Sementara itu, guru profesional adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dari
tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing penasehat, pelatih, dan penilai peserta didik
yang dilakukan olehnya dengan bekal pengetahuan, keahlian, dan keterampilannya yang
memenuhi standar guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.
Sebagai seorang yang bertugas menjadi pendidik, guru menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Itulah sebabnya guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Terkait
dengan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik, guru harus mengetahui serta memahami
nilai, norma moral, dan sosial serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan
norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Terkait dengan wibawanya, guru sebagai pendidik harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadirya serta
memiliki kelebihan dalam memahami perkembangan IPTEKS sesuai dengan bidang yang
digelutinya. Sedangkan disiplin dimaksudkan bahwa guru sebagai pendidik harus mematuhi
berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten atas kesadaran profesional karena guru bertugas
untuk mendisplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Dalam
menanamkan disiplin, guru harus memulai dari disiplin dirinya sendiri dalam berbagai tindakan
dan perilakunya.
Sebagai seorang pengajar, guru memfasilitasi terselenggaranya kegiatan penbelajaran dengan
melakukan upaya berikut:
1. Membuat ilustrasi, yaitu menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik
dengan sesuatu yang telah diketahuinya dan pada waktu yang sama memberikan tambahan
pengalaman kepada mereka.
2. Mendefinisikan, yaitu meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana
dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Menganalisis, yaitu membahas masalah yang telah dipelajari bagian derni bagian
sebagaimana orang mengatakan "cuts the learning into chewable bites”
4. Mensintesis, yaitu mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu
konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain
nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
5. Bertanya, yaitu mengajukan berbagai pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang
dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.
6. Merespon, yaitu mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan
lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.
7. Mendengarkan, yaitu memahami peserta didik dan berusaha menyederhanakan setiap
masalah serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun bagi peserta didik.
8. Menciptakan kepercayaan, yaitu berpikiran positif bahwa peserta didik dapat berhasil
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
9. Memberikan pandangan yang bervariasi, yaitu melihat bahan yang dipelajari dari berbagai
sudut pandang dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, yaitu memberikan pengalaman yang
bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi
standar.
11. Menyesuaikan metode pembelajaran, yaitu menyesuaikan metode pembelajaran dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan
sesuatu yang telah dipelajari.
12. Memberikan nada perasaan, yaitu membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
hidup.
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampunya
2. Menguasai kompetensi inti dan kompetensi dasar pada mata pelajaran atau bidang studi
yang diampunya.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampunya secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan materi
pembelajaran pada mata pelajaran atau bidang studi yang diampunya.
Kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru dalam berhubungan dengan dirinya
sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masvarakat. Penguasaan kompetensi
sosial ditunjukkan oleh guru profesional dengan kemampuannya dalam:
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
gender, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik, rekan sejawat. wali peserta didik, dan masyarakat.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan rekan sejawat, wali peserta
didik, dan masyarakat.
3. Beradaptasi ditempat ia mengajar.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lainnya.
Secara umum, M. Sulthon Masyhud mengungkapkan bahwa untuk menjadi seorang guru yang
profesional hendaknya guru:
1. Terdidik secara baik (well educated)
Terdidik secara baik berarti pendidikan bagi guru harus memenuhi kriteria minimal dalam
perundang-undangan, yaitu Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen serta PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik (SNP). Pendidikan
yang baik bagi guru antara lain:
a. Guru mendapatkan pendidikan minimal Sarjana (S1)/ D IV
b. Guru mendapatkan pendidikan yang relevan dengan bidang studi yang
diajar.
c. Guru mendapatkan pendidikan melalui proses pendidikan baik, bukan
pendidikan asal-asalan dan instan.
d. Guru mendapatkan pendidikan melalui Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang baik, terakreditasi, dan akuntabel.
e. Guru dididik oleh dosen-dosen yang baik, yang memenuhi persyaratan
perundang-undangan yang berlaku, minimal dosen dosen lulusan S2 dari
Perguruan Tinggi terakreditasi.
f. Selama proses pendidikan guru mendapatkan pengalaman profesional
yang baik, termasuk latihan microteaching dan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) di sekolah yang baik.
g. Guru diberi kesempatan untuk menambahkan pendidikan pasca S1 yang
relevan dengan profesinya
Ada tujuh peran yang dimainkan oleh guru profesional agar ia dapat melahirkan
peserta didik yang memenuhi spesifikasi di atas, yaitu guru berperan sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan evaluator. penilai, dan evaluator. Sebagai pendidik,
guru bertugas mentransfer nilai (transfer of value). Sebagai pengajar, guru bertugas mentransfer
pengetahuan (transfer of knowledge). Sebagai pembimbing, guru bertugas memandu peserta didik
dalam kegiatan belajarnya (guider for student). Sebagai pengarah, guru bertugas membantu
peserta didik memecahkan masalahnya dengan cara memberikan berbagai pilihan alternatif solusi
bagi peserta didiknya ketika mereka mengalami berbagai kesulitan dalam belajar (problem solver
for student). Kemudian sebagai pelatih, guru bertugas melatih peserta didiknya agar mereka dapat
mengaplikasikan nilai dan pengetahuan yang telah diperolehnya (trainer for student). Sebagai
penilai, guru bertugas menila hasil belajar peserta didiknya (supervisor for student). Sedangkan
sebagai evaluator, guru bertugas membuat keputusan apakah hasil belajar yang telah diperoleh
oleh peserta didiknya sudah sesuai dengan harapan atau belum (decision maker for student).
Ketujuh peran guru di atas berkelindan dengan bagian kedua KEGI yaitu kewajiban
guru secara khusus. Pada bagian kedua KEGl disebutkan bahwa kewajiban guru mencangkup:
1. Kewajibannya kepada peserta didik
Kewajiban guru kepada peserta didik merupakan berbagai perilaku yang harus
dilakukan oleh guru terhadap peserta didik dalam proses pendidikan. Kewajiban tersebut meliputi:
a. Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi proses hasil belajar peserta didik.
b. Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik individual serta tahapan tumbuh-
kembang jiwa peserta didik.
c. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif. efektf, dan menyenangkan.
d. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan
objektif.
e. Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat mengganggu perkembangan, proses
belajar, kesehatan, dan keamanan bagi peserta didik.
f. Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan yang dibenarkan berdasarkan
hukum, kepentingan pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.
g. Menjaga hubungan profesional dengan peserta didik dan tidak memanfaatkan untuk
kepentingan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma yang berlaku
Berdasarkan berbagai kewajiban di atas, maka sebenarrya kode etik profesi guru atau
KEGI bukan hanya menjadi landasan bagi guru dalam berperilaku saja, tetapi juga menjadi suatu
standar perilaku yang harus ditampilkan oleh guru. Ketika standar perilaku tersebut terpenuhi,
maka terjadilah hubungan yang harmonis antara guru dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali
peserta didik, teman sejawat, masyarakat, organisasi profesi, dan pemerintah.
4. Untuk menempatkan guru sebagai orang yang bermanfaat bagi orang lain
Perilaku positif yang ditampilkan oleh guru dalam memenuhi kewajibannya terhadap
dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, masvarakat dan pemerintah akan
memberikan kemanfaatan yang bukan hanya dirasakan bagi dirinya, tetapi juga dirasakan oleh
orang lain. Kemanfaatan itulah yang menjadikan kehadiran guru bermakna bagi orang lain. Ketika
guru menjadi orang yang dapat bermanfaat bagi orang lain, maka pada saat yang bersamaan guru
telah menjadi sosok manusia yang baik. Bukankah Nabi Muhammad Saw pernah berkata bahwa
"sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfat bagi orang lain."
PROFESI KECURU'AN pedoman dan standar perilaku guru, meningkatkan mutu serta organisasi
profesi guru. Lalu bagaimana dengan fungsi kode etik profesi guru? Sutan Zanti dan Syahmiar
Syahrun mengungkapkan bahwa ada enam fungsi kode etik profesi guru bagi guru itu sendiri.
Keernpat fungsi kode etik guru tersebut antara lain: 1. Agar guru terhindar dari penyimpangan
dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena sudah ada landasan yang
digunakan sebagai acuan. 2. Untuk mengatur hubungan antara guru dengan pesetta didik, rekan
sejawat, masyarakat, dan pemerintah. 3. Sebagai pegangan dan pedoman perilaku guru agar lebih
bertanggung jawab terhadap profesinya. 4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka
yang menggunakan profesinva dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan menurut Djam'an
Satori, dkk secara umum dapat dirinci bahwa fungsi kode etik profesi guru antara lain: 1. Agar
guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya sehingga ia terhindar
dari penyimpangan profesi Agas guru bertanggung jawab atas profesinya. 3. Agar profesi guru
terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat. . Agar guru
dapat memecahkan masalah dan mengembangkan dirinya. gar profesi guru terhindar dari campur
tangan profesi lain dan pemerintah.55
LA NOYIS RICUNUAN guru itu sendiri sebagai pekerja profesional di bidang jasa, Ketdua
adalah fungsi bagi pihak lain yang, memaníaatkan layanan jasa pendidikan dari guru, yaitu pesertà
didik, wali peserta didik dan masyarakat.Berdasarikan kedua pendapat di atas dapatiath dikatakan
balwakorde etik ptoiesi guru teniliki fungsi ganda. Pertaina adalah fungsi bag Bagi guru, kode etik
profesi guru berfungsi sebagai panduan (guideline) dalam bekerja agat ia dapat melaksanakan
tanggung jawab dan memenuhi kewajibannya dengan baik serta dapat memperoleh hak yang
sesuai dengan harapannya. Bagi peserta didik, wali peserta didik dan masyarakat, kode etik profesi
guru berfungsi sebagai alat untuk mengukur (parameter) apakah layanan jasa pendidikan yang
ditberikan oieh auru kepatla mereka sudah memenuli hatapan mereka atau belun.
Pemberian sanksi yang direkomendasikan oleh dewan kehormatan guru harus bersifat
objektif, tidak berhubungan dengan kepentingan pribadi maupun kelompok, tidak diskriminatif,
serta tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta perundang-undangan dan
peraturan pemerintah. Rekomendasi dewan kehormatan guru tersebut wajib dilaksanakan oleh
organisasi profesi guru. Sanksi yang diberikan kepada guru yang melanggar bukan hanya berupa
hukuman semata tetapi pemberian sanksi tersebut juga merupakan upaya pembinaan yang
dilakukan oleh profesi guru serta untuk menjaga harkat dan martabat guru. Guru yang melanggar
juga dapat melakukan pembelaan diri dengan atau tanpa bantuan organisasi profesi guru atau
penasehat hukum.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pemberian sanksi terhadap pelanggaran kode
etik profesi guru ditujukan sebagai efek jera agar guru tidak melanggarnya lagi. Sedangkan fungsi
dari sanksi terhadap pelanggaran kode etik profesi guru antara lain:
1. Untuk mencegah guru melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi guru
2. Untuk membina guru yang melanggar agar tidak melakukan pelanggaran lagi
3. Untuk menjaga citra dan martabat profesi guru
Agar tujuan dan fungsi dari pemberian sanksi terhadap pelanggaran kode etik profesi
guru dapat tercapai, maka siapa saja pihak yang mengetahui telah terjadi pelanggaran
terhadap kode etik profesi guru. wajib melaporkannya kepada dewan kehormatan guru atau
pejabat yang berwenang. Diakui ataupun tidak, selama ini tidak sedikit pihak yang memilih
diam ketika mengetahui telah terjadi pelanggaran terhadap kode etik profesi guru karena
berbagai alasan.
Selain itu, ada empat fungsi kode etik guru menurut Zanti dan Syahrun dalam Satori (2012: 54),
antara lain.
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai acuan.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat, dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya dalam
melaksanakan tugas.