Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang punya kesempatan untuk bicara di depan publik. Tetapi sayangnya
banyak orang melewatkan kesempatan itu dengan alasan bahwa mereka tidak mampu,
dan karenanya juga tidak pernah mengembangkannya. Padahal, memahami dan
menyenangi public speaking sama dengan berinvestasi, “Semakin lama dipupuk dan
dikembangkan, nilainya akan semakin berkilau.”
Public Speaking adalah keterampilan yang dapat dilatih, dipraktekkan, untuk
memberi manfaat sesuai dengan kebutuhan audiens, antara lain: untuk menyampaikan
informasi, memotivasi, membujuk dan mempengaruhi orang lain, mencapai saling
pengertian dan kesepakatan, meraih promosi jabatan, mengarahkan kerja para staf,
meningkatkan penjualan produk/keuntungan bisnis dan membagikan pengetahuan
yang dimiliki seseorang.
1.   Perumusan Masalah
   a. Bagaimana cara menghilangkan ketegangan saat berbicara di depan umum?
  b. Bagaimana cara kita berbicara agar mampu menguasai situasi dan kondisi?
   c. Bagaimanakah etika yang seharusnya diterapkan ketika berbicara di depan umum?
2. Tujuan Penelitian secara Umum
a.       Memberikan solusi untuk seseorang yang akan berbicara di depan umum agar
tidak merasa tegang dan ketakutan.
b.      Mempelajari cara agar mampu menguasai situasi saat berbicara.
c.       Mengajarkan etika yang seharusnya digunakan saat berbicara.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian dan jenis-jenis berbicara
1. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan pendengar atau penyimak (Tarigan, 2008:16-17).
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa
berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan
antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang
diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni
bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi
bahasa itu menjadi bentuk semula.
Menurut Nurgiyantoro (2001:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berdasarkan bunyi-bunyi bahasa yang didengarkan itulah kemudian manusia belajar
mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.
2. Jenis – Jenis Berbicara
Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara
di muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1981: 22-23)
memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut.
1)      Berbicara di Muka Umum
Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.
a. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan,
bersifat informatif (informative speaking).
b.  Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan
(persuasive speaking).
c. Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-
hati (deliberate speaking).
2)      Diskusi Kelompok
Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.
a. Kelompok resmi (formal)
b. Kelompok tidak resmi (informal)
3. Berbicara didepan Umum
Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang
harus dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Untuk
menarik perhatian audiens, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh
pembicara selain persiapan materi yang matang, yakni :
mempersiapkan mental dengan baik, yakni dengan memahami kondisi ruangan dan
psikologis audiensnya, berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin, dengan
maksud agar pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya,
menyesuaikan penampilan fisik sebelum tampil di atas panggung, berupaya untuk
menjadi diri sendiri, bila perlu selipkan humor-humor atau cerita lucu di antara
pembicaraan yang disampaikan, sehingga pendengar tidak merasa bosan.
Persiapan yang baik akan membantu pembicara mengantisipasi gangguan yang
akan muncul ketika seseorang berbicara di depan umum. Gangguan tersebut
diantaranya adalah kurang antusiasnya audiens untuk memperhatikan pembicaraan
yang disampaikan, tidak mendukungnya suasana ruangan, dan karateristik audiens
yang di luar perkiraan.
Beberapa contoh Berbicara di depan Umum, salah satunya adalah Berpidato.
Pidato merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara, pidato berarti
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
Pidato berarti mengemukakan sesuatu secara lisan yang biasa dijumpai di depan
umum atau audiensnya.
Pidato bisa menjadi sebuah kegiatan yang menakutkan bagi seseorang yang
tidak terbiasa untuk berbicara di depan umum. karena kurangnya rasa percaya diri,
takut ditertawakan, atau mungkin ada pengalaman masa dahulu yang membuat
pembicara trauma.
Namun, dalam berpidato persiapan mental atau yang berkaitan dengan kejiwaan
amat penting untuk seseorang yang akan berpidato. Keberhasilan seseorang dalam
berbicara di depan umum akan banyak ditentukan sejauh mana keadaan mental saat
berbicara di depan umum.
Selain persiapan mental, persiapan materi juga harus dilakukan dengan baik dan
benar. Karena kesiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan akan sangat
mempengaruhi kesiapan kita secara mental,  seseorang yang akan tampil di depan
umum harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana.
Keberhasilan seseorang dalam berbicara juga ditentukan oleh keadaan fisik dan
kejiwaannya. Apabila ia sedang dalam keadaan tidak prima, baik kesehatan badan
maupun jiwanya, rasanya suatu keberhasilan akan sulit tercapai. Namun, yang perlu
ditekankan disini adalah kemauan untuk terus berusaha dan belajar. Di mana ada
kemauan berusaha, di situlah terbentang jalan. 
Pada prinsipnya, berbicara di depan umum seperti halnya berpidato sama dengan
bercakap-cakap, keduanya menuntut interaksi langsung antara pembicara pendengar.
Kalau komunikasi dan interaksi tidak berjalan secara langsung, maka pidato itu
kurang berhasil.

4. Menghilangkan rasa takut ketika Berbicara


Beberapa dari Anda mungkin pernah mengalami saat dimana Anda takut untuk
berbicara di depan umum. Anda merasa tertekan, takut, ingin membatalkan situasi itu
atau bahkan kabur dengan memberikan orang lain berbicara.
Anda tidak perlu merasa malu karena Anda tidak bisa berbicara di depan
umum, tapi Anda juga seharusnya tidak perlu kabur dan takut akan hal ini. Perasaan
yang Anda alami dialami juga oleh banyak orang, bahkan orang-orang profesional
yang sudah sering berbicara di depan umum juga pernah merasakan hal ini.
Seseorang yang akan berbicara di depan umum harus berhasil melewati 'tembok
penghalangnya'. Misalkan saja, Anda harus mencoba untuk menghindari membuat
sebuah contekan dan kemudian dihafalkan. Cara ini menjadi sebuah tradisi yang biasa
digunakan oleh orang banyak, bahkan buruknya adalah pada saat Anda lupa dengan
apa ingin Anda bicarakan, Anda akan tiba-tiba berhenti berbicara dan mengeluarkan
contekan. Hal ini dapat merusak penilaian orang terhadap citra Anda.
5. Menguasai Situasi saat Berbicara
Saat berbicara di depan umum, Anda sebaiknya jangan pernah berbicara
menggunakan pikiran saja melainkan hati yang melaksanakan. Sering kali kita jumpai
masalah seperti ini, sebagian orang terlalu terpaku pada pokok bahasan yang
dibawakan dan arahan yang disusun.
Berbicara dengan hati jauh lebih nyaman dibanding harus berbicara dengan
penuh konsentrasi dan memperhatikan gaya bahasa. Dengan cara seperti ini,
pendengar akan merasa lebih nyaman saat mendengarkan pembicaraan dalam kondisi
bebas dan tidak dipaksakan.
Pandangan mata juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran penyajian saat
berbicara, jangan memandang hanya kepada satu titik. Biarkan mata menjelajah
kemana-mana untuk mengetahui intensitas ketertarikan audiens. Selain itu, saat
berbicara di depan umum Anda perlu mengendalikan suara pada titik nyaman Anda.
Cara ini dapat menarik perhatian serta memberi kenyamanan juga kepada para
pendengar. (Pringgawidagdo, 2002:4)
Alangkah baiknya, untuk lebih menguasai situasi saat berbicara di depan umum
Anda harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengemas pembicaraan agar
lebih menarik. Karena seseorang dikatakan mampu mendengarkan jika ia dapat
menangkap atau menerima dengan benar apa yang didengarnya.
6. Etika Berbicara di Depan Umum
Seseorang yang akan tampil berbicara di depan umum harus dapat menarik dan
menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana. Orang yang akan berbicara
pun tentu akan berusaha untuk tampil dengan baik serta menarik demi mencari
perhatian dari pendengarnya.
Berbicara merupakan komunikasi lisan, berarti ketika Anda sedang berbicara di
depan umum Anda harus memahami karakteristik atau ciri bahasa lisan.
Ketika Anda akan membuka sebuah pembicaraan, sebaiknya terlebih dahulu
Anda mengucapkan salam serta ucapan terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan kesempatan untuk berbicara di depan umum.
Saat berbicara di depan umum, kemukakan hal-hal atau masalah-masalah
penting yang akan Anda sampaikan. Sehingga pendengar dapat menyerap dengan
baik apa yang disampaikan pembicara.
Jika para pendengar Anda telah menunjukkan sikap yang baik serta merespon
apa yang Anda bicarakan, yakinlah bahwa itu merupakan modal yang sangat berharga
untuk menambah rasa percaya diri Anda ketika berbicara di depan umum.
BAB III
PENUTUP

C. SIMPULAN

Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang harus
dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Persiapan mental
atau yang berkaitan dengan kejiwaan amat penting untuk seseorang yang akan
berbicara didepan umum . seseorang yang akan tampil berbicara di depan umum
harus dapat menarik dan menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana.
DAFTAR PUSTAKA

http://tralalibro.blogspot.com/2015/09/pengertian-berbicara-di-depan-umum.html
http://didiksetiadi12.blogspot.com/2016/12/berbicara-di-depan-umum.html
https://www.scribd.com/doc/226097980/Modul-6-Materi-4-Berbicara-Di-Depan-
Umum
https://id.wikipedia.org/wiki/Berbicara_di_depan_umum

ANGGOTA :

1. Wia Anggini
2. Arini Sukmawati
3. Puriyati

Anda mungkin juga menyukai