Disusun Oleh:
Annida Luffiana Andrea (206141016)
Salsabila Rahmawati (206141005)
A. Latar Belakang
Alih kode dan campur kode merupakan gejala kebahasaan yang sangat
lazim ditemui di masyarakat akibat kontak bahasa. Alih kode dan campur kode
sering terjadi karena lebih dari separuh penduduk dunia adalah masyarakat
bilingual. Mereka menggunakan dua bahasa atau lebih dalam kegiatan komunikasi
sehari-hari atau sering disebut multi bahasa sebagai kebutuhan sosial manusia
dalam berkomunikasi antar sesama. Masyarakat multi bahasa muncul karena
masyarakat tutur tersebut mempunyai atau menguasai lebih dari satu bahasa yang
berbeda-beda sehingga mereka dapat menggunakan pilihan bahasa tersebut dalam
kegiatan komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alih kode ?
2. Apa yang dimaksud dengan campur kode ?
3. Apa saja jenis- jenis alih kode dan campur kode ?
4. Apa perbedaan dan persamaan antara alih kode dan campur kode ?
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui pengertian dari alih kode.
2. Untuk mengetahui pengertian dari campur kode.
3. Untuk mengetahui jenis- jenis alih kode dan campur kode.
4. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan dari alih kode dan
campur kode ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alih Kode.
Ada beberapa penyebab terjadinya alih kode, maka harus kita kembalikan
kepada pokok persoalan sosiolinguistik seperti yang dikemukakan Fishman
(1976:15) yaitu “ Siapa berbicara, dengan bahasa apa, pada siapa, kapan, dan
dengan tujuan apa “. Dan berbagai kepustakaan linguistik secara umum penyebab
alih kode disebabkan antara lain yaitu :
a) Pembicara / Penutur
Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode
untuk mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat” dari tindakannya
tersebut yang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena
tujuan terntentu. Seperti mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi
ataupun sebaliknya. Seperti Ilustrasi dalam kehidupan nyata sering kita
jumpai banyak tamu kantor pemerintah yang sengaja menggunakan
bahasa daerah dengan pejabat yang ditemuinya untuk memperoleh
manfaat dari adanya rasa kesamaan satu masyarakat tutur. Dengan
berbahasa daerah keakraban pun lebih mudah dijalin dari pada
menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode untuk memperoleh
“keuntungan” ini biasanya dilakukan oleh penutur dalam peristiwa tutur
itu mengharapkan bantuan lawan tuturnya.
Sebagai contoh, Nita adalah orang Madiun, dan Rendra adalah
orang Solo. Keduanya sedang terlibat percakapan, mulanya Nita
berbicara menggunakan bahasa Indonesia sebagai pembuka, kemudian
ditanggapi oleh Rendra dengan menggunakan bahasa Indonesia juga.
Namun, ketika Nita beralih bahasa ke bahasa Jawa yang merupakan
bahasa asli mereka berdua maka si Rendra pun merespon Nita dengan
baik. Maka disinilah letak keuntungan tersebut. Nita mengajak Rendra
untuk berbicara dengan bahasa Indonesia kemudian setelah di tanggapi
oleh Rendra, ia merasa percakapan berjalan lancar. Maka si Nita dengan
sengaja mengalihkan ke bahasa Jawa. Hal ini disebabkan si Nita sudah
ingin memulai pembicaraan yang lebih dalam ke Rendra. Selain alih
bahasa ini memperlancar percakapan mereka berdua, percakapan tersebut
juga dapat tersampaikan dengan baik karena mudah dimengerti oleh
penutur dan lawan tutur.
b) Lawan Bicara / Lawan Tutur
Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih
kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan
berbahasa si lawan tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa
si lawan tutur kurang atau agak kurang Karena memang mungkin bukan
bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur itu berlatar belakang bahasa
yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya berupa
peralihan varian (baik regional maupun sosial), ragam, gaya, atau
register. Kalau si lawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak sama
dengan si penutur , maka yang terjadi adalah alih bahasa.
Sebagai contoh, Rani adalah seorang pramusaji di sebuah restoran.
Kemudian ia kedatangan turis yang berasal dari Inggris yang bertanya
kepadanya mengenai menu makan yang ada, dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Ketika turis tampaknya kehabisan kata-kata untuk
terus berbicara dalam bahasa Indonesia, maka Rani segera beralih bahasa
dengan bahasa Inggris untuk berbicara dengan si turis. Sehingga
kemudian percakapann menjadi lancar kembali.
c) Kehadiran Orang Ketiga
Kehadiran orang ketiga yang tidak berlatar belakang bahasa yang
sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan
tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode.
Sebagai contoh, misalkan beberapa mahasiswa sedang duduk-
duduk di depan ruang kuliah sambil berbincang-bincang dengan bahasa
santai. Tiba-tiba seorang dosen datang dan ikut berbicara, maka sekarang
mahasiswa itu beralih kode dengan menggunakan bahasa Indonesia
ragam formal. Kenapa mereka tidak menggunakan bahasa santai saja ?,
karena kehadiran orang ketiga yang berstatus dosen ini yang
mengharuskan mereka menggunakan ragam formal tersebut. Kecuali,
kalau dosen memulai dengan ragam santai juga.
d) Perubahan Situasi
Perubahan situsi bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode,
pada contoh di bagian factor alih kode kehadiran orang ketiga dapat kita
lihat, sebelum kuliah dimulai situasinya adalah tidak formal tetapi begitu
kuliah dimulai bergantilah situasi formal, maka terjadilah peralihan kode.
e) Perubahan Topik Pembicaraan
Berubahnya topik pembicaraan juga dapat menyebabkan terjadinya
alih kode
Contoh :
Bu Narti : Selamat pagi Bu Jum. Itu di rumah Ayu mau ada acara
apa ya bu ?
Bu Jum : Pagi bu, mau ada acara berdoa untuk almarhum ayah
angkat Ayu.
Bu Narti : Oh ayah angkat Ayu, sing jare wong kampung ninggal
gara-gara di gebuk wong sak RT, pas konangan maling Honda bu.
(Oh ayah angkat Ayu, yang katanya orang kampung meninggal
karena di pukul orang satu RT, waktu ketahuan mencuri sepeda
motor bu).
Bu Jum : Eh iya bu, lah deneng sampeyan ngerti bu ? ( Eh iya bu,
kok kamu tahu bu)
Bu Narti : siapa sih sing ora ngerti, mudah-mudahan Allah
ngampuni dosa beliau ya bu.
Bu Jum : Amin, mudah-mudahan saja bu Allah maha mengampun.
Pada contoh percakapan diatas, dapat dilihat bahwa ketika topiknya
tentang mendoa maka percakapan itu berlangsung dalam bahasa
Indonesia tetapi ketika membicarakan pribadi orang yang di doakan,
terjadi alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.
B. Campur Kode
Sama halnya dengan alih kode, campur kode pun disebabkan oleh
masyarakat tutur yang multilingual. Namun, tidak seperti alih kode, campur kode
tidak mempunyai maksud dan tujuan yang jelas untuk digunakan karena campur
kode digunakan biasanya tidak disadari oleh penutur atau dengan kata lain reflek
pembicara atas pengetahuan bahasa asing yang diketahuinya. Campur kode
digunakan karena apabila seseorang yang sedang dalam kegiatan berkomunikasi
tidak mendapatkan padanan kata yang cocok yang dapat menjelaskan maksud dan
tujuan yang sebenarnya. Maka ia akan mencari padanan kata yang cocok dengan
jalan mengambil istilah dari berbagai bahasa yang ia kuasai.
(2) Percakapan 2
Penjual : Ayam Mas?
Pembeli : Iya, pira sih sekilo ?(iya, berapa sih satu kilo ?)
Penjual : Dua lima mas, pan dipotong-potong? (dua lima mas, mau
dipotong-potong?)
Peristiwa tutur di atas adalah contoh terjadinya campur kode di sebuah lapak
penjual ayam potong yang melibatkan penjual bersuku Sunda dan pembeli
bersuku Jawa. Pada percakapan tersebut, penjual mengalami peristiwa campur
kode karena dalam tuturannya penjual menggunakan bahasa Indonesia dan tanpa
disengaja mencampurkan dengan bahasa Jawa dialek Brebes: "Dua lima mas, pan
dipotong potong?". Campur kode tersebut berupa penyisipan kata "pan" yang
berarti akan atau mau dalam padanan bahasa (Rhosyantina, 2014:63)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alih kode adalah salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam masyarakat
bilingual atau multilingual. Dengan maksud bahwa dalam masyarakat bilingual
atau multilingual kemungkinan besar sesekali seseorang penutur menggunakan
berbagai kode dalam tindak tuturnya sesuai dengan situasi dan berbagai aspek
yang melingkupinya.
Secara umum penyebab terjadinya alih kode itu antara lain adalah (1)
Pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi
dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau
sebaliknya, (5) perubahan topic pembicaraan.
Hubungan alih kode dengan campur kode dalam sosiolinguistik. Dari
pembahasan makalah dapat kita simpulkan juga bahwa alih kode dan campur kode
itu berbeda. Alih kode dilakukan Karen adanya lasan tertentu, seperti perubahan
topic dan kehadiran orang ketiga dalam peristiwa tutur. Dengan kata lain, alih
kode terjadi demi mencapai tujuan khusus. Dan sebaliknya, campur kode terjadi
tanpa adanya maksud apa apa atau terjadi di luar kesadaran penutur.
B. Saran
Penulis berharab dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah wawasan
dan pemahaman untuk para pembaca mengenai alih kode dan campur kode.
Adapun di dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari banyaknya
kesalahan serta kekuranganya. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan
kritik serta masukan yang mendukug dari pembaca agar menjadi perbaikan untuk
kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA