( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendalaman materi bahasa Indonesia )
Dosen Pengampu :
Aldora Pratama M.Pd.
Assalamualaikum WR.WB
Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, sehingga
makalah yang berjudul “konsep fonem, alofon, dan grafen” ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Makalah ini kami tulis guna memenuhi tugas mata kuliah
pendalaman materi bahasa indonesia, selain itu makalah ini dibuat dengan tujuan
menambah wawasan kepada teman-teman termasuk pembaca atau pendengar
untuk memahami konsep fonem, alofon, dan grafen.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................16
C. Daftar Pustaka.......................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP FONEM
Menurut Abdul Chaer, 2009 fonem adalah satu kesatuan bunyi terkecil
yang dapat membedakan arti suatu kata. Fonem memiliki fungsi sebagai pembeda
makna dalam sebuah bahasa.Fonem adalah bunyi-bunyi yang membedakan makna
(Samsuri, 1987: 125). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jika kata
tidak dapat membedakan arti suatu kata maka bukan disebut fonem. Fonem
memiliki fungsi sebagai pembeda makna dalam sebuah bahasa
Menurut Abdul Chaer, 2009 fonem adalah satu kesatuan bunyi terkecil
yang dapat membedakan arti suatu kata. Dari definisi yang disampaikan Chaer
dapat disimpulkan bahwa jika kata tidak dapat membedakan arti suatu kata maka
bukan disebut fonem. Fonem memiliki fungsi sebagai pembeda makna dalam
sebuah bahasa.Fonem adalah bunyi-bunyi yang membedakan makna
(Samsuri, 1987: 125).
1. Identifikasi Fonemik
2. Klasifikasi Fonemik
2. Distribusi fonem
Distribusi fonem adalah letak atau posisi suatu fonem dalam suatu satuan
yang lebih besar yaitu tutur, morfem, atau kata. Dalam satuan yang lebih besar
dari fonem itu, terdapat tiga posisi untuk setiap fonem, yaitu posisi awal (inisial),
posisi tengah (medial), dan posisi akhir (final). Sebuah fonem berdistribusi awal
apabila letaknya terdapat pada awal satuan itu dan disebut berdistribusi medial ,
apabila fonem itu terletak di tengah satuan itu, serta berdistribusi final, bila fonem
itu terletak pada akhir satuan itu. Terdapat empat cara menentukan distribusi suatu
fonem, yaitu dalam tutur, dalam morfem, dan dalam silaba, serta hubungan urutan
vokal atau konsonan. Dalam hubungan dengan silaba, fonem-fonem itu dapat
berposisi sebagai tumpu (awal silaba), inti atau puncak silaba, dan koda (akhir
suku). Setiap vokal hanya berfungsi sebagai inti atau puncak silaba. Setiap
konsonan hanya berfungsi sebagai tumpu atau koda. Tidak setiap konsonan
menempati distribusi akhir (final).
3. Realisasi fonem
Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan
fonologis, yaitu fonem menjadi bunyi bahasa. Realisasi fonem erat kaitannya
dengan variasi fonem. Variasi fonem merupakan salah satu wujud pengungkapan
dari realisasi fonem. Dan ada beberapa jenis realisasi fonem yaitu:
a. Realisasi vokal
Vokal diproduksi dengan bentuk bibir tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa
bentuk bibir dapat mempengaruhi kualitas vokal. Berdasarkan pembentukannya,
realisasi fonem vokal dibedakan sebagai berikut :
1) Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan-tak bulat. Vokal ini dibentuk dengan
kedua bibir agak terentang ke samping.
Misalnya: /ikan/, /pinta/, /padi/
2) Fonem /u/ adalah vokal atas-belakang-bulat. Vokal ini dibentuk dengan
kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar serta ke belakang
lidah agak meninggi. Misalnya: /upah/, /bulan/, /lalu/
3) Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan-bulat. Vokal ini dibentuk dengan
daun lidah dinaikkan, tetapi agak lebih rendah daripada untuk vokal /i/.
vokal ini disertai dengan bentuk bibir netral, artinya tidak terlentang dan
juga tidak membundar. Misalnya: /ejaan/, /rela/, /tape/
4) Fonem /∂/adalah vokal sedang-tengah- tak bulat. Vokal ini dibentuk
dengan daun lidah dinaikkan, tetapi agak lebih rendah dari /i/ maupun /u/.
vokal ini disertai dengan bentuk bibir yang netral, serta agak ke tengah.
Misalnya: /∂mas/, /metod∂/
5) Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang-bulat. Vokal ini dibentuk dengan
kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar serta belakang lidah
agak meninggi, tetapi agak lebih rendah dan kurang bundar daripada /u/.
Misalnya: /obat/, /kontan/, /toko/
6) Fonem /a/ adalah vokal rendah-tengah-bulat. Vokal ini dibentuk dengan
bagian tengah lidah agak merata dan mulut pun terbuka lebar. Misalnya:
/aku/, /mau/, /pita/
b. Realisasi Diftong
1) Diftong /au/
[aw] seperti pada [kalaw] /kalau
2) Diftong /ai/
[ay] seperti pada: [sampay]
[εy] seperti pada : [s𝜕𝜕bagεy]
3) Diftong /oi/
[oy] seperti pada : [amboy] /amboi/
c. Realisasi konsonan
berikut :
(/y/).
2. Contoh Fonem
Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti
ataumakna (Gleason, 1961:9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunvi
bahasa, baiksegmental maupun suprasegmental apabila terbukti dapat
membedakan arti dapatdisebut fonem. Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang
sama untuk menjadi fonem.
Namun, tidak semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu
harus diujidengan beberapa pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri
fonem, danwatak fonem berasal dari bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem
sama dengan jumlah bunyi bahasa, tetapi sangat jarang terjadi. Pada umumnya
fonem suatu bahasa lebih sedikit daripada jumlah bunyi suatu bahasa.
Contoh:
a. Pada pasangan kata bahasa Jawa pala dan bala. Kedua kata itu mempunyai
maknayang berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada awal kata, yaitu bunyi
[p) dan [b]. Kata pertama berarti 'buah pala, sedangkan kata kedua berarti teman'.
Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan masin-masing
ditulissebagai/p/dan/b/
b. Pada pasangan kata kaki dan kaku. Kedua kata itu mempunyai makna yang
berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada akhir kata, yaitu bunyi [i] dan [u].
Kata pertama berarti anggota gerak bagian bawah, sedangkan kata kedua berarti
'keras/tidak ealstis". Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan masing-
masing ditulis sebagai/i/dan/u/
C. KONSEP ALOFON
1. Pengertian Alofon
Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata.
Alofon adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Alofon dari
sebuah fonem memiliki sebuah kemiripan fonetis. atau mempunyai kesamaan
dalam pengucapannya. Alofon adalah varian bunyi yang dihasilkan dari sebuah
fonem (Chaer, 2019 : 66). Alofon ini merupakan varian pelafalan fonem
berdasarkan posisi dalam kata, yang tidak membedakan arti.
Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada
kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak
membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan diantara dua kurung siku
[…]. Kalau[p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tak
lepas kita tandai dengan [p>]. Maka kita dapat berkata bahwa dalam Bahasa
Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>]
1. Variasi fonem terjadi karena posisi atau letak suatu fonem dalam suatu kata
atau suku kata yang merupakan lingkungannya.
2. Variasi fonem disebut juga variasi alofonis, yaitu alofon atau realisasi fonem
dalam suatu lingkungan.
3. Variasi bebas adalah variasi fonem, yang tidak mengubah makna pada suatu
lingkungan tertentu.
3. Macam-Macam Alofon
a. Alofon vokal
1. Alofon fonem /i/, yaitu
[i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi] /bibi/
[I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb] /karib/
[Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou] [kiyos] /kios/
[ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah] /indah/
2. Alofon fonem /ε/, yaitu
[e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang
mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore] /sore/
[ε] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta] /pesta/
[] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [pta] /peta/
[] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sentr] /senter/
3. Alofon fonem /o/, yaitu
[o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto] /soto/
[⸧] jika terdapat pada posisi lain. [jebl⸧s] /jeblos/
4. Alofon fonem /a/, yaitu
[a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.
[aku] /aku, [sabtu] /sabtu/
5. Alofon fonem /u/, yaitu
[u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.
[aku] /aku/, [buka] /buka/
[U] jika terdapat pada suku kata tertutup.
[ampUn] /ampun/, [kumpul] /kumpul/
[uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,ℇ,a].
[buwih] /buih/, [kuwe] /kue/
b. Alofon konsonan
1. fonem /p/
[p] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[pipi] /pipi/, [sapi] /sapi/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[atap>] /atap/, [balap>] /balap/
[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vokal.
[babi] /babi/, [babu] /babu/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi
menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.
[adap>] /adab/, [jawap>] /jawab/
2. Fonem /t/
[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.
[tanam] /tanam/, [tusuk] /tusuk/
[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[lompat>] /lompat/,[sakit>] /sakit/
[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[duta] /duta/, [dadu] /dadu/
[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku
kata tertutup atau pada akhir kata.
[abat>] /abad/,[murtat>] /murtad/
3. Fonem /k/
[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.
[kala] /kala/, [kelam] /kelam/
[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.
[pak>sa] /paksa/, [sik>sa] /siksa/
[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.
[tida?] /tidak/, [ana?] /anak/
4. Fonem /g/
[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.
[gagah] /gagah/, [gula] /gula/
[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.
[beduk>] /bedug/, [gudek>] /gudeg/
5. Fonem /c/
[c] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[cari] /cari/, [cacing] /cacing/
6. Fonem /j/
[j] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[juga] /juga/, [jadi] /jadi/
7. Fonem /f/
[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vokal.
[fakir] /fakir/, [fitri] /fitri/
8. Fonem /p/
[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara
[piker] /piker/, [hapal] /hapal/
9. Fonem /z/
[z] [zat] /zat/, [izin]- /izin/
10. Fonem /š/
[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata
[šarat] /syarat/, [araš] /arasy/
11. Fonem /x/
[x] berada di awal dan akhir suku kata.
[xas] /khas/, [xusus] /khusus/
12. Fonem /h/
[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.
[hasil] /hasil, [hujan] /hujan/
[H] jika berada di tengah kata
[taHu] /tahu/, [laHan] /lahan/
13. Fonem /m/
[m] berada di awal dan akhir suku kata
[masuk] /masuk/, [makan] /makan/
14. Fonem /n/
[n] berada di awal dan akhir suku kata.
[nakal] /nakal/, [nasib] /nasib/
15. Fonem /ň/
[ň] berada di awal suku kata
[baňak] /banyak/, [buňi] /bunyi/
D. KONSEP GRAFEM
Grafem adalah unit terkecil dalam penulisan yang dilakukan dalam bahasa
tertentu, mereka bertugas membentuk alfabet suatu bahasa dan menyertakan
angka, huruf, dan berbagai jenis tanda linguistik lainnya. Chaer (1994: 93)
mendefinisikan grafem sebagai satuan terkecil dalam aksara yang
menggambarkan fonem, pengertian ini juga diperkuat oleh penjelasan dari
Nurhadi (1995: 332) yang mengatakan bahwa grafem adalah perlambang fonem
yang berbentuk huruf. Terakhir, Kridalaksana (2009:73) mengungkapkan bahwa
grafem berasal dari kata graf yaitu huruf dan pengertian grafem itu sendiri adalah
lambang dari fonem. Fonem berada di wilayah bahasa lisan, sedangkan grafem
berada dalam wilayah bahasa tulis.
Akan tetapi, dalam tataran grafemik, baik fonem /e/ yang memiliki alofon [e] dan
[ɛ] maupun fonem /ə/ yang menaungi alofon [ə] ditulis dengan grafem <e>.
Berarti <e> adalah grafem bagi fonem /e/ dan /ə/.
Dengan demikian, huruf e dapat dilafalkan dengan berbagai macam variasi bunyi.
Dalam sistem penulisan ejaan, lambang grafem yang disepakati adalah <e>.
Sementara itu, dalam pembedaan makna secara bunyi (fonemik), <e> dapat
dijabarkan kembali menjadi fonem /e/ dan /ə/.
Catatan:
PENUTUP
A. Kesimpulan