Alih kode atau code switching adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang
lain dalam suatu peristiwa tutur. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih
menggunakan bahasa daerah.
Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (language dependency)
dalam masyarakat multilingual dimana masing-masing bahasa masih cenderung mendukung
fungsi masing-masing sesuai dengan konteksnya. Contohnya peristiwa pergantian bahasa yang
digunakan dosen bahasa Inggris pada saat mengajar dikelas, yang pada awalnya menggunakan
bahasa Inggris, lalu menggunakan bahasa Indonesia dan kemudian menggunakan bahasa daerah
atau berubahnya dari ragam santai menjad ragam resmi atau juga ragam resmi ke ragam santai.
Inilah yang disebut peristiwa alih kode didalam sosiolinguistik.
S : pergi kemana ?
Dari contoh tersebut,terlihat bahwa alih kode terjadi karena hadir nya orang ketiga.alih kode
tersebut terjadi dari bahasa Aceh ke dalam bahasa Indonesia.Dedy beralih kode ke dalam bahasa
Indonesia karena mitra tutur nya Sarifuddin (orang asli Medan) tidak mengerti bahasa Aceh.
Topik : pemberitahuan
Sebab alih kode : peralihan karena ketidak hadiran Rudi dalam kelas
Sebagai contoh simaklah ilustrasi alih kode berikut, dari Penggalan percakapan di telepon antara
Tio dan Rudi pada sore hari :
Rudi : Siang?
Rudi : Ok.
Rudi : Oh ya?
Tio : Kalo masih perlu istirahat tidak apa-apa, ntar kita yang ngerjain.
Rudi : Syukron.
Percakapan di atas adalah percakapan antara dua orang pelaku yaitu pembicara dan pendengar
(lawan bicara) dengan secara tidak langsung yaitu menggunakan telepon. Percakapan tersebut merupakan
percakapan yang bersifat tidak langsung karena menggunakan alat bantu untuk melakukan interaksi dan
menggunakan beberapa bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris. Interaksi ini
menyatakan pembicara dan pendengar mempunyai pengetahuan lebih dari dua bahasa dan saling mengerti
dan memahami maksud yang dituturkan.
CAMPUR KODE
Campur kode adalah sebuah kode utama atau kodedasar yang digunakan dan memiliki
fungsi dan keotonomiannya , sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu
hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotomian sebagai sebuah
kode. Seorang penutur misalnya, yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-
serpihan bahasa daerahnya,bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Akibatnya akan
muncul satu ragam bahasa Indonesia yang kemelayu-melayuan.
M : oke,gampang nyan
(oke,gampang itu)
campur kode pun disebabkan oleh masyarakat tutur yang multilingual. Kemudian
penyebab terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sikap (attitudinal type)
yakni latar belakang sikap penutur, dan kebahasaan (linguistik type) yakni latar belakang
keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan
untuk menjelaskan atau menafsirkan. Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya
hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.
Persamaan alih kode dan campur kode adalah kedua peristiwa ini lazim terjadi dalam
masyarakat multilingual dalam menggunakan dua bahasa atau lebih. Namun terdapat perbedaan yang
cukup nyata, yaitu alih kode terjadi pada masing-masing bahasa yang digunakan dan masih memiliki
otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja, karena sebab-sebab tertentu. Campur
kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi,
sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah berupa serpihan
(pieces) saja, tanpa fungsi dan otonomi sebagai sebuah kode.
Mengakrabkan suasana
Sebuah informasi dalam gagasan /pesan yang disampaikan oleh seorang penutur akan lebih mudah
dipahami atau lebih cepat berterima jika ada kedekatan secara emosional antara individu-individu yang
terlibat dalam peristiwa tutur. Misalnya, seseorang yang baru mengenal orang lain di suatu tempat,
awalnya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia tetapi ketika mengetahui bahwa lawan bicara memiliki
latar kedaerahan yang sama maka keduanya segera beralih kode ke bahasa daerahnya. Seperti contoh
petikan dialog berikut.
Ceramah : “Bapak ibu para jamaah pengajian yang berbahagia, inkang kulo hormati, Gusti Alloh
senantiasa membuka pintu tobat bagi hambanya yang mau bertaubat… segala amalan yang kita buat
teng dunya niki…sewiji jarakpun akan dicatat oleh Gusti Alloh….”
~ sewiji = sebiji
Dalam contoh di atas terlihat bahwa sang penceramah mengunakan campur kode bahasa Jawa kromo
(halus) ke dalam bahasa Indonesia dengan tujuan membangun emosional keakraban dan kedekatan
dengan jamaahnya.
Dalam peristiwa tutur antara seseorang yang lebih tua dengan yang lebih muda atau seseorang
dengan status sosial yang lebih rendah dengan orang yang memiliki status sosial lebih tinggi, atau antara
atasan dan bawahan, alih kode dan campur kode kerap terjadi dengan tujuan menghargai atau
menghormati lawan bicara. Seperti contoh berikut:
Warga : “Alhamdulliah, Inggomiu oruo mesikola ni SD, o aso mesikola ni SMP, o owose laito ni
SMA.” (Alhamdullah, Pak, dua sekolah di SD, satu di SMP, yang besar di SMA)
Dalam petikan dialog di atas, seorang warga yang ditanya oleh Bupati dengan bahasa Indonesia
tetapi menjawabnya dengan bahasa Tolaki, bukan berarti si warga tidak bisa berbahasa Indonesia tetapi
karena tujuannya memberi rasa hormat maka yang bersangkutan menjawabnya dalam bahasa daerah.
Penceramah : “… Jamaah yang dirahmati Allah, setiap manusia selalu diberi ujian oleh Allah, hanya
dengan kesabaran kita dapat mengatasi segala ujian. Allah sangat menyukai orang-orang yang dapat
menjaga kesabarannya, Innallaha ma’ashobirin….
Do sabara kunsino kadadiha. Do sabara bari-bari’e no ghoroe kapamuruha. Koise angkafi matamu
sodumai daikho ….” (Allah menyayangi orang yang sabar…Sabar adalah kunci kehidupan . Hanya dengan
sikap sabar segala amarah dapat dipadamkan. Jangan ikuti emosimu karena emosi dapat
menghancurkan hidupmu).
Dalam contoh di atas topik penceramah adalah tentang kesabaran. Terjadi campur kode bahasa
Arab dan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Muna dengan tujuan penceramah ingin memberi
penguatan untuk lebih meyakinkan topik yang disampaikannya kepada para pendengarnya.
Dalam kegiatan berbahasa dalam situasi tertentu. Biasanya terjadi alih kode yang dilakukan
dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara dengan tujuan membangkitkan rasa humor untuk
memecahkan kekakuan. Alih kode ini dilakukan dalam bentuk pemberian ilustrasi-ilustrasi atau anekdot-
anekdot.
Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-situasional tidak mengharapkan
adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung
tidak komunikatif. Gejala seperti ini banyak kita temukan pada gaya bahasa para remaja atau artis
selebriti. Biasanya mereka menggunakan bahasa Indonesia ragam Jakarta yang bercampur kode bahasa
Inggris seakan ingin menampilkan trend setter yang kebarat-baratan. Seperti contoh-contoh berikut.
(a) “Don’t Worry, nggak perlu ada yang dipermasalahkan, everything gonna be ok kho!”
(b) ”Aku udah coba buat jalan bareng, tapi ngga ketemu chemestry-nya saat ini.”
RAMBUT.
P2 : Gak, cuma tak bleaching. Tapi wis suwi, sekitar setahun wingi.
P2 : Masa’ seh?
P1 : Gak percaya ya wes. Kuwi padha wae karo bar bonding. Kudu
P2 : Ini, pak.
P2 : Iya, pak.
(3) “... Anak-anak sekalian yang bapak cintai. Seperti yang telah kalian
ketahui bahwa ujian sebentar lagi tiba. Bapak tidak akan pernah capek
maen, dolan terus. Kalian harus membuktikan pada orang tua kalian
bahwa kalian bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Khusus untuk kelas
tiga, ingat ya. Sebentar lagi kalian akan menghadapi UAN. Jadi
hanya ikut les di sekolah saja, tapi kalau perlu tambah les sendiri di
saja. Apalagi selama ini kalau pas pelajaran bapak, bapak masih liat
kelas. Kita semua harus bisa buktikan bahwa sekolah kita ini adalah
sekolah terbaik, dan kalian sebagai penerus bangsa Indonesia harus bisa
MEREKA.
P1 : Pak, arisan kantor sabtu besok jadi kah? Kok ndak ada
undangan-e?
P2 : Yo wes tho. Tapi aku langsung pulang, liburku cuma dua hari
thok lho.
P3 : Kalau nggak bisa ya wes nggak usah dipaksa, ibu sendiri aja
nggak apa-apa.
Ibu : Sudah tho mbak Lita, gitu aja kok rebutan sampai adiknya
Anak : Tadi kan udah, Ma. Kalau bagi terus ya nanti habis.
Ibu : Kalau habis ya beli lagi tho. Wong yo adik makannya kan
nggak banyak.
(7) “Baiklah ibu-ibu pengajian masjid Al-Ikhlas yang diridhoi Allah, karena
waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, maka pengajian sore ini kita
mulai saja. Untuk membuka acara pengajian sore hari ini, marilah kita
minassyaithoonirojiim, Bismillaahirrohmaanirrohiim.....”
(8) KONTEKS : SEORANG PEGAWAI KANTOR SEDANG
sapa.
pengirimnya)
P1 : Aku yo wes mbatin nek iki mung botek-botekan thok. Melu kuis-e
(9) “Sokor kowe, masolang kowe yo. Salahe ngrusak tanduranku. Ayo, arep
HARI.
billaahiminasyaitonir-rojiim. Bismillaahirrohmaanirrohiim
RUMAH.
liburan sisan.
liburan anak-anak)
Kamis)
Ibu 1 : Yo muga-muga lancar kabeh.
(Iya, Amiin)
P1 : Pak Tejo ni gimana sih, masa’ masalah gitu aja kok nggak bisa
aja belum selesai laporannya. Waktu kita ini kan sudah mepet.
Harto?
P2 : Sudah pak. Tadi saya sudah telepon pak Harto lagi. Katanya
P1 : Biasa lah. Repot. Punya anak buah kok gak enek sing becus.
Gak enek sing tuntas gaweyane.
(Biasa lah. Repot. Punya anak buah kok tidak ada yang becus.
aku.
P2 : Terus?
laporannya.
P1 : Sama pak Sam udah, sama pak Zul belum. Kan jadi mundur
semua schedule-nya. Tetap aja aku yang harus maju. Kena lagi!
(Biar kenapa?)
Anak : Ngge nyimpen men datane mboten ilang nek word-e ditutup.
Anak : Nggih, jeneng file, ora kudu jenenge bapak. Terus oke. Nek
ini, iya)
“... Para hadirin sidang Jum’at yang diberkati Allah. Dalam Al-Qur’an
kata jamak dari iiman, yang artinya orang-orang yang beriman. Jadi ayat
ini tidak hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad saja sebagai hamba
yang beriman....”
(16) P1 : Aku tuh dah bilangin Rina dari dulu kayak gitu, tapi tetep aja dia
P1 : Jadi, wong dia kan orangnya nekat. Mau tak temenin aja nggak
mau. Coba to dipikir, kalau emang cowoknya itu orang baikbaik,
lha mbok ya dia yang datang ke sini, ini malah nyuruh Rina
yang ke Balikpapan.
(17) Kalau ibu-ibu sudah berusaha semaksimal mungkin dan sudah berdoa,
bertawakal kepada Allah tapi kok belum terkabul juga, ibu-ibu jangan
khawatir ya Bu. Ingat, Allah itu Maha Tahu. Allah tahu mana yang
terbaik untuk hamba-hamba-Nya dan Allah pasti punya rencana lain yang
lebih baik. Kalau tidak terwujud sekarang, ya mungkin suatu saat nanti.
Kalau toh akhirnya sampai saat kita meninggal kok ya belum terwujud
Amiin.
P2 : Titipan apa?
P1 : MIRC aja.
P2 : Di klik yang gambar lambang ini, terus diisi, mau pakai nick
name apa.