Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

RAGAM BAHASA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Lughoh Al-Ijtima’

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Imam Fuadi, M. Ag

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Dias Adin Zentina Putra ( 1262022110 )


2. Dwi Wafiqatul ( 1262022110)
3. Eva Salsabila ( 1262022110)
4. Ratih Nuzulur Rohmah ( 126202211022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB IVA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan
kelancaran dalam penyusunan makalah tentang "Ragam Bahasa". Sholawat serta
salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Lughoh Al-Ijtima', dosen
pengampu Prof. Dr. H. Imam Fuadi, M. Ag.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama


kelompok. Oleh karena itu, kami sampaikan terima kasih kepada segenap pihak
yang berkontribusi maksimal dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Rahmatullah


Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk
menimba ilmu di UIN Sayyid Ali Rahmatullah.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan FTIK.
3. Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
4. Dr. Nuryani, S.Ag., M.Pd.I. selaku Koordinator Progam Studi Pendidikan
Bahasa Arab
5. Prof. Dr. H. Imam Fuadi, M. Ag. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan tugas dan pengarahan kepada kami

Kami juga sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin masih ada
kekurangan baik dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam
makalah. Oleh karena itu, jika ada kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun kesempurnaan makalah ini kami persilahkan.

Tulungagung, 7 April 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Ragam Bahasa.............................................................................3
B. Penyeban Terjadinya Ragam Bahasa............................................................4
C. Jenis-Jenis Ragam Bahasa.............................................................................6
BAB III PENUTUP................................................Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan..................................................Error! Bookmark not defined.
B. Saran............................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.............................................Error! Bookmark not defined.

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah faktor penting yang menunjukkan identitas suatu
etnik dalam lingkungan sosial. Etnik atau istilah yang mengacu kepada
kelompok tertentu berdasarkan latar belakang sosiokultural tidak lepas dari
bahasa yang digunakannya. Budaya suatu kelompok masyarakat atau etnik
dapat diketahui dari bahasanya. Keduanya saling berhubungan untuk terus
menunjukkan eksistensinya walaupun tidak selalu mutlak. Suatu etnik
dalam masyarakat sudah barang tentu memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat
digunakan untuk membedakan antara etnik satu dan etnik yang lainnya.
Salah satunya, hal tersebut dalam dilihat dari bahasa yang digunakan
masyarakat untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai atribut bagi identifikasi
etnik atau suku memiliki peranan yang sangat penting untuk menentukan
identitas suatu etnik. Alasannya, bahasa etnik atau suku bangsa digunakan
dalam arena-arena dan struktur-struktur kegiatan yang diciptakan oleh dan
dalam sistem-sistem suku bangsa masing-masing (Parsudi dalam Muhadjir
dkk., 1988:140).

Bahasa sebagai identitas etnik atau suku lebih sering disebut


sebagai bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah oleh seseorang atau
sekelompok masyarakat dapat menunjukkan etnik atau suku bangsanya. Di
Indonesia, beragam etnik atau suku bangsa tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Etnik-etnik tersebut salah satunya dapat diketahui melalui alat
identitasnya, yaitu bahasa. Bahasa merupakan ihwal yang dapat menjadi
petunjuk seseorang atau kelompok masyarakat berasal. Tiap-tiap orang
memiliki beragam identitas etnis yang berbeda dan masing-masing dari
identitas itu mempunyai label sendiri-sendiri (Singh dalam Thomas dan
Wareing, 2007:141). Setiap bahasa yang digunakan dalam setiap etnik
sudah barang tentu memiliki ciri khas yang dapat dijadikan pembeda
dengan etnik lainnya. Misalnya, di Jakarta, selain bahasa Indonesia dan
bahasa Betawi, banyak ditemukan bahasa daerah lainnya, seperti bahasa
1
Jawa, Sunda, Minang, Aceh, Batak, dan Bali. Pada umumnya, orang akan
menyatakan diri sebagai anggota suatu etnik atau suku tertentu dengan ciri
penting bahasa ibunya (Sumarsono dan Partana, 2004:72). Oleh sebab itu,
kosakata, gaya bicara, dan dialek khas seseorang dapat menunjukkan asal
etniknya, sekalipun orang tersebut berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etnik?
2. Apakah penyebab terjadinya etnik dalam bahasa?
3. Apa hubungan antara bahasa dan etnik?
C. Tujuan
4. Memaparkan pengertian etnik.
5. Memaparkan penyebab etnik dalam bahasa.
6. Memaparkan hubungan antara bahasa dan etnik.

3
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang terorganisasi dalam bentuk
satuansatuan, seperti kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang
diungkapkan baik secara lisan maupun tulis. Terdapat banyak sekali definisi
bahasa, dan definisi tersebut hanya merupakan salah satu di antaranya.
Anda dapat membandingkan definisi tersebut dengan definisi sebagai
berikut: Bahasa adalah sistem komunikasi manusia yang dinyatakan melalui
susunan suara atau ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan
yang lebih besar, seperti morfem, kata, dan kalimat, yang diterjemahkan
dari Bahasa Inggris: “the system of human communication by means of a
structured arrangement of sounds (or written representation) to form lager
units, eg. morphemes, words, sentences” Di dunia ini terdapat ribuan
bahasa, dan setiap bahasa mempunyai sistemnya sendiri-sendiri yang
disebut tata bahasa. Terdapat tata Bahasa untuk bahasa Indonesia, tata
bahasa untuk bahasa Inggris, tata bahasa untuk bahasa Jepang, dan
sebagainya. Meskipun kegiatan berkomunikasi dapat dilakukan dengan alat
lain selain bahasa, pada prinsipnya, manusia berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa. Pada konteks ini, bahasa yang digunakan adalah
bahasa manusia, bukan bahasa binatang. Dalam hal tertentu, binatang dapat
melakukan komunikasi dengan sesamanya dengan menggunakan Bahasa
binatang. Hal yang menjadi bahan pembicaraan di sini bukan Bahasa
binatang, melainkan bahasa manusia, dan semua kata ”bahasa” pada buku
ini mengacu pada ”bahasa manusia”. Bahasa, dalam pengertian Linguistik
Sistemik Fungsional (LSF), adalah bentuk semiotika sosial yang sedang
melakukan pekerjaan di dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural,
yang digunakan baik secara lisan maupun secara tulis. Dalam pandangan
ini, bahasa merupakan suatu konstruk yang dibentuk melalui fungsi dan
sistem secara simultan. Ada dua hal penting yang perlu digaris bawahi.
4
Pertama, secara sistemik, bahasa merupakan wacana atau teks yang terdiri
dari sejumlah sistem unit kebahasaan yang secara hirarkis bekerja secara
simultan dari sistem yang lebih rendah: fonologi/grafologi, menuju ke
sistem yang lebih tinggi: leksikogramatika (lexicogrammar), struktur teks,
dan semantik wacana. Masing-masing level tidak dapat dipisahkan karena
masing-masing level tersebut merupakan organisme yang mempunyai peran
yang saling terkait dalam merealisasikan makna suatu wacana secara
holistic. Kedua, secara fungsional, bahasadigunakanuntuk mengekspresikan
suatu tujuan atau fungsi proses sosial di dalam konteks situasi dan konteks
kultural. Oleh karena itu, secara semiotika sosial, Bahasa merupakan
sejumlah semion sosial yang sedang menyimbulkan realitas pengalaman
dan logika, realitas sosial, dan realitas semiotis/simbol.
Dalam konsep ini, bahasa merupakan ranah ekspresi dan potensi
makna. Sementara itu, konteks situasi dan konteks kultural merupakan
sumber makna. Dalam wujudnya, bahasa selalu berbentuk teks. Adapun
yang dimaksud dengan teks adalah satuan lingual yang mengungkapkan
makna secara kontekstual. Di sini, istilah “teks” dianggap sama dengan
“wacana”, dan satuan lingual dapat berupa kata, kelompok kata, klausa,
atau kumpulan paragraf. Apabila seseorang ingin mengungkapkan sesuatu,
ia akan menggunakan bentuk teks tertentu. Dengan teks itu, ia akan
mencapai tujuan yang diinginkannya. Agar teks itu dapat mewadahi dan
menjadi sarana untuk menyampaikan tujuannya, ia berusaha agar teks itu
mengandung bentukbentuk bahasa yang relevan. Bentuk-bentuk itu tidak
lain adalah system linguistik yang ada di dalam teks tersebut. Apabila
tujuan yang disampaikan berbeda, maka bentuk teks yang digunakan
berbeda, dan bentuk-bentuk bahasa yang dipilih di dalamnya pun juga
berbeda. Akhirnya, teks yang tercipta akan dapat mewakili seseorang
tersebut, karena pada dasarnya sikap, gagasan, dan ideologinya telah
disampaikan melalui tujuan yang diungkapkannya dengan memilih bentuk-
bentuk bahasa yang relevan tersebut.
Tentang prinsip bahwa bahasa harus selalu dianggap sebagai teks,
Fowler menegaskan bahwa untuk kebutuhan analisis teks, analisis dapat
dilakukan tidak hanya terhadap teks linguistik, tetapi juga teks-teks lain
(seperti teks sastra), baik teks faktual maupun teks fiksi. Teks faktual adalah
5
teks yang diciptakan berdasarkan peristiwa nyata, sedangkan teks fiksi
adalah teks rekaan, yaitu teks yang diciptakan dari dunia imajinasi.
Pembicaraan tentang jenis-jenis teks akan disampaikan tersendiri pada
Modul 7.1
Bahasa menuurut para ahli :
Menurut Chaer dan Agustina : fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan
bahwa fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial.
Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial
behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.
Menurut Suwarna : bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi
dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial.
Menurut Kridalaksana : mengartikan bahasa sebagai suatu sistem lambang
arbitrer yang menggunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

B. Pengertian Etnik
Etnik berasal dari bahasa Yunani ethnos, yang merujuk pada pengertian
bangsa atau orang. seringkali ethnos diartikan sebagai setiap kelompok
sosial yang ditentukan oleh ras, adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma
budaya, dan lain-lain, yang pada gilirannya mengindikasikan adanya
kenyataan kelompok yang minoritas ataumayoritas dalam suatu masyarakat.
Menurut Fredrick Barth dan Zastrow mengatakan bahwa etnik adalah
himpunan manusia karena persamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun
kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budayanya.2
Menurut Thomas Sowell yang menulis tentang Ethnic of America,
mengemukakan bahwa kelompok etnik merupakan sekelompok orang
mempunyai pendangan dan praktik hidup yang sama atas suatu nilai dan
norma. Misalnya kesamaan agama, negara asal, suku bangsa, kebudayaan,
bahasa, dan lain-lain yang semuanya berpayung pada suatu kelompok yang

1
Tri Wiratno and Riyadi Santosa, “Bahasa, Fungsi Bahasa, Dan Konteks Sosial,” Modul Pengantar
Linguistik Umum (2014): 1.2, http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/BING4214-
M1.pdf.
2
Alo Liliweri, “Perasangka dan Konflik, Komunikasi Lintas Budaya,” Multi Kultur(Yogyakarta: LkiS,
2005), hlm. 8
6
disebut kelompok etnikMenurut Thomas Sowell yang menulis tentang
Ethnic of America, mengemukakan bahwa kelompok etnik merupakan
sekelompok orang mempunyai pendangan dan praktik hidup yang sama atas
suatu nilai dan norma. Misalnya kesamaan agama, negara asal, suku bangsa,
kebudayaan, bahasa, dan lain-lain yang semuanya berpayung pada suatu
kelompok yang disebut kelompok etnik.3 Menurut Narroll menurtnya
kelompeok etnik dikenal sebagai suatu populasi yang secata biologis
mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai-nilai budaya yang
sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya,
membentuk jarigan komunikasi dan interaksi sendiri, menentukan ciri
kelompok sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat di bedakan
dari kelompok populasi lain4
Berbeda dengan pengertian ras yang secara harfiah pemaknaanya lebih
sempit. Di sini pengertian etnik merujuk pada makna yang lebih universal,
dimana pengertian etnik sebagaimana dijelaskan di atas diartikan sebagai
sebuah perbedaan antara bangsa satu dengan bangsa yang lain. Namun,
pengertian etnik mengindikasikan bahwa pemahaman tentang etnik lahir
dari sebuah bentuk ras yang dilihat berbeda, sehingga dari hal tersebut lahir
sebuah gagasan tentang nilai perbedaan yang terlihat begitu besar, dari
sinilah paham tentang mayoritas dan minoritas muncul dan berkembang
dalam skala yang lebih global.

Ragam bahasa timbul seiring dengan timbulnya perubahan di dalam


masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai
sesuai keperluamya. Oleh karena banyaknya variasi, agar tidak
mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam
bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu, dalam hal ini disebut ragam standar. Ada beberapa
faktor sebagai penyebab timbulnya ragam bahasa yang ada di Indonesia,
yakni seperti di bawah ini,

3
Ibid,...... hlm. 9.
4
Ibid,.......hlm. 9.
7
Faktor Sejarah
Setiap daerah mempunyai kebiasaan (adat istiadat) dan bahasa
nenek moyang sendiri-sendiri dan berbeda-beda, antara daerah satu
dengan daerah lainnya.
Faktor Perbedaan Demografi
Setiap daerah memiliki dataran yang berbeda, seperti wilayah di
daerah pantai, pegunungan yang biasanya cenderung mengunakan
bahasa yang singkat jelas dan dengan intonasi volume suara yang besar
dan tingi. Berbeda dengan daerah pemukiman padat penduduk yang
menggunakan bahasa lisan yang panjang lebar disebabkan lokasinya
yang saling berdekatan dengan intonasi volume suara yang kecil.2

C. Jenis-jenis Ragam Bahasa


Ragam Bahasa dari segi Media atau Sarana
a. Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang digunakan oleh
pemakai bahasa dalam berkomunikasi. Ragam lisan standar,
misalnya orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi
perkuliahan, dan ceramah. Ragam lisan non-standard, misalnya
dalam percakapan antarteman di pasar atau dalam kesempatan
nonformal lainnya.
b. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis menggunakan huruf sebagai unsur
dasarnya. Hal ini berkaitan dengan ejaan, tata bahasa, dan kosa
kata. Kelengkapan tata bahasa seperti bentuk kata atau pun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dalam
mengungkapkan ide.3

2
Kd Dana Handika, Km Dudarma, Nym Murda , “Analisis Penggunaan Ragam Bahasa
Indonesia”, Jurnal Pedadogi dan Pembelajaran”, Vol. 2, No. 3 (2019), 359
3
Oktavia Lestari, “Variasi Ragam Bahasa dalam Kehidupan Remaja”

8
Ragam bahasa dari segi penutur
a. Dialek
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada disuatu tempat atau area tertentu.
Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal
penutur, dialek ini lazim disebut dengan dialek areal, dialek
regional, atau dialek geografi.
Contoh percakapan tersebut ditunjukkan dalam kalimat berikut:
R: Ala beta paling pintar e
A: apalagi yang se tau?
R: Sebut jua semua yang se tau nanti beta jawab
Peristiwa tutur di atas menunjukkan dialek Ambon ditandai
dengan kata beta yang berarti saya, seyang berarti kamu. terjadinya
dialek Ambon ini karena latar belakang kedua siswa berasal dari
lingkungan yang mayoritas penduduknya berasal dari daerah
Ambon.4
b. Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai
penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan
oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya
dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan.5
Contoh percakapan tersebut ditunjukkan dalam kalimat berikut:
R : “Duh gimana, laonan Cong!”
(Duh bagaimana, pelan – pelan Cong)
Kalimat (R) adalah variasi vulgar yaitu bahasa yang
digunakan oleh penutur yang kurang terpelajar atau dari kalangan
yang tidak berpendidikan dan cenderung menyatakan sesuatu apa

4
Deti Sari, “Ragam Bahasa dan Karakterisyik Pemakaian Bahasa Lisan Siswa Kelas XI
SMA Negri 1 Lasalimu Selatan”… hlm. 236
5
Darmianti, “Ragam Bahasa Pedagang Pasar Maret Kbupaten Bone”, (2017), 25

9
adanya dengan kasar. Yang menunjukkan kalimat ini masuk pada
variasi vulgar yaitu kata Cong, yang dalam bahasa Madura adalah
panggilan terhadap anak laki-laki. Tapi apabila kita memanggil
orang yang belum kita kenal dengan panggilan Cong, rasanya
sangat kasar. Ada baiknya kita memilih kata sapaan yang lain yang
lebih halus.
Ragam bahasa dari segi keformalan
a. Ragam Beku
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara
resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata
cara pengambilan sumpah, akte notaris, dan surat-surat keputusan.
Contoh percakapan ragam beku tersebut ditunjukkan dalam
kalimat berikut:
Siswa dengan kompak mengucapkan salam “Om Swastyastu”
ketika ada guru lain masuk kelas.
S : “Om Swastyastu”
Bahasa yang diujarkan siswa tersebut menunjukkan ragam
beku. Ragam beku tersebut ditandai dengan tuturan siswa yang
mengucapkan salam “Om Swastyastuí”. Salam ini yang dalam
agama Hindu sekarang merupakan salam resmi dalam sidang-
sidang Dewan Perwakilan maupun pertemuan resmi lainnya.6
b. Ragam Resmi (formal)
Ragam resmi atau formal ialah ragam bahasa yang ejaannya,
tata bahasanya dan kosakatanya diakui keberterimaanya dikalangan
masyarakat luas dan dijadikan standar pemakaian bahasa yang
benar. Bahasa ini biasa digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat
dinas, buku-buku pelajaran dan sebagainya.

6
Kd Dana Handika, Km Dudarma, Nym Murda, “Amalisis Penggunaan Ragam Bahasa
Indonesia Siswa dalam Komunikasi Verba”… hlm. 362

1
0
Contoh percakapan ragam resmi tersebut ditunjukkan dalam
kalimat berikut:
S : Bagaimana Ibu, saya belum punya uang?
G : Tidak apa-apa kamu bisa cicil.
S : Bisa saya bayar tujuh puluh lima ribu dulu Bu?
Percakapan di atas merupakan ragam resmi dilihat dari ujuran
yang disampaikan oleh tokoh S tujuh puluh lima ribu bahwa
kalimat ini sesuai dengan EYD.7
c. Ragam Santai
Ragam santai adalah variasi/ragam bahasa yang digunakan
dalam situasi yang tidak resmi untuk berbicang-bincang dengan
keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, bincang-
bincang, berolahraga dan sebagainya. Ragam santai banyak
menggunakan kata yang tidak baku. Ujaran-ujaran yang sampaikan
selain bentuknya dipendekkan juga banyak mengandung unsur
bahasa daerah/asing.
Peristiwa tutur dalam ragam santai adalah campur kode.
Campur kode adalah peristiwa yang terjadi ketika dua kode atau
lebih bahasa untuk digunakan bersamaan tanpa alasan dan biasanya
dalam suasana kesantaian antar penutur dengan lawan tutur,
sehingga apa yang dikatakan tanpa disadari telah terjadi
interferensi berbahasa dalam percakapannya. Peristiwa campur
kode biasanya muncul disebabkan oleh penutur atau lawan tutur
yang menyisipkan bahasa daerah/asing atau ragam bahasa yang
tidak baku. Dalam keadaan ini penutur atau lawan tutur
mencampur dua bahasa dalam suatu tindak berbahasa menuntut
percampuran itu.
Contoh percakapan ragam santai tersebut ditunjukkan dalam
kalimat berikut:

1
1
7
Deti Sari, “Ragam Bahasa dan Karakteristik Pemakaian Badasa Lisan Siswa Kelas Xi
Sma Negri 1 Lasalimu Selatan”….. hlm. 236-237

1
2
S : Bu, tugasku belum selesai, bisakah Minggu depan baru
saya kumpulkan?
G : Teman-temanmu bisa selesai tepat waktu. Apa kendalamu?
S : Itu Ibu, saya tidak punya itu sude untuk menggoreng
Tuturan di atas merupakan ragam santai karena mengandung
unsur daerah yang kemudian disebut dengan campur kode karena
terdapat dua bentuk bahasa dalam satu kalimat. Campur kode dapat
dilihat dari tuturan tokoh S yakni sude dalam bahasa daerah Wanci
yang berarti sendok panjang atau spatula. Penyisipan kata bahasa
daerah tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu yang
ingin disampaikan oleh penutur. Penutur menggunakan kata
tersebut karenapenutur tidak memahami kata sude dalam bahasa
Indonesia sehingga mencampur bahasa Indonesia dan bahasa
daerah.8
d. Ragam Akrab
Ragam akrab merupakan variasi bahasa yang biasa digunakan
oleh para penutur yang sudah akrab seperti antar anggota keluarga
atau antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan
kalimat yang tidak lengkap, pendek-pendek dan artikulasi yang
sering tidak jelas.
Contoh percakapan ragam akrab tersebut ditunjukkan dalam
kalimat berikut:
S : Bro, saya percaya sama kamu pasti bisa
H : Siap.
Interaksi di atas menunjukan ragam akrab. Terlihat dari kata
bro merupakan singkatan dari brother yang berarti saudara. Kata
bro merupakan bahasa gaul yang brarti sapaan akrab untuk laki-
laki. Tokoh S menggunakan kata itu adalah usaha untuk
menunjukkan kedekatannya denga tokoh H.9

8
Deti Sari, “Ragam Bahasa dan Karakteristik Pemakaian Badasa Lisan Siswa Kelas Xi
Sma Negri 1 Lasalimu Selatan”….. hlm. 237
9
Ibid, hlm. 238
13
e. Ragam Usaha
Ragam usaha adalah ragam bahasa yang sesuia dengan
pembicaraan-pembicaraan di sekolah dan rapat-rapat atau
pembicaraan yang berorientasi kepada produksi dan hasil seperti
halnya pedagang asongan yang menginginkan hasil saat
menjajakan barang dagangannya. Jadi ragam bahasa pedagang di
pasar masuk kedalamnya, sebab seorang pedagang dalam
menjajakan barang dagangannya jelas tidak menggunakan bahasa
formal, tetapi menggunakan bahasa yang cukup dimengerti oleh
penjual dan pembeli. Saat menjajakan barang dagangannya
bermacam-macam kata mereka ucapkan sehingga timbul beraneka
ragam bahasa dengan tujuan timbul suatu proses interaksi antara
penjual dan pembeli. Ragam ini berada diantara ragam formal atau
informal.10
Ragam bahsa dari segi topik pembicaraan
a. Ragam Polotik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa
dalam rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat, dengan
sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa
yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan bahsa
di masyarakat.
b. Ragam Hukum
Salah satu ciri dari bahsa hukum adalah penggunaan kalimat
yang Panjang dengan pola kalimat luas. Diakui bahwa bahsa
hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas
bahasa Indonnesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan karena
hukum Indonnesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang
ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa
Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan kalimat
yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum
kejelasan norma-

14
10
Darmianti, “Ragam Bahasa Pedagang Pasar Maret Kbupaten Bone”,…. Hlm. 27

15
norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar,
jelas kriterinya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
c. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahas yang
sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakantan
bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam
masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa
berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan keluarga,
teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang
menjadi lawaan bicara, Ragam Sosial ini juga berlaku pada ragam
tulis maupum ragam lisan. sebagai contoh orang takkan sama
dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan
orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara
dapat menyebut “kamu” pada lawan bicara yang merupakan teman
tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan
status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsional sering juga disebut ragam professional
merupakan ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga,
lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainya. Sebagai contoh
yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam
teknologi, dll. Kesemuaan raga mini memiliki fungsi pada dunia
mereka sendiri.
d. Ragam Jurnalistik
Bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa dipergunakan oleh
dunia persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak). Dalam
perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang
dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa
audio (radio), audio visual televisi) dan multimedia (internet).
Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang
dibentuk karena spesifikasi materi yang disampaikanya. Ragam
khusus jurnalistik termasaku dalam ragam bahasa ringkas.

16
Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan
tingkat kecerdasan, kedudukan, kenyakinan, dan pengetahuan.11

11
Darmianti, “Ragam Bahasa Pedagang Pasar Maret Kbupaten Bone”,…. Hlm. 21-23

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbedabeda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara. Ragam bahasa ini timbul karena latar belakang budaya,
sejarah, ataupun letak geografis. Akibatnya muncul berbagai variasi
bahasa Indonesia.
Ragam bahasa ini memiliki berbagai macam jenis yang dibedakan
berdasarkan dari segi media atau sarana, segi penutur, segi keformalan,
dan juga segi topik pembicaraan. Dari segi media dan sarana dibedakan
menjadi dua yaitu lisan dan tulis. Dari segi penutur dibedakan menjadi
dua, yaitu dialek dan terpelajar. Dari segi keformalan dibagi menjadi lima,
yaitu ragam beku, resmi, santai, akrab, dan usaha. Kemudian yang terakhir
dari segi topik pembicaraan dibedakan menjadi empar, yaitu ragam politik,
hukum, sosial dan fungsional, dan jurnalistik.

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa yang tinggal di Indonesia, kita
menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar sehingga keberadaan
ragam bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya bahasa- bahasa yang
terkadang jauh dari aturan bahasa yang ada di Indonesia bahkan
bertentangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Darmianti. (2017) Ragam Bahasa Pedagang Pasar Maret Kbupaten Bone.

Handika, Kd Dana, Km Dudarma, Nym Murda. (2019) Analisis Penggunaan


Ragam Bahasa Indonesia, Jurnal Pedadogi dan Pembelajaran, Vol. 2,
No. 3.

Lestari, Oktavia. Variasi Ragam Bahasa dalam Kehidupan Remaja.

Sari, Deti.(2022) Ragam Bahasa dan Karakterisyik Pemakaian Bahasa Lisan


Siswa Kelas XI SMA Negri 1 Lasalimu Selatan, Language: Jurnal Inovasi
Pendidikan Bahasa dan Sastra, Vol. 2, No. 3.

19

Anda mungkin juga menyukai