Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TATARAN BAHASA INDONESIA

Disusun sebagai syarat Mata Kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia SD


Dosen Pengampu : Mety Toding Bua S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 4
Ajeng Wulan Sari : 2240605054
Fitria : 2240605137
Luviana : 2240605136
Nawang Dewi Ramadani : 2240605012
Parmadi : 2240605023

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa Allah SWT karena dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia SD tentang “Tataran Bahasa Indonesia” selain itu tujuan
dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan kami tentang Tataran Bahasa
Indonesia.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mety Toding Bua S.Pd., M.Pd. selaku Dosen
Mata Kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia SD yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu degan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran
agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Tarakan, 10 Februari 2023

Penyusun Kelompok 4

ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2
A. Pengertian Tataran Bahasa Indonesia ............................................................ 2
B. Jenis-jenis Tataran Bahasa ............................................................................. 2
1.1 Tataran Fonologi ...................................................................................... 2
1.2 Tataran Morfologi .................................................................................... 3
1.3 Tataran Sintaksis ...................................................................................... 5
1.4 Tataran Semantik ..................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa sebagai salah satu bidang ilmu, dipelajari secara khusus dalam ilmu bahasa
atau linguistic. Dalam ilmu bahasa atau linguistic terdapat beberapa jenis ilmu yaitu;
fonologi, morfologi, sintaksis, semantic. Pada mata kuliah Pendidikan Bahasa & Sastra
Indonesia jenis-jenis linguistic dipelajari secara bertahap dan berjenjang.
Dalam kajian linguistic tata Bahasa ditempatkan dalam system Bahasa. System
internal Bahasa tersusun menurut suatu pola (sistematis), dan bukan merupakan sebuah
system tunggal karena terdiri dari subsistem atau sistem bawahan. Jenjang subsistem
ini dalam linguistic dikenal dengan nama tataran linguistic atau tataran Bahasa
Dalam makalah ini akan dibahas segala sesuatu tentang pengertian linguistic ( Tata
Bahasa ) dan jenis-jenis tataran bahasa.

B. Rumusan Masalah
1) Tataran Bahasa Fonologi
2) Tataran Bahasa Morfologi
3) Tataran Bahasa Sintaksis
4) Tataran Bahasa Semantik

C. Tujuan
Tujuan yang di capai dalam pembuatan makalah ini agar mahasiswa mengetahui
penggunaan “ TATARAN BAHASA INDONESIA “ yang benar, mahasiswa juga
dapat mengetahui jenis-jenis Tataran Bahasa Indonesia, yaitu: Fonologi, Morfologi,
Sintaksis, Semantik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tataran Bahasa Indonesia


Dalam kajian linguistic tata Bahasa ditempatkan dalam system Bahasa. System
internal Bahasa tersusun menurut suatu pola (sistematis), dan bukan merupakan sebuah
system tunggal karena terdiri dari subsistem atau sistem bawahan. Jenjang subsistem
ini dalam linguistic dikenal dengan nama tataran linguistic atau tataran Bahasa. Secara
hierakhi diurutkan dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran
semantic.
Pengembangan bahan ajar tata Bahasa harus tetap berlandaskan pada Bahasa
adalah sebuah system. Mengungkapkan bahan ajar tata Bahasa berarti harus
mepertimbangkan dan mencangkup kaidan-kaidah Bahasa, yaitu fonologi, morfologi,
sintaksis dan semantic. Bahan ajar tata Bahasa harus berisi deskripsi-deskripsi yang
harus dikuasai siswa berkenaan dengan kemampuan berbahasanya. jadi, bukan berisi
aturan-aturan Bahasa.
Selain itu bahan ajar tata Bahasa hendaknya ditunjukkan memahamkan siswa
atas fungsinya, bukan terpaku pada kaidah-kaidahnya. Bahan ajar tata Bahasa yang di
pertimbangkan untuk di kembangkan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
dapat meyakinkan siswa perlunya fungsi perangkat berupa tata Bahasa yang menjadi
mediasi antara kata-kata dan konteks sebagai sumber daya yang kuat untuk mencapai
tujuan Bahasa yang bermakna.

B. Jenis- Jenis Tataran Bahasa Indonesia

1.1 Tataran Fonologi


Secara etimologi kata fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone (bunyi)
dan logos (ilmu). Fonologi adalah suatu cabang ilmu linguistik yang mempelajari
tentang perbendaharaan bunyi-bunyi suatu bahasa dan distruturkan secara umum.
Fonologi yaitu ilmu yang menyelidiki fonem-fonem sesuatu bahasa. Sesuai
dengan penjelasan itu maka dapat dikatakan fonologi kontrastif merupakan sebuah
cabang linguistik yang meneliti tentang fonem-fonem serta urutan yang terdapat
pada dua bahasa (Henry Guntur Tarigan, 1989:192 ). Fonologi juga dapat
diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari, membahas, membicarakan dan
menganalisis tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap
manusia.dalam kehidupan sehari- hari, kita tidak akan lepas dari bunyi bunyi bahasa
tersebut yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Hampir setiap aktivitas manusia,
dari bangun tidur pasti memerlukan aktivitas bunyi. Bahasa sebagai alat
komunikasi.fonologi juga memfokuskan pada fungsi, perlakuan dan
pengorganisasian bunyi dalam bahasa. kajian fonologi dalam linguistic sangat
berhubungan dengan sintak, morfologi, dan semantik. Fonologi dalam tataran ilmu
Bahasa dibagi menjadi dua , yaitu fonetik dan fonemik.

2
Kajian Fonologi :
a) Fonetik
Fonetik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang penghasilan,
penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa tanpa kaitannya sebagai pembeda
makna, yaitu bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.
Fonetik merupakan bagian dari fonologi yang bagiannya berupa bunyi-bunyi
fonem bahasa serta direalisasikan atau dilafalkan. Objek kajian fonetik adalah
bunyi bahasa manusia ( bukan diluar Bahasa manusia, missal kicauan burung,
auman singa dan sebagainya). Selain itu, tidak semua bunyi yang dihasilkan
manusia adalah bunyi Bahasa, hanya bunyi ujar Bahasa saja missal:”ayah”,
“hai”.
b) Fonemik
Dasar-dasar fonemik merupakan sebuah ilmu yang menganalisis pesuku huruf
yang disebut fonem, sampai membentuk sebuah kata yang bermakna. Di
dalamnya juga dibahas mengenai pelafalan kata yang sama dengan makna
berbeda, penulisan yang sama dengan makna berbeda dan seterusnya. Menurut
beberapa ahli diantaranya yaitu:
1) Menurut Ahmad Muaffaq bahwa fonemik adalah cabang studi fonologi yang
menyelidiki dan mempelajari bunyi ujaran atau bahasa serta sistem fonem
suatu bahasa dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
2) Menurut Abdul Chaer fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut
sebagai pembeda makna.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Istilah fonemik dapat didefinisikan


sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem
memiliki fungsi untuk membedakan maknanya. Kedudukan fonologi dalam
studi bahasa dapat dilihat dari hubungan antara bentuk bahasa. Jika bahasa
dibagi secara sederhana atas dua ranah bentuk dan makna, maka fonologi berada
pada tataran bentuk. Menurut Halliday, fonologi merupakan penghubung antara
substansi bahasa dan bentuk bahasa. Substansi bahasa di sini yaitu fonetik
sementara tata bahasa (grammar) dan leksis (lexis). Halliday sendiri membagi
bahasa menjadi lima tataran, yang terdiri atas tiga tataran utama, yaitu isi
(substance), bentuk (form), dan situasi ekstralinguistik (sxtralinguistic
situation), ditambah dua tataran antara (interlevels).

1.2 Tataran Morfologi


• Pengertian Morfologi

3
Morfologi diambi dari kata Morphology dalam Bahasa Inggris. Kata
Morphology berasa dari Morph yang memiliki arti (Bentuk) dan Logy yang
berarti (Ilmu). Secara harfiah kata morfologi mengandung arti (Ilmu tentang
bentuk). Dalam ilmu bahasa morfologi diartikan sebagai salah satu cabang
liguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji morfem dan kata. Di samping
morfologi terdapat pula cabang linguistik yang objek kajiannya berupa kata
leksilogi, leksikografi, dan etimologi. Morfologi dengan leksikologi dan
etimologi memiiki objek material yang sama yaitu kata, tetapi memiliki objek
formal yang berbeda.
a) Morfologi dan Leksikologi
Leksikologi berasal dari Bahasa Inggris “Lexicology” secara harfiah
morfologi dapat diartikan sebagai cabang linguistik yang mengkaji leksikon
atau pembendaharaan kata dalam suatu bahasa. Leksikologi adalah cabang
linguistik yang mempelajari suatu kata, yaitu mempelajari pembendaharaan
kata suatu bahasa, mempelajari pemakaian kata serta arti atau maknanya
seperti dipakai oleh masyarakat. Pemakai bahasa dengan ringkas dapat
dikatakan bahwa leksikologi adalah cabang linguistik yang mengkaji kata
dari segi arti leksikalnya. Morfologi juga mempelajari kata, tetapi memiliki
aspek kajian yang berbeda dengan leksikologi. Kalau leksikologi
mempelajari kata dari aspek arti leksikalnya sedangkan morfologi
mempelajari kata dari proses pembentukannya.
b) Morfologi Leksikologi dan Leksikografi.

Leksikografi adalah cabang linguistik yang mengkaji proses pembuatan


kamu. leksikografi merupakan kelanjutan dari kerja dari leksikologi, dalam
arti kalau hasil kerja leksikologi dituliskan, maka proses penulisan itu disebut
leksikografi, dan hasilnya adalah sebuah kamus.
c) Morfologi dan Etiomologi
Etimologi adalah cabang linguistik yang mengkaji asal usul kata. Misalnya
kata resensi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dalam bahasa Belanda.
Sedangkan kata recensi dalam bahasa Belanda berasal dari bahasa latin yaitu
kata recensere yang mengandung arti "menimbang". Etimologi mempelajari
bentuk dan arti kata secara historis atau diakronis. Morfologi mempelajari
pembentukan kata secara sinkronis.

• Metode dalam morfologi


Metode adalah cara melakukan kajian data penelitian titik berdasarkan tahap-
tahap penelitian, metode digunakan dalam mengumpul data, analisis data, dan
penyajian hasil analisis data titik metode dijabarkan ke dalam teknik-teknik
metode dan teknik yang digunakan dalam morfologi adalah metode dan teknik
dalam linguistik. Dalam metode morfologi juga terdapat 4 komponen yang

4
menentukan keilmiahan suatu penelitian, yaitu data, teori, hipotesis, dan
metode.
• Tujuan dan manfaat morfologi
Tujuan penelitian terhadap morfologi dan kata adalah terumuskan sistem
pembentukan kata dalam suatu bahasa rumusan sistem pembentukan kata suatu
bahasa bermanfaat sebagai bahan penyusunan tata bahasa dan kamus. Sistem
pembentukan kata juga diperlukan sebagai bahan penyusunan kamus karena
kamus yang lengkap harus membuat penjelasan api beserta semua kata
turunannya selanjutnya tata bahasa dan kamus dapat digunakan oleh pemakai
bahasa sebagai acuan bahasa. Secara khusus tata bahasa dan kamus dapat
dimanfaatkan oleh kaum profesional seperti guru bahasa, penerjemah
pengarang,Dan wartawan sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kata bahasa dan kamu juga diperlukan oleh orang yang sedang belajar suatu
bahasa.

1.3 Tataran sintaksis

Sintaksis dalam bahasa Belanda syntaxis,dalam bahasa Inggris syntax, dan


dalam bahasa Arab nahu adalah ilmu bahasa yang membicarakan hubungan antar
unsur bahasa untuk membentuk sebuah kalimat. Dalam bahasa Yunani sintaksis
disebut Sintaksis suntattein yang berarti sun ‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’.
Secara etomologis istilah tersebut berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata (frasa) atau kalimat dan kelompok-kelompok kata (frasa)
menjadi kalimat. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia, sintaksis disebut dengan
ilmu tata kalimat.
Dalam linguistik atau ilmu bahasa terdapat dua tataran, yaitu tataran fonologi
dan tataran tata bahasa/gramatika. Sintaksis dan morfologi bersama-sama
merupakan tataran tata bahasa. Fonologi merupakan tataran linguistik yang
mempelajari bunyi-bunyi bahasa, morfologi merupakan tataran linguistik yang
mempelajari satuan-satuan gramatika di dalam kata yaitu morfem dan kata,
sedangkan sintaksis mempelajari satuan-satuan gramatikal di atas tataran kata,
meliputi frase, klausa, dan kalimat. Sebagai bagian dari ilmu bahasa,sintaksis
berusaha menjelaskan hubungan antara unsur-unsur satuan tersebut baik
berdasarkan hubungan fungsional maupun hubungan makna.

a) Alat – alat sintaksis


Alat-alat sintaksis adalah alat untuk menghubungkan kata-kata menjadi
kelompok dengan struktur tertentu, sedangkan yang dimaksud struktur ialah
hubungan setara dan bertingkat dari kelompok tersebut.
Herman paul (1960) mengemukakan adanya tujuh macam alat sintaksis, yaitu:
1) Penempatan kata menjadi satu kelompok
2) Urutan kata
3) Intisuara tinggi dan rendah

5
4) Modulasi dari tinggi suara
5) Tempo
6) Kata penyambung, dan
7) Fleksi
Di antara alat-alat sintaksis itu ada yang tidak dapat diterapkan dalam pemakaian
bahasa Indonesia, yaitu fleksi karena dalam bahasa Indonesia tidak mengenal
adanya fleksi.
Alat- alat sintaksis yang dikemukakan Herman Paul tersebut merupakan alat
sintaksis untuk bahasa-bahasa pada umumnya. Kentjono & Kridalaksana
mengemukakan adanya empat macam alat sintaksis dalam bahasa Indonesia,
yaitu urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas. Kata sebagai bentuk
bermakna yang berdiri sendiri,dapat berada di posisi awal, tengah atau akhir
dalam kalimat sepanjang maknanya berterima secara gramatikal.
b). Satuan sintaksis
sintaksis adalah membicarakan satuan sintaksis.Satuan terbesar dari kata
yang umum dibicarakan dalam sintaksis berturut-turut adalah frasa, klausa, dan
kalimat. Berikut ini adalah contoh satuan sintaksis berupa frasa, klausa, dan
kalimat.
Frasa - rumah kayu
- kereta api ekspres Argo Bromo
- dosen baru itu

Klausa - rumah kayu itu terletak di Jalan Gatot Subroto kereta Api Ekspres
Argo Bromo berangkat dari Surabaya pukul 19.00
- dosen baru kampus itu sedang belajar di perpustakaan

Kalimat - Rumah kayu itu terletak di jalan Gatot Subroto. kereta Api Ekspres
Argo Bromo berangkat dari Surabaya pukul 19.00 dosen baru itu
sedang belajar di perpustakaan. Pergi!
- selamat pagi.

Kita dapat menyatakan bahwa klausa dan kalimat merupakan konstruksi


sintaksis yang sama-sama mengandung unsur predikasi. Bahkan kalau
diperhatikan lebih seksama contoh di atas, maka yang membedakan klausa dan
kalimat adalah penggunaan tanda baca/intonasi akhir dalam kalimat.

c) Beberapa pengertian dalam kalimat


Kalimat secara umum disusun dalam wujud gabungan kata atau rentetan kata
yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa. Dalam ilmu
bahasa, kata akan dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk atau perilakunya

6
yang sama. Hal itu dikarenakan setiap kata dalam kalimat memiliki klasifikasi
yang berbeda, yang dibagi menjadi 3(tiga) kategori yaitu: (1) Fungsi sintaktis, (2)
Kategori sintaktis, (3) Peran semantis.
1) Fungsi sintaksis
Fungsi Sintaktis akan menghubungkan kata atau frasa dalam kalimat itu,
artinya fungsi itu memiliki hubungan dengan urutan kata atau frasa dalam
kalimat. Fungsi sintaktis utama dalam Bahasa adalah subjek, predikat,
objek, keterangan dan pelengkap (S-P-O-Ket-Pel). Ada pula fungsi lain
seperti atributif (yang menerangkan), koordinatif (yang menggabungkan
secara setara), subordinatif (yang menggabungkan secara bertingkat).
Dalam bahasa Indonesia, biasanya subjek terletak di depan predikat.
Subjek dapat berwujud nomina/benda tetapi dapat pula berwujud kategori
yang lain.

Subjek dan predikat dalam bahasa Indonesia diharapkan selalu muncul


dalam komunikasi formal, karena fungsi subjek dan predikat dalam klausa
saling berkaitan. Dapat dikatakan bahwa subjek (S) adalah bagian klausa
yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicaraan, dan predikat (P)
adalah bagian klausa yang menandai apa yang dinyatakan oleh
pembicaraan mengenai subjek
2) Kategori sintaksis
Kategori Sintaktis akan memasukkan kata dalam kelompok kata yang
sama berdasarkan kategorinya. Kategori sintaktis sering disebut juga
dengan kelas kata. Kelas kata merupakan golongan kata yang memiliki
kesamaan dalam perilaku formalnya. Kelas kata dalam bahasa Indonesia
terdiri dari kelas kata: (1) nomina atau
kata benda (N), (2) verba atau kata kerja (V) , (3) adjektiva atau kata sifat
(A), (4) adverbia atau kata keterangan (Adv).

Jumlah kelas kata nomina, verba, adjektiva dan adverbial selalu


bertambah tanpa batas sehingga sering disebut kelas kata terbuka (open
class) oleh Kridalaksana . Kelompok kata tugas yang terdiri atas preposisi
atau kata depan (Prep.), konjungsi atau kata sambung (Konj.), numeralia
(Num.) serta partikel disebut dengan
kelas kata tertutup (closed class). Istilah lainnya yang digunakan adalah
kategori utama dan kategori tambahan.
3) Peran semantis
Peran semantik adalah hubungan antara predikator dengan sebuah nomina
dalam proposisi.Istilah yang muncul adalah pelaku, sasaran, pengalam,
peruntung, atribut, peran semantik keterangan tempat, keterangan alat,
keterangan waktu, dan keterangan sumber.

Pelaku adalah peserta yang umumnya melakukan perbuatan

7
yang dilakukan oleh predikat/verba yang berupa mahluk hidup. Misalnya
dalam kalimat: Anak itu [pelaku] sedang melempari buah manga di pohon
tetangga.

Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh


verba/predikat. Peran sasaran merupakan peran utama objek atau
pelengkap. Misalnya dalam kalimat : Ibu mengambilkan ayah secangkir
kopi hangat di dapur.

Pengalam adalah peserta yang mengalami peristiwa atau keadaan yang


dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang
predikatnya adjektiva atau verba taktransitif. Misalnya dalam kalimat:
Adik saya terjatuh dari motor tadi pagi.

Peruntung adalah peserta yang beruntung dan memperoleh manfaat dari


keadaan/peristiwa/perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Biasanya
partisipan berfungsi sebagai objek atau pelengkap. Misalnya dalam
kalimat: Ibu membelikan aku sebuah motor baru.

Atribut biasanya dalam kalimat yang predikatnya nomina.


Misalnya dalam kalimat : Anak itu tetangga saya.

Keterangan yang menunujukkan makna waktu, tempat, alatdan sumber


dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut:
a) Kuliah sintaksis berlangsung mulai pukul 7.00 pagi. (keterangan
waktu).
b) Kami tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta. (keterangan tempat)
c) Kami memotong kue itu menggunakan pisau.(keterangan alat).
d) Baju itu terbuat dari kain sutera mahal. (keterangan sumber).

d) Hubungan Antarunsur dalam Satuan Sintaksis


Satuan-satuan sintaksis sebagai suatu konstruksi disusun oleh beberapa unsur
pembentuk atau konstituen. Dalam membentuk suatu konstruksi unsur-unsur itu
memperlihatkan berbagai macam hubungan, baik hubungan bentuk maupun
hubungan makna.
Berdasarkan bentuk dan maknanya, suatu konstruksi dapat diketahui
gramatikal atau tidak, misalnya, dalam contoh kalimat berikut.
(1) Ibu makan roti.
(2) *Roti makan Ibu.
(3) Roti dimakan Ibu.
(4) *Ibu makan batu.
(5) *Batu makan Ibu.

8
(6) *Batu dimakan Ibu.
Kalimat (1) dan (3) merupakan kalimat yang gramatikal atau berterima
sedangkan kalimat (2), (4), (5), dan (6) bukan merupakan kalimat yang
gramatikal. Secara sintaktis kalimat (2), (4), (5), dan (6) tersebut memiliki
struktur yang baik tetapi secara semantis tidak berterima.
Pada umumnya bentuk kata dapat dikenali salah satunya dengan melekatkan
afiks pada kata tersebut. Dari contoh kalimat di atas dapat dilihat bahwa afiks
berupa prefiks di- yang dilekatkan pada kata makan pad contoh kalimat (3) dan
(6) tersebut di atas, menunjukkan hubungan makna tertentu sehingga bisa
dipastikan kalimat itu garmatikal atau tidak.

e) Analisis Sintaksis
Sebagai suatu konstruksi, satuan-satuan sintaksis dibentuk oleh unsur-unsur
yang dapat membentuk pola-pola tertentu. Untuk mendeskripsikan pola-pola
yang mendasari satuan-satuan sintaksis dan konstituen-konstituennya lazim
disebut sebagai analisis sintaksis. Untuk itu diperlukan perangkat analisis yang
mampu menjelaskan pola-pola konstruksi sintaksis. Perangkat analisis tersebut
berupa alat sintaksis seperti urutan kata, bentuk kata, kata tugas, dan intonasi.

1.4 Tataran Semantik


Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) diturunkan dari
kata bahasa Yunani Kuno sema (bentuk nominal) yang berarti "tanda" atau
"lambang". Bentuk verbalnya adalah semaino yang berarti menandai" atau
"melambangkan". Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai
padanan kata "sema" itu adalah tanda linguistik seperti yang dikemukakan oleh
Ferdinand de Saussure. Sudah disebutkan bahwa tanda linguistik itu terdiri dari
komponen penanda yang berwujud bunyi, dan komponen petanda yang berwujud
konsep atau makna.
Kata semantik ini, kemudian disepakati oleh banyak pakar untuk menyebut
bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda linguistik itu dengan
hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang
mempelajari makna-makna yang terdapat dalam satuan-satuan bahasa. Oleh karena
itu, semantik secara gamblang dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari
makna.
Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu
satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik. Kata
semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik tengan hal-hal yang
ditandainya, atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistic yang mempelajari

9
makna atau arti dalam bahasa. Semantik adalah cabang linguistic yang mempunyai
hubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi atau antropologi,
bahkan juga dengan filsafat dan psikologi.
semantik merupakan cabang linguistik yang mempunyai hubungan erat
dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi.
Sosiologi mempunyai kepentingan dengan semantik karena sering dijumpai
kenyataan bahwa Kegunaan kata-kata tertentu untuk menyatakan suatu makna
dapat mendapat identitas kelompok dalam masyarakat. Seperti penggunaan kata
uang dan duit meskipun kedua kata itu memiliki makna yang sama, tetapi jelas
menunjukkan kelompok sosial yang berbeda
Juga sudah disebutkan bahwa semantik adalah cabang linguistik yang meneliti
atau mempelajari makna bahasa. Lalu, kita tahu bahwa bahasa itu terdiri dari
sejumlah tataran yang bila diurutkan dari yang terkecil adalah tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantic.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tataran bahasa adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur
penggunaan bahasa. Ilmu ini merupakan bagian dari bidang ilmu yang mempelajari
bahasa yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik.

Tataran bahasa bahasa Indonesia telah diatur dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (TBBBI). Kualitas penerapan tataran bahasa yang benar dan tepat masih
sangat rendah, hal ini terbukti seperti yang dipraktikkan oleh bangsa Indonesia di media
massa maupun saat berkomunikasi di kehidupan nyata dan kehidupan maya.
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa kita harus dapat memahami terhadap jenis jenis tataran
bahasa Indonesia yang harus perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalam
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga
dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa.

11
Daftar Pustaka
Utami, S. R. (2017). Pembelajaran Aspek Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa
Indonesia. Aksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2), 189-203.

A Jamiy,Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Volume 07, No. 1,Juni 2018\
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 13, No. 1, Januari
Baryadi, Isodarus Praptomo. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Sanata Dharma University Press,
2022.
Tarmini, Wini, and Rr Sulistyawati. “sintaksis bahasa indonesia.” Jakarta: UHAMKA (2019)

Buku SINTAKSIS sebuah panduan praktis Dra. Sukini, M. Pd


Chaer, A., & Muliastuti, L. (2014). Makna dan semantik. Semantik Bahasa Indonesia, 1-39.

12
Deskripsi Pengerjaan Makalah
Ajeng Wulan Sari : Mengetik, mencari materi Morfologi
Fitria : Mengetik, mencari materi Fonologi

Luviana : Mengetik, mencari materi Sintaksis


Nawang Dewi Ramadani : Mengetik, membuat ppt, mencari materi tataran bahasa
Parmadi : materi semantic Cuma sedikit

13

Anda mungkin juga menyukai