Anda di halaman 1dari 16

BAB IV PROFESI KEGURUAN A.

HAKIKAT PROFESI KEGURUAN DAN GURU


PROFESIONAL
Istilah profesi keguruan di bidang pendidikan mulai hangat dibicarakan di tahun 2005 setelah
terbitnya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 1 ayat 1
Undang Undang tersebut diungkapkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Lebih lanjut pada pasal 1 ayat 4 diungkapkan bahwa profesional merupakan pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian kemahiran, atau kecapakan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dari Undang Undang tersebutlah kemudian muncul
istilah profesi keguruan dan guru profesional. Sebenarnya apa itu profesi keguruan?, apapula guru
profesional itu?.
Konsep profesi konon bermula pada abad pertengahan di Eropa Barat. Kemunculannya
sejalan dengan munculnya gerakan industrialisasi. Era industri waktu itu telah melahirkan
perkumpulan orang-orang yang memiliki keterampilan khusus, seperti tukang sepatu, pandai besi,
dan lainnya. Pada perkembangannya, keterampilan yang tadinya bersifat umum menjadi
keterampilan yang bersifat khusus (spesialis). Spesialisasi tersebut mulai berkembang pesat sejak
abad XVII seiring dengan munculnya berbagai pabrik yang menuntut keterampilan khusus untuk
memenuhi tuntutan revolusi industri. Dari situlah muncul perkumpulan sekelompok orang dengan
keterampilan dalam bidang tertentu. Hal itulah yang kemudian melahirkan konsep profesi.
Kemudian pada abad XVIII di Inggris muncul konsep kelas dalam masyarakat, yaitu
pengelompokkan masyarakat dalam beberapa kelompok kelas tertentu. Hal itu pula yang akhirnya
melahirkan konsep modern tentang profesi, yaitu lahirnya konsep profesi yang membedakan jenis
pekerjaan. Ada pekerjaan yang hanya cocok untuk kelompok orang terhormat, tidak cocok untuk
kelompok pekerja kasar.
Revolusi industri yang berkembang, terutama di Eropa telah melahirkan kelas baru dalam
masyarakat, seperti kelas industrialis, kelas pedagang, dan kelas teknisi. Keberadaan kelas-kelas
baru tersebut mengakibatkan konsep profesi berubah. Konsep profesi tidak hanya diperuntukkan
bagi orang terhormat saja, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, termasuk yang dianggap
rendah.
Berbeda dengan abad ke XVII dan abad ke XVIII, konsep profesi di zaman modern ini sudah
sangat berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Profesi
merupakan pekerjaan dan pengabdian kepada masyarakat yang memerlukan pengetahuan,
keahlian, dan keterampilan. Profesi tidak hanya berbekal dari praktik lapangan, tetapi harus
berdasarkan hasil pendidikan dan pelatihan dari lembaga pendidikan formal.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh seseorang ataupun sekelompok orang dengan bekal pengetahuan, keahlian, dan keterampilan
yang dimilikinya. Lalu bagaimana dengan keguruan? Keguruan berasal dari kata guru. Secara
bahasa, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar. Sedangkan keguruan adalah
perihal yang menyangkut pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Jadi keguruan adalah
berbagai hal yang berhubungan dengan tugas pekerjaan seorang guru. Tugas pekerjaan guru
tersebut meliputi kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan menilai
yang dilakukan oleh seseorang.
Berdasarkan deskripsi tersebut, maka profesi keguruan dapat diartikan dengan pekerjaan
sebagai seorang guru yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
dan menilai peserta didik dengan bekal pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimilikinya.
Konsep profesi keguruan sendiri sebenarnya telah ada pada al-Qur'an Surat At-Taubah: 122 yang
artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. AtTaubah: 122) 5.
At-Taubah: 122 di atas menunjukkan kepada kita bahwa Allah SWT menghendaki agar
sebagian mukminin untuk mencari pengetahuan, keahlian, dan keterampilan kemudian
mengajarkannya kepada saudara saudaranya agar mereka dapat menjaga dirinya.

Sementara itu, guru profesional adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dari
tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing penasehat, pelatih, dan penilai peserta didik
yang dilakukan olehnya dengan bekal pengetahuan, keahlian, dan keterampilannya yang
memenuhi standar guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.
Sebagai seorang yang bertugas menjadi pendidik, guru menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Itulah sebabnya guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Terkait
dengan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik, guru harus mengetahui serta memahami
nilai, norma moral, dan sosial serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan
norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Terkait dengan wibawanya, guru sebagai pendidik harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadirya serta
memiliki kelebihan dalam memahami perkembangan IPTEKS sesuai dengan bidang yang
digelutinya. Sedangkan disiplin dimaksudkan bahwa guru sebagai pendidik harus mematuhi
berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten atas kesadaran profesional karena guru bertugas
untuk mendisplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Dalam
menanamkan disiplin, guru harus memulai dari disiplin dirinya sendiri dalam berbagai tindakan
dan perilakunya.
Sebagai seorang pengajar, guru memfasilitasi terselenggaranya kegiatan penbelajaran dengan
melakukan upaya berikut:
1. Membuat ilustrasi, yaitu menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik
dengan sesuatu yang telah diketahuinya dan pada waktu yang sama memberikan tambahan
pengalaman kepada mereka.
2. Mendefinisikan, yaitu meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana
dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Menganalisis, yaitu membahas masalah yang telah dipelajari bagian derni bagian
sebagaimana orang mengatakan "cuts the learning into chewable bites”
4. Mensintesis, yaitu mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu
konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain
nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
5. Bertanya, yaitu mengajukan berbagai pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang
dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.
6. Merespon, yaitu mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan
lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.
7. Mendengarkan, yaitu memahami peserta didik dan berusaha menyederhanakan setiap
masalah serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun bagi peserta didik.
8. Menciptakan kepercayaan, yaitu berpikiran positif bahwa peserta didik dapat berhasil
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
9. Memberikan pandangan yang bervariasi, yaitu melihat bahan yang dipelajari dari berbagai
sudut pandang dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, yaitu memberikan pengalaman yang
bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi
standar.
11. Menyesuaikan metode pembelajaran, yaitu menyesuaikan metode pembelajaran dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan
sesuatu yang telah dipelajari.
12. Memberikan nada perasaan, yaitu membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
hidup.

Kemudian sebagai seorang pembimbing, guru profesional diibaratkan seperti pemandu


perjalanan (journey) peserta didik yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung
jawab atas kelancaran perjalanan itu. Sebagai pembimbing perjalanan, guru profesional harus
dapat melakukan empat hal. Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi
kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar tidak
hanya secara jasmaniah, tetapi juga harus terlibat secara psikologis. Ketiga, guru harus memaknai
kegiatan belajar peserta didik. Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
Kemudian meskipun tidak memiliki latihan khusus untuk menjadi penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang tetapi seorang guru profesional adalah
penasehat bagi peserta didik bahkan bagi orang tua dan masyarakatnya. Sedangkan sebagai
seorang pelatih, guru profesional bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi
dasar sesuai dengan potensinya masing-masing berdasarkan perbedaan individual peserta didik
dan lingkungannya. Sementara itu sebagai seorang penilai, guru profesional memiliki tugas
menilai hasil belajar peserta didik dan juga harus menilai dirinya sendiri baik sebagai perencana,
pelaksana, maupun penilai program pembelajaran.
Guru profesional dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pelatih, dan penilai manakala memiliki empat kompetensi guru sebagai mana yang terdapat dalam
UU Guru dan Dosen yaitu kompetensi pedagogie, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian.
Kompetensi pedagogie berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran peserta didik. Penguasaan kompetensi pedagogie ditunjukkan oleh guru profesional
dengan kemampuannya dalam:
1. Menguasai karakteristik peserta didiknya dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang studi yang
diampunya.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
7. Menjalin komunikasi yang efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Kompetensi profesional berhubungan dengan kemampuan guru dalam penguasaan materi


pelajaran atau bidang studi yang diampunya. Penguasaan kompetensi profesional ditunjukkan oleh
guru profesional dengan kemampuannya dalam:

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampunya
2. Menguasai kompetensi inti dan kompetensi dasar pada mata pelajaran atau bidang studi
yang diampunya.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampunya secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan materi
pembelajaran pada mata pelajaran atau bidang studi yang diampunya.

Kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru dalam berhubungan dengan dirinya
sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masvarakat. Penguasaan kompetensi
sosial ditunjukkan oleh guru profesional dengan kemampuannya dalam:
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
gender, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik, rekan sejawat. wali peserta didik, dan masyarakat.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan rekan sejawat, wali peserta
didik, dan masyarakat.
3. Beradaptasi ditempat ia mengajar.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lainnya.

Sedangkan kompetensi kepribadian berhubungan dengan kemampuan guru dalam bersikap


sesuai dengan kode etik guru dan norma-norma yang berlaku secara konsisten. Penguasaan
kompetensi kepribadian ditunjukkan oleh guru profesional dengan kemampuannya dalam:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Secara umum, M. Sulthon Masyhud mengungkapkan bahwa untuk menjadi seorang guru yang
profesional hendaknya guru:
1. Terdidik secara baik (well educated)
Terdidik secara baik berarti pendidikan bagi guru harus memenuhi kriteria minimal dalam
perundang-undangan, yaitu Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen serta PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik (SNP). Pendidikan
yang baik bagi guru antara lain:
a. Guru mendapatkan pendidikan minimal Sarjana (S1)/ D IV
b. Guru mendapatkan pendidikan yang relevan dengan bidang studi yang
diajar.
c. Guru mendapatkan pendidikan melalui proses pendidikan baik, bukan
pendidikan asal-asalan dan instan.
d. Guru mendapatkan pendidikan melalui Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang baik, terakreditasi, dan akuntabel.
e. Guru dididik oleh dosen-dosen yang baik, yang memenuhi persyaratan
perundang-undangan yang berlaku, minimal dosen dosen lulusan S2 dari
Perguruan Tinggi terakreditasi.
f. Selama proses pendidikan guru mendapatkan pengalaman profesional
yang baik, termasuk latihan microteaching dan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) di sekolah yang baik.
g. Guru diberi kesempatan untuk menambahkan pendidikan pasca S1 yang
relevan dengan profesinya

2. Terlatih secara baik (well trained)


Terlatilh secara baik berarti selama bertugas guru harus mendapatkan berbagai pelatihan
yang baik untuk pengembangan profesinya, bukan sekedar pelatihan untuk mendapatkan
angka kredit atau pelatihan untuk sekedar memenuhi tugas atau proyek. Indikator pelatihan
yang baik antara lain:
a. Guru mendapatkan pelatihan secara continue sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
profesinya. Berbagai pelatihan yang diterima guru saat ini seringkali belum relevan dengan
kebutuhannya karena tidak didasarkan atas hasil identifikasi kebutuhan dari guru. Seringkali
pelatihan didasarkan atas kebijakan yang didasarkan atas asumsi pengambilan kebijakan
sehingga tidak tepat sasaran
b. Guru dilatih oleh para pelatih profesional dalam bidangnya Tidak jarang pelatihan yang
dilaksainakan tidak fungsional karena dilatih oleh orang seadanya, bukan pelatih yang
profesional di bidangnya. Pelatihan yang demikian tentu saja kurang bermanfaat bagi
pengembangan profesionalisme guru dan hanya menghambur-hamburkan anggaran saja. Jika
memang ada manfaatnya, itu kecil sekali, tidak sebanding dengan biaya, waktu, dan tenaga
yang dikeluarkan.
c. Pelatihan guru ditindaklanjuti dengan praktik terbimbing. Pelatihan yang baik harus
ditindaklanjuti dengan praktik terbimbing dalam bentuk microteaching atau peer teaching
secara terbimbing. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi guru
dalam mengaplikasikan materi pelatihan ketika melaksanakan pembelajaran. Diakui ataupun
tidak, masih banyak pelatihan yang hanya memberikan teori teori saja sehingga hasil
pelatihannya belum bisa optimal

3. Dihargai dengan baik (well paid)


Dihargai dengan baik berarti setiap jerih payah guru harus mendapatkan penghargaan
yang sebanding dengan usaha atau tenaga dan pikirannya. Penghargaan tersebut baik berupa
material maupun nonmaterial. Sistem penghargaan kepada guru yang saat ini
menyamaratakan antara guru yang rajin, guru yang berprestasi, guru yang kreatif dan inovatif
dengan guru yang malas, tidak kreatif dan biasa biasa saja harus dirombak. Sistem
penghargaan kepada guru harus lebilh didasarkan pada kineria dan produktivitasnya.
Penghargaan terhadap guru akan memiliki arti yang besar jika penghargaan tersebut
mencerminkan hal-hal berikut ini:
a. Guru mendapatkan penghasilan yang memadai dari profesinya. Jika dari hasil gaji dan
tunjangan guru memadai dan dapat memenuhi kesejahteraan guru dan keluarganya, maka guru
akan dapat berkonsentrasi dalam bertugas dan tidak menyepelekan tugas-tugasnya kemudian
mencari penghasilan di luar profesinya
b. Ada penghargaan untuk setiap kreativitas dan inovasi. Untuk memacu kreativitas dan
inovasi guru, maka perlu dirancang untuk diberikan penghargaan yang berbeda antara guru
yang kreatif dan inovatif dengan guru yang biasa-biasa saja. Ada penghargaan khusus bagi
guru yang berprestasi, sepert mendapatkan kesempatan studi banding ke luar negeri,
mengikuti studi lanjut ke pascasarjana, pemberian beasiswa pada putra putrinya, kenaikan
pangkat istimewa, atau umroh gratis. Pola penghargaan seperti itu dapat memacu
produktivitas kerja guru yang berimbas pada peningkatan prestasi kerjanya.

4. Terlindungi secara baik (well protected)


Terlindungi secara baik berarti bahwa sebagai tenaga profesional, guru dijamin
mendapatkan perlindungan, baik yang berkaitan dengar karir profesinya, masa depannya,
maupun perlindungan secara hukum berkaitan dengan tugas profesinya. Dengan perlindungan
tersebut, guru akan lebih tenang dalam menjalankan tugasnya dan bisa sepenuhnya
mencurahkan perhatiannya pada tugasnya.
Secara rinci, perlindungan terhadap guru dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Ada perlindungan profesi terhadap profesi guru. Perlindungan profesi di sini artinya
ada jaminan bahwa profesi tersebut harus benar-benar dijabat oleh orang-orang yang
memenuhi persyaratan profesi, tidak dijabat oleh sembarang orang, Hal itu akan dapat
meningkatkan nilai suatu jabatan dan menimbulkan kebanggaan bagi pemegang profesi
tersebut
b. Ada perlindungan hukum terhadap profesi guru. Makna perlindungan hukum dalam
konteks ini adalah adanya jaminan hukum, bahwa selama guru menjalankan tugasnya dalam
jalur kode etik profesinya, maka guru tidak dapat digugat secara hukum oleh siapapun.
Perlindungan hukum ini akan menimbulkan ketenangan kerja bagi guru.
c. Ada perlindungan terhadap karir atau ada kepastian karir. Perlindungan terhadap karir
guru memiliki makna bahwa jenjang karir guru harus jelas dan transparan serta didasarkan
atas aturan main yang jelas pula. Tidak boleh ada permainan yang tidak jelas dan tidak
transparan terkait dengan jenjang karir guru. Dengan adanya kejelasan jenjang karir tersebut
maka guru akan dapat melakukan persaingan yang sehat dalam mencapai jenjang karirnya
d. Ada perlindungan untuk keluarga guru. Perlindungan bagi keluarga guru menjadi
bagian dari kebutuhan guru. Jika keluarga guru mendapatkan jaminan perlindungan yang baik,
maka kinerja guru akan meningkat. Sebaliknya, jika tidak ada perlindungan bagi keluarga
guru, maka hal itu juga akan dapat mengganggu konsentrasi kerja guru. Perlindungan untuk
keluarga guru tersebut dapat berupa asuransi kesehatan yang baik, asuransi biaya pendidikan
bagi putra-putri guru, serta asuransi jiwa bagi seluruh keluarga guru.
e. Ada perlindungan atau jaminan untuk masa depan guru dan keluarga. Perlindungan
untuk masa depan guru memiliki makna yang sangat penting bagi pengembangan profesi
guru. Jika masa depan guru tergambar dengan jelas dan bagus maka guru akan bersemangat
dalam menjalankan pekerjaannya. Sebaliknva, jika masa depan guru tergambar suram, maka
hal itu akan mengganggu konsentrasi kerjanya. Jaminan masa depan guru dan keluarganya
tersebut dapat berupa sistem pensiun yang baik, yang layak, dan Tabungan Asuransi Pensiun
(TASPEN) yang nilai nominalnya layak juga

5. Dikelola secara baik (well managed)


Dikelola dengan baik memiliki makna bahwa manajemen yang berkaitan dengan profesi
guru harus baik dan efektif sehingga benar-benar dapat menunjang perkembangan profesi
guru dengan baik. Manajemen atau pengelolaan profesi guru yang baik tersebut mencangkup
indikator berikut:
a. Penempatan didasarkan atas prinsip the right man in the righ place on the right
time. Penempatan dalam jabatan tertentu, misalnya kepala sekolah atau wakil
kepala sekolah harus didasarkan atas prinsip ketepatan, yaitu tepat orangnya,
tepat tempatnya, dan tepat waktunya. Hal itu akan dapat meningkatkan semangat
kerja dan persaingan yang sehat bagi guru.
b. Ada pemetan kualitas sebagai dasar pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Pernetaan kualitas guru teramat penting bagi pembinaan profesi guru. Pemetaan
tersebut hendaknya menyangkut kekuatan, kelebihan, kelemahan serta bidang
minatnya. Dengan adanya pemetan yang akurat bagi guru tersebut, maka hal itu
akan lebih memudahkan bagi pembinaan profesi guru dan penempatan guru yang
didasarkan prinsip the right man in the right place on the right time.
c. Adanya ketepatan dalam hal kenaikan pangkat atau jabatan guru, kenaikan
berkala, dan urusan kepegawaian lainnya. Ketepatan dalam hal kenaikan pangkat
atau jabatan, kenaikan gaji berkala, dan urusan kepegawaian lainnya akan
menciptakan ketenangan kerja dan semangat kerja guru. Itulah sebabnya hal itu
tidak boleh diabaikan.
d. Adanya data lengkap tentang profil guru. Data atau profil guru memiliki nilai
strategis dalam pemetaan kualitas dan profesionalisme guru. Berdasarkan profil
yang akurat tersebut, pihak pimpinan dapat membuat kebijakan yang tepat dalam
pembinaan profesi para guru.

B. KODE ETIK PROFESI GURU


Sama seperti profesi yang lainnya, profesi guru juga memiliki kode etik yang disebut
dengan kode etik guru. Lalu apa itu kode etik profesi?, apa pula pengertian kode etik profesi guru.
Chaerul Rochman dan Heri Gunuwan mengungkapkan bahwa kode etik profesi adalah norma-
norma yang harus dindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya dalam melaksanakan tugas
dan pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
Pada Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok Kepegawaian pada Pasal
28 disebutkan bahwa kode etik merupakan pedoman sikap dan perilaku di dalam dan di luar
kedinasan. Kemudian pada kode etik pegawai negeri sipil disebutkan bahwa kode etik adalah
pedoman sikap, perilaku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-
hari.
Berdasarkan pengertian di atas, maka kode etik profesi guru adalah norma-norma
yang dijadikan sebagai landasan oleh sekelompok guru dalam melaksanakan tugas dan
pergaulannya di lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan tersebut oleh Ki Hajar Dewantara
disebut dengan istilah Tri Pusat Pendidikan, meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolan,
dan lingkungan masyarakat.
Jadi, pada kode etik profesi guru terdapat dua unsur pokok, Pertama kode etik profesi
guru adalah landasan moral bagi guru. Kedua, kode etik profesi guru merupakan pedoman bagi
guru dalam berperilaku. Sebagai landasan dalam berperilaku bagi sekelompok guru, norma pada
kode etik profesi guru berisi berbagai petunjuk mengenai bagaimana seharusnya guru bekerja serta
berbagai larangan yang harus tidak boleh dilakukan oleh guru ketika bekerja. Lalu seperti apakah
kode etik profesi guru di indonesia?.
Kode etik profesi guru di Indonesia disebut dengan istilah Kode Etik Guru Indonesia
atau KEGl. KEGI adalah norma dan asas yang disepakati serta diterima oleh guru-guru Indonesia
sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota
masyarakat, serta warga negara Republik Indonesia.
KEGI tersebut kemudian menjadi sesuatu yang membedakan antara profesi guru
dengan profesi lainnya. Pada keputusan kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor
VI/Kongres/XXI/PGRI 2013 tentang kode etik guru terungkap bahwa KEGI merupakan pedoman
perilaku guru Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Pada keputusan kongres tersebut juga terungkap bahwa KEGI terbagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian kewajiban guru secara umum dan bagian kewajiban guru secara khusus.
Kewajiban guru secara umum yaitu:
1. Menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
atau janji guru. Sumpah atau janji guru tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Demi Allah (diucapkan sesuai dengan agamanya
masing-masing) Sebagai Guru Indonesia saya
bersumpah/berjanji bahwa saya akan: membaktikan diri
saya untuk tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran peserta didik guna
kepentingan kemanusian dan masa depannya;
melestarikan dan menjunjung tinggi martabat guru
sebagai profes terhormat dan mulia;
b. melaksanakan tugas saya sesuai dengan kompetensi
jabatan guru;
c. melaksanakan tugas saya serta bertanggungjawab yang
tinggi dengan mengutamakan kepentingan peserta
didik, masyarakat bangsa dan negara serta
kemanusiaan;
d. menggunakan keharusan profesional saya semata-mata
berdasarkan nilai-nilai agama dan Pancasila;
e. menghormati hak asasi peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang guna mencapai kedewasaannya sebagai
warga Negara dan bangsa Indonesia yang bermoral dan
berakhlakmulia;
f. berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan
keharusan profesional;
g. berusaha secara sungguh-sungguh untuk melaksanakan
tugas guru tanpa dipengaruhi pertimbangan unsur-unsur
di luar kependidikan;
h. memberikan penghormatan dan pernyataan terima
kasih pada guru yang telah mengantarkan saya menjadi
guru Indonesia;
i. menjalin kerjasama secara sungguh-sungguh dengan
rekan sejawat untuk menumbuh kembangkan dan
meningkatkan profesionalitas guru Indonesia;
1. berusaha untuk menjadi teladan dalam
berperilaku bagi peserta didik dan masyarakat
2. menghormati, menaati dan mengamalkan
Kode Etik Guru Indonesia.

2. Melaksanakan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Pada Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan
diharapkan dapat melahirkan peserta didik yang memiliki
spesifikasi sebagai berikut: .
a. Beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.
b. Sehat jasmani, berilmu dan terampil mengaplikasikan ilmunya
c. Pancasilais

Ada tujuh peran yang dimainkan oleh guru profesional agar ia dapat melahirkan
peserta didik yang memenuhi spesifikasi di atas, yaitu guru berperan sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan evaluator. penilai, dan evaluator. Sebagai pendidik,
guru bertugas mentransfer nilai (transfer of value). Sebagai pengajar, guru bertugas mentransfer
pengetahuan (transfer of knowledge). Sebagai pembimbing, guru bertugas memandu peserta didik
dalam kegiatan belajarnya (guider for student). Sebagai pengarah, guru bertugas membantu
peserta didik memecahkan masalahnya dengan cara memberikan berbagai pilihan alternatif solusi
bagi peserta didiknya ketika mereka mengalami berbagai kesulitan dalam belajar (problem solver
for student). Kemudian sebagai pelatih, guru bertugas melatih peserta didiknya agar mereka dapat
mengaplikasikan nilai dan pengetahuan yang telah diperolehnya (trainer for student). Sebagai
penilai, guru bertugas menila hasil belajar peserta didiknya (supervisor for student). Sedangkan
sebagai evaluator, guru bertugas membuat keputusan apakah hasil belajar yang telah diperoleh
oleh peserta didiknya sudah sesuai dengan harapan atau belum (decision maker for student).
Ketujuh peran guru di atas berkelindan dengan bagian kedua KEGI yaitu kewajiban
guru secara khusus. Pada bagian kedua KEGl disebutkan bahwa kewajiban guru mencangkup:
1. Kewajibannya kepada peserta didik
Kewajiban guru kepada peserta didik merupakan berbagai perilaku yang harus
dilakukan oleh guru terhadap peserta didik dalam proses pendidikan. Kewajiban tersebut meliputi:
a. Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi proses hasil belajar peserta didik.
b. Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik individual serta tahapan tumbuh-
kembang jiwa peserta didik.
c. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif. efektf, dan menyenangkan.
d. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan
objektif.
e. Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat mengganggu perkembangan, proses
belajar, kesehatan, dan keamanan bagi peserta didik.
f. Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan yang dibenarkan berdasarkan
hukum, kepentingan pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.
g. Menjaga hubungan profesional dengan peserta didik dan tidak memanfaatkan untuk
kepentingan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma yang berlaku

2. Kewajiban guru kepada orang tua atau wali peserta didik


Kewajiban guru kepada orang tua atau wali peserta didik adalah berbagai perilaku
yang harus dilakukan oleh guru ketika menjalin relasi dengan orang tua atau wali peserta didik
untuk kepentingan proses pendidikan peserta didik. Kewajiban guru kepada orang tua atau wali
peserta didik yaitu:
a. Menghormati hak orang tua atau wali peserta didik untuk berkonsultasi dan
memberikan informasi secara jujur serta objektif mengenai kondisi dan perkembangan belajar
peserta didik
b. Membina hubungan kerjasama dengan orang tua atau wali peserta didik dalam
melaksanakan proses pendidikan untuk kepentingan mutu pendidikan.
c. Menjaga hubungan profesional dengan orang tua atau wali peserta didik serta tidak
memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan pribadi.

3. Kewajiban guru terhadap masyarakat


Kewajiban guru terhadap masyarakat adalah berbagai perilaku yang harus dilakukan
oleh guru ketika menjalin relasi dengan masyarakat di sekitar ia berada untuk kepentingan
pendidikan. Kewajiban guru terhadap masyarakat antara lain:
a. Menjalin komunikasi yang efektif dan bekerjasama secara harmonis dengan
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
b. Mengakomodasi aspirasi dan keinginan masyarakat dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan.
c. Bersikap responsif terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan
mengindahkan norma dan sistem nilai yang berlaku.
d. Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif.
e. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat serta meniadi panutan bagi
masyarakat.

4. Kewajiban guru terhadap teman sejawat


Kewajiban guru terhadap teman sejawat merupakan berbagai perilaku yang harus
dilakukan oleh guru ketika menjalin relasi dengan sesama guru dan karyawan untuk kepentingan
proses pendidikan dan pribadinya. Kewajiban guru terhadap teman sejawat meliputi:
a. Membangun suasana kekeluargaan, solidaritas, dan saling menghormati antarteman
sejawat baik di dalam maupun di luar sekolah.
b. Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan, seni dan pengalaman
serta saling memotivasi untuk meningkatkan profesionalitas dan martabat guru.
c. Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi teman sejawat.
d. Menghindari tindakan vang berpotensi menciptakan konflik antarteman sejawat.

5. Kewajiban guru terhadap profesi


Kowajiban guru terhadap profesi adalah berbagai perilaku yang harus dilakukan oleh
guru terhadap pekerjaannya sebagai seorang guru. Kewajiban guru terhadap profesi antara lain:
a. Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi
b. Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan
c. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan
martabat profesi.
d. Dalam melaksanakan tugas, tidak menerima janji dan pemberian yang dapat
mempengaruhi keputusan dan tugas keprofesionalannya.
e. Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap kebijakan pendidikan

6. Kewajiban guru terhadap organisasi profesi


Kewajiban guru terhadap organisasi profesi yaitu berbagai perilaku yang harus
dilakukan oleh guru terhadap organisasi profesi guru dalam rangka mencapai tujuan organisasi
profesi guru. Kewajiban guru terhadap organisasi profesinya antara lain:
a. Menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan program organisasi
profesi.
b. Mengembangkan dan memajukan organisasi profesi.
c. Mengembangkan organisasi profesi untuk menjadi pusat peningkatan
profesionalitas guru dan pusat informasi tentang pengembangan pendidikan.
d. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat organisasi profesi
e. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan
organisasi profesi.

7. Kewajiban guru terhadap pemerintah


Kewajiban guru terhadap pemerintah merupakan berbagai perilaku yang harus
dilakukan oleh guru sebagai warga negara Republik Indonesia sekaligus sebagai abdi negara.
Kewajiban guru terhadap pemerintah adalah sebagai berikut:
a.Berperan serta menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam wadah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b.Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan pendidikan.
c.Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan berbagai kewajiban di atas, maka sebenarrya kode etik profesi guru atau
KEGI bukan hanya menjadi landasan bagi guru dalam berperilaku saja, tetapi juga menjadi suatu
standar perilaku yang harus ditampilkan oleh guru. Ketika standar perilaku tersebut terpenuhi,
maka terjadilah hubungan yang harmonis antara guru dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali
peserta didik, teman sejawat, masyarakat, organisasi profesi, dan pemerintah.

C. TUJUAN DAN FUNGSI KODE ETIK PROFESI GURU


Sebagai landasan dan standar perilaku guru, kode etik profesi guru secara umum bertujuan untuk
memposisikan guru sebagai suatu profesi yang terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
oleh Undang Undang.
o Tujuan Kode Etik Profesi Guru
tujuan dari kode etik profesi guru antard lain:
1. Untuk mengangkat citra positif dan martabat guru
Kode etik profesi guru dapat menggerakkan guru untuk berperilaku positif dalam
menjalin hubungan dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat,
masyarakat, dan pemerintah. Perilaku positif yang ditampilkannya pun juga dapat menjadikan
orang lain memandang guru dengan pandangan yang positif pula dan akan berimplikasi pada citra
guru yang positif dan profesi guru yang bermartabat.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan guru
Kesejahteraan guru berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan guru. Kebutuhan
tersebut meliputi kebutuhan materi dan kebutuhan nonmateri. Kedua kebutuhan itu dapat dipenuhi
oleh guru dengan bekerja secara profesional sebagai seorang pendidik, pengajar, pembimbing,
pengarah, pelatih, penilai, dan evaluator bagi peserta didik.
Profesionalitas guru harus dihargai secara profesional pula bukan dihargai dengan
keikhlasan oleh penyelenggara pendidikan. Ikhlas adalah urusan guru dengan Tuhannya,
sedangkan kewajiban penyelenggara pendidikan adalah memberikan kompensasi yang dapat
memenuhi kebutuhan guru. Untuk itu, perlu ditetapkan standar minimal kompensasi guru
berdasarkan kesepakatan antara guru dengan penyelenggara pendidikan melalui suatu kontrak
kerja yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

3. Sebagai landasan dan standar perilaku guru


Kode etik profesi guru berisi berbagai kewaiban yang harus dipenuhi oleh guru
sebagai seorang profesional. Pemenuhan berbagai kewajiban itulah yang kemudian menjadikan
kode etik profesi guru selain sebagai landasan juga menjadi standar perilaku guru. Kepatuhan guru
terhadap kode etik profesi guru pun dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara guru
dengan peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, masyarakat, dan pemerintah.

4. Untuk menempatkan guru sebagai orang yang bermanfaat bagi orang lain
Perilaku positif yang ditampilkan oleh guru dalam memenuhi kewajibannya terhadap
dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, masvarakat dan pemerintah akan
memberikan kemanfaatan yang bukan hanya dirasakan bagi dirinya, tetapi juga dirasakan oleh
orang lain. Kemanfaatan itulah yang menjadikan kehadiran guru bermakna bagi orang lain. Ketika
guru menjadi orang yang dapat bermanfaat bagi orang lain, maka pada saat yang bersamaan guru
telah menjadi sosok manusia yang baik. Bukankah Nabi Muhammad Saw pernah berkata bahwa
"sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfat bagi orang lain."

5. Untuk meningkatkan mutu guru


Begitu juga bagi peserta didik, wali peserta didik dan masyarakat. agi peserta didik
misalnya, kepuasan tersebut muncul ketika guru dapat muemberikan kenyamanan kepada mereka
sehingga mereka mau belajar. Kemauan belajar itulah yang menjadikan peserta didik memiliki
motivasi belajar yang berimplikasi pada pencapaian preslasi belajar mereka. Peserta didik pun
selalu ingin bertemu gurumereka. Kepuasan tersebut menjadikan mereka bangga dengan si guru
serta selalu ingin bertemu dan dididik oleh si guru.kehadiran guru selalu dinantikannya dan
dididik olehnya menjad yang terdapat dalam kode etik profesi guru. Ladi dapatlath disimnyulkan
bahwa tujuan PGR menyusun kode etik prolesi guru atalan untuk mengangkat citra dan mattabat
goru. menjaga dan memelihara tingkat kesejahteraan guru, memberikan utu itu terkait dengan
keinginan (passion) dan kebanggaan (pridge yatg muncul karena ada kepuasan. Profesi guru
bermoutu bagi seorang suru marakala ia puas menjalani profesinya. Kepuasan tersebut menjadikan
ia bangga menjadi seorang guru. Namun kepuasan itu tidak muncul dengan sendirinya bukan?.
Kepuasan guru tersebut dapat muncul manakala dengan bekerja sebagai guru kehidupannya
sejantera dan ia pun bethasil menelotkan peserta didik yang berprestasi baik secara akademik
maupun non akademik.

PROFESI KECURU'AN pedoman dan standar perilaku guru, meningkatkan mutu serta organisasi
profesi guru. Lalu bagaimana dengan fungsi kode etik profesi guru? Sutan Zanti dan Syahmiar
Syahrun mengungkapkan bahwa ada enam fungsi kode etik profesi guru bagi guru itu sendiri.
Keernpat fungsi kode etik guru tersebut antara lain: 1. Agar guru terhindar dari penyimpangan
dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena sudah ada landasan yang
digunakan sebagai acuan. 2. Untuk mengatur hubungan antara guru dengan pesetta didik, rekan
sejawat, masyarakat, dan pemerintah. 3. Sebagai pegangan dan pedoman perilaku guru agar lebih
bertanggung jawab terhadap profesinya. 4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka
yang menggunakan profesinva dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan menurut Djam'an
Satori, dkk secara umum dapat dirinci bahwa fungsi kode etik profesi guru antara lain: 1. Agar
guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya sehingga ia terhindar
dari penyimpangan profesi Agas guru bertanggung jawab atas profesinya. 3. Agar profesi guru
terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat. . Agar guru
dapat memecahkan masalah dan mengembangkan dirinya. gar profesi guru terhindar dari campur
tangan profesi lain dan pemerintah.55

LA NOYIS RICUNUAN guru itu sendiri sebagai pekerja profesional di bidang jasa, Ketdua
adalah fungsi bagi pihak lain yang, memaníaatkan layanan jasa pendidikan dari guru, yaitu pesertà
didik, wali peserta didik dan masyarakat.Berdasarikan kedua pendapat di atas dapatiath dikatakan
balwakorde etik ptoiesi guru teniliki fungsi ganda. Pertaina adalah fungsi bag Bagi guru, kode etik
profesi guru berfungsi sebagai panduan (guideline) dalam bekerja agat ia dapat melaksanakan
tanggung jawab dan memenuhi kewajibannya dengan baik serta dapat memperoleh hak yang
sesuai dengan harapannya. Bagi peserta didik, wali peserta didik dan masyarakat, kode etik profesi
guru berfungsi sebagai alat untuk mengukur (parameter) apakah layanan jasa pendidikan yang
ditberikan oieh auru kepatla mereka sudah memenuli hatapan mereka atau belun.

D. SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI GURU


Tiap butir kewajiban pada kode etik guru indonesia atau KEGI harus dipatuhi oleh guru,
bukan hanya oleh guru PNS saja tetapi juga oleh guru yang non-PNS atau guru swasta.
Ketidakpatuhan guru terhadap KEGI bisa dikatakan sebagai suatu pelanggaran. Ketika terjadi
pelanggaran oleh guru maka sudah barang tentu ada konsekuensi logis yang harus diterima oleh
guru, berupa pemberian sanksi atau hukuman.
Pada profesi guru dibentuk dewan kehormatan guru oleh asosiasi profesi. tujuan utama
pembentukan dewan kehormatan guru adalah menjadikan dewan kehormatan guru sebagai pihak
yang berwenang dalam mengawasi pelaksanaan kode etik profesi guru dan memberikan
rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik profesi oleh guru. Bagimana
keanggotan dan mekanisme dewan kehormatan guru diatir dalam anggaran dasar asosiasi profesi
guru,
Seorang guru atau sekelompok guru dapat dikatakan melanggar kode etik profesi guru
manakala ia menampilkan perilaku yang menyimpang dari KEGI atau tidak melaksanakan KEGI
sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang berlaku yang berkaitan dengan
profesi guru. Atas rekomendasi dewan kehormatan guru, guru yang melanggar kemudian
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh guru terhadap KEGI dapat dikategorikan dengan tiga
jenis, yaitu:
1. Pelanggaran kategori ringan
2. Pelanggaran kategori sedang
3. Pelanggaran kategori berat

Pemberian sanksi yang direkomendasikan oleh dewan kehormatan guru harus bersifat
objektif, tidak berhubungan dengan kepentingan pribadi maupun kelompok, tidak diskriminatif,
serta tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta perundang-undangan dan
peraturan pemerintah. Rekomendasi dewan kehormatan guru tersebut wajib dilaksanakan oleh
organisasi profesi guru. Sanksi yang diberikan kepada guru yang melanggar bukan hanya berupa
hukuman semata tetapi pemberian sanksi tersebut juga merupakan upaya pembinaan yang
dilakukan oleh profesi guru serta untuk menjaga harkat dan martabat guru. Guru yang melanggar
juga dapat melakukan pembelaan diri dengan atau tanpa bantuan organisasi profesi guru atau
penasehat hukum.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pemberian sanksi terhadap pelanggaran kode
etik profesi guru ditujukan sebagai efek jera agar guru tidak melanggarnya lagi. Sedangkan fungsi
dari sanksi terhadap pelanggaran kode etik profesi guru antara lain:
1. Untuk mencegah guru melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi guru
2. Untuk membina guru yang melanggar agar tidak melakukan pelanggaran lagi
3. Untuk menjaga citra dan martabat profesi guru
Agar tujuan dan fungsi dari pemberian sanksi terhadap pelanggaran kode etik profesi
guru dapat tercapai, maka siapa saja pihak yang mengetahui telah terjadi pelanggaran
terhadap kode etik profesi guru. wajib melaporkannya kepada dewan kehormatan guru atau
pejabat yang berwenang. Diakui ataupun tidak, selama ini tidak sedikit pihak yang memilih
diam ketika mengetahui telah terjadi pelanggaran terhadap kode etik profesi guru karena
berbagai alasan.

Ada tiga fungsi kode etik antara lain


1. To protect a profession from government interference (melindungi suatu profesi dari campur
tangan pemerintah).
2. To prevent internal disgreements within a profession (mencegah terjadinya pertentangan
internal dalam suatu profesi).
3. To protect practitioners in cases of alleged malpractice (melindungi para praktisi dari kesalahan
prakatik suatu profesi (Biggs dan Blocher dalam Satori, 2012: 54).

Selain itu, ada empat fungsi kode etik guru menurut Zanti dan Syahrun dalam Satori (2012: 54),
antara lain.
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai acuan.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat, dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya dalam
melaksanakan tugas.

Fungsi kode etik guru antara lain.


1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya sehingga
terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggung jawab atas profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan sehingga jasa profesi guru
diakui dan digunakan oleh masyarakat.
5. Agar profesi ini membantu dalam memecahkan masalah dan pengembangan diri.
6. Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah (Satori, 2012: 54).

Anda mungkin juga menyukai