dari ayah di Kota Kupang
Metode penelitian Pendekatan yang digunakan dalam peneli
tian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Me
tode penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berfokus dalam penggambarkan atau menjelas
kan suatu fenomena, kegiatan atau situasi yang
terjadi .Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang didasarkan pada pengu
kuran variabel untuk memperoleh nilai numerik
yang disampaikan melalui analisis statistik untuk
membuat simpulan dan interpretasi

Pendahuluan Anak usia dini adalah titik tumpu dari


pembangunan setiap negara di dunia yang butuh
untuk diperhatikan, diajari dan dicintai.Pengasuhan
adalah perilaku yang memi
liki ciri-ciri hangat, penuh penerimaan, bersifat
resiprokal dan memberikan respon yang tepat
terhadap kebutuhan anak.Hal ini masih menunjukan
bahwa peran pengasuhan anak lebih condong
dilakukan oleh ibu. Padahal untuk mencapai per
kembangan anak yang optimal perlu keterlibatan
ayah dalam pengasuhan.
Peran ayah sendiri di Kota Kupang berdas
ar pengamatan penulis lebih pada porsi pendisip
linan yang acap kali dilakukan dengan menyakiti
atau membuat tidak nyaman anak dengan tujuan
memperbaiki sebuah perilaku. Hal ini disebut
pula dengan pola asuh keras (Kawabata dkk.,
2011), sebuah pola asuh yang acap kali berujung
dengan kekerasan terhadap anak.

Hasil penelitian Pola asuh keras adalah bentuk pola asuh yang
saat bentuk agresi dari orang tua ke anak yang
bertujuan untuk menghukum perilaku anak, juga
menyebabkan anak mengalami rasa sakit atau
tidak nyaman

Studi ini bertujuan untuk memberikan gambaran


tentang pola asuh keras dari ayah di Kota Kupang

Keadaan Kota Kupang yang sedang


diprogramkan untuk menjadi Kota Layak Anak
membuat kesadaran orangtua terutama ayah
semakin bertambah untuk menjauhi pola asuh
keras yang dapat berujung ke kekerasan pada
anak usia dini.AbstractChild violence cases
happened in East Nusa Tenggara province are
more than just a few

Selanjutya di kota Kupang sendiri berdasarkan


hasil pengamatan penulis banyak ayah yang sibuk
bekerja sehingga kurang berperan dalam
pengasuhan
Hal ini ditunjukkan dengan banyak ibu yang lebih
paham kebutuhan serta keinginan anak
dibandingkan dengan ayah

Ibu yang lebih berperan untuk mengantarkan


anak ke sekolah, dan bentuk pengasuhan lainnya
seperti memandikan anak, memberi anak makan,
mengajari anak serta bermain bersama anak.

Padahal untuk mencapai perkembangan anak


yang optimal perlu keterlibatan ayah dalam
pengasuhan

Peran ayah sendiri di Kota Kupang berdasar


pengamatan penulis lebih pada porsi
pendisiplinan yang acap kali dilakukan dengan
menyakiti atau membuat tidak nyaman anak
dengan tujuan memperbaiki sebuah perilaku.

Kelebihan Seluruh data yang didapat sangat jelas dan


membantu dalam membantu ketelibatan seorang
ayah dalam mengasuh anaknya.
Kekuraangan Memakai istilah sehingga membuat pembaca
kurang begitu paham.

Anda mungkin juga menyukai