Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BAHASA INDONESIA

BENTUK DAN MAKNA KATA

OLEH:

Aswin arif 2110253046


Ade kurnia 2110611056

UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukru Lillah karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Bentuk Dan Makna Kata” pada mata
kuliah Bahasa Indonesia dengan baik. Terima Kasih kepada ibuk Armitasari S.Hum M.
Hum selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas kepada
kami. Kemudian, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bentuk dan makna kata. Kami beharap
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mengharapkan kritik dan saran untuk
kami agar lebih baik kedepanya dalam pembuatan makalah.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BABI PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Pennasalahan ................................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.3.2 Manfaat Penelitian................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2
2.1 Kajian Teoritis.................................................................................................. 2
2.1.1 Pengertian bentuk kata.......................................................................... 2
2.1.2 Bentuk Kata.......................................................................................... 2
2.1.2.1 Fonem............................................................................... 2
2.1.2.2 Morfem............................................................................. 3
2.1.2.3 Kata.................................................................................. 5
2.1.2.4 Frasa................................................................................. 7
2.1.3 Makna Kata.......................................................................................... 8
2.1.2.1 Pengertian Makna Kata..................................................... 8
2.1.2.2 Jenis Makna Kata.............................................................. 8
2.1.2.3 Pergeseran dan Perubahan Makna..................................... 9
2.1.2.4 Macam - macam pergeseran makna.................................. 9
2.2 Pembahasan.....................................................................................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................13
3.2 Kritik dan Saran................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penguasaan bahasa indonesia secara intensif sangat penting di dalam era
modem saat ini. Penggunaan bahasa yang baik dan benar secara individu maupun
kelompok merupakan usaha kita dalam melestarikan bahasa negara kita. Bahasa
indonesia juga merupakan alat komunikasi resmi bagi seluruh penduduk nusantara.

Tetapi pada masa kini banyak orang yang berbahasa indonesia sehari-hari,
namun belum begitu mengerti tentang bentuk dan maknanya. Hal itu dimungkinkan
karena kurangnya pendidikan dan faktor lingkungan. Jadi pembelajaran dan
penerapan berbahasa indonesia secara baik dan benar sangat penting. Hal itu
dilakuakan untuk membangun bangsa dan negara, serta meningkatkan sistem
komunikasi dan informasi dengan tepat.

Sebagai langkah awal sebagai mahasiswa baru perlu adanya pembekalan untuk
penguasaan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu kami rasa
sangat penting untuk membahas judul “Bentuk dan Makna” di dalam bahasa
indonesia, dengan harapan supaya mahasiswa dapat memajukan sistem komunikasi
dan infonnasi bangsa dan negara.

1.2 Batasan Masalah


Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam permsalahan
ini, maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang jelas mengenai apa yang
dibuat dan diselesaikan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, makalah ini dibatasi
4 bentuk dan makna kata yang ada dalam kaidah bahasa
hanya berkaitan dengan
Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bentuk kata?
2. Apa saja bentuk kata?
3. Apa pengertian makna kata?
4. Apa saja makna kata?
1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk optimalisasi bagi mahasiswa dalam
mengetahui secara intensif mengenai mata kuliah bahasa indonesia dengan target
sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan dan memahami bentuk kata.
2. Mahasiswa mampumenentukan pembagian bentuk kata.

3. Mahasiswa mampu untuk mendefinisikan dan memahami makna kata.


4. Mahasiswa mampumenentukan pembagian makna kata.

1.5 Manfaat Penelitian


Makalah ini berisi penjelasan tentang bentuk dan makna kata yang ada dalam
bahasa Indonesia serta tentang penggunaan kalimat efektif, yang diharapkan bisa
membantu para pembaca dalam memahami bahasa Indonesia lebih mendalam.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KAJIAN TEORITIS
2.1.1 PENGERTIAN BENTUK KATA
Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satnan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
kata terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.
2.1.2 BENTUK KATA
1. FONEM
Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya. Ejaan
merupakan lambang bunyi yang diklasifikasikan dalam konsonan, vokal, dan
diftong.
Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /.../. /p/ dan /b/
adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti.
Contoh:

pola — /pola/: bola — /bola/


parang — /parag/: barang — /barag/
peras — /peras/: beras — /beras/

Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang


bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa
Indonesia, misalnya, dapat
6 mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal suku
kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu
diucapkan secara lepas untuk kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada
akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap rapat
tertutup waktu mengucapkan bunyi ini.
Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonesia mempunyai dua
variasi.Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon
dituliskan di antara dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p]
saja, sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>], maka kita dapat berkata
bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan
[p>].Bunyi- bunyi yang dapat dikatakan mirip secara fonetis adalah sebagai
berikut :a) bunyi- bunyi yng lafalnya mirip dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [p] dan
[b].b) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berdekatan.
Misalnya, bunyi [b] dan [d].c) bunyi-bunyi yang lafalnya jauh berbeda dan
seartikulasi. Misalnya, bunyi [b] dan [m].d) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan
daerah artikulasinya beijauhan. Misalnya, bunyi [m] dan [n].
2. MORFEM
Kata dan Morfem adalah dua pengertian yang berbeda, perhatikan contoh
berikut: 1. Rumah itu bermandikan cahaya (4 kata) 2. Rumah-itu-ber-mandi-kan-
cahaya (6 morfem)Jadi Kata merupakan unsur terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
berbentuk bebas, dan dapat terdiri dari 1, 2 atau lebih morfemSedangkan Morfem
adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan
tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi.

Pembagian Morfem
1. Berdasarkan posisi, yakni penempatannya terdiri atas.
a. Morfem prefiks (awalan): di, ber-, me-, ke-, ter-b.

b. Morfem infiks (sisipan): -el, -er, -emc.


c. Morfem Sufiks (Akhiran): -kan, -an, -Id.
d. Morfem gabungan : ber-an, di-kan, me-kane.
e. Morfem Konfiks : per-an, ke-an2.
2. Berdasarkan distribusi, terdiri atas.
7
a. Morfem bebas :
morfem yang terdiri dari kata yang bisa berdiri sendiri, dapat diucapkan
tersendiri, dan dapat diletakkan dalam hubungan kalimat.
- 1 suku kata : tak, jin, jam, bus
- 2 suku kata : kapal, buku, pensil, guru, teman
- 3 suku kata : kemeja, celana, jendela
- 4 suku kata : kendaraan, kelelawar, distribusi
- 5 suku kata : partispasi, imajinasi
- 6 suku kata : rekapitulasi

b. Morfem terikat:
morfem yang tidak bisa berdiri sendiri, memerlukan ikatan dengan imbuhan
dalam kata atau dalam kalimat. Ikatan dengan imbuhan dalam kata atau dalam
kalimat.
• Keterikatan dengan imbuhan
bayang = berbayang = berbayangan
• Keterikatan dengan kata
mete = jambu mete
sawit = kelapa sawit
gurau = senda gurau

3. Berdasarkan pemakaiannya;
a. Morfem produktif (morfem terbuka) ; morfem tambahan yang
pemakaiannya lebih luas dan bisa diberi imbuhan lagi.
Contoh:
me + ekor = mengekor
me + tatap = menatap
ter + dengar = terdengar
mem + beri + kan = memberikan
b. Morfem nonproduktif (morfem tertutup) ; morfem yang sangat terbatas
pemakaiannya terhadap kata.
contoh :
el + tapak = telapak
em + tali = temali
8
er + gigi = gerigi
c. Morfem asing ; morfem dari bahasa asingyang dipakai dalam bahasa
Indonesia karena kemampuan adaptasinya dalam perluasan pemakaiannya,
contoh :
Non : nonproduktif, nonteknis, nonformal
Dwi: dwifungsi, dwiwama
Awalan a: Amoral
Awalan re : reorganisasi
4. Berdasarkan fonem yang membentuk
a. Morfem segmental ; morfom yang terdiri atas fonem-fonem konsonan dan
vokal atau diftong (ai,au, o i).

b. Morfem suprasegmental, morfom yang terlukis dari lagu atau lafal yang
membedakan arti kata.

3. KATA
Pembagian Kata
1. Berdasarkan Bentuknya
a. Kata Dasar ; kata yang belum mendapatkan imbuhan.
b. Kata Jadian ; kata yang sudah mendapatkan imbuhan.
c. Kata ulang ; kata dasar atau jadian yang mengalami perulangan.
d. Kata berklitika ; diawal atau diakhir kata.

e. Kata majemuk ; gabungan dua kata atau lebih yang menyatakan makna
khusus atau mempunyai arti baru

2. Pembagian menurut kebutuhan bahasa Indonesia


a. Kata Benda
 kongkret; nama diri, nama jenis, nama zat, nama kumpulan
 abstrak; nama keadaan, nama pekerjaan, nama sifat, nama ukuran, nama
pengertian.

b. Kata Kerja

Bentuknya : dasar, berimbuhan, ulang, majemuk; jalan, jalan-jalan, beijalan,


9
mencampur aduk.
c. Kata Sifat
Bentuknya : dasar,, ulang, terbentuk dari frasa, dari kata serapan; baik, baik-baik,
baik hati, produktif.
d. Kata Keterangan ; menerangkan kata yang bukan kata benda. Pembagian kata
keterangan waktu, tempat, modalitas (cara), tekanan, sifat, jumlah dan bilangan
e. Kata Ganti; kata yang menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.

• Kata ganti orang

Orang I tunggal: aku, hamba, saya

Orang II jamak : kita, kami

Orang II tunggal: engkau, kamu, saudara

Orang II jamak : hadirin, kalian

Orang III tunggal: ia, dia, beliau

Orang III jamak : mereka, ia, sekalian

• Kata ganti kepunyaan ; aku, ku, mu, nya-


• Kata ganti penunjuk, misal: buku ini, rumah itu
• Kata ganti penghubung ; kata yang menghubungkan suatu kata benda dengan
sifatnya atau dengan kata yang menerangkannya.
contoh :
buku yang mahal
barang yang banyak diperebutkan
• Kata ganti penanya : menayakan benda atau sesuatu yang menerangkannya. :
apa, mana, siapa, apabila, bagaimana, manakala, berapaf. Kata Depan

f. Kata depan sejati1 (asli): di, ke, dari- Kata depan tak sejati (tak asli) : akan,
0
demi, daripada, tentang dsb.

g. Kata Sambung atau kata penghubung : kata yang menghubungkan dua kata
dalam kalimat menjadi satu kalimat yang utuh.
h. Kata Sandang ; digunakan untuk menjadikan kata atau bagian kalimat bersifat
kata benda serta memberi ketentuan kepada kepada kata benda, contoh; si, sang,
para, yangi.
i. Kata Bilangan
K.B. utama: 1,2,3...
K.B. tingkat: kesatu, kedua, ketiga ...

K.B. tak tentu : semua, beberapa, setiap

K.B. kumpulan: berdua, bertiga


K.B. bilangan : sebilah pisau, seutas tali.
j. Kata Seru (interjeksi)
Kata seru yang berdiri sendiri: wah!, astagfirullah!
Kata seru yang kedudukannya terpisah : ah, hei
Kata seru yang mengikuti atau menyelinap di antara kalimat: eh, bukan, ampuni
kami, ya Tuhan....
Kata seru yang menyatakan luapan perasaan : aduh, sakit!, aduh, cantiknya!
4. FRASA
Frase atau kelompok kata adalah gabungan dua kata atau lebih yang
membentuk kesatuan dan merupakan unsur-unsur pembentuk kalimat.
Frase terbagi atas :
• Frase bertingkat (endosentrik); memiliki pola inti, pola DM atau MD.
Contoh : Penuh wibawa Gembira Sekali

M D (inti) D(inti) M
• Frase setara (eksesentrik) ; tidak memiliki inti frase, unsur-unsurnya merupakan
kelompok kata yang setara
Contoh : tanya jawab

Penggolongan frase berdasarkan ;


a) Frase Nominal; distribusinya sama dengan kata benda ; rumah mewah
b) Frase Verbal; distribusinya
1 sama dengan kata keija ; belum pergic.
1
c) Frase Sifat; distribusinya sama dengan kata sifat; jujur sekalid.

d) Frase bilangan ; distribusinya sama dengan kata bilangan ; tujuh helaie.


e) Frase Depan ; frase yang diawali kata depan dan diikuti dengan kata benda,
keija, bilangan dan keterangan ; dari terminalf.
f) Frase keterangan ; distribusinya sama dengan kata keterangan ; minggu depan
Menurut polanya
a) Frase berpola DM
Misalnya ; Mesin tangan
D Mb.
b) Frase berpola MD

Misalnya ; Seluruh negeri


M Dc.
c) Frase berpola MDM
Misalnya : Keterangan Bapak Dokter
M DM

2.1.3 MAKNA KATA


1. Pengertian Makna Kata

Makna adalah pengertian yang diberikan kepada suatn bentuk kebahasaan


(KBBI).

2. Jenis Makna Kata

1. Makna Denotatif dan Makna Konotatif


a. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif
adalah suatn pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif Makna
denotative sering juga disebut makna konseptual. Misalnya kata makan,
bermakna memasukkan ke dalam mulut, dikunyah dan ditelan. Makna kata
makan seperti itu adalah makna denotatif.
Makna denotatif ialah arti harfiah kebutuhan pemakaian bahasa. Makna
denotatif ialah arti
1 harfiah suatn kata tanpa ada suatu makna yang
2
menyertainya.
Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum.
Contoh: Dia adalah wanita cantik.
b. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari sikap
sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makan konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untnng
atau pukul.
Makna konotatif tidak tetap, berbeda dari zaman ke zaman. Kata kamar
kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti
juga jamban (konotatif). Dalam hal ini kita kadang-kadang lupa apakah
makna denotatif atau konotatif.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih professional dan operasional
daripada makna denotatif. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna
yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Misalnya: dibuat
(dirakit, disulap)
Makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran,
peranan dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain,
makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Contoh : Dia adalah wanita manis.

2. Makna Umum dan Makna Khusus


Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih luas. Kata khusus adalah
kata yang memiliki cakupan yang lebih sempit. Misalnya bunga termasuk
kata umum, sedangkan kata khusus dari bunga adalah bunga mawar, melati,
anggrek.
3. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi alat
indra atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan.
Contoh: kata nyamuk, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan
timbulnya penyakit.

Makna gramatikal
1 adalah untuk menyatakan makna jamak bahasa
3
Indonesia, menggunakan pengulangan kata, seperti kata: meja yang bermakna
“sebuah meja”, menjadi meja yang bennakna “banyak meja”.

3. Pergeseran dan Perubahan Makna


Pergeseran makna adalah gejala perluasan, penyempitan, pengonitasian
(konotasi), penyinestesian (sinestesia), dan pengasosiasian sebuah makna kata
yang masih hidup dalam satu medan makna. Dalam pergeseran makna, rujukan
awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal mengalami perluasan atau
penyempitan rujukan.
Perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari symbol bunyi yang
sama. Ini berarti dalam konsep pembahan makna teijadi pergantian rujukan yang
berbeda dengan rujukan semula. Rujukan yang lama diganti dengan rujukan yang
baru. Misalnya, kata canggih bahasa Indonesia pemah bermakna “suka
mengganggu (rebut, bawel, dsb)” (KUBI 1976, 183), sedangkan dewasa ini kata
canggih mendapat makna atau rujukan baru “sangat rumit dan ruwet dalam bidang
teknologis karena keterkaitan antarkomponen atau unsur”. Makna rujukan awal
dan makna baru tidak berada dalam satu medan makna, apalagi makna awal tidak
pemah hidup lagi dalam pemakaian bahasa Indonesia kontemporer.
4. Macam-macam Pergeseran Makna
1. Perluasan Arti

Yang dimaksud dengan perluasan arti adalah suatn proses perubahan


makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung suatu makna
yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas
makna yang lebih umum. Kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian:
bergerak di laut dengan menggunakan layar. Sekarang semua tindakan
mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja
disebut berlayar. Dulu kata bapak dan saudara hanya dipakai dalam
hubungan biologis, sekarang semua orang yang lebih tua atau lebih tinggi
kedudukannya disebut bapak, dan lain-lainnya dengan saudara. Demikian
pula halnya dengan kata putra dan putri., dahulu hanya dipakai untuk anak-
anak raja, sekarang semua anak laki-laki dan wanita disebut putra dan putri.
Laksamana pada mulanya nama orang, saudara Rama; kemudian dipadkai
1
untuk pangkat4yang tertinggi dalm kerajaan Melayu. Dalam pemerintahan
Republik Indonesia mula-mula dipakai untuk jenjang kepangkatan yang
tertinggi pada angkatan laut dan angkatan udara, terakhir hanya untn
angkatan laut. Kata buah pada beberapa bahasa daerah berarti ‘pinang’.
Pinang adalah suatu buah yang sangat penting dalam kehidupan adat-istiadat
bangsa Indonesia. Dalam
Bahasa Melayu kemudian semua jenis buah-buahan disebut juga buah.
Sering pula nama-nama orang dipergunakan untuk menyatakan
tingkah- lakunya yang terkenal atau menyebut hasi ciptaan tingkah-lakunya
atau hasil ciptaannya. Kaisar sebagai nama jabatan tadinya adalah nama
seorang penguasa Romawi terkenal Julius Caesar. Nama-nama lain yang
sekarang sudah diabadikan dalam istilah-istila yang umum adalah: mujair,
watt, volt, diesel, boikot dan sebagainya. Di samping itu, nama-nama
perusahaan sering pula dipakai untuk menyebut barang-barang yang
dihasilkannya: fridger, selofan, philips, dan lain- lain
2. Penyempitan Arti
Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami
sebuah kata di mana makna yang lama mebih luas cakupannya dari makna
yang baru. Kata pala tadinya berarti buah pada umumnya, sekarang hanya
dipakai untuk menyebutkan jenis buah tertentu. Kata sarjana dulu dipakai
untuk menyebutkan semua orang cendikiawan. Sekarang dipakai untuk gelar
universiter. Pendeta dulu berarti orang berilmu. Sekarang dipakai untuk
menyebut guru agama Kristen atau domine. Kata bau tadinya mengandung
pengertian yang lebih luas untuk menyebut segala macam gas yang dapat
diserap oleh indra penciuman. Sekarang kata bau selalu diartikan busuk (bau
busuk).
3. Ameliorasi
Ameliorasi adalah suatn proses pembahan makna, dimana arti yang
baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Kata
wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata perempuan., kata istri atau
nyonya dirasakan lebih tinggi dari kata bini. Kata pria mengalami pula
perkembangan yang sama bila dibandingkan dengan kata laki-laki.
1
4. Peyorasi 5

Peyorasi adalah suatu proses pembahan makna sebagai kebalikan dari


ameliorasi. Dalam peyorasi arti yang baru dirasakan lebih rendah nilainya
dari arti yang lama. Kata bini dianggap tinggi pada jaman lampau, sekarang
dirasakan sebagai kata yang kasar; kata perempuan dulu tidak mengandung
nilai yang kurang baik, tetapi sekarang nialinya dirasakan sudah merosot;
oleh kebanyakan orang nilainya dianggap kurang baik dibandingkan kata
wanita. Kata kaki tangan dulu dipakai (sekarang masih di pakai Malaysia)
dalam arti yang baik yaitu pembantu, sekarang dipakai dengan arti yang
kurang baik.
Peyorasi bertalian erat dengan sopan santun yang dituntut dalam
kehidupan kemasyarakatn. Ada kata yang boleh diucapkan secara terus
terang, ada yang harus disembunyikan. Kata yang mulanya dipakai untuk
menyembinyikan kata yang dianggap kurang sopan itu suatn waktu dapat
dianggap kurang sopan, sehingga harus diganti dengan kata lain. Kata
bunting dianggap kurang sopan, lalu diganti dengan hamil atau
mengandung, kemudian diganti dengan berbadan. Sekarang kita berbicara
mengenai WC, pergi ke WC, sebelum mengenal kata Inggris itu kita
mempergunakan kata ke belakang, dan bagaimana sebelumnya?
5. Metafora
Pembahan makna yang dinamakan peyorasi, ameliorasi, menyempit
dan meluas dilihat dari nilai rasa dan luas lingkup makna dulu dan sekarang.
Disamping itu perubahan makna dapat dilihat dari sudut persepsi kemiripan
fungsional antara dua obyek. Metafora adalah pembahan makna karena
persamaan sifat antara dua objek. Ia merupakan pengalihan semantic
berdasarkan kemiripan persepsi makna. Kata matahari, putri malam (untuk
bulan), pulau (empu laut), semuanya dibentuk berdasarkan metafora. Salah
satu sub-tipe dari metafora adalah sinestesia yaitu perubahan makna
berdasarkan pergeseran istilah antara dua indra, misalnya dari indra peraba
ke indra penciuman. Kita mengatakan penciuman yang tajam, walaupun
kata tajam sebenarnya menyangkut indra peraba; suaranya terang
kedengaran dari
1 sini walaupun kata terang sebenarnya menyangkut masalah
6
penglihatan bukan pendengaran.
Ada juga metafora yang masih jelas sebagai gaya bahasa yang tidak
masuk dalam pembahan makna yang sudah membeku. Bila kita mendengar
orang mengatakan, “Saya tidak ingin mendengar serigala berbicara dan
berlagak sebagai domba-domba dalam mangan sidang ini”, itu adalah
metaphor yang menyangkut gaya bahasa.
6. Metonimi
Metonimi sebagai suatn proses pembahan makna teijadi karena
hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan
makna yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat atau waktu,
menurut hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat. Kata
kota tadinya berarti susunan batu yang dibuat mengelilingi sebuah tempat
pemukiman sebagai pertahanan terhadap serangan dari luar. Sekarang
tempat pemukiman itu disebut kota, walaupun sudah tidak ada susunan
batunya lagi. Gereja berarti tempat ibadah umat Kristen, tetapi juga dipakai
untuk mengacu persekutuan umat Kristen. Bila kita berbicara mengenai
Istana Merdeka maka yang dimaksud adalah Presiden Republik Indonesia.
Penemuan-penemuan yang sering disebut menurut penemunya tennasuk
gejala ini: ohm, ampere, watt', demikian juga hasil produksi disebut menurut
tempatnya: eau de cologne, bordeaux, champagne, dan sebagainya.
Hubungan yang lebih sempit lagi disebut sinekdoke, yaitu bagian
untuk keseluruhan, atau keseluruhan untuk bagian: kepala, jiwa untuk
manusia. Suatu gejala yang mirip metonimi adalah ellipsis. Dua kata atau
lebih yang sering muncul bersama-sama, dapat memberi pengaruh timbal
balik yang semantic. Sehingga bila sala satunya dihilangkan, maka seluruh
makna tetap dipertahankan.
Misalnya: (surat kabar) harian, (oratio) prosa, (mode) ala Prancis, sebuah
(lukisan) Picasso, sebotol (anggur) Burgundi, dan lain-lain.
2.2 PEMBAHASAN

Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah
karangan. Di antara fonem
1 dan karangan terdapat deretan bentuk morfem, kata,
7
frasa, kalimat, dan alinea. Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui
eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksudnya
adalah kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru.
Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang:
satu sama lainnya saling melengkapi. Karena bentuk yang tidak bennakna atau tidak
dapat mempengaruhi makna tidak terdapat dalam tata satuan bentuk bahasa
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fonem adalah bunyi dari lambang suatn huruf yang dapat membedakan
arti, misalnya perbedaan huruf /e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem
adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau
mempunyai makna, misalnya di-per-main-kan. Kata adalah satuan bentuk
terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna,
misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non
predikatif dan bennakna leksikal, misalnaya gunung tinggi.
Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/kata keija; (2) adjektiva/kata
sifat; (3) adverbia/kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi
nomina/kata benda dan nama, pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan;
(5) rumpun kata tugas, meliputi preposisi/kata depan, konjungtor/kata sambung,
inteijeksi/kata seru, artikel/kata sandang, partikel.
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu
(hal) yang diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi
(makna sebenarnya) dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya).
Perubahan makna ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif,
Penyoratif, Sinestesia, dan Asosiasi.
3.2 Kritik dan Saran

Demikian penjelasan mengenai “Bentuk dan Makna” dalam Mata Kuliah


Bahasa Indonesia, semoga bisa bennanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon
maaf apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas
karena keterbatasan1 pengetahuan. Kiranya kritik dan saran yang membangun
8
sangat kami perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini kedepan. Sekian,
dan Wallahu ‘Alam bish Showab.
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa, Komposisi Lanjutan I. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Hudaa, Syihaabul. 2018. Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia. Jawa
Barat: Jejak. Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT Lauder
(Penyunting). 2007. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

1
9

Anda mungkin juga menyukai