Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TATA TULIS LAPORAN

“KALIMAT EFEKTIF”
SEMERTER V

DISUSUN OLEH:

NAMA : 1. ALFRI MEI JEFFRY (2101012010)


2. SAFRINALDI (2101012053)
3. HABIL ZAER SUQRA (2101012087)
KELAS : 3D
PRODI : D3 TEKNIK MESIN
KELOMPOK : 5
DOSEN : LILI MIWIRDI, SS.,M.HUM
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan judul
“Kalimat Efektif”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bantuan dari beberapa pihak.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai “Kalimat Efektif”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Padang, Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................... ii
Daftar Isi...................................................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................ 5
BAB II .Pembahasan................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Kalimat Efektif......................................................................................... 6
2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif............................................................................................. 7
2.2.1 Keharmonian.................................................................................................. 7
2.2.2 Keparalelan..................................................................................................... 9
2.2.3 Ketegasan....................................................................................................... 10
2.2.4 Kehematan..................................................................................................... 11
2.2.5 Kesejajaran..................................................................................................... 13
2.2.6 Kelogisan........................................................................................................ 11
2.2.7 Penekanan....................................................................................................... 11
2.2.8 Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata..................................... 13
2.2.9 Kepaduan........................................................................................................ 11
BAB III Penutupan...................................................................................................................
14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 14
3.2 Saran........................................................................................................................... 14
Daftar
Pustaka.......................................................................................................................... 15

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa
Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak
ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah
Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami
perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi
kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa
Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap
digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian
bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini,
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata
baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia,
Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar
warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di
Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi
sehari-hari (kolokial) dan atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau
bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di
perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi,
dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa
Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa ?
b. Apa saja macam-macam ragam bahasa ?

4
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Memenuhi tugas penulisan makalah Bahasa Indonesia
b. Mengetahui tentang ragam Bahasa Indonesia
c. Mengetahui macam-macam ragam Bahasa Indonesia ditinjau dari berbagai aspek

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi)
secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Kalimat efektif ialah
kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaks
saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya
khayal pada diri pembacanya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika
dipakai pada sasaran yang tepat. Dalam berbahasa, kita tidak mungkin menggunakan
bahasa yang formal jika berkomunikasi dengan pedagang di pasar. Demikian juga, juka
kita hendak berkomunikasi dengan teman sebaya tatkala bergurau, bahasa yang
digunakan pada situasi seperti itu biasanya tidak begitu formal asal komunikatif.
Komunikatif atau tidaknya suatu percakapan, dibangun oleh proses kebiasaan dan
kelaziman penggunaan bahasa tersebut. Jadi, pengertian efektif dalam kalimat ialah
ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan
tertentu pula.

2.2 CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF


2.2.1 Keharmonian
Yakni, keseimbangan yang harmonis antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Atau sebuah kalimat yang mengandung satu atau
lebih ide pokok, namun dalam penyusunannya tidak dikacaukan oleh susunan
gramatikal yang salah. Keharmonisan kalimat dapat dilihat berdasarkan
ciricirinya, sebagaimana dapat disimak berikut ini.
• Adanya subyek dan predikat yang jelas. Kejelasan subyek dan predikat
suatu kalimat dapat dilakukan dengan cara menghindari pemakaian kata
depan “di”, “dalam”, “bagi”, “untuk”, atau “pada” di muka subyek.
Contoh (kalimat yang salah), di kota-kota besar di Indonesia, terbukti,
sudah memiliki perguruan tinggi swasta yang berafilasi pada sebuah
perguruan tinggi di mancanegara.

6
• Tidak terdapat subyek ganda. Contoh (kalimat yang salah), mahasiswa
itu, setelah mengetahui ujian skripsinya batal, ia segera menghadap
purek I untuk memohon bantuan.

• Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam kalimat


tunggal. Contoh (kalimat yang salah), Astrid baru saja pulang berlibur
dari Singapura. Sedangkan Tantri baru saja berangkat berlibur ke New
York.

• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”. Contoh (kalimat yang
salah), STIE IBII yang terletak di dekat Pusat Perbelanjaan Makro di
Kelapa Gading, Jakarta Utara.

2.2.2 Keparalelan
Yakni, kesejajaran atau kesederajatan bentuk kata yang digunakan. Jika
bentuk pertama menggunakan ungkapan verbal (bersifat kata kerja), misalnya,
bentuk kedua dan selanjutnya juga harus menggunakan bentuk verbal. Contoh
(kalimat yang salah), belakangan ini kesadaran masyarakat terhadap penyakit
AIDS makin tinggi, mengingat penyakit ini, selain berbahaya, mengerikan, juga
belum ditemukan obatnya.

2.2.3 Ketegasan
Yakni, ketegasan dalam upaya menonjolkan ide pokok kalimat.
Penonjolan ini memberi ketegasan atau penekanan terhadap ide pokok (sebagai
sesuatu yang dipentingkan). Ada sejumlah cara untuk membentuk ketegasan,
diantaranya :
• Meletakkan kata yang hendak ditonjolkan pada awal kalimat. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan (memilih) unsur 5W 1H (where,
who, when, why, what, dan how). Di dalam ragam jurnalistik, keenam
unsur ini digunakan bersamaan secara efektif untuk menyusun intro atau
teras berita (lead). Contoh (posisi awal kalimat menggunakan unsur
who), Presiden Gus Dur dan Wapres Megawati, setelah didesak
berbagai kalangan, kemarin sore akhirnya berangkat ke Aceh, dalam
rangka mencari jalan keluar demi terciptanya kedamaian di sana.

7
• Membuat urutan kata yang logis dalam rangka menegaskan suatu proses.
Contoh, bukan hanya sekali, dua kali, atau tiga kali, melainkan sudah
puluhan kali Edo diajak orangtuanya tur keliling dunia.

• Melakukan pengulangan (repetisi) terhadap kata yang ingin ditegaskan.


Contoh, negeri ini sedang sakit, negeri ini sedang butuh pengobatan,
negeri ini sedang butuh kasih sayang bangsanya, oleh karena itu
peliharalah perdamaian.

• Melakukan pertentangan terhadap ide yang ingin ditegaskan. Contoh,


bangsa kita tidak menghendaki bantuan Bank Dunia yang bersifat
sementara, namun bantuan yang bersifat jangka panjang dan tanpa
risiko.

• Menggunakan partikel penegas. Contoh, kitalah yang bersalah selama


ini, mengapa KKN kita diamkan saja selama ini.

2.2.4 Kehematan
Yakni, menggunakan kata, frase, atau bentuk lain secara hemat. Atau,
dalam ungkapan lain, menghindari kata-kata yang memang tidak diperlukan
(kata-kata yang mubazir), asalkan tidak menyalahi kaidah gramatikalnya.
Terdapat sejumlah kriteria dalam kehematan ini, diantaranya :
• Menghilangkan pengulangan pengulangan subyek. Contoh (kalimat yang
tidak hemat), para anggota DPR serentak berdiri, sesaat setelah mereka
melihat Presiden dan Wakil Presiden memasuki ruangan siding.

• Menghindari pemakaian superordinate pada hiponimi kata. Hiponimi


adalah kata atau ungkapan yang maknanya

2.2.5 Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu
menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus
menggunakan di- pula.
Contoh : Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

8
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya.
Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu
lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

2.2.6 Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan
unsurunsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah
benda mati yang tidak dapat dipersilakan.
Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

2.2.7 Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian
yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain.
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan
lagi soal ini.

• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan


partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya ?

9
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang
dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan
murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat,
diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu
dan lainnya.

• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan


atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin
ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total
dan menyeluruh.

2.2.8 Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata


Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat
berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa
atau perguran tinggi. Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah
uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi :
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

10
2.2.9 Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan
bertele-tele.
Misalnya :
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota
yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara
agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk :
• Surat itu sudah saya baca.
• Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
• Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
• Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada
rumahrumah adat.
Seharusnya :
• Mereka membicarakan kehendak rakyat.
• Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

2.3 SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF


Syarat syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut :
1. Secara tepat mewakili ungkapan gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.

11
2. Dapat memperlihatkan gagasan yang sama dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang inginkan oleh panbicara atau penulis.

2.4 STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF


Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat
yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti.
Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan
kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus
menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus
diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh
menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan
kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan :
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menulis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat. 6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat)
tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Katakata
itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha
mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

12
BAB III PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling
berhubungan atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang
lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa Indonesia memang banyak
ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-
macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam
bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

3.2 SARAN

Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,


tidak hanya mahasiswa dan pelajar saja. Dengan menggunakan ragam bahasa yang ada
di Indonesia, sebaiknya seluruh masyarakat Indonesia dapat menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar agar keberadaan ragam bahasa Indonesia tidak
tergantikan dengan hadirnya bahasa-bahasa yang kini jauh dari aturan bahasa
seharusnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta : Grasindo

Wibowo, Wahyu. 2003. Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam

Bahasa untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Depok : Grasindo

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-kalimat-efektif-lengkap-beserta-contohnya/

14

Anda mungkin juga menyukai