Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF DAN KATA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Lutfi Syauqi Faznur, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 2 Akuntansi 1A

Bintang Medhitia Adinata (11220820000027)


Daka Febriani (11220820000009)
Nurul Dwi Ariyani (11220820000137)
Aqiela Almas Qoriroh (11220820000109)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
bimbingan-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa
Indonesia yang berjudul “Memahami Penggunaan Huruf dan Kata”.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun,
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua serta Lutfi Syauqi Faznur, M.Pd sebagai dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi
dapat teratasi.

Dan penulispun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya para mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan terutama bagi unsur – unsur yang
berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 18 September 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Pengertian Huruf dan Kata...............................................................................................2
2.1.1 Huruf..........................................................................................................................2
2.1.2 Kata............................................................................................................................2
2.2 Ruang Lingkup Huruf dan Kata.......................................................................................3
2.2.1 Pembagian Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.......................................................3
2.3 Pemakaian Penulisan Huruf dan Kata............................................................................11
2.3.1 Pemakaian Penulisan Huruf.....................................................................................11
2.3.2 Pemakaian Penulisan Kata.......................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................24
3.2 Saran..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia sebagai bidang ilmu yang diajarkan sejak pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi, berfungsi sebagai sarana komunikasi, sarana penalaran, dan berpikir
kritis. Oleh karena itu, dalam pertumbuhan dan perkembangannya bahasa Indonesia
saling bersinergi dengan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
yang secara otomatis akan memperoleh dampak pertumbuhan dan perkembangan
pengetahuan dan teknologi informasi.

Disamping berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia juga bersifat


terbuka. Pengaruh globalisasi juga memungkinkan bahasa Indonesia menjadi bahasa
yang modern, bahasa yang fleksibel, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
zaman. Namun, dampak dari globalisasi saat ini juga menyebabkan masyarakat
Indonesia saat ini lebih memilih menggunakan istilah dalam bahasa asing dalam
berkomunikasi maupun dalam menulis. Sehingga diperlukannya kesadaran akan
pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah

3 Apa pengertian dari huruf dan kata ?


3 Apa saja ruang lingkup dari huruf dan kata ?
3 Bagaimana pemakaian penulisan huruf dan kata ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:

3 Menjelaskan pengertian dari huruf dan kata


3 Menjelaskan ruang lingkup dari huruf dan kata
3 Menjelaskan pemakaian penulisan huruf dan kata

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Huruf dan Kata

2.1.1 Huruf
Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani dan
aksara yang diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan fonem
tersebut membentuk suatu bunyi dari bahasa yang dituturkannya. Setiap aksara
memiliki huruf dengan nilai bunyi yang berbeda-beda. Dalam aksara jenis alfabet,
abjad, dan abugida, biasanya suatu huruf melambangkan suatu fonem atau bunyi.
Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili ungkapan atau
makna suatu lambang, misalnya aksara Tionghoa. Dalam aksara jenis silabis atau
aksara suku kata, suatu huruf melambangkan suatu suku kata, contohnya adalah
Hiragana dan Katakana yang digunakan di Jepang.
Beberapa aksara, misalnya alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian dari
satu huruf yang sama, disebut dengan istilah huruf besar dan huruf kecil. Huruf besar
biasanya dipakai di awal kata, sedangkan huruf kecil ditulis setelahnya.

2.1.2 Kata
Istilah kata sering kita dengar dan sering kita gunakan. Malah barangkali kata kata
ini hampir setiap hari dan setiap saat selalu kita gunakan dalam segala kesempatan dan
untuk segala keperluan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat
berdiri sendiri dan mempunyai makna.*) Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf
atau gabungan morfem; atau gabungan huruf dengan morfem, baru kita akui sebagai
kata bila bentuk itu mempunyai makna. Perhatikan kata sepeda, ambil, dingin, kuliah.
Keempat kata yang diambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata
mempunyai makna. Kita akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma,
ningid, haliuk bukan kata bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang
bermorfem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem
tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada
umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata imbuhan.
Perhatikan perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.

2
Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan yang Mengandung Berbagai Arti

2.2 Ruang Lingkup Huruf dan Kata


2.2.1 Pembagian Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
1. Verba
Verba atau kata kerja lazimnya dapat diidentifikasi dengan menggunakan tiga
macam cara. Pertama, dengan mencermati bentuk morfologisnya. Kedua mencermati
perilaku sintaksisnya. Ketiga, dengan mencermati perilaku semantisnya. Berdasarkan
ciri morfologisnya, verba dapat dibedakan menjadi:
1) Verba dasar atau verba yang tidak berafiks. Contoh: duduk, makan, mandi.
2) Verba berafiks atau berimbuhan. Contoh: membaca, bernyanyi, jahitkan.
3) Verba perulangan atau reduplikasi. Contoh: minum-minum, berjalan-jalan,
ingat-ingat, senyum-senyum.
4) Verba majemuk. Contoh: naik haji, cuci muka, makan malam.
Berdasarkan fungsinya, verba dapat dibedakan menjadi:
1) Verba yang menduduki fungsi subjek, seperti ‘Bekerja keras merupakan
keharusan di zaman sekarang’.
2) Verba yang menduduki posisi keterangan, misalnya ‘Mereka sedang berekreasi
di belakang’.
3) Verba yang menduduki posisi objek, misalnya ‘Mereka sedang mengajar
membaca dan menulis’.
4) Verba yang menduduki fungsi lengkap, misalnya ‘Mereka tidak pernah
mengeluh’.

Dilihat dari banyaknya nomina yang mendampingi, verba dapat dibedakan menjadi:
1) Verba Intransitif yaitu verba yang menghindarkan obyek. Klausa yang memakai
verba ini hanya mempunyai satu nomina. Di antara verba intransitive, terdapat
sekelompok verba yang berpadu dengan nomina, misalnya alih bahasa, campur
tangan, cuci mata, bersepeda, bersepatu.
Disamping itu, juga terdapat verba yang tidak bisa bergabung dengan prefiks
me-, ber- tanpa mengubah makna dasarnya. Dalam tata bahasa tradisional verba
semacam itu disebut kata kerja aus.

3
2) Verba Transitif yaitu verba yang bisa mempunyai atau harus mendampingi
obyek.
Berdasarkan banyaknya obyek, terdapat:
a) Verba monotransitif, yaitu verba yang mempunyai satu obyek, contoh:
Saya (subyek) menulis surat (obyek).
b) Verba bitransitif, yaitu verba yang mempunyai dua obyek, contoh:
Ibu (subyek) memberi adik (obyek tak langsung) kue (obyek langsung).
c) Verba ditransitif, yaitu verba transitif yang obyeknya tidak muncul,
contoh:
Adik sedang makan.

Dilihat dari hubungan verba dengan nomina, verba dapat dibedakan menjadi:
a. Verba aktif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba
demikian biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh:
Ia mengapur dinding.
Saya makan nasi.
b. Verba pasif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai penderita,
sasaran, atau hasil.
Verba demikian biasanya diawali dengan prefiks di- atau ter-. Apabila
ditandai dengan prefiks ter- yang berarti 'dapat di' atau 'tidak dengan
sengaja' maka verba itu bermakna perfektif.
Contoh:
Baju dipakai adik.
Buku itu terinjak oleh ibu.
Meja itu terangkat olehku.
c. Verba anti-aktif (ergatif) yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah
menjadi verba aktif, dan subyeknya merupakan penanggap (yang
merasakan, menderita, mengalami).
Contoh:
Ibu kecopetan di angkot.
Kakinya terantuk meja.
d. Verba anti-pasif yaitu verba aktif yang tidak dapat berubah menjadi pasif.
Contoh:
Ia haus akan kasih sayang
Pemuda ini benci terhadap perempuan
Pak tani bertanam singkong

2. Adjektiva
Adjektiva lazim disebut juga kata sifat. Adjektiva adalah kategori yang ditandai
oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi
nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, paling (4) mempunyai
ciri-ciri morfologis, (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
4
Dari bentuknya, adjektiva dapat dibedakan menjadi:
1) Adjektiva Dasar
a) Yang dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: agung, bahagia,
canggung, disiplin, pandai, dll.
b) Yang tidak dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: gaib, genap,
langsung, musnah, dll.
2) Adjektiva Turunan
a) Adjektiva turunan berafiks, terhormat.
b) Adjektiva turunan berduplikasi, elok-elok, gagah-gagah, muda-muda, ringan-
ringan.
c) Adjektiva berafiks ke -an. Misalnya kesakitan, kemalu-maluan, kesepian,
kebelanda-belandaan.
d) Adjektiva berafiks -I, misalnya abadi (abad), alami (alam), duniawi (dunia),
hewani (hewan), islami (islam).
e) Adjektiva yang berasal dari pembagi kelas dengan proses-proses:
deverbalisasi, denominalisasi, deadverbialisasi, denumeralia, de-interjeksi.
3) Adjektiva Majemuk
a) Subordinatif. Contoh: juling bahasa, kepala dingin, Panjang tangan,
lupa daratan, dll.
b) Koordinatif. Contoh: aman sentosa, suka duka, lemah gemulai, tua
muda, riang gembira, dll.
3. Nomina
Nomina disebut juga kata benda atau kata yang menyatakan nama dari
seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Adapun jenis benda
tersebut terbagi menjadi:
1) Kata benda konkret. Untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera
(misalnya buku, kursi, dan meja).
2) Kata benda abstrak. Untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat
dikenal dengan pikiran (misalnya cinta, dosa, pangkat).

a) Cara Pembentukan Kata


Dari segi strukturnya, nomina dapat dibedakan dari morfologi katanya yang
dibagi menjadi nomina akar, nomina turunan berimbuhan, dan nomina majemuk.
 Nomina akar terdiri dari satu morfem akar, yang bersuku satu, dua, atau
banyak.
 Nomina turunan berimbuhan yang terdiri dari morfem akar dan afiks
derivative.
Contohnya:
a. Dengan imbuhan ‘ke-‘: kehendak, ketua, kekasih;
b. Dengan imbuhan ‘per-‘: pertanda, persegi, persetan;
c. Dengan imbuhan ‘pe-‘: petani, penembak, petinju;
d. Dengan imbuhan ‘peng-‘: pengacara, pengacau, pengantar;
e. Dengan imbuhan ‘-an’: tulisan, bacaan, kiriman, bidikan, bisikan;
5
f. Dengan imbuhan ‘peng-an’: pengadilan, pengampunan,
pengumpulan;
g. Dengan imbuhan ‘per-an’: persatuan, persemaian, perdamaian,
pertahanan, perkumpulan;
h. Dengan imbuhan ‘ke-an’; kemerdekaan, kesatuan, kesehatan.
 Nomina pada tingkat paling atas adalah nomina majemuk bermakna benda
dan nomina bermaknakan benda, sebagai contoh ibu + kota =ibu kota, dan
tukang + jahit = tukang jahit.
4. Pronomina
Pronomina disebut juga kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau
frasa nomina. Contohnya adalah saya, kapan, -nya, ini. Dengan pemakaian nomina,
pengulangan nomina akan dapat dihindari. Cara pembagian kata ganti bermacam-
macam tergantung rujukan yang digunakan. Berikut ini adalah salah satu cara
penggolongan pronomial.
a) Kata ganti orang (pronominal persona). Terbagi tiga dan dapat bersifat tunggal
maupun jamak, baik kata maupun frasa pronominal. Hanya dapat digunakan
untuk mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang
dipersonifikasikan. Pengecualian adalah “ia”, yang dalam kalangan terbatas
sering digunakan untuk menggantikan nomina tak bernyawa.
b) Pronomial perlu dibedakan dari sapaan, seperti Saudara, Bapak, Ibu, Tuan,
Nyonya, Yang Mulia, dsb.
c) Kata ganti pemilik. Missalnya -ku, -mu, -nya. Untuk “-nya” dapat digunakan
untuk kata ganti selain nomina orang.
d) Kata ganti penanya; berfungsi menanyakan benda, waktu, tempat, keadaan, atau
jumlah, dsb. Misalnya apa, kapan, mengapa, siapa, bagaimana, berapa, di mana,
ke mana.
e) Kata ganti petunjuk. Misalnya ini, itu.
f) Kata ganti penghubung. Misalnya yang
g) Kata ganti tak tentu. Misalnya barang siapa.
5. Numeralia
Numeralia sering disebut juga kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah
benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat dari nama-nama benda. Menurut
sifatnya kata bilangan dapat dibagi atas:
1) Kata bilangan utama (numeralia caradinalia): satu, dua, tiga, empat, lima,
sepuluh, seratus, seribu, dan sebagainya.
2) Kata bilangan tingkat (numeralia ordinalia): pertama, kedua, ketiga, kesepuluh,
keseratus, keseribu, dan sebagainya.
3) Kata bilangan tak tentu: beberapa, segala, semua, tiap-tiap, dan sebagainya.
4) Kata bilangan kumpulan: kedua, kesepuluh, dan sebagainya.
6. Adverbia
Adverbia sering disebut pula kata keterangan adalah kelas kata yang
memberikan keterangan kepada kata lain, seperti verba (kata kerja) dan adjektiva (kata
sifat), yang bukan nomina (kata benda).
1) Segi bentuk
Menurut segi bentuk, adverbia terbagi menjadi 2, yaitu:
6
 Tunggal, adverbia tunggal terbagi 2, yaitu:
Kata dasar: baik sekali anak itu.
Kata berafiks: sebaiknya dompet itu dikembalikan kepada pemiliknya.
 Gabungan, adverbia gabungan terbagi 2, yaitu:
Adverbia berdampingan. Contoh: Lagi pula buku itu baru sampai besok.
Adverbia tidak berdampingan. Contoh: Dosen mengajar di kelas kami sangat
cantik sekali.

2) Segi perilaku sintaksis


Menurut segi perilaku sintaksis, adverbia terbagi menjadi 4, yaitu:
 Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan:
Buah mangga itu lebih besar daripada buah apel.
Pemandangan di daerah pegunungan ini sangat indah.
 Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan:
Rumah anak itu jauh sekali.
Dia hanya diam saja saat kecelakaan itu terjadi.
 Adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan:
Mahal amat harga barang-barang itu.
Gula ini harganya amat mahal dari yang lain.
 Adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan:
Saya yakin bukan dia saja yang pandai.
Bagiku, senyumannya sangat manis sekali.

3) Segi perilaku semantis


Menurut segi perilaku semantik, adverbia terbagi menjadi 8, yaitu:
a. Adverbia kualitatif. Menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat
derajat, atau mutu.
Contoh: paling, sangat, lebih, dan kurang.
b. Adverbia kuantitatif. Menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah.
Contoh: banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup.
c. Adverbia limitatif. Menggambarkan makna yang berhubungan dengan
pembatasan.
Contoh: hanya, saja, dan sekadar.
d. Adverbia frekuentatif. Menggambarkan makna yang berhubungan dengan
tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu.
Contoh: selalu, sering, jarang, kadang-kadang.
e. Adverbia kewaktuan. Menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat
terjadinya peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu.
Contoh: baru dan segera.
f. Adverbia kecaraan. Menggambarkan makna yang berhubungan dengan
bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu berlangsung atau terjadi.
Contoh: diam-diam, secepatnya, pelan-pelan.
g. Adverbia kontrastif. Menggambarkan perentangan dangan makna kata atau hal
yang dinyatakan sebelumnya.
Contoh: bahkan, malahan, dan justru.

7
h. Adverbia keniscayaan. Menggambarkan makna yang berhubungan dengan
kepastian tentang keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang
dijelaskan adverbia itu.
Contoh: niscaya, pasti, dan tentu.

7. Interogativa
Interogativa adalah kata yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin
diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.
1) Interogativa dasar: apa, bila, bukan, kapan, mana, masa.
2) Interogativa turunan: apabila, apaan, apa-apaan, bagaimana, bagaimanakah,
berapa, betapa, bilamana, bilakah, bukankah, dengan apa, di mana, ke mana,
manakah, kenapa, mengapa, ngapain, siapa, yang mana, masakan.
3) Interogativa terikat: kah dan tah.

8. Demonstrativa
Demonstrativa atau kata tunjuk adalah kata yang dapat difungsikan untuk
menunjukkan sesuatu yang berada di dalam atau di luar sebuah teks atau wacana.
Sesuatu yang disebut baik di dalam atau di luar wacana disebut ‘antesenden’.
Kata tunjuk dapat dibedakan atas:
1) Kata tunjuk dasar. Contoh: itu, ini
2) Kata tunjuk turunan. Contoh: berikut, selian, sedemikian, sebegitu
3) Kata tunjuk gabungan. Contoh: di sana, di situ, di sini

9. Artikula
Artikula (kata sandang) adalah kata yang menentukan atau membatasi kata
benda. Kata sandang umumnya terletak di depan (sebelum) kata benda. Artikula di
dalam bahasa Indonesia sangat terbatas jumlahnya. Relatif tidak ada persoalan dengan
pemakaian artikula dalam teks atau wacana. Partikel yang lazim ditemukan dan
digunakan itu di antaranya adalah ‘si’, ‘sang’, ‘para’, ‘sri’. Dalam bahasa Indonesia,
artikula dapat dibedakan menjadi:
a) Artikula yang menunjuk pada gelar tertentu seperti ‘sri’, ‘sang’, ‘hang’, dan
‘dang’.
b) Artikula yang menunjuk pada kelompok misalnya adalah ‘para’, ‘kaum’, dan
‘umat’.
c) Artikula yang menominalisasikan kata yang belum berupa nomina.
Penominalan itu dilakukan dengan menggunakan bentuk ‘si’.
10. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata yang lazimnya hadir di depan kata lain dalam
kalimat. Lazimnya, preposisi itu berada di depan nomina, adjektiva, dan adverbial.
Preposisi dapat dibedakan menjadi berbagai macam, ada yang sifatnya dasar, tetapi
ada yang sifatnya turunan.
a) Preposisi yang sifatnya dasar, misalnya ‘di’, ‘ke’, ‘dari’, ‘pada’, dan ‘demi’.
b) Preposisi yang sifatnya turunan, misalnya ‘di antara’, ‘di samping’, ‘dari luar’,
‘ke dalam’, ‘di dalam’, ‘di atas’, ‘di bawah’.
Preposisi seing ditemukan berafiks, misalnya ‘bersama’, ‘menurut’,
‘menjelang’, ‘beserta’, ‘seantero’, ‘sekeliling’, ‘sekitar’, ‘sepanjang’, ‘terhadap’,
‘seluruh’, ‘bagaikan’, ‘mengenai’, ‘melalui’.

8
Preposisi juga ada yang berciri korelatif atau terdiri atas dua unsur yang dipakai
berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain, misalnya ‘antara…dan’,
‘dari…sehingga’, ‘dari…sampai dengan’, ‘dari…hingga’, ‘dari…sampai ke’.
11. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung berfungsi untuk menghubung entitas-entitas
kebahasaan di dalam sebuah kalimat, seperti klausa, kalimat, dan paragraf.
Menurut fungsinya, konjungsi dapat dibedakan menjadi:
a) Konjungsi koordinatif. konjungsi ini bertugas menghubungkan satuan-satuan
kebahasaan yang sejajar, tetapi konjungsi ini hanya terjadi pada klausa-klausa
yang sederhana.
Macam-macam konjungsi koordinatif:
1. …dan…
2. …atau…
3. …tetapi…

b) Konjungsi Subordinatif. Konjungsi ini bertugas menghubungkan satuan-satuan


kebahasaan yang tidak sejajar karena yang satu merupakan induk kalimat dan
yang lainnya merupakan anak kalimat.
Macam-macam konjungsi subordinatif:
1. …sebelum…
2. …setelah…
3. Jika…,maka…
4. …agar…
5. Meskipun/bagaimanapun…,…

c) Konjungsi Korelatif. Konjungsi yang kehadirannya mensyaratkan kehadiran


konjungsi yang lainnya karena bentuk-bentuk kebahasaan itu memang saling
berkolerasi atau memiliki hubungan sintaksis yang setara.
Macam-macam konjungsi korelatif:
1. Baik…maupun…
2. Tidak hanya…,tetapi(…)juga…
3. Bukan hanya…,melainkan…
4. (se)demikian(rupa)…sehingga…
5. Apa(kah)…atau…
6. Entah…entah…
7. Jangankan…,…pun…

Berdasarkan posisinya, ada yang disebut konjungsi intrakalimat dan konjungsi


antarkalimat.
Konjungsi intrakalimat menghubungkan entitas kebahasaan yang ada dalam
kalimat, sedangkan konjungsi antarkalimat menghubungkan entitas kebahasaan yang
ada dalam sebuah kalimat dengan entitas kebahasaan yang berada di luar kalimat Itu.
Adapun konjungsi antarkalimat itu akan mencakup konjungsi seperti ‘oleh
karena itu’, ‘maka dari itu’, ‘selanjutnya’, ‘oleh sebab itu’, ‘walaupun’, ‘demikian’,
‘dengan demikian’, ‘tambahan pula’, ‘lagi pula’.

9
12. Interjeksi
Interjeksi sering pula disebut kata seru. Kata ini bertugas mengungkapkan rasa
hati seseorang. Isi hati dapat berupa rasa kagum, jijik, heran, atau takut.
Jadi, fungsinya semata-mata untuk mengungkap perasaan itu. Beberapa
interjeksi dapat disebutkan di sini:
1. Mengungkapkan Rasa Jijik, misalnya bah, cih, cis, ih, idih.
2. Mengungkapkan Rasa Kesal, misalnya sialan, keparat, celaka.
3. Mengungkapkan Kekaguman, misalnya aduhai, wah, wow.
4. Mengungkapkan Rasa Syukur, misalnya Alhamdulillah, untung,
syukurlah.
5. Mengungkapkan Harapan, misalnya Insya Allah, semoga, mudah-
mudahan.
6. Mengungkapkan Rasa Heran, misalnya aih, lho, eh, oh, ah, duilah.
7. Mengungkapkan Rasa Kaget, misalnya astaga, astagfirullah,
masyaallah, alamak, gila, masa.

13. Kategori Fatis


Kategori fatis adalah kata dalam sebuah kalimat yang bertugas untuk memulai,
mempertahankan, dan mengukuhkan komunikasi. Bentuk fatis dapat terdapat di awal,
tengah, maupun di akhir kalimat. Lazimnya, bentuk fatis digunakan dalam ragam lisan
atau dalam dialog.
Dalam ragam tulis, bentuk fatis itu memang jumlahnya terbatas, misalnya saja
adalah 'dengan hormat' atau 'hormat kami' di dalam surat. Dalam keseharian
berkomunikasi, kalau Anda selalu menggunakan bentuk ‘selamat siang’, ‘selamat
sore’, ‘selamat malam’, dan lain-lain, maka Anda sudah menggunakan bentuk
kebahasaan yang bersifat fatis.

14. Partikel
Partikel sebenarnya bermakna ‘unsur-unsur kecil dari satu benda’. Dalam kaitan
dengan kata tugas, partikel yang dibicarakan di sini adalah partikel yang berperan
membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu -kah dan -tah ditambah dengan -lah
yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif),
sertta pun hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
Contoh:
-kah
Apakah tugasmu sudah selesai?
Bagaimanakah perasaanmu setelah menjadi nomor satu?
Ke manakah harus kucari obat nyeriku?

-lah
Terbanglah menggapai mimpimu!
Ambillah, kuberikan padamu!
Berangkatlah cepat, sebelum matahari terbenam!

-tah
Apatah yang mendampingiku nanti?

10
Pun
Siapa pun yang berani, akan diberi imbalan.
Ibu pulang larut malam, makan malam pun diundur.
Aku pun tidak tahu dengan apa yang terjadi.

11
2.3 Pemakaian Penulisan Huruf dan Kata
2.3.1 Pemakaian Penulisan Huruf
1. PEMAKAIAN HURUF
1) Huruf Abjad
Huruf abjad ada dua puluh enam huruf, yaitu:
a, b, c, d, e, f, g, h, i, j,k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u v, w, x, y, z.
1) Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri atas huruf a,
e*, i, o, dan u.
* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen („ ) dapat digunakan
jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya : Di mana kecap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.
2) Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf- huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
3) Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi.
4) Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan
satu bunyi konsonan.
5) Huruf Kapital
a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat dan petikan langsung. Misalnya:
Dia membaca buku
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam, Kristen, Quran, Alkitab.
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan, jabatan, instansi yang diikuti nama orang
atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu. Misalnya:
Wakil Presiden
12
Adam Malik
Gubernur Jawa Tengah
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya : Amir Hamzah
Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti
pada de, van, dan der (dalam bahasa Belanda), von (dalam bahasa
Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya:
J.J de
Hollander
Vasco da Gama
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk
menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:

bangsa Eskimo
bahasa Indonesia
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, dan hari raya. Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Maulid
bulan Agustus
hari Galungan
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur
nama peristiwa sejarah. Misalnya:
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
h) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak digunakan sebagai nama. Misalnya:
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

13
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri

14
j) geografi. Misalnya:
Jawa Barat
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya:
Bukit Barisan
Gunung
Semeru
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri
geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan
budaya. Misalnya:
ukiran Jepara
tari Melayu
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
resminegara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
nama

dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau dan untuk.
Misalnya:
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) didalam judul buku, majalah, surat
kabar, dan makalah. Kecuali, kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalya:
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
o) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
15
Misalnya: Dr. Doktor

16
Catatan: Gelar akademi dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk
singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
p) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman,
yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
Adik bertanya, “itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
q) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan ataun
penyapaan. Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang
digunakan dalam penyapaan. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda sudah kami terima dengan baik.
6) Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan
dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit
dengan tanda petik.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau
ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
d. ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
7) Huruf Tebal
a. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
17
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka,
indeks, dan lampiran. Misalnya:

Judul : HABIS GELAP TERBITLAH

TERANG Bab : BAB I PENDAHULUAN

Bagian Bab : 1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Tujuan

Daftar, indeks, dan lampiran:

2.3.2 Pemakaian Penulisan Kata

a. Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu

kesatuan. Contohnya:

- Rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaan


- Buku itu sangat tebal

b. Kata Berimbuhan/Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata


dasarnya. Misalnya:
- bergeletar
- dikelola
- penetapan
- menengok
- mem permain kan

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
- bertepuk tangan
- garis bawahi
- menganak sungai
- sebar luaskan

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi.
18
- Menyebarluaskan
- dilipatgandakan
- penghancurleburan

4. Jika salah satu unsur ga bungan kata hanya dipa- kai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Misalnya:
- adipati mahasiswa
- aerodinamika mancanegara
- antarkota multilateral
- anumerta narapidana
- audiogram nonkolaborasi
- awa hama Pancasila
- bikarbonat panteisme
- biokimia paripurna
- catur tunggal poligami
- dasa warsa pramuniaga
- dekameter pra sangka
- demoralisasi purnawirawan
- dwiwarna reinkarnasi
- ekawarna saptakrida
- ekstra kurikuler semiprofesional
- elektroteknik subseksi
- infrastruktur swadaya
- inkovensional telepon
- introspeksi transmigrasi
- kolonialisme tritunggal
- kosponsor ultramodern

Catatan :

1. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya: non-Indonesia

19
2. Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
- Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
- Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih

c. Bentuk Ulang

1) Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya. Contohnya: anak-anak, biri-biri, buku-buku, dsb.

Catatan:

o Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.


Contohnya:
surat kabar → surat-surat
kabar bola Kecil → bola-bola
kecil
o Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan
mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang
berbeda.
Contohnya:
Orang besar → orang-orang besar
orang besar-besar

gedung tinggi → gedung-gedung tinggi

gedung tinggi-tinggi

2) Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Contohnya:


Kebapak-bapakan, perundang-undangan, dibagi-bagikan, dsb.

Catatan: Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan
khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Contohnya: Kami
mengundang orang2 yang berminat saja.

20
d. Gabungan Kata

1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah. Contohnya: duta besar, model linear, kambing hitam, dsb.

2) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan


membubuhkan tanda hubung (- ) di antara unsur-unsurnya.

Contohnya:

- anak-istri pejabat anak istri-pejabat


- ibu-bapak kami ibu bapak-kami
- buku-sejarah baru buku sejarah-baru

3) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat
awalan atau akhiran. Contohnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.

4) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contohnya: dilipatgandakan, menggarisbawahi.

5) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Contohnya: acapkali, radioaktif,
adakalanya, kacamata, dsb.

f. Suku Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

 Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya


dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Contohnya: bu-ah, ma-in, ni-at, sa-
at.
 Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Contohnya: pan-dai, au-la,
sau- da-ra, dsb.
 Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum
huruf konsonan itu. Contohnya: ba-pak, la-wan, de-ngan, dsb.
 Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Contohnya:
Ap- ril, cap-lok, makh-luk, dsb.

21
 Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Contohnya: ul-tra,
in- fra, ben-trok, in-stru-men.

Catatan:

- Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.


Contohnya: ikh-las, kong-res, makh-luk, dsb.

- Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya huruf (vokal) diawal


atau akhir baris. Contohnya: Ini → i-ni, mulia → mu-li-a

2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan


unsur pembentuknya. Contohnya: ber-jalan, mem-bantu, di-ambil, apa-kah, ke-
kuatan, dsb.

Catatan:

 Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan


dilakukan seperti pada kata dasar.
Contohnya: me-nu-tup, me-ma-kai, pe-no-long, pe-nga-rang, dsb.

 Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata


dasar. Contohnya: ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi, dsb.

 Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan.
Contohnya: Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan.

 Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Contohnya: biografi bio-grafi bi-o-gra-fi biodata bio-data bi-o-da-ta.

22
 Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di
antara unsurunsurnya.
Contohnya: Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.

 Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak
dipenggal. Contohnya:
- Ia bekerja di DLLAJR
- Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.

Catatan: Penulisan berikut dihindari. Ia bekerja di DLL-AJR. Pujangga terakhir


Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.

g. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai suatu kata, seperti kepada dan
daripada.

Contohnya:

- Kami akan berkunjung ke peternakan sapi


- dimana dia sekarang ?
- Makanan ini berasal dari Garut, dsb.

Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti dibawah ini di tulis serangkai.

Contohnya:

- Dia masuk,lalu keluar lagi


- Kesampingkan saja dulu permasalahan itu, dsb.

h. Partikel

1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contohnya:

- Bacalah buku itu baik-baik!


- Apakah yang tersirat dalam surat itu?

23
- Apatah gunanya bersedih hati?

2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Contohnya: Apapun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan


bijaksana.

Catatan:Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.

Contohnya:

- Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.


- Dia tetap bersemangat walaupun lelah.

Catatan: Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.

Contohnya:

Adapun penyebab kecelakaan itu belum diketahui.Walaupun kedua orang tuanya


telah tiada, mereka tetap hidup dengan rukun.

3) Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.

Contohnya:

- Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.


- Harga kain itu Rp 50.000,00 per meter, dsb.

Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan ditulis dengan huruf dituliskan
serangkaian dengan kata yang mengikutinya.

i. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih, dengan tanda
titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.

Contohnya:

- H. Ridwansyah Haji Ridwansyah


- B.J. Habibie Baharuddin Jusuf Habibie

24
- Sdr. Saudara, dsb.
2. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contohnya:
- NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
- UI Universitas Indonesia
- PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa, dsb.
3. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
Contohnya:
- PT perseroan terbatas
- MAN madrasah aliah negeri
- SD sekolah dasar, dsb.
4. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik. Contohnya:
- hlm. Halaman
- dll. dan lain-lain
- dsb. dan sebagainya
5. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing masing diikuti oleh tanda titik.
Contohnya:
- a.n. atas nama
- d.a. dengan alamat
- u.b. untuk beliau, dsb.
6. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Contohnya:
- cm sentimeter
- kg kilogram
- Rp rupiah, dsb.
7. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Contohnya:

25
- BIG Badan Informasi Geospasial
- BIN Badan Intelijen Negara
- LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dsb.
8. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Contohnya:
- Bulog Badan Urusan Logistik
- Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan
- Nasional
- Kowani Kongres Wanita Indonesia, dsb.
9. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Contohnya:
- iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
- pemilu pemilihan umum
- puskesmas pusat kesehatan masyarakat,
- dsb.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ejaan bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya dari A samapai
Z. Beberapa diantaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa Indonesia
sehingga dapat mengikuti perkembangan kosa katanya. Huruf-huruf tersebut terdiri
dari huruf vokal, huruf kosonan, huruf diftong, dan gabungan konsonan . Dalam
EYD, terdapat aturan-aturan untuk dapat disebut ejaan yang sempurna. Yakni:
pemenggalan kata pada kata dasar, penulisan huruf seperti pengguna huruf kapital
atau huruf besar, huruf tebal dan penggunaan huruf miring. Penggunaan kata dalam
penulisannya pun perlu diperhatikan , seperti kata dasar, kata turunan. kata depan
dan bentuk pertikel.

Untuk menulis sebuah karya tulis harus memperhatikan aturan-aturan penulis


bahasa Indonesia yang sesuai, khususnya bagi mahasiswa yang sedang menulis tugas
makalah, laporan praktik kerja lapangan, menyusun proposal, dan skripsi.

3.2 Saran
Aturan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dibuat adalah
untuk panduan para orang yang sedang menulis sebuah karya atau karangan, oleh
karena itu dalam menulis harus disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
Sebagai warga negara Indonesia tidak ada salahnya kita menerapkan makalah ini
dalam pemakain huruf dan penulisan kata , misalnya dalm menulis karya tulis,
mebuat laporan , dan lain sebagainya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyah ZA, Mahmudah-Hindun. (2012), Bahasa Indonesia Budayaku. Edisi Revisi,


Jakarta: Duta Citra Mandiri.

Munajah, Robiatul. (2018), Konsep Dasar Bahasa Indonesia (Mengenal Orasi Literasi,
Pemakaian dan Penulisan Huruf, Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia), Prodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan: Universitas
Trilogi.

Suyatno dkk. (2017), Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Bogor: In Media.

28

Anda mungkin juga menyukai