Anda di halaman 1dari 20

ALIH KODE

Alih kode atau code switching adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang
lain dalam suatu peristiwa tutur. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih
menggunakan bahasa daerah.

Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (language dependency)
dalam masyarakat multilingual dimana masing-masing bahasa masih cenderung mendukung
fungsi masing-masing sesuai dengan konteksnya. Contohnya peristiwa pergantian bahasa yang
digunakan dosen bahasa Inggris pada saat mengajar dikelas, yang pada awalnya menggunakan
bahasa Inggris, lalu menggunakan bahasa Indonesia dan kemudian menggunakan bahasa daerah
atau berubahnya dari ragam santai menjad ragam resmi atau juga ragam resmi ke ragam santai.
Inilah yang disebut peristiwa alih kode didalam sosiolinguistik.

Contoh Alih Kode

Topik : Percakapan tentang weekend

Sebab alih kode :kehadiran Sarifuddin dalam peristiwa tutur

D : singeh kajak ikah?

(Besok kamu pergi tidak?)

M : Kukalen ile,man dua teh sagai tajak?

(Saya liat dulu,jadi hanya kita berdua saja ?)

D : ko pigi gak bro?

Kamu mau pergi tidak ?

S : pergi kemana ?

M : rencana kita mau weekend ke batu

D : ken menye jih han dijak,tajak dua teh aju!

(kalau dia gak pergi,kita pergi berdua saja)

Dari contoh tersebut,terlihat bahwa alih kode terjadi karena hadir nya orang ketiga.alih kode
tersebut terjadi dari bahasa Aceh ke dalam bahasa Indonesia.Dedy beralih kode ke dalam bahasa
Indonesia karena mitra tutur nya Sarifuddin (orang asli Medan) tidak mengerti bahasa Aceh.
Topik : pemberitahuan

Sebab alih kode : peralihan karena ketidak hadiran Rudi dalam kelas

Sebagai contoh simaklah ilustrasi alih kode berikut, dari Penggalan percakapan di telepon antara
Tio dan Rudi pada sore hari :

Tio : Halo, selamat siang?

Rudi : Siang?

Tio : Apakah saya bisa bicara dengan Rudi?

Rudi : Iya, saya sendiri. Dengan siapa?

Tio : Aku Tio Rud,

Rudi : Oh. Whats up?

Tio : Kenapa tidak masuk kelas today?

Rudi : Aku terkena flu berat.

Tio : Sudahkah periksa ke thabib?

Rudi : Insya Allah, ntar sore aku ke dokter.

Tio : Istirahat yang banyak.

Rudi : Ok.

Tio : Bye the way, besok lusa ada tugas kelompok,

Rudi : Oh ya?

Tio : Kalo masih perlu istirahat tidak apa-apa, ntar kita yang ngerjain.

Rudi : Syukron.

Tio : Afwan, cepat sembuh. Assalammualaikum.


Rudi : Waalaikumussalam.

Percakapan di atas adalah percakapan antara dua orang pelaku yaitu pembicara dan pendengar
(lawan bicara) dengan secara tidak langsung yaitu menggunakan telepon. Percakapan tersebut merupakan
percakapan yang bersifat tidak langsung karena menggunakan alat bantu untuk melakukan interaksi dan
menggunakan beberapa bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris. Interaksi ini
menyatakan pembicara dan pendengar mempunyai pengetahuan lebih dari dua bahasa dan saling mengerti
dan memahami maksud yang dituturkan.

Penyebab Terjadinya Alih Kode


a. Penutur
Perilaku atau sikap penutur, yang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur
karena tujuan tertentu. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau
sebaliknya. Kemudian ada juga penutur yang mengharapkan sesuatu dari mitra tuturnya atau
dengan kata lain mengharapkan keuntungan atau manfaat dari percakapan yang dilakukanya.
Sebagai contoh, A adalah orang Jawa. B adalah orang Pontianak. Keduanya sedang terlibat
percakapan. Mulanya si A berbicara menggunakan bahasa Indonesia sebagai pembuka.
Kemudian ditanggapi oleh B dengan menggunakan bahasa Indonesia juga. Namun ketika si A
ingin mengemukakan inti dari pembicaraannya maka ia kemudian beralih bahasa, yaitu dari
bahasa Indonesia ke bahasa Pontianak. Ketika si A beralih menggunakan bahasa Pontianak yang
merupakan bahasa asli B, maka B pun merespon A dengan baik. Maka disinilah letak
keuntungan tersebut. A berbasa basi dengan menggunakan bahasa Indonesia, kemudian setelah
ditanggapi oleh B dan ia merasa percakapan berjalan lancar, maka si A dengan sengaja
mengalihkan ke bahasa Pontianak. Hal ini disebabkan si A sudah ingin memulai pembicaraan
yang lebih dalam kepada si B. Selain itu inti pembicaraan tersebut dapat tersampaikan dengan
baik, karena mudah dimengerti oleh lawan bicara yaitu B. Peristiwa inilah yang menyebakan
terjadinya peristiwa alih kode.
b. Lawan Tutur
Mitra tutur atau lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode. Misalnya karena si
penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa lawan tuturnya. Dalam hal ini biasanya
kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang karena mungkin bahasa tersebut
bukan bahasa pertamanya. Jika lawan tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan
penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian (baik regional maupun sosial), ragam,
gaya, atau register. Kemudian bila lawan tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung
alih kode berupa alih bahasa. Sebagai contoh, Rani adalah seorang pramusaji disebuah restoran.
Kemudian Ia kedatangan tamu asing yang berasal dari Jepang. Tamu tersebut ingin
mempraktikkan bahasa Indonesia yang telah Ia pelajari. Pada awalnya percakapan berjalan
lancar, namun ketika tamu tersebut menanyakan biaya makanya Ia tidak dapat mengerti karena
Rani masih menjawab dengan menggunakan bahasa Indonesia. Melihat tamunya yang
kebingungan tersebut, secara sengaja Rani beralih bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa
Jepang sampai tamu tersebut mengerti apa yang dikatakan Rani. Dari contoh di atas dapat
dikatakan telah terjadi peristiwa peralihan bahasa atau disebut alih kode, yaitu bahasa Indonesia
ke bahasa Jepang. Oleh karena itu lawan tutur juga sangat mempengaruhi peristiwa alih kode.
c. Perubahan Situasi ( Hadirnya Orang Ketiga )
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama
dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan
peristiwa alih kode. Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga,
biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka
berbeda. Sebagai contoh, Tono dan Tini bersaudara. Mereka berdua adalah orang Pontianak.
Oleh karena itu, ketika berbicara, mereka menggunakan bahasa yang digunakan sehari-hari, yaitu
bahasa Pontianak. Pembicaraan berjalan aman dan lancar. Tiba-tiba datang Margareth kawan
Tini yang merupakan orang Dayak. Untuk sesaat Margareth tidak mengerti apa yang mereka
katakan. Kemudian Tini memahami hal tersebut dan langsung beralih ke bahasa yang dapat
dimengerti oleh Margareth, yaitu bahasa Indonesia. kemudian Ia bercerita tentang apa yang Ia
bicarakan dengan Tono dengan menggunakan bahasa Indonesia. Inilah yang disebut peristiwa
alih kode. Jadi, kehadiran orang ketiga merupakan faktor yang mempengaruhi peristiwa alih
kode.
d. Perubahan Dari Formal ke Informal/ sebaliknya
Perubahan situasi pembicaraan juga dapat mempengaruhi terjadinya laih kode. Situasi
tersebut dapat berupa situasi formal ke informal atau sebaliknya.
e. Topik Pembicaraan
Topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Topik
pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral
dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa nonbaku,
gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.

Jenis-Jenis Alih Kode


a. Alih Kode Metaforis
Alih kode metaforis, yaitu alih kode yang terjadi jika ada pergantian topik.
b. Alih Kode Situasional
Sedangkan alih kode situasional, yaitu alih kode yang terjadi berdasarkan situasi dimana
para penutur menyadari bahwa mereka berbicara dalam bahasa tertentu dalam suatu situasi dan
bahasa lain dalam situasi yang lain. Dalam alih kode ini tidak tejadi perubahan topik. Pergantian
ini selalu bertepatan dengan perubahan dari suatu situasi eksternal (misalnya berbicara dengan
anggota keluarga) ke situasi eksternal lainnya (misalnya berbicara dengan tetangga).
a. Alih Kode Intern
Alih Kode Intern yaitu alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri, seperti dari
bahasa Indonesia ke bahasa daerah, atau sebaliknya
b. Alih Kode Ekstern
Sedangkan alih kode ekstern yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa Indonesia dengan
bahasa asing. Contohnya bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, atau sebaliknya.

Fungsi Alih Kode


Fungsi alih kode merujuk pada apa yang hendak dicapai oleh penutur
dengan peralihan kode tersebut. Fungsi alih kode dan fungsi campur kode
hampir sama. Di bawah ini adalah fungsi alih kode yang dikemukakan oleh
Kammarudin (dalam Wulandari, 2002: 21).
1) Untuk menegaskan suatu hal atau untuk mengakhiri pertentangan yang sedang
terjadi antara penuturnya.
2) Untuk mengakrabkan atau menekankan solidaritas kelompok.
3) Untuk mengutamakan yang disapa atau untuk menghormati.
4) Untuk meningkatkan status, gengsi, kekuasaan, atau keahlian berbahasa.
5) Untuk mengutip ucapan orang lain, misalnya ingin mengutip ucapan orang lain
dengan bahasa lain.

CAMPUR KODE

Campur kode adalah sebuah kode utama atau kodedasar yang digunakan dan memiliki
fungsi dan keotonomiannya , sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu
hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotomian sebagai sebuah
kode. Seorang penutur misalnya, yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-
serpihan bahasa daerahnya,bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Akibatnya akan
muncul satu ragam bahasa Indonesia yang kemelayu-melayuan.

Topik : Percakapan ketika sedang membuat kopi

Sebab campur kode :karena kebiasaan penutur

M : pue kapeget nyan ?

( sedang buat apa kamu?)

D : peget kupi,ek keuh?

(buat kopi,kamu mau ?)

M : oma..jet syit lah...!

( …boleh juga lah…!)

D : nye ek syi cok sendok lam mari!

(kalau mau,tolong ambil sendok dulu di lemari)

M : oke,gampang nyan
(oke,gampang itu)

Penyebab Terjadinya Campur Kode

campur kode pun disebabkan oleh masyarakat tutur yang multilingual. Kemudian
penyebab terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sikap (attitudinal type)
yakni latar belakang sikap penutur, dan kebahasaan (linguistik type) yakni latar belakang
keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan
untuk menjelaskan atau menafsirkan. Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya
hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.

Jenis-Jenis Campur Kode


Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu campur kode ke luar (outer code-mixing) dan
campur kode ke dalam (inner code-mixing) .
a. Campur Kode Ke Luar (Outer Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang berasal dari bahasa asing atau dapat dijelaskan bahasa asli yang
bercampur dengan bahasa asing. Contohnya bahasa Indonesia – bahasa Inggris – bahasa
daerah,dll.

b. Campur Kode Ke Dalam (Inner Code-Mixing)


Yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya. Contohnya
bahasa Inggris-bahasa Indonesia-bahasa daerah (lebih ke dialek), dll.

Fungsi Campur Kode


Fungsi campur kode hampir sama dengan fungsi alih kode sebagai berikut ini.
1) Untuk menegaskan suatu hal atau untuk mengakhiri pertentangan yang sedang terjadi
antara penuturnya.
2) Untuk mengakrabkan atau menekankan solidaritas kelompok.
3) Untuk mengutamakan yang disapa atau untuk menghormati.
4) Untuk meningkatkan status, gengsi, kekuasaan, atau keahlian berbahasa.
5) Untuk mengutip ucapan orang lain, misalnya ingin mengutip ucapan orang lain
dengan bahasa lain.

Persamaan dan Perbedaan Alih Kode dan Campur Kode

Persamaan alih kode dan campur kode adalah kedua peristiwa ini lazim terjadi dalam
masyarakat multilingual dalam menggunakan dua bahasa atau lebih. Namun terdapat perbedaan yang
cukup nyata, yaitu alih kode terjadi pada masing-masing bahasa yang digunakan dan masih memiliki
otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja, karena sebab-sebab tertentu. Campur
kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi,
sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah berupa serpihan
(pieces) saja, tanpa fungsi dan otonomi sebagai sebuah kode.

FUNGSI CAMPUR KODE

Mengakrabkan suasana

Sebuah informasi dalam gagasan /pesan yang disampaikan oleh seorang penutur akan lebih mudah
dipahami atau lebih cepat berterima jika ada kedekatan secara emosional antara individu-individu yang
terlibat dalam peristiwa tutur. Misalnya, seseorang yang baru mengenal orang lain di suatu tempat,
awalnya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia tetapi ketika mengetahui bahwa lawan bicara memiliki
latar kedaerahan yang sama maka keduanya segera beralih kode ke bahasa daerahnya. Seperti contoh
petikan dialog berikut.

Penutur I : “Sudah lama di Jakarta, Pak?”

Penutur II : “Lama juga, dari sejak kuliah.”

Penutur I : “Dulu SMAnya memang di mana?”

Penutur II : “Di Bone.”

Penutur I : “Si kampong ki tu’ “

Penutur II : “Tega ki monro komai?”

Penutur I : “Ko ka di Jatinegara mabbola.”


Kegiatan campur kode untuk tujuan lebih mengakrabkan suasana antara pembicara dan pendengar juga
dapat kita temukan pada kegiatan-kegiatan semi formal, misalnya dalam kegiatan ceramah agama.
Seperti contoh berikut.

Ceramah : “Bapak ibu para jamaah pengajian yang berbahagia, inkang kulo hormati, Gusti Alloh
senantiasa membuka pintu tobat bagi hambanya yang mau bertaubat… segala amalan yang kita buat
teng dunya niki…sewiji jarakpun akan dicatat oleh Gusti Alloh….”

~ ingkang kulo = yang saya

~ teng dunya niki = di dunia ini

~ sewiji = sebiji

Dalam contoh di atas terlihat bahwa sang penceramah mengunakan campur kode bahasa Jawa kromo
(halus) ke dalam bahasa Indonesia dengan tujuan membangun emosional keakraban dan kedekatan
dengan jamaahnya.

Menghormati lawan bicara

Dalam peristiwa tutur antara seseorang yang lebih tua dengan yang lebih muda atau seseorang
dengan status sosial yang lebih rendah dengan orang yang memiliki status sosial lebih tinggi, atau antara
atasan dan bawahan, alih kode dan campur kode kerap terjadi dengan tujuan menghargai atau
menghormati lawan bicara. Seperti contoh berikut:

Bupati : “Berapa anaknya pak ?”

Warga : “ Iye Inggomiu, o omba ananggu .’ (Ada empat anakku, Pak)

Bupati : “Sekolah semua?”

Warga : “Alhamdulliah, Inggomiu oruo mesikola ni SD, o aso mesikola ni SMP, o owose laito ni
SMA.” (Alhamdullah, Pak, dua sekolah di SD, satu di SMP, yang besar di SMA)

Dalam petikan dialog di atas, seorang warga yang ditanya oleh Bupati dengan bahasa Indonesia
tetapi menjawabnya dengan bahasa Tolaki, bukan berarti si warga tidak bisa berbahasa Indonesia tetapi
karena tujuannya memberi rasa hormat maka yang bersangkutan menjawabnya dalam bahasa daerah.

Meyakinkan topik pembicaraan


Kegiatan alih kode dan campur kode juga sering digunakan ketika seorang pembicara memberi
penguatan untuk meyakinkan topik pembicaraannya. Seperti contoh berikut.

Penceramah : “… Jamaah yang dirahmati Allah, setiap manusia selalu diberi ujian oleh Allah, hanya
dengan kesabaran kita dapat mengatasi segala ujian. Allah sangat menyukai orang-orang yang dapat
menjaga kesabarannya, Innallaha ma’ashobirin….

Do sabara kunsino kadadiha. Do sabara bari-bari’e no ghoroe kapamuruha. Koise angkafi matamu
sodumai daikho ….” (Allah menyayangi orang yang sabar…Sabar adalah kunci kehidupan . Hanya dengan
sikap sabar segala amarah dapat dipadamkan. Jangan ikuti emosimu karena emosi dapat
menghancurkan hidupmu).

Dalam contoh di atas topik penceramah adalah tentang kesabaran. Terjadi campur kode bahasa
Arab dan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Muna dengan tujuan penceramah ingin memberi
penguatan untuk lebih meyakinkan topik yang disampaikannya kepada para pendengarnya.

Untuk membangkitkan rasa humor

Dalam kegiatan berbahasa dalam situasi tertentu. Biasanya terjadi alih kode yang dilakukan
dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara dengan tujuan membangkitkan rasa humor untuk
memecahkan kekakuan. Alih kode ini dilakukan dalam bentuk pemberian ilustrasi-ilustrasi atau anekdot-
anekdot.

Untuk sekadar bergaya atau bergengsi

Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-situasional tidak mengharapkan
adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung
tidak komunikatif. Gejala seperti ini banyak kita temukan pada gaya bahasa para remaja atau artis
selebriti. Biasanya mereka menggunakan bahasa Indonesia ragam Jakarta yang bercampur kode bahasa
Inggris seakan ingin menampilkan trend setter yang kebarat-baratan. Seperti contoh-contoh berikut.

(a) “Don’t Worry, nggak perlu ada yang dipermasalahkan, everything gonna be ok kho!”

(b) ”Aku udah coba buat jalan bareng, tapi ngga ketemu chemestry-nya saat ini.”

(c) “Buat sekarang timing-nya ngga pas, we’ll see nanti.”


contoh ujaran alih kode

(1) KONTEKS : DUA ORANG PEREMPUAN SEDANG MEMBAHAS

TENTANG SEBUAH PRODUK KECANTIKAN

RAMBUT.

P1 : Pernah diwarnai gak?

P2 : Gak, cuma tak bleaching. Tapi wis suwi, sekitar setahun wingi.

Gak wani aku nganggo cat rambut.

P1 : O, pantes. Justru obat bleaching luwih keras dibanding cat rambut.

P2 : Masa’ seh?

P1 : Gak percaya ya wes. Kuwi padha wae karo bar bonding. Kudu

sering spa rambut.

(2) KONTEKS : SEORANG PETUGAS YANG BEKERJA DI SEBUAH

KANTOR PEMERINTAHAN SEDANG MELAYANI

SEORANG PEREMPUAN YANG AKAN MEMBUAT

KARTU TANDA PENCARI PEKERJAAN.

P1 : Ijazahnya sudah dibawa semua?

P2 : Ini, pak.

P1 : Lho, dari Semarang ya?

P2 : Iya, pak.

P1 : Kok gak golek gawean di Semarang aja, kan rame di sana.

P2 : Orang tua saya kan tinggalnya di sini. Lagian cari kerja di

Semarang juga susah.

(3) “... Anak-anak sekalian yang bapak cintai. Seperti yang telah kalian
ketahui bahwa ujian sebentar lagi tiba. Bapak tidak akan pernah capek

untuk mengingatkan belajar, belajar dan belajar! Jangan terlalu banyak

maen, dolan terus. Kalian harus membuktikan pada orang tua kalian

bahwa kalian bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Khusus untuk kelas

tiga, ingat ya. Sebentar lagi kalian akan menghadapi UAN. Jadi

belajarnya harus sitambah lagi. Kalau perlu ditambah lesnya, jangan

hanya ikut les di sekolah saja, tapi kalau perlu tambah les sendiri di

rumah, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan

Metematika. Jangan hanya mengandalkan yang kalian dapat dari sekolah

saja. Apalagi selama ini kalau pas pelajaran bapak, bapak masih liat

banyak yang nggak serius belajarnya, masih sempat-sempatnya guyon di

kelas. Kita semua harus bisa buktikan bahwa sekolah kita ini adalah

sekolah terbaik, dan kalian sebagai penerus bangsa Indonesia harus bisa

meraih yang terbaik....”.

(4) KONTEKS : PERCAKAPAN ANTARA SUAMI-ISTRI YANG

SEDANG MEMBICARAKAN MASALAH ANAK

MEREKA.

P1 : Pak, arisan kantor sabtu besok jadi kah? Kok ndak ada

undangan-e?

P2 : Ya jadi lah. Aku sudah dapat tadi undangannya, tapi

ketinggalan di meja. Abis dari proyek aku tadi, jadi kada

sempat bulik lagi ke kantor.

P1 : Ooo.. Lha opo tetep di rumahnya pak Tikno? Katanya repot,

mertuanya mau datang, piye sih.

P2 : Kada jelas juga mau datang apa ndak katanya


(5) KONTEKS : SEBUAH PERCAKAPAN DALAM RAPAT

KELUARGA YANG MEMBAHAS TENTANG

RENCANA KEPULANGAN KE PULAU JAWA.

P1 : Gimana Lin keputusannya? Bisa kan nemenin ibu pulang?

P2 : Yo wes tho. Tapi aku langsung pulang, liburku cuma dua hari

thok lho.

P3 : Kalau nggak bisa ya wes nggak usah dipaksa, ibu sendiri aja

nggak apa-apa.

P2 : Bisa sih bisa, tapi aku langsung pulang.

(6) KONTEKS : PERCAKAPAN ANTARA SEORANG IBU DENGAN

ANAKNYA YANG BERUMUR LIMA TAHUN.

Ibu : Sudah tho mbak Lita, gitu aja kok rebutan sampai adiknya

nangis. Mbok ya adiknya dibagi sedikit tho rotinya.

Anak : Tadi kan udah, Ma. Kalau bagi terus ya nanti habis.

Ibu : Kalau habis ya beli lagi tho. Wong yo adik makannya kan

nggak banyak.

(7) “Baiklah ibu-ibu pengajian masjid Al-Ikhlas yang diridhoi Allah, karena

waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, maka pengajian sore ini kita

mulai saja. Untuk membuka acara pengajian sore hari ini, marilah kita

membaca surat Al-Fatihah bersama-sama. A’udzubillahi

minassyaithoonirojiim, Bismillaahirrohmaanirrohiim.....”
(8) KONTEKS : SEORANG PEGAWAI KANTOR SEDANG

MENUNJUKKAN SMS YANG DITERIMANYA

KEPADA SALAH SEORANG TEMANNYA.

P1 : Mas, aku entok sms ngene ki, jajal wacanen.

(Mas, saya dapat sms seperti ini, coba dibaca)

P2 : Walah botek. Gak usah kok ditanggepi. Delok ae ta sender-e

sapa.

(Walah bohong. Tidak usah ditanggapi. Lihat saja siapa

pengirimnya)

P1 : Aku yo wes mbatin nek iki mung botek-botekan thok. Melu kuis-e

wae ora tau kok iso menang, aneh.

(Saya sudah mengira kalau ini hanya bohong-bohongan saja. Lha

ikut kuisnya saja tidak pernah kok bisa menang, aneh)

P2 : Sering aku Wid oleh sms ngono.

(Saya sering Wid dapat sms seperti itu)

(9) “Sokor kowe, masolang kowe yo. Salahe ngrusak tanduranku. Ayo, arep

mlayu neng ngendi kowe”.

(10) KONTEKS : SEORANG GURU KELAS DI SEBUAH SEKOLAH

DASAR AKAN MEMULAI PELAJARAN DI PAGI

HARI.

Guru : Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Murid-murid : Wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokaatuh.


Guru : Selamat pagi, anak-anak. Ya, ketua kelas, silahkan.

Ketua kelas : Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Teman-teman, sebelum kita mulai belajar, marilah kita

berdoa bersama-sama. Berdo’a mulai. A’udzu

billaahiminasyaitonir-rojiim. Bismillaahirrohmaanirrohiim

(11) KONTEKS : DUA ORANG IBU RUMAH TANGGA SEDANG

BERBINCANG MENGENAI RENCANA PINDAH

RUMAH.

Ibu 1 : Piye Mbak Lisa, kapan pindahane?

(Bagaimana Mbak Lisa, kapan pindahannya?)

Ibu 2 : Nggih Insya Allah wulan ngajeng, Budhe. Namung

ngrampungke masang jubin kaliyan ngecet mawon. Sekaliyan

wulan ngajeng kan pas lare-lare libur sekolah.

(Insya Allah bulan depan, Budhe. Tinggal menyelesaikan

pemasangan ubin dan mengecat saja. Sekalian bulan depan

kan pas anak-anak libur sekolah)

Ibu 1 : Alhamdulillah yo, cepet rampung. Ngepasi bocah-bocah

liburan sisan.

(Alhamdulillah ya, cepat selesai. Juga berbarengan dengan

liburan anak-anak)

Ibu 2 : Nggih Alhamdulillah lah Budhe. Mboten ketang direwangi

pasa Senin Kemis.

(Iya Alhamdulillah Budhe. Walaupun harus puasa Senin

Kamis)
Ibu 1 : Yo muga-muga lancar kabeh.

(Ya mudah-mudahan lancar semua)

Ibu 2 : Nggih, Amiin.

(Iya, Amiin)

(12) KONTEKS : SEBUAH PERDEBATAN YANG TERJADI PADA

SUATU RAPAT DI SEBUAH KANTOR.

P1 : Pak Tejo ni gimana sih, masa’ masalah gitu aja kok nggak bisa

menghandle. Wong ya sudah dikasih waktu cukup kok ya tetap

aja belum selesai laporannya. Waktu kita ini kan sudah mepet.

Lha itu, masalah basement itu sudah dilaporkan belum ke pak

Harto?

P2 : Sudah pak. Tadi saya sudah telepon pak Harto lagi. Katanya

tinggal official recruitment-nya saja.

P1 : Ya sudah. Besok saya minta laporannya.

(13) KONTEKS : BEBERAPA PEGAWAI SEBUAH PERUSAHAAN

SEDANG BERCAKAP-CAKAP DI SEBUAH RUANG

ROKOK DI KANTOR MEREKA.

P1 : Mumet Wid, masalah sitok mari, masalah liyane teko. Isuk-isuk

wes disemprot Pak Zul.

(Pusing Wid, masalah satu selesai, masalah lainnya datang.

Pagi-pagi sudah disemprot Pak Zul)

P2 : Emang kenapa lagi pak?

P1 : Biasa lah. Repot. Punya anak buah kok gak enek sing becus.
Gak enek sing tuntas gaweyane.

(Biasa lah. Repot. Punya anak buah kok tidak ada yang becus.

Pekerjaannya tidak ada yang tuntas)

P3 : Pak Sam lagi kah?

P1 : Siapa lagi. Padahal udah jelas-jelas perintahnya limaratus

tigapuluh dua, dia malah cuma masukin datanya limaratus

delapan. Untungnya aku cross check ulang. Kalo nggak yo mati

aku.

P2 : Terus?

P1 : Akhirnya ya aku yang nyelesaiin. Tapi kan jadi telat

laporannya.

P3 : Sekarang udah clear masalahnya?

P1 : Sama pak Sam udah, sama pak Zul belum. Kan jadi mundur

semua schedule-nya. Tetap aja aku yang harus maju. Kena lagi!

(14) KONTEKS : SEORANG BAPAK SEDANG MEMINTA ANAKNYA

UNTUK DIAJARKAN CARA MENGETIK.

Bapak : Ngene, terus nek wes rampung piye?

(Begini, terus kalau sudah selesai bagaimana?)

Anak : Nek sampun nggih disave sek.

(Kalau sudah ya disave dulu)

Bapak : Men ngapa?

(Biar kenapa?)

Anak : Ngge nyimpen men datane mboten ilang nek word-e ditutup.

(Untuk menyimpan supaya datanya tidak hilang kalau wordnya


ditutup)

Bapak : Ngene, o, terus nulis jenenge kene?

(Begini, o, terus menulis namanya di sini?)

Anak : Nggih, jeneng file, ora kudu jenenge bapak. Terus oke. Nek

ketikane meh diprint, dicetak, garek di klik sing niki, nggih.

(Iya, nama file, tidak harus namanya bapak. Terus oke.

Kalau ketikannya akan diprint, dicetak, tinggal di klik yang

ini, iya)

(15) KONTEKS : SEORANG ULAMA SEDANG MEMBERIKAN

KHOTBAH SHOLAT JUM’AT DI SEBUAH MASJID.

“... Para hadirin sidang Jum’at yang diberkati Allah. Dalam Al-Qur’an

Allah berfirman bahwa Yaa ayyuhalladziina aamanu kutiba ‘alaikumushshiyaam.

Jelas sekali bahwa di sini Allah memerintahkan kepada orangorang

yang beriman untuk berpuasa. Saya tekankan disini kata orangorang

yang beriman karena Allah menggunakan kata aamanu, merupakan

kata jamak dari iiman, yang artinya orang-orang yang beriman. Jadi ayat

ini tidak hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad saja sebagai hamba

Allah yang beriman, tetapi juga kepada pengikut-pengikut Rosul-Nya

yang beriman....”

(16) P1 : Aku tuh dah bilangin Rina dari dulu kayak gitu, tapi tetep aja dia

ngeyel, aku ya males ngomongin lagi.

P2 : Terus, jadi ke Balikpapan kah si Rina tu?

P1 : Jadi, wong dia kan orangnya nekat. Mau tak temenin aja nggak
mau. Coba to dipikir, kalau emang cowoknya itu orang baikbaik,

lha mbok ya dia yang datang ke sini, ini malah nyuruh Rina

yang ke Balikpapan.

(17) Kalau ibu-ibu sudah berusaha semaksimal mungkin dan sudah berdoa,

bertawakal kepada Allah tapi kok belum terkabul juga, ibu-ibu jangan

khawatir ya Bu. Ingat, Allah itu Maha Tahu. Allah tahu mana yang

terbaik untuk hamba-hamba-Nya dan Allah pasti punya rencana lain yang

lebih baik. Kalau tidak terwujud sekarang, ya mungkin suatu saat nanti.

Kalau toh akhirnya sampai saat kita meninggal kok ya belum terwujud

juga, insya Allah Allah akan memberikannya di akherat nanti. Allahumma

Amiin.

(18) P1 : Lha titipan Nia mana, Ma?

P2 : Titipan apa?

P1 : Kan Nia nitip minta dibeliin Aneka, Mama gimana sih?

P2 : Astaghfirullahal’adzim, Mama lupa. Kamu beli sendiri sana,

minta pak Min suruh nganterin.

(19) P1 : Mas, kalau mau chatting gimana?

P2 : Mau pakai MIRC apa Yahoo Messanger?

P1 : MIRC aja.

P2 : Di klik yang gambar lambang ini, terus diisi, mau pakai nick

name apa.

P1 : Ketik di sini kah?


P2 : Iya, nah terus klik ini, conect to server

(20) Pak Yayat, kapan datang dari Bandung, kumaha, damang?

Anda mungkin juga menyukai