Disusun oleh:
Kelompok 2 Akuntansi 1A
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
bimbingan-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa
Indonesia yang berjudul “Memahami Penggunaan Huruf dan Kata”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun,
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua serta Lutfi Syauqi Faznur, M.Pd sebagai dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi
dapat teratasi.
Dan penulispun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya para mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan terutama bagi unsur – unsur yang
berkepentingan.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Pengertian Huruf dan Kata...............................................................................................2
2.1.1 Huruf..........................................................................................................................2
2.1.2 Kata............................................................................................................................2
2.2 Ruang Lingkup Huruf dan Kata.......................................................................................3
2.2.1 Pembagian Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.......................................................3
2.3 Pemakaian Penulisan Huruf dan Kata............................................................................11
2.3.1 Pemakaian Penulisan Huruf.....................................................................................11
2.3.2 Pemakaian Penulisan Kata.......................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................24
3.2 Saran..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Huruf
Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani dan
aksara yang diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan fonem
tersebut membentuk suatu bunyi dari bahasa yang dituturkannya. Setiap aksara
memiliki huruf dengan nilai bunyi yang berbeda-beda. Dalam aksara jenis alfabet,
abjad, dan abugida, biasanya suatu huruf melambangkan suatu fonem atau bunyi.
Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili ungkapan atau
makna suatu lambang, misalnya aksara Tionghoa. Dalam aksara jenis silabis atau
aksara suku kata, suatu huruf melambangkan suatu suku kata, contohnya adalah
Hiragana dan Katakana yang digunakan di Jepang.
Beberapa aksara, misalnya alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian dari
satu huruf yang sama, disebut dengan istilah huruf besar dan huruf kecil. Huruf besar
biasanya dipakai di awal kata, sedangkan huruf kecil ditulis setelahnya.
2.1.2 Kata
Istilah kata sering kita dengar dan sering kita gunakan. Malah barangkali kata kata
ini hampir setiap hari dan setiap saat selalu kita gunakan dalam segala kesempatan dan
untuk segala keperluan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat
berdiri sendiri dan mempunyai makna.*) Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf
atau gabungan morfem; atau gabungan huruf dengan morfem, baru kita akui sebagai
kata bila bentuk itu mempunyai makna. Perhatikan kata sepeda, ambil, dingin, kuliah.
Keempat kata yang diambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata
mempunyai makna. Kita akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma,
ningid, haliuk bukan kata bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang
bermorfem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem
tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada
umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata imbuhan.
Perhatikan perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.
2
Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan yang Mengandung Berbagai Arti
Dilihat dari banyaknya nomina yang mendampingi, verba dapat dibedakan menjadi:
1) Verba Intransitif yaitu verba yang menghindarkan obyek. Klausa yang memakai
verba ini hanya mempunyai satu nomina. Di antara verba intransitive, terdapat
sekelompok verba yang berpadu dengan nomina, misalnya alih bahasa, campur
tangan, cuci mata, bersepeda, bersepatu.
Disamping itu, juga terdapat verba yang tidak bisa bergabung dengan prefiks
me-, ber- tanpa mengubah makna dasarnya. Dalam tata bahasa tradisional verba
semacam itu disebut kata kerja aus.
3
2) Verba Transitif yaitu verba yang bisa mempunyai atau harus mendampingi
obyek.
Berdasarkan banyaknya obyek, terdapat:
a) Verba monotransitif, yaitu verba yang mempunyai satu obyek, contoh:
Saya (subyek) menulis surat (obyek).
b) Verba bitransitif, yaitu verba yang mempunyai dua obyek, contoh:
Ibu (subyek) memberi adik (obyek tak langsung) kue (obyek langsung).
c) Verba ditransitif, yaitu verba transitif yang obyeknya tidak muncul,
contoh:
Adik sedang makan.
Dilihat dari hubungan verba dengan nomina, verba dapat dibedakan menjadi:
a. Verba aktif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba
demikian biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh:
Ia mengapur dinding.
Saya makan nasi.
b. Verba pasif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai penderita,
sasaran, atau hasil.
Verba demikian biasanya diawali dengan prefiks di- atau ter-. Apabila
ditandai dengan prefiks ter- yang berarti 'dapat di' atau 'tidak dengan
sengaja' maka verba itu bermakna perfektif.
Contoh:
Baju dipakai adik.
Buku itu terinjak oleh ibu.
Meja itu terangkat olehku.
c. Verba anti-aktif (ergatif) yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah
menjadi verba aktif, dan subyeknya merupakan penanggap (yang
merasakan, menderita, mengalami).
Contoh:
Ibu kecopetan di angkot.
Kakinya terantuk meja.
d. Verba anti-pasif yaitu verba aktif yang tidak dapat berubah menjadi pasif.
Contoh:
Ia haus akan kasih sayang
Pemuda ini benci terhadap perempuan
Pak tani bertanam singkong
2. Adjektiva
Adjektiva lazim disebut juga kata sifat. Adjektiva adalah kategori yang ditandai
oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi
nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, paling (4) mempunyai
ciri-ciri morfologis, (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
4
Dari bentuknya, adjektiva dapat dibedakan menjadi:
1) Adjektiva Dasar
a) Yang dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: agung, bahagia,
canggung, disiplin, pandai, dll.
b) Yang tidak dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: gaib, genap,
langsung, musnah, dll.
2) Adjektiva Turunan
a) Adjektiva turunan berafiks, terhormat.
b) Adjektiva turunan berduplikasi, elok-elok, gagah-gagah, muda-muda, ringan-
ringan.
c) Adjektiva berafiks ke -an. Misalnya kesakitan, kemalu-maluan, kesepian,
kebelanda-belandaan.
d) Adjektiva berafiks -I, misalnya abadi (abad), alami (alam), duniawi (dunia),
hewani (hewan), islami (islam).
e) Adjektiva yang berasal dari pembagi kelas dengan proses-proses:
deverbalisasi, denominalisasi, deadverbialisasi, denumeralia, de-interjeksi.
3) Adjektiva Majemuk
a) Subordinatif. Contoh: juling bahasa, kepala dingin, Panjang tangan,
lupa daratan, dll.
b) Koordinatif. Contoh: aman sentosa, suka duka, lemah gemulai, tua
muda, riang gembira, dll.
3. Nomina
Nomina disebut juga kata benda atau kata yang menyatakan nama dari
seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Adapun jenis benda
tersebut terbagi menjadi:
1) Kata benda konkret. Untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera
(misalnya buku, kursi, dan meja).
2) Kata benda abstrak. Untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat
dikenal dengan pikiran (misalnya cinta, dosa, pangkat).
7
h. Adverbia keniscayaan. Menggambarkan makna yang berhubungan dengan
kepastian tentang keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang
dijelaskan adverbia itu.
Contoh: niscaya, pasti, dan tentu.
7. Interogativa
Interogativa adalah kata yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin
diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.
1) Interogativa dasar: apa, bila, bukan, kapan, mana, masa.
2) Interogativa turunan: apabila, apaan, apa-apaan, bagaimana, bagaimanakah,
berapa, betapa, bilamana, bilakah, bukankah, dengan apa, di mana, ke mana,
manakah, kenapa, mengapa, ngapain, siapa, yang mana, masakan.
3) Interogativa terikat: kah dan tah.
8. Demonstrativa
Demonstrativa atau kata tunjuk adalah kata yang dapat difungsikan untuk
menunjukkan sesuatu yang berada di dalam atau di luar sebuah teks atau wacana.
Sesuatu yang disebut baik di dalam atau di luar wacana disebut ‘antesenden’.
Kata tunjuk dapat dibedakan atas:
1) Kata tunjuk dasar. Contoh: itu, ini
2) Kata tunjuk turunan. Contoh: berikut, selian, sedemikian, sebegitu
3) Kata tunjuk gabungan. Contoh: di sana, di situ, di sini
9. Artikula
Artikula (kata sandang) adalah kata yang menentukan atau membatasi kata
benda. Kata sandang umumnya terletak di depan (sebelum) kata benda. Artikula di
dalam bahasa Indonesia sangat terbatas jumlahnya. Relatif tidak ada persoalan dengan
pemakaian artikula dalam teks atau wacana. Partikel yang lazim ditemukan dan
digunakan itu di antaranya adalah ‘si’, ‘sang’, ‘para’, ‘sri’. Dalam bahasa Indonesia,
artikula dapat dibedakan menjadi:
a) Artikula yang menunjuk pada gelar tertentu seperti ‘sri’, ‘sang’, ‘hang’, dan
‘dang’.
b) Artikula yang menunjuk pada kelompok misalnya adalah ‘para’, ‘kaum’, dan
‘umat’.
c) Artikula yang menominalisasikan kata yang belum berupa nomina.
Penominalan itu dilakukan dengan menggunakan bentuk ‘si’.
10. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata yang lazimnya hadir di depan kata lain dalam
kalimat. Lazimnya, preposisi itu berada di depan nomina, adjektiva, dan adverbial.
Preposisi dapat dibedakan menjadi berbagai macam, ada yang sifatnya dasar, tetapi
ada yang sifatnya turunan.
a) Preposisi yang sifatnya dasar, misalnya ‘di’, ‘ke’, ‘dari’, ‘pada’, dan ‘demi’.
b) Preposisi yang sifatnya turunan, misalnya ‘di antara’, ‘di samping’, ‘dari luar’,
‘ke dalam’, ‘di dalam’, ‘di atas’, ‘di bawah’.
Preposisi seing ditemukan berafiks, misalnya ‘bersama’, ‘menurut’,
‘menjelang’, ‘beserta’, ‘seantero’, ‘sekeliling’, ‘sekitar’, ‘sepanjang’, ‘terhadap’,
‘seluruh’, ‘bagaikan’, ‘mengenai’, ‘melalui’.
8
Preposisi juga ada yang berciri korelatif atau terdiri atas dua unsur yang dipakai
berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain, misalnya ‘antara…dan’,
‘dari…sehingga’, ‘dari…sampai dengan’, ‘dari…hingga’, ‘dari…sampai ke’.
11. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung berfungsi untuk menghubung entitas-entitas
kebahasaan di dalam sebuah kalimat, seperti klausa, kalimat, dan paragraf.
Menurut fungsinya, konjungsi dapat dibedakan menjadi:
a) Konjungsi koordinatif. konjungsi ini bertugas menghubungkan satuan-satuan
kebahasaan yang sejajar, tetapi konjungsi ini hanya terjadi pada klausa-klausa
yang sederhana.
Macam-macam konjungsi koordinatif:
1. …dan…
2. …atau…
3. …tetapi…
9
12. Interjeksi
Interjeksi sering pula disebut kata seru. Kata ini bertugas mengungkapkan rasa
hati seseorang. Isi hati dapat berupa rasa kagum, jijik, heran, atau takut.
Jadi, fungsinya semata-mata untuk mengungkap perasaan itu. Beberapa
interjeksi dapat disebutkan di sini:
1. Mengungkapkan Rasa Jijik, misalnya bah, cih, cis, ih, idih.
2. Mengungkapkan Rasa Kesal, misalnya sialan, keparat, celaka.
3. Mengungkapkan Kekaguman, misalnya aduhai, wah, wow.
4. Mengungkapkan Rasa Syukur, misalnya Alhamdulillah, untung,
syukurlah.
5. Mengungkapkan Harapan, misalnya Insya Allah, semoga, mudah-
mudahan.
6. Mengungkapkan Rasa Heran, misalnya aih, lho, eh, oh, ah, duilah.
7. Mengungkapkan Rasa Kaget, misalnya astaga, astagfirullah,
masyaallah, alamak, gila, masa.
14. Partikel
Partikel sebenarnya bermakna ‘unsur-unsur kecil dari satu benda’. Dalam kaitan
dengan kata tugas, partikel yang dibicarakan di sini adalah partikel yang berperan
membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu -kah dan -tah ditambah dengan -lah
yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif),
sertta pun hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
Contoh:
-kah
Apakah tugasmu sudah selesai?
Bagaimanakah perasaanmu setelah menjadi nomor satu?
Ke manakah harus kucari obat nyeriku?
-lah
Terbanglah menggapai mimpimu!
Ambillah, kuberikan padamu!
Berangkatlah cepat, sebelum matahari terbenam!
-tah
Apatah yang mendampingiku nanti?
10
Pun
Siapa pun yang berani, akan diberi imbalan.
Ibu pulang larut malam, makan malam pun diundur.
Aku pun tidak tahu dengan apa yang terjadi.
11
2.3 Pemakaian Penulisan Huruf dan Kata
2.3.1 Pemakaian Penulisan Huruf
1. PEMAKAIAN HURUF
1) Huruf Abjad
Huruf abjad ada dua puluh enam huruf, yaitu:
a, b, c, d, e, f, g, h, i, j,k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u v, w, x, y, z.
1) Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri atas huruf a,
e*, i, o, dan u.
* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen („ ) dapat digunakan
jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya : Di mana kecap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.
2) Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf- huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
3) Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi.
4) Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan
satu bunyi konsonan.
5) Huruf Kapital
a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat dan petikan langsung. Misalnya:
Dia membaca buku
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam, Kristen, Quran, Alkitab.
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan, jabatan, instansi yang diikuti nama orang
atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu. Misalnya:
Wakil Presiden
12
Adam Malik
Gubernur Jawa Tengah
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya : Amir Hamzah
Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti
pada de, van, dan der (dalam bahasa Belanda), von (dalam bahasa
Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya:
J.J de
Hollander
Vasco da Gama
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk
menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:
bangsa Eskimo
bahasa Indonesia
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, dan hari raya. Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Maulid
bulan Agustus
hari Galungan
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur
nama peristiwa sejarah. Misalnya:
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
h) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak digunakan sebagai nama. Misalnya:
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
13
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri
14
j) geografi. Misalnya:
Jawa Barat
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya:
Bukit Barisan
Gunung
Semeru
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri
geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan
budaya. Misalnya:
ukiran Jepara
tari Melayu
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
resminegara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
nama
dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau dan untuk.
Misalnya:
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) didalam judul buku, majalah, surat
kabar, dan makalah. Kecuali, kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalya:
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
o) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
15
Misalnya: Dr. Doktor
16
Catatan: Gelar akademi dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk
singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
p) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman,
yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
Adik bertanya, “itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
q) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan ataun
penyapaan. Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang
digunakan dalam penyapaan. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda sudah kami terima dengan baik.
6) Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan
dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit
dengan tanda petik.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau
ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
d. ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
7) Huruf Tebal
a. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
17
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka,
indeks, dan lampiran. Misalnya:
1.2 Tujuan
a. Kata Dasar
kesatuan. Contohnya:
b. Kata Berimbuhan/Turunan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
- bertepuk tangan
- garis bawahi
- menganak sungai
- sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi.
18
- Menyebarluaskan
- dilipatgandakan
- penghancurleburan
4. Jika salah satu unsur ga bungan kata hanya dipa- kai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Misalnya:
- adipati mahasiswa
- aerodinamika mancanegara
- antarkota multilateral
- anumerta narapidana
- audiogram nonkolaborasi
- awa hama Pancasila
- bikarbonat panteisme
- biokimia paripurna
- catur tunggal poligami
- dasa warsa pramuniaga
- dekameter pra sangka
- demoralisasi purnawirawan
- dwiwarna reinkarnasi
- ekawarna saptakrida
- ekstra kurikuler semiprofesional
- elektroteknik subseksi
- infrastruktur swadaya
- inkovensional telepon
- introspeksi transmigrasi
- kolonialisme tritunggal
- kosponsor ultramodern
Catatan :
1. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Indonesia
19
2. Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
- Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
- Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
c. Bentuk Ulang
1) Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya. Contohnya: anak-anak, biri-biri, buku-buku, dsb.
Catatan:
gedung tinggi-tinggi
Catatan: Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan
khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Contohnya: Kami
mengundang orang2 yang berminat saja.
20
d. Gabungan Kata
1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah. Contohnya: duta besar, model linear, kambing hitam, dsb.
Contohnya:
3) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat
awalan atau akhiran. Contohnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
4) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contohnya: dilipatgandakan, menggarisbawahi.
5) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Contohnya: acapkali, radioaktif,
adakalanya, kacamata, dsb.
f. Suku Kata
21
Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Contohnya: ul-tra,
in- fra, ben-trok, in-stru-men.
Catatan:
Catatan:
Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan.
Contohnya: Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan.
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Contohnya: biografi bio-grafi bi-o-gra-fi biodata bio-data bi-o-da-ta.
22
Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di
antara unsurunsurnya.
Contohnya: Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak
dipenggal. Contohnya:
- Ia bekerja di DLLAJR
- Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai suatu kata, seperti kepada dan
daripada.
Contohnya:
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti dibawah ini di tulis serangkai.
Contohnya:
h. Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contohnya:
23
- Apatah gunanya bersedih hati?
Contohnya:
Catatan: Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Contohnya:
3) Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Contohnya:
Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan ditulis dengan huruf dituliskan
serangkaian dengan kata yang mengikutinya.
1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih, dengan tanda
titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Contohnya:
24
- Sdr. Saudara, dsb.
2. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contohnya:
- NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
- UI Universitas Indonesia
- PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa, dsb.
3. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
Contohnya:
- PT perseroan terbatas
- MAN madrasah aliah negeri
- SD sekolah dasar, dsb.
4. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik. Contohnya:
- hlm. Halaman
- dll. dan lain-lain
- dsb. dan sebagainya
5. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing masing diikuti oleh tanda titik.
Contohnya:
- a.n. atas nama
- d.a. dengan alamat
- u.b. untuk beliau, dsb.
6. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Contohnya:
- cm sentimeter
- kg kilogram
- Rp rupiah, dsb.
7. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Contohnya:
25
- BIG Badan Informasi Geospasial
- BIN Badan Intelijen Negara
- LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dsb.
8. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Contohnya:
- Bulog Badan Urusan Logistik
- Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan
- Nasional
- Kowani Kongres Wanita Indonesia, dsb.
9. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Contohnya:
- iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
- pemilu pemilihan umum
- puskesmas pusat kesehatan masyarakat,
- dsb.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ejaan bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya dari A samapai
Z. Beberapa diantaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa Indonesia
sehingga dapat mengikuti perkembangan kosa katanya. Huruf-huruf tersebut terdiri
dari huruf vokal, huruf kosonan, huruf diftong, dan gabungan konsonan . Dalam
EYD, terdapat aturan-aturan untuk dapat disebut ejaan yang sempurna. Yakni:
pemenggalan kata pada kata dasar, penulisan huruf seperti pengguna huruf kapital
atau huruf besar, huruf tebal dan penggunaan huruf miring. Penggunaan kata dalam
penulisannya pun perlu diperhatikan , seperti kata dasar, kata turunan. kata depan
dan bentuk pertikel.
3.2 Saran
Aturan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dibuat adalah
untuk panduan para orang yang sedang menulis sebuah karya atau karangan, oleh
karena itu dalam menulis harus disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
Sebagai warga negara Indonesia tidak ada salahnya kita menerapkan makalah ini
dalam pemakain huruf dan penulisan kata , misalnya dalm menulis karya tulis,
mebuat laporan , dan lain sebagainya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Munajah, Robiatul. (2018), Konsep Dasar Bahasa Indonesia (Mengenal Orasi Literasi,
Pemakaian dan Penulisan Huruf, Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia), Prodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan: Universitas
Trilogi.
Suyatno dkk. (2017), Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Bogor: In Media.
28