Anda di halaman 1dari 18

Memahami Alih Kode

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Presentasi Mata Kuliah
“Ilm Al-Lughoh Al-Ijtima’iy”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Muhammad Thohir, S.Ag. M.Pd

Disusun Oleh :
1. Saudati Alfira Rahmatillah (06010220015)
2. Tadarrosatul Hikmiyah (06010220016)
3. Nur Kafilah (06040220086)
4. Nurul Laili Alfiana (06040220088)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis masih diberikan kesematan dan kesehatan sehingga
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang "Memahami Alih
Kode". Sholawat dan salam senantiasa kami haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. Karena melalui baginda Nabi, ajaran agama islam dapat
tersampaikan dengan sempurna sehingga mampu membawa manusia keluar
dari zaman jahiliyyah.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, kami berterima kasih kepada penulis yang karyanya telah kami jadikan
referensi sebagai pelengkap makalah ini. Kami juga mengaharapkan saran
dan kritik yang membangun dari Bapak Muhammad Thohir selaku dosen
pegampu mata kuliah Ilm Al-Lughoh Al-Ijtima’iy guna perbaikan dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Surabaya, 21 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 5
A. Pengertian Alih Kode.............................................................................................. 5
B. Macam-Macam Alih Kode...................................................................................... 6
C. Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode...........................................................9
D. Contoh Alih Kode................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam interaksi sosial
antara individu yang satu dengan individu yang lain. Seorang penutur
bahasa dapat dengan mudah menyampaikan sebuah pesan kepada
mitra tuturnya. Menurut Chaer dam Agustina (2010:11) Bahasa juga
disebut sebagai sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
karena manusia sebagai makhluk sosial harus berinteraksi dan
berkomunikasi dalam kelompok sosial. Keberagaman suku tersebut
umumnya memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau
lebih, yakni bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Masyarakat yang memiliki keterampilan
dalam menggunakan dua bahasa atau lebih merupakan masyarakat
bilingual dan multilingual. Kemampuan tersebut tidak menutup
kemungkinan masyarakat akan beralih bahasa dari satu bahasa ke
kebahasa lain dan mencampur dua bahasa yang berbeda dalam
berinteraksi sehingga terjadilah alih kode dan campur kode.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan alih kode?
2. Apa saja macam-macam alih kode?
3. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya alih kode?
4. Bagimana contoh alih kode?
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian alih kode.
2. Untuk mengetahui macam-macam alih kode.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya alih kode.
4. Untuk mengetahui contoh alih kode.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Alih Kode


Menurut KBBI, kode adalah
1. Tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu.
2. Kumpulan peraturan yang bersistem
3. Kumpulan prinsip yang bersistem
4. Aturan transformasi data atau informasi lainnya dari satu bentuk
simbolik ke bentuk lainnya.
Kode adalah suatu sistem tutur yang penerapan unsur
bahasanya memiliki ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur,
relasi penutur dengan mitra tutur, dan situasi tutur yang ada yang
biasanya berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai untuk
berkomunikasi oleh anggota suatu masyarakat bahasa.1
Sedangkan dalam KBBI dijelaskan, bahwa Alih kode adalah
penggunaan bahasa lain atau variasi bahasa lain untuk menyesuaikan
diri dengan peran atau situasi lain atau karena adanya partisipan lain.
Alih kode merupakan peralihan atau pergantian penggunaan
suatu bahasa ke bahasa yang lain. Alih kode disebut peralihan dalam
pemakaian bahasa, akan tetapi tetap menyesuaikan situasi dan terjadi
antar bahasa serta antara ragam dalam satu bahasa. 2 Campur Kode
dan Alih Kode dalamm Video Youtube Bayu Skak. Misalnya penutur
menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa.
Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa
(language dependency) dalam masyarakat multilingual.3

1
Poedjosoedarmo, S. Alih Kode dan Campur Kode. (Yogyakarta: Balai Peneliti Bahasa,1978)
2
Nurlianiati, M. S., Hadi, P. K., Meikayanti, E. A. (2019)
3
Widyabastra: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 7 (1), 1-8)

5
Macam-Macam Alih Kode
Suwito (1983: 69) membagi alih kode menjadi dua :
1. Alih Kode Intern
Dikatakan alih kode intern karena berlangsung antar bahasa
sendiri. Seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau sebaliknya.
Contoh :
Rizki    : “Aku lagi mumet ora iso mikir”.
Isna     : “Ngombe obat kono!”
Ratih   : “Rizki kenapa Is?”
Isna     :”Lagi pusing dia jadi tidak bisa berfikir”.

Dari percakapan di atas terlihat bahwa Isna melakukan alih kode


dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, karena Ratih (mitra tuturnya)
tidak mengerti bahasa Jawa.

2.  Alih Kode Ekstern


Alih kode yang terjadi antara bahasa sendiri ( salah satu bahasa
atau ragam yang ada dalam verbal repertoir masyarakat tuturnya)
dengan bahasa asing.
Contoh :
Isna                 : “Ada Bu Mira,ayo kita sapa!”
Rizki                : “Oh iya, ayo!”
Isna                 : “Good morning Miss, How are you?”
Bu Mira           : “Good Morning, I’m fine.”

Dari percakapan di atas terlihat bahwa pada mulanya Isna


menggunakan bahasa Indonesia kemudian beralih menggunakan
bahasa Inggris, karena yang menjadi mitra tuturnya adalah guru
bahasa Inggris di sekolahannya.

6
Soepomo Poedjosoedarmo (1979: 38) membagi alih kode menjadi dua
macam :
1. Alih Kode Permanen
Dalam alih kode ini seorang penutur secara tetap mengganti kode
tutur terhadap lawan  bicaranya ( mitra tutur ). Misalnya :bekas
teman sepermainan kemudian menjadi kepala jawatannya. Hal
tersebut menyebabkan pengalihan atau pergantian kode  bahasa yang
dipakai secara permanen karena adanya perubahan radikat pada
kedudukan status sosial dan relasi yang ada.

2. Alih Kode Sementara


Merupakan alih kode yang dilakukan oleh seorang penutur pada
saat bicara dengan  menggunakan kode tutur yang biasa dipakai
dengan berbagai alasan. Misalnya, seorang penutur yang sedang
berbicara terhadap seseorang menggunakan bahasa Indonesia, tiba-
tiba karena sesuatu hal mengganti bahasa itu dengan bahasa daerah,
tetapi pergantian itu hanya berlangsung pada satu kalimat lalu
kembali lagi pada bahasa awal.
Contoh            :
Isna     : “Aku besuk tidak masuk kuliah.”
Ratih   : “Kenapa ?”
Isna     : “Ora ngopo-ngopo, pengen ora menyang wae.”
Ratih   : Maksudnya?”
Isna     : Tidak paham ya maksud ku apa?”

Dari percakapan di atas terlihat bahwa Isna yang awalnya


menggunakan bahasa Indonesia tiba-tiba beralih menggunakan
bahasa Jawa, dia sengaja berbicara menggunakan bahasa jawa, untuk
membuat penasaran Ratih (mitra tuturnya) yang tidak mengerti
dengan bahasa Jawa.4    
4
Rahardi, Kunjana.2010.Kajian Sosiolinguistik.Bogor: Galia Indonesia

7
Wardaugh dan Hudson menyatakan bahwa alih kode dibagi
menjadi dua, yaitu alih kode metaforis dan alih kode situasional.
1.  Alih Kode Metaforis
Alih kode metaforis yaitu alih kode yang terjadi jika ada
pergantian topik. Sebagai contoh X dan Y adalah teman satu
kantor, awalnya mereka menggunakan ragam bahasa Indonesia
resmi, setelah pembicaraan urusan kantor selesai, mereka
kemudian menganti topik pembicaraan mengenai salah satu
teman yang mereka kenal. Ini terjadi seiring dengan pergantian
bahasa yang mereka lakukan dengan menggunakan bahasa
daerah. Kebetulan X dan Y tinggal di daerah yang sama dan dapat
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah tersebut.
Contoh ini menjelaskan bagaimana alih kode terjadi dalam satu
situasi percakapan. Alih kode jenis ini hanya terjadi jika si
pembicara yang pada awalnya hanya membicarakan urusan
pekerjaan menggunakan ragam bahasa resmi dan terkesan kaku
kemudian berubah menjadi suasana yang lebih santai, ketika
topik berganti.

2. Alih Kode Situasional


Alih kode situasional yaitu alih kode yang terjadi berdasarkan
situasi dimana para penutur menyadari bahwa mereka berbicara
dalam bahasa tertentu dalam suatu situasi dan bahasa lain dalam
situasi yang lain. Dalam alih kode ini tidak tejadi perubahan topik.
Selain alih kode metaforis dan situsional, Suwito dalam Chaer
(2004:114) juga membagi alih kode menjadi dua jenis yaitu, alih
kode intern dan alih kode ekstern.5

5
Abdul Chaer dan Leonie Agustina. (2004). Sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta:Rineka
Cipta.

8
Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode
Berdasarkan pendapat Hymes bahwa alih kode dapat terjadi karena
faktor-faktor berikut:
1. Penutur
Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra
tutur karena suatu  tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi
tidak resmi atau sebaliknya.

2. Mitra Tutur
Mitra tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur
biasanya beralih kode dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur
berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih
bahasa. Misalnya seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu
bahasa dapat beralih kode menggunakan bahasa lain dengan mitra
bicaranya yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang sama.

3. Hadirnya Penutur Ketiga


Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur
ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar
belakang kebahasaan mereka berbeda.
Contoh :
Rizki    : “Aku lagi mumet ora iso mikir”.
Isna     : “Ngombe obat kono!”
Ratih   : “Rizki kenapa Is?”
Isna     :”Lagi pusing dia jadi tidak bisa berfikir”.

4. Pokok Pembicaraan
Pokok Pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan
dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang

9
bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya
netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal
disampaikan dengan bahasa takbaku, gaya sedikit emosional, dan serba
seenaknya.

5. Untuk membangkitkan rasa humor


Dalam kegiatan berbahasa dalam situasi tertentu biasanya terjadi alih
kode yang dilakukan dengan alih varian seperti bahasa Jawa dialek
Banyumas ke bahasa  Jawa dialek Jogja, bahasa Jawa halus ke bahasa Jawa
kasar, alih ragam seperti ragam bahasa resmi ke ragam bahasa tidak
resmi, atau alih gaya bicara dengan membangkitkan rasa humor untuk
memecahkan kekakuan.
Contoh alih varian:
Isna           : “ Uwis digarap  urung tugase?”
Ratih         : “Tugas opo?”
Isna           : “ Sosiolinguistik.”
Ratih         : “Sampun ndoro, monggo.”
Isna           : Ha…ha…ha.”

Percakapan diatas merupakan contoh dari alih varian, karena awalnya


menggunakan bahasa Jawa ngoko kemudian beralih menjadi bahasa jawa
krama. Pecakapan di atas juga membangkitkan rasa humor karena Isna
menjadi tertawa mendengar ucapan dari Ratih yang seakan-akan menggap
Isna sebagai majikan yang menyuruh pembantunya.  

Contoh alih ragam :


Pak Marto : Cakmano kito ni ndak mupuk kalu pupuk ajo ndak ado lagi.”
Pak Said    : “ Tuna bos datang, tanyo sana!”

10
Pak Marto : “ Maaf pak, pupuk di gudang sudah habis, lalu bagaimana
pak?”
Bos            : (Tertawa karena sempat mendengar percakapan antara Pak
Said dan Pak Marto).

Dapat kita lihat bahwa Pak Marto beralih dari ragam bahasa yang tidak
resmi ke bahasa yang resmi, karena berbicara dengan atasannya.

Contoh alih gaya bicara :


Isna           : “Hari ini menyedihkan.”
Rizki          : “Kenapa?”
Isna           : “Udah hujan gak ada ojek becek, capek deh.”

Awalnya Isna menggunakan bahasa Indonesia tetapi selanjutnya gaya


bicara Isna seakan kebarat-baratan dan tidak wajar. Gaya bicara Isna
membuat mitra tutur tertawa, jadi gaya bicara Isna tersebut dapat
membangkitkan rasa humor. 

6. Untuk sekadar bergengsi


Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-
situasional tidak mengharapkan adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga
tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung tidak
komunikatif. Gejala seperti ini banyak kita temukan pada gaya bahasa para
remaja atau selebritis.
Contoh:
Soimah      : “Saya suka dengan penampilanmu hari ini.”
Peserta       : “ Terima kasih.”
Soimah      : “ Pokoke mak ndes tenan.”

11
Dalam percakapan tersebut Soimah menggunakan bahasa Jawa ketika
mengomentari salah satu peserta IMB, yang dilakukan Soimah tersebut
sekedar untuk bergaya atau bergengsi saja. Kata-kata yang diucapkan pun
artinya tidak jelas dan dirasa tidak wajar oleh kebanyakan orang apa lagi
yang bukan berasal dari Jawa.

D. Contoh Alih Kode


1. Pembicara atau Penutur

Sinta santri baru di pondok pesantren Al-Amanah, sinta ingin


mengenal lebih dalam tentang pondok tersebut, maya selaku pengurus
pondok mengajak sinta mengobrol dengan menggunakan bahasa Arab
tentang pondok, setelah mengobrol beberapa saat maya baru tahu
ternyata sinta berasal dari Madura yang sama-sama kota asal dan
memiliki bahasa ibu yang sama. Mayapun mengalih kodekan bahasa Arab
ke bahasa ibu yakni bahasa Madura dengan tujuan agar sinta lebih akrab
mengenal lingkungan pondok tersebut.
Sinta : “Assalamu’alaikum ukhti. afwan, ana Tilmidzatun jadidatun fi
hadza alma’had”.
(maaf, saya santri baru di pondok ini)
“Uridu an ‘arofa fi hadza ma’had al-manah”
(aku ingin mengetahui tentang pondok al-amanah ini)
Maya : “waalaikumsalam la-ba’sa, tafadhol udkhuli ukhti” (tidak apa,
silahkan masuk mbak)
“ Aina taskun?” (dimana kamu tinggal)
Sinta : “ syukron, askunu min Madura, wa anti?” (trimkasih, saya tinggal
di madura, dan kamu?)
Maya : “askunu min Madura aidhon. Medure dimmah sampeyan dek.”
Sinta : “hehe.. medure sampang mbak” .

2. Pendengar atau lawan tutur

12
Tahun ajaran baru adalam momen yang sangat tepat untuk membuka
pendaftaran pondok pesantren. Saat itu si A (pengurus pondok) sedang
mendapatkan piket jaga santri baru, ia kedatangan tamu si B yang
berbahasa Arab yang mengajak bercakap-cakap menggunakan bahasa
krama inggil, beberapa saat kemudian si B kehabisan kosa kata Jawa
inggil, maka dengan cepat si A mengalih kodekan bahasanya untuk
melanjutkan percakapan menggunakan bahasa Arab, sehingga kemudian
percakapan menjadi lancer kembali.

B : “Assalamu’alaikum, kulo kajenge daftaraken yugo kulo”


(Assalamu’alaikum, saya mau daftarkan anak saya)
“Menawi persyaratanipun nopo mawon?” (persyaratannya apa saja?)
A : “Wa’alaikumsalam, nggeh monggo.” (wa’alaikumsalam,iya silahkan)
“ Enggeh Wonten..” (iya ada)
B : “nopo mawon nggeh..” (apa saja ya?)
“Hemm...” (kehabisan kosa kata)
A : “imla’ al istimaroh bisur’ah!” (segeralah lengkapi formulirmu)
B : “Asta’ir Al qolam” (saya pinjam bolpoinnya)

3. Perubahan situasi karena adanya orang ketiga


Para santri sedang kegiatan takroruddurus, mereka sedang bercakap-
cakap menggunakan ragam santai mereka jawa, beberapa saat kemudian
ustadzah datang ditengah-tengah mereka dan menyapa dengan
menggunakan bahasa Arab, secara spontan mereka mengalih kodekan
dari ragam santai mereka menjadi bahasa Arab sesuai dengan sapaan
ustadzah.

Santri A :”Rek.. saiki wayahe ustadzah jamilah” (teman teman,, sekarang


waktunya bu jamilah)
Santri B : “iyo reek.. enek apalan lo. Wes do apal gung???”
(ya, aada hafalan lo. Sudah hafal semua belum?)

13
Ustadzah : “Assalamua’alaikum, Kaifa haalukum?” (Bagaimana kabar
kalian?)
Santri : “Bikhoir wa al hamdulillah wa antum?” (baik
Alhamdulillah dan kamu?)
Ustadzah : “Bikhoir wa al hamdulillah.. La yajlis jama’ah liannahu
yasuddu ‘an”
(jangan duduk bergerombol)

4. Perubahan situasi dari normal menjadi tidak normal ataupun


sebaliknya

Di madrasah diniyah selama kegiatan belajar mengajar pecakapan


antara ustadzah dan santri menggunakan bahasa Arab atau bahasa
Indonesia ragam baku ( hal tersebut menandakan situasi formal). Pada
saat berakhir proses belajar - mengajar di kelas maka berakhir pulalah
situasi formal menjadi situasi tidak formal yakni dari bahasa Arab atau
bahasa Indonesia ragam baku di alih kodekan menjadi ragam santai
mereka, sesuai dengan bahasa ibu masing-masing". begitu juga sebaliknya

5. Berubahnya topic pembicaraan

Santri memilih menggunakan bahasa arab saat ingin meminjam buku


kepada santri lain, tetapi saat berbicara tentang perpustakaan, masalah
yang cukup serius di pesantren al-amanah tersebut santri memilih
menggunakan bahasa Indonesia. Peralihan bahasa yang dilakukan santri
tersebut termasuk alih kode yang disebabkan oleh beralihnya topic
pembicaraan.
Nadiya : “Ukhti, uridu an akhtari kitab tsaniyah?”
(Mbak, mau pinjam buku lagi dong?)
Najma : “Na’am ukhti.” ( iya, mbak.)
Nadiya : “Qara’tu hadza al Kitab tsalatsa marrotin qira atan.” (Aku sudah
membaca buku ini tiga kali).

14
Najma : “Wa ana uridu akhtari kitab aidhan.” (Saya juga mau pinjam
mbak)
Nadiya : “Ukhti kenapa kita tidak bangun perpustakaan saja?”
Najma : “Kenapa kalian tidak menulis sendiri, lalu saling tukar tulisan?”
Nadiya : “itu sudah sering ukhti. Tolong bilangin kepada ustadz Reza
untuk membangun perpustakaan”.6

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

6
Faizatussa’adah. Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Arabdan Bahasa Ibu dalam Komunikasi
di PP. Al-Amanah Tambakberas Jombang (Kajian Sosiolinguistik).2015. UIN Sunan Ampel
Surabaya

15
1. Alih kode merupakan peralihan atau pergantian penggunaan suatu
bahasa ke bahasa yang lain. Alih kode disebut peralihan dalam
pemakaian bahasa, akan tetapi tetap menyesuaikan situasi dan
terjadi antar bahasa serta antara ragam dalam satu bahasa.
2. Macam-macam alih kode menurut Suwito terbagi menjadi alih
kode intern dan alih kode ekstern. Sedangkan menurut Soepomo
Poedjosoedarmo, alih kode terbagi menjadi alih kode permanen
dan alih kode sementara. Terakhir, Wardaugh dan Hudson
menyatakan bahwa alih kode dibagi menjadi dua, yaitu alih kode
metaforis dan alih kode situasional.
3. Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya alih kode
diantaranya, penutur, mitra tutur, hadirnya penutur ketiga, pokok
pembicaraan, untuk membangkitkan rasa humor, dan untuk
sekedar bergengsi.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.


Jakarta:Rineka Cipta, 2004

16
Faizatussa’adah. Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Arabdan Bahasa Ibu
dalam Komunikasi di PP. Al-Amanah Tambakberas Jombang (Kajian
Sosiolinguistik). 2015. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Nurlianiati, M.S., Hadi, P.K., Meikayanti, E.A. 2019

Poedjosoedarmo, Soepomo. Alih Kode dan Campur Kode. Yogyakarta: Balai


Peneliti Bahasa, 1978.

Rahardi, Kunjana. Kajian Sosiolinguistik. Bogor: Galia Indonesia, 2010

Widyabastra: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, No. 1


Vol. 7

17
18

Anda mungkin juga menyukai