Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Meisya Bura Tasik (200501501029)
2. Citra Merdeka Putri (200501501020)
3. Mintresia Astri Cahyani (200501502022)
4. Muhammad Iqbal (200501500011)
5. Nauroh Nazifah (200501500017)
6. Musdalifah Baharudin (200501502017)
7. Fajrina Nurul Annisa. S (200501502026)
Kelas B/Semester 1
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
karunia-Nya. Sehingga makalah mi dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan
syarat untuk melengkapl nilai tugas Mata Kuliah "Pengantar Linguistik".
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertal referensi-referensi serta bantuan
dari pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga memiliki kekurangan dan
kesalahan, baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan ini juga dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa
mengenai materi ini. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga makalah im dapat terselesaikan.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .........................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................1
1.3. TUJUAN ..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Bahasa dan Faktor Luar Bahasa ...........................................................................2
2.1.1. Masyarakat Bahasa ....................................................................................2
2.1.2. Variasi dan Status Sosial Bahasa...............................................................3
2.1.3. Penggunaan Bahasa ...................................................................................4
2.1.4. Kontak Bahasa ...........................................................................................5
2.1.5. Bahasa dan Budaya ...................................................................................6
2.2. Klasifikasi Bahasa ................................................................................................6
2.1.2. Klasifikasi Genetis ....................................................................................7
2.1.3. Klasifikasi Tipologis .................................................................................8
2.1.4. Klasifikasi Areal ........................................................................................9
2.1.5. Klasifikasi Sosiolinguistik.........................................................................9
2.3. Bahasa Tulis, Aksara dan Ejaan.........................................................................10
2.3.1 Bahasa Tulis .............................................................................................10
2.3.2. Aksara ......................................................................................................13
2.3.3. Ejaan ........................................................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN ..................................................................................................17
3.2. SARAN ..............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Objek kajian linguistik tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai
sistim komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian manusia; bahasa yang dipakai sehari-
hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut denganan
ordinary languageatau a natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer
linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa
tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.
Dalam makalah dijelaskan bagaimana perkembangan klasifikasi bahasa, bahasa tulis, aksara, dan
ejaan dengan penjelasan dalam makalah ini diharapkan kepada para pembaca lebih memahami tentang
membaca cepat. Selama penyusunan makalah ini tidak sedikitpun kami menemui berbagai kesulitan dan
hambatan baik segi moril dan materil.Namun Alhamdulillah semuanya bisa teratasi berkat dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi kebaikan makalah ini kedepanya. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya amin
1.2. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Masyarat Bahasa
2. Menjelasakan apa itu Variasi dan Status Sosial Bahasa
3. Bagaimana Penggunaan Bahasa
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Kontak Bahasa
5. Menjelaskan dan memahami Bahasa dan Budaya
6. Bagaimanakah Klasifikasi Bahasa yang mencakup klasifikasi genetis, klasifikasi tipologis,
klasifikasi areal dan klasifikasi sosiolinguistik
7. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Bahasa Tulis, Aksara dan Ejaan
1.3. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan masyarat Bahasa
2. Mengetahui apa itu Variasi dan Status Sosial Bahasa
3. Mengetahui dan memahami Penggunaan Bahasa
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kontak Bahasa
5. Mengetahui dan memahami Bahasa dan Budaya
6. Mengetahui dan memahami Klasifikasi Bahasa yang mencakup klasifikasi genetis, klasifikasi
tipologis, klasifikasi areal dan klasifikasi sosiolinguistik
7. Memahami apa yang dimaksud dengan Bahasa Tulis, Aksara dan Ejaan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Objek kajian linguistik mikro adalah struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu sendiri;
sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor diluar
bahasa. Kiranya yang dimaksud dengan faktor-faktor diluar bahasa itu tidak lain daripada segala
hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia didalam masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang
tanpa berhubungan dengan bahasa. Yang ingin dibicarakan dan yang erat kaitannya dengan bahasa
adalah masalah bahasa dalam kaitannya dengan kegiatan sosial didalam masyarakat; atau lebih
jelasnya, hubungan bahasa dengan masyarakat itu.
2.1.1 Masyarakat Bahasa
Dalam sosiolinguistik, Dell Hymes tidak membedakan secara eksplisit antara bahasa sebagai
sistem dan tutur sebagai keterampilan. Keduanya disebut sebagai kemampuan komunikatif
(communicative competence). Kemampuan komunikatif yang dimiliki individu maupun kelompok
disebut verbal repertoire. Jadi verbal repertoire dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu verbal
repertoire yang dimiliki individu dan yang dimiliki masyarakat. Jika suatu masyarakat memiliki verbal
repertoire yang relatif sama dan memiliki penilaian yang sama terhadap pemakaian bahasa yang
digunakan dalam masyarakat disebut masyarakat bahasa.
Berdasarkan verbal repertoire yang dimiliki oleh masyarakat, masyarakat bahasa dibedakan
menjadi tiga, yaitu
1. Masyarakat monolingual (satu bahasa)
2. masyarakat bilingual (dua bahasa)
3. masyarakat multilingual.(lebih dari 2 bahasa)
Kata masyarakat diartikan sebagai sekelompok orang ( dalam jumlah yang banyak
relatif) yang merasa sebangsa, seketurunan ,sewilayah tempat tinggal , atau yang
mempunyai kepentingan sosoial yang sama. Karena itu, bisa dikatakan masyarakat indonesia,
masyarakat Betawi, masyarakat Rt 001, tau juga masyarakat Eropa
Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa pada ’’ merasa menggunakan bahasa
yang sama ”, maka konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas dan dapat menjadi sempit.
Masyarakat bahasa bisa melewati batas provinsi batas negara, bahkan juga batas benua.
2
Masyarakat bahasa baduy dan masyarakat bahasa asing (dijawa timur) tentu saja sangat
sedekit atau sempit; masyarakat bahasa jawa dan masyarakat sunda tentu lebih luas; dan
masyarakat bahasa indoneia tentu lebih luas lagi.
Akibat lain dari konsep “ merasa menggunakan bahasa yang sama”, maka patokan
linguistik umum mengenai bahasa menjadi longgar. Secara linguistik bahasa indonesia dan
bahasa malaysia adalah bahasa yang sama , karena kedua bahasa itu banyak sekali
persamaannya , sehingga orang malaysia dapat mengerti dengan baik akan bahasa malaysia
dan sebaliknnya orang Indonesia dapat pula mengerti dengan baik bahasa Malaysia. Jadi,
dalam kasus ini ada dua masyarakat bahasa, yaitu masyarakat bahasa Indonesia dan
masyarakat bahasa Malaysia.
2.1.2 Variasi dan Status Sosial Bahasa
Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam.
Dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-beragam pula. Lalu
berdasarkan penggunaannya kita mengenal adanya ragam-ragam bahasa, seperti ragam
jumalistik, ragam sastra, ragam ilmiah, dan sebagiannya.
Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk
membedakan Adanya dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status
pemakaiannya. Yang pertama adalah variasi bahasa tinggi (biasa disingkat variasi bahasa T),
dan yang lain variasi bahasa rendah ( biasanya disingkat R). Variasi T digunakan dalam
situasi-situasi resmi , seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan , khotbah,
surat menyurat resmi, dan buku pelajaran . variasi T ini harus dipelajari melalui pendidikan
formal disekolah-sekolah. Sedangkan variasi bahasa R digunakan dalam situasi yang tidak
formal seperti dirumah,diwarung ,dijalan, dalam surat-surat pribadi,dan catan untuk diri
sendiri. Variasi R ini dipelajari secara langsung di dalam masyarakat umum,dan tidak pernah
dalam pendidikan formal.
Adanya pembedaan variasi bahasa T dan bahasa R disebut istilah diglosia (Ferguson
1964). Masyarakat yang mengadakan pembedaan ini disebut masyarakat diglosis. Variasi
bahasa T dan R ini biasanya mempunyai nama yang berlainan. Variasi bahasa Yunani T
disebut katherevusa dan variasi bahasa Yunani R disebut dhimotiki; variasi bahasa Arab T
disebut al-fusha dan variasi bahasa Arab R disebut ad-darij; variasi bahasa Jerman Swiss
disebut schrifttdrache dan variasi bahasa Jerman Swiss R disebut schweizerdeutsch. Dalam
3
bahasa Indonesia variasi bahasa T, barangkali, sama dengan ragam bahasa Indonesia variasi
bahasa T, barangkali, sama dengan ragam bahasa Indonesia baku dan variasi bahasa R sama
dengan ragam bahasa Indonesia nonbaku. Variasi bahasa T dan R ini biasanya mempunyai
kosakata masing-masing yang berbeda. Sekadar contoh:
(a) Bahasa Yunani
Ragam T Ragam R
ikos spiti ‘rumah’
idhor nero ‘air’
inos krasi ‘anggur’
4
a. Dia berkata dalam hati, “Mudah-mudahan lamaranku diterima dengan baik.”
b. Dia berkata dalam hati, mudah-mudah lamarannya diterima dengan baik.
Perkataan “mudah-mudahan lamaranku diterima dengan baik” pada kalimat (a) adalah bentuk
percakapan; sedangkan kalimat (b) adalah contoh isi percakapan.
(5) Key, yaitu yang menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.
Misalnya, pelajaran linguistik dapat diberikan dengan cara yang santai; tetapi dapat
juga dengan semangat yang menyala-nyala.
(6) Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan
atau bukan.
(7) Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan.
(8) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
5
A : Dik! Saya dengar kabar selentingan lho. Wanneer verirek je naar Hollan?
Nanti saya titip surat, ya?
B : Silahkan, Mbak!
Percakapan tersebut menunjukkan terjadi alihkode antara bahasa indonesia dengan
bahasa jawa, yang terjadi karena perubahan situasi dan pokok pembicaraan.Percakapan
dimulai dengan pertanyaan si sekretaris kepada majikan nya mengenai lampiran surat yang
belum diterimanya. Keduanya beralihlagi menggunakan bahasa indonesia .
6
Adapun umumnya bahasa di dunia diklasifikasikan dengan tiga cara, yaitu
2.2.1. Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis disebut juga klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan garis
keturunan bahasa- bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih
tua. Menurut teori klasifikasi genetis ini, suatu bahasa pro ( bahasa tua, bahasa semula) akan pecah
dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih. Lalu, bahasa pecahan ini akan menurunkan pula
bahasa- bahasa lain. Kemudian bahasa- bahasa lain itu akan menurunkan lagi bahasa- bahasa
pecahan berikutnya.
Bahasa- bahasa yang memiliki sejumlah kesamaan seperti itu dianggap berasal dari bahasa
asal atau bahasa proto yang sama. Apa yang dilakukan dalam klasifikasi genetis ini sebenarnya
sama dengan teknik yang dilakukan dalam linguistik historis komparatif, yaitu adanya
korespondensi bentuk (bunyi) dan makna. Oleh karena itu, klasifikasi genetis bisa dikatakan
merupakan hasil pekerjaan linguistik historis komparatif. Klasifikasi genetis juga menunjukkan
bahwa perkembangan bahasa- bahasa di dunia ini bersifat divergensif, yakni memecah dan
menyebar menjadi banyak, tetapi pada masa mendatang karena situasi politik dan perkembangan
teknologi komunikasi yang semakin canggih, perkembangan yang konvergensif tampaknya akan
lebih mungkin dapat terjadi.
Teori menurut Schlercher, memberi gambaran seperti batang pohon yang berbalik teori ini
bernama teoribatang pohon (bahasa jerman:stammabaumtheorie), pada tahun 1866.kemudian
dilengkapioleh S.Schmidt, pada tahun 1872. Dengan teori gelombang maksudnya adalah
perkembanganatau perpecahanbahasa itu dapat diumpamakan seperti gelobang yang disebabkan
olehsebuah batu yangdijatuhkan ketengah kolam.Penyebaran bahasa itu terjadi karena penuturnya
menyebar atauberpindah tempatsebagai akibat adanya peperangan atau bencana alam. Sejauh ini
hasil klasifikasi banyak diterima orang secara umum bahwa bahasa-bahasa yang ada didunia
terbagi dalam sebelas rumpun besar antara lain:
1. Rumpun Indo Eropa/German, terdiri dari bahasa India, bahasa Iran, Armenia, Albania, Baltik, bahasa
Yunani, Italia-Latin, Portugis, Spanyol, dan Jerman.
2. Rumpun Hamit, terdiri dari bahasa Mesir, Berber.
3. Rumpun Semit, terdiri dari bahasa-bahasa Semit Timur, Babilonia, Semit Barat (Ibrani, Arab,
Ethiopia)
4. Rumpun Ural Altai, terdiri dari bahasa-bahasa Finlandia, Altai (Jepang, Mongol, Manchu), Eskimo.
5. Rumpun Jafet, terdiri dari bahasa Kaukasus, Asia Kecil.
6. Rumpun Austris, terdiri dari bahasa-bahasa Austro-Asia (malaka kuno, Khmer), Austronesia (Melayu,
Jawa, Formosa, Polynesia), tibeto Cina (Tibet, Cina, Thailand, Burma).
7. Rumpun Asia dan Oceania, terdiri dari bahasa-bahasa Papua, Dravida, Australia, Andaman, Pleo Asia.
8. Rumpun Afrika, terdiri dari bahasa-bahasa Khoisan, bahasa Nama.
9. Rumpun Amerika, terdiri dari bahasa Amerika Utra, Meksiko-Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
7
2.2.2. Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe- tipe yang terdapat
pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang- ulang dalam
suatu bahasa. Klasifikasi tipologi ini dapat dilakukan pada semua tataran bahasa. Maka hasil
klasifikasinya dapat bermacam- macam, akibatnya menjadi bersifat arbitrer karena tidak terikat
oleh tipe tertentu. Klasifikasi tipologis mengelompokkan bahasa ke dalam pola yang sesuai dengan
ciri strukturnya dan diterapkan pada semua tataran bahasa, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis,
dan semantik. Klasifikasi tipologis tataran morfologi paling terkenal adalah klasifikasi terhadap
kelompok bahasa analitis atau isolatif, kelompok bahasa aglutinatif, dan kelompok bahasa sintetis
atau inflektif. Bahasa isolative adalah bahasa yang semua katanya tak teranalisis dan dikatakan
tidak mengenal bentuk terikat, misalnya bahasa Cina dan bahasa Vietnam. Bahasa aglutinatif
adalah bahasa yang perubahan bentuk katanya dilakukan dengan menggunakan afiks dan setiap
afiks dengan jelas mendukung satu makna atau fungsi, misalnya bahasa Turki dan Jepang. Bahasa
inflektif adalah bahasa yang tidak mempunyai korespodensi antara unsur kata dan kategori
gramatikal tertentu, misalnya bahasa latin, Yunani dan sebagian besar bahasa Iiido-Hropa.
Pada dasarnya tidak ada cara tertentu yang harus digunakan untuk mengelompokkan
bahasa secara tipologis, misalnya berdasarkan ciri fonemis yang kaya atau miskin, banyaknya
konsonan, urutan kata tetap atau bebas, ataupun adanya prefix atau sufiks. Klasifikasi pada tataran
morfologi yang telah dilakukan pada abad XIX secara garis besar dapat dibagi tiga kelompok,
yaitu:
1. Kelompok pertama adalah yang semata- mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar
klasifikasi. ( klasifikasi morfologi oleh Fredrich Von Schlegel)
Berdasarkan Morfologis, Frederich von Scheigel memilah bahasa dalam 3 kelompok, yaitu:
• Bahasa isolatif (Cina)
• Bahasa berafiks (Turki)
• bahasa berfleksi (Sanskerta/Latin)
2. Kelompok kedua adalah yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi ( oleh Franz
Bopp). Berdasar Akar Kata, Franz Bopp memilah bahasa menjadi tiga kelompok, yaitu:
• bahasa monosilabe (Cina)
• komposisi/penggabungan bentuk (Indo Eropa)
• disilabis (3 konsonan) (Arab, Ibrani)
3. Kelompok ketiga adalah yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi,
pakarnya antara lain H. Steinthal. Wilhelm von Humbolt mengelompokkan menjadi:
• bahasa isolatif/monosilabe
• fleksi/sintesis
• aglutinatif/mekanis
• inkorporasi/polisintesis
8
Pada abad XX ada juga pakar klasifikasi morfologi dengan prinsip yang berbeda, misalnya
yang dibuat Sapir (1921) dan J. Greenberg (1954).
9
2.3. Bahasa Tulis, Aksara Dan Ejaan
2.3.1. Bahasa Tulis
1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan
merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak
adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi
anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu
diperhatikan iala bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Bahasa lisan dan tulisan jelas berbeda. Bahasa lisan yang dimaksud adalah kalimat yang
diucap, sedangkan bahasa tulisan adalah kalimat yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Meski
sudah ada tanda baca dalam bahasa tulisan, tidak sepenuhnya bisa menyampaikan sama persis
dengan apa yang dimaksud oleh penulis.
Dalam bahasa tulisan dan dan bahasa lisan memang terdapat perbedaan yang mencolok
antara situasi dan kondisi kepopuleran suatu kalimat dalam masyarakat, setiap wilayah suatu
daerah mempunyai bahasa dan pengucapan terhadap sesuatu berbeda-beda
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan
ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam
10
situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan
antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa
ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam
buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam
tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku
lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan
unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan
kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata
dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam
baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami
makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh
karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta
menghormati lawan bicara / target komunikasi.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,
hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya
tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam
11
bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing,
ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Salah satu ciri bahasa tulis memang sifatnya yang terkesan lebih baku. Kalaupun tidak baku,
setidaknya disampaikan dengan bahasa populer yang masih tidak amburadul.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa
dan kosa kata) :
1. Tata Bahasa (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam Bahasa Lisan
- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Menteng.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan tanyakan soal itu.
- Bima sedang baca komic.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Saya mau nulis surat.
- Akan saya tanyakan soal itu.
12
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Akan saya tanyakan soal itu.
2. Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam Lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
2.3.2. Aksara
"Aksara" secara etimogis berasal dari bahasa Sanskerta yaitu akar kata "a-" 'tidak' dan
"kshara" 'termusnahkan'. Jadi, aksara adalah sesuatu yang tidak termusnahkan/kekal/langgeng.
Dikatakan sebagai sesuatu yang kekal, karena peranan aksara dalam mendokumentasikan dan
mengabadikan suatu peristiwa komunikasi dalam bentuk tulis. Melalui aksara yang ditatah di
atas batu hingga ditulis di atas daun lontar dan lempeng tembaga, kesuraman dan kejayaan masa
lalu dapat dijamah kembali dengan bukti-bukti literal.
Istilah lain untuk menyebut aksara adalah huruf atau abjad (bahasa Arab) yang dimengerti
sebagai lambang bunyi (fonem) sedangkan bunyi itu sendiri adalah lambang pengertian yang
menurut catatan sejarah secara garis besar terdiri dari kategori (Kartakusuma 2003):
1. Piktogram, yaitu aksara yang hurufnya merupakan ikon benda yang konkret, antara lain
aksara hieroglif Mesir, aksara Tiongkok Kuno;
2. Ideogram, yaitu aksara yang hurufnya merupakan simbol untuk mewakili gagasan (jumlah
benda, kata sifat, kata ganti) atau benda (abstrak atau konkret), antara lain aksara
Tionghoa masa kini yang hasil goresannya tidak lagi dilihat melukiskan benda konkret;
13
3. Abjad suku kata, yaitu aksara yang setiap hurufnya menggambarkan suku kata. Kategori
ini terbagi menjadi dua:
1. Abugida, yaitu abjad suku kata yang hurufnya memiliki kemiripan bentuk jika berada
dalam satu kelompok konsonan, contohnya huruf Ka, Ki, Ku, Ke, Ko dalam aksara
Jawa, aksara Sunda, aksara Dewanagari (Prenagari), Pallawa, dan aksara-aksara
dari rumpun Brahmi di India;
2. Aksara silabis murni, yaitu abjad suku kata yang hurufnya memiliki bentuk berbeda-
beda untuk setiap suku kata. Contohnya huruf Ka, Ki, Ku, Ke, Ko memiliki bentuk
berbeda-beda dalam aksara Katakana dan Hiragana di Jepang;
4. Abjad fonetik, yaitu satu huruf mewakili satu bunyi bahasa, antara lain alfabet
Latin, alfabet Yunani, Sirilik dan Gothik atau Jerman.
Aksara Nusantara
Aksara Nusantara merupakan beragam aksara atau tulisan yang digunakan
di Nusantara untuk secara khusus menuliskan bahasa daerah tertentu. Walaupun Abjad
Arab dan Alfabet Latin juga seringkali digunakan untuk menuliskan bahasa daerah, istilah Aksara
Nusantara seringkali dikaitkan dengan aksara hasil inkulturisasi kebudayaan India sebelum
berkembangnya Agama Islam di Nusantara dan sebelum kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa di
Nusantara. Berbagai macam media tulis dan alat tulis digunakan untuk menuliskan Aksara
Nusantara. Media tulis untuk prasasti antara lain meliputi batu, kayu, tanduk hewan, lempengan
emas, lempengan perak, tempengan tembaga, dan lempengan perunggu; tulisan dibuat dengan
alat tulis berupa pahat. Media tulis untuk naskah antara lain meliputi daun lontar, daun nipah,
janur kelapa, bilah bambu, kulit kayu, kertas lokal, kertas impor, dan kain; tulisan dibuat dengan
alat tulis berupa pisau atau pena dan tinta.
2.3.3. Ejaan
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan
kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya
memiliki tiga aspek yaitu:
1. aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad
2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Ejaan yang disempurnakan atau EYD terdiri dari 26 grafem tunggal dan fonem sebagai
berikut:
14
• Aa (a) /a/
• Bb (be) /b/
• Cc (ce) /c/
• Dd (de) /d/
• Ee (e) /e/, /ə/,/ε/
• Ff (ef) /f/
• Gg (ge) /g/
• Hh (ha) /ha/
• Ii (i) /i/
• Jj (je) /j/
• Kk (ka)/k/
• Ll (el) /l/
• Mm (em) /m/
• Nn (en) /n/
• Oo (o) /o/
• Pp (pe) /p/
• Qq (ki) /k/
• Rr (er) /r/
• Ss (es) /s/
• Tt (te) /t/
• Uu (u) /u/
• Vv (fe)
• Ww (we) /w/
• Xx (eks) /k/+/s/
• Yy (ye) /y/
• Zz (zet) /z/
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u.
Contoh pemakaian dalam kata vokal di awal di tengah di akhir pada huruf a
seperti api, padi, lusa. Dalam vokal e seperti enak, petak, sore, sedangkan dalam vokal i
contohnya itu, simpan, murni. Serta dalam vokal o seperti oleh, kota, radio, dan terakhir
15
pada vokal u contohnya ulang, bumi, ibu. Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda
aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah
khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi. Contoh penggunaan diftong ai pada awal, tengah dan akhir adalah sebagai berikut
ain, malaikat, pandai. Sedangkan pada diftong au seperti aula, saudara, harimau. Serta
pada diftong oi di awal kata tidak ditemui, sedangkan untuk di tengah dan akhir
seperti boikot dan amboi.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,
yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Sama seperti kata
yang lain, gabungan huruf konsonan bisa terdapat pada awal, tengah, dan akhir kata.
Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia
Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan
sebuah fonem yang memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian. Dua kaidah
tersebut adalah:
• Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.
• Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.
16
BAB III
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Demikianlah, telah dibicarakan Bahasa dan Faktor Luar Biasa dimana Masyarakat bahasa
artinya sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama, variasi dan status sosial
bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa sangat beragam dan bahasa
digunakan untuk keperluan yang beragam. Kontak bahasa terjadi ketika masyarakat pada suatu
daerah menerima kedatangan masyarakat baru dari daerah lain. Bahasa dan budaya bearti Bahasa
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak manusia. Materi klasifikasi didalamnya terdapat 4 klasifikasi,
yakni klasifikasi genetis, klasifikasi tipologis, klasifikasi areal dan klasifikasi sosiolinguistik. Klasifikasi
dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ad pada tiap Bahasa itu lalu dimaksukkan dalam satu
kelompok, dimana Bahasa tulis perana Bahasa tulis sangat besar dan Bahasa tulis bisa menembus waktu
dan ruang, padahal Bahasa lisan begitu diucapkan segera hilang tak berbekas. Akasara adalah keseluruhan
system tulisan yang tidak hanya dipakai dalam keperluan menulis dan membaca tetapi juga sebagai seni
tulisan indah atau kaligrafi. Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan
kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna.
Dalam pengumpulan materi di atas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan
kesalahan. Demikian makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
di hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon maaf. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami agar dalam tugas-tugas selanjutnya,kami
dapat menyelesaikannya dengan lebih baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdul chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012, cetakan keempat)
http://putriayuns.blogspot.com/2015/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://wahyumufti76.blogspot.com/2015/09/bahasa-dan-faktor-luar-bahasa.html
http://romafitriyunita17.blogspot.com/2015/09/bahasa-dan-faktor-luar-bahasa.html
.blogspot.com/2016/05/bahasa-dan-faktor-luar-bahasa.html
https://www.linguistikid.com/2016/11/klasifikasi-bahasa-di-dunia.html
http://pendidikanlinguistik.blogspot.com/2017/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://sctberbagi.blogspot.com/2016/05/klasifikasi-bahasa.html
https://storage/emulated/0/Download/bahasa%20indonesia_%20memahami%20bahasa%20lisan
%20maupun%20tulisan.mhtml
https://storage/emulated/0/Download/Aksara%20-
%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia%2C%20ensiklopedia%20bebas.mhtml
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ejaan
18