Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa indonesia


Dosen : Dr. H. Ibrahim, M.Pd

RAGAM BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh Kelompok 4 :

• Yusril Ahmadi
• Muh.Fadil Ubaid
• Rifky Irwansyah

PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023 / 2024
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul

“Ragam Bahasa Indonesia” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan

makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah bahasa Indonesia.

Selain itu, makalah juga ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang ragam

bahasa Indonesia.

Kami mengucap banyak terima kasih Kepada Bapak Dr. H.Ibrahim M.Pd

yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan

wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari makalah

yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 10 Oktober 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 3
Latar Belakang........................................................................................................ 4
Rumusan Masalah................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 6
Ragam bahasa Indonesia.......................................................................................... 6
Pengertian Ragam Bahasa Indonesia....................................................................... 11
Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa Indonesia...................................................... 13
Jenis-jenis Ragam Bahasa Indonesia....................................................................... 14

BAB III PENUTUP................................................................................................. 20


Kesimpulan.............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu budaya manusia yang mempunyai nilai sangat

tinggi, karena dengan bahasa manusia akan dapat menjalankan kelangsungan

hidupnya dengan baik dan teratur. Bisa dikatakan bahwa bahasa merupakan salah

satu kebutuhan primer yang bisa berperan sebagai pengatur sirkulasi kelanjutan

hidup. Apriastuti (2017) menyatakan bahasa merupakan alat utama untuk

berkomunikasi dalam kehidupan manusia, dengan bahasa manusia mampu

mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Sudaryati (2018)

menyatakan bahasa dikatakan bervariasi atau beragam, karena bahasa digunakan

penutur yang heterogen yang mempunyai kebiasaan dan latar belakang sosial

yang berbeda-beda. Penggunaan ragam atau variasi bahasa bisa terjadi dimana

saja, salah satu contoh yaitu di Indonesia yang memiliki banyak suku dan budaya.

Penggunaan bahasa yang berbeda-beda dikenal dengan sebutan ragam bahasa

(Kurniawati, 2009). Penggunaan ragam bahasa di Indonesia bisa dikatakan tidak

sedikit jumlahnya, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya berbagai macam suku,

ras, dan budaya yang ada di Indonesia. Selain itu, kaum muda yang dengan

kreativitasnya selalu saja berhasil menemukan bentuk-bentuk kebahasaan yang

sebelumnya tidak pernah digunakan dan kemudian memunculkan bahasa baru.

Penggunaan ragam bahasa yang sering dijumpai selain dalam lingkungan

masyarakat yaitu di lingkungan sekolah ataupun kampus.

4
2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud ragam bahasa Indonesia ?

b. Apa yang menyebabkan terjadinya ragam Indonesia ?

c. Apa sajakah jenis – jenis ragam bahasa Indonesia ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

RAGAM BAHASA INDONESIA

Keterampilan berbahasa setiap individu seseorang dapat diukur melalui

kekayaan perbendaharaan kosakatanya. Artinya, semakin banyak kosakata yang

dikuasai setiap individu seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat keterampilan

berbahasanya. Kosakata yang dimiliki setiap orang juga dapat dijadikan sebagai

ukuran untuk mengetahui kadar pengetahuan, kecerdasan, dan pengalaman

berbahasa seseorang. Dengan demikian, kekayaan kosakata yang memadai bisa

tercermin dari penggunaan bahasa seseorang dalam menyatakan pikiran, perasaan,

pengalaman, dan gagasan kepada orang lain secara jelas dan tepat, baik dalam

bentuk lisan maupun tulisan.

Seiring dengan peralihan zaman dan perkembangan IPTEK, bahasa

Indonesia yang kian hari banyak dipakai atau digunakan oleh beragam etnik

penuturnya mengalami perubahan, baik dalam bentuk kaidah tata bunyi,

pembentukan kata, tata makna, dan lain sebagainya. Perubahan kaidah, baik yang

menyangkut masalah kelisanan dan keberaksaraan yang seperti inilah yang

dianggap sebagai bentuk ragam bahasa. Ragam bahasa yang berbeda-beda setiap

antar wilayah tetap dinyatakan sebagai bahasa Indonesia. Untuk mengenali dan

memahami ragam bahasa Indonesia di setiap daerah yang berbeda-beda, kita bisa

memahami dan mengidentifikasinya berdasarkan golongan penuntur bahasa dan

ragam berdasarkan jenis pemakai bahasa. Adapun ragam bahasa yang bisa

ditinjau dari sudut pandang golongan penutur didasarkan pada patokan (1) daerah

penutur, pendidikan pemakai bahasa, dan (3) sikap penutur bahasa.

6
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari berbagai macam

wilayah daerah, yang banyak dipisahkan oleh selat, pegunungan, dan lautan.

Seiring dengan adanya jarak dan perbedaan wilayah geografis inilah logat atau

dialek daerah berbeda-beda. Ragam bahasa (dialek) setiap daerah penutur atau

antarwilayah pasti berbeda. Logat daerah pulau Jawa misalnya, bisa dipastikan

antara daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat berbeda baik dalam

kaidah tata bunyi, struktur kata, dan lain sebagainya. Dan, akan tampak berbeda

lagi antara logat daerah penutur antarpulau, semisal logat atau dialek masyarakat

penutur di Jawa dan Bali. Contoh konkritnya adalah pada pelafalan bunyi /t/ dan

/d/ pada setiap tutur katanya. Berbeda halnya dengan patokan daerah, ragam

penutur bahasa yang didasarkan pada potokan pendidikan juga pasti berbeda. Hal

semacam ini bisa dibuktikan dari perbedaan penggunaan bahasa Indonesia anatar

kaum yang pernah mengenyam pendidikan formal dengan kaum yang tidak

pernah mengenyam pendidikan. Salah satu contoh riil tampak pada penggunaan

huruf /f/ dan akhiran /ks/ pada kata dasar fakultas, film, dan kompleks yang

dikenal dalam ragam orang yang berpendidikan, bervariasi dengan kata pakultas,

pilem, dan komplek dalam ragam orang nonpendidikan.

Ragam bahasa yang didasarkan oleh sikap penutur lebih disebut dengan

istilah lenggam atau gaya. Hal ini juga didukung oleh lawan penutur atau orang

yang diajak berkomunikasi. Ragam bahasa semacam ini pada umumnya

dipengaruhi oleh faktor umur dan kedudukan, materi yang dibicarakan, dan tujuan

dari penyampaian pembicaraan. Misalnya, gaya bahasa yang dipakai seseorang

untuk memberikan laporan kepada atasannya, gaya memarahi orang, gaya menulis

surat untuk kekasih, gaya mengobrol dengan sahabat atau teman sejawat, dan lain

sebagainya.

7
Tumbuhnya kebahasaan, terutama tentang istilah, baik kata atau frasa,

dapat memperkaya bahasa. Namun, di sisi lain, bila dikenali secara umum dan

terbuka, kata tersebut menjadi kata yang diakomodasi kamus umum. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mantan berpadanan dengan kata eks atau

bekas. Kata pantau berpadanan dengan kata monitor. Namun, pertumbuhan kata,

istilah, dll. itu bukanlah tanpa gejala atau persoalan. Faktanya, kenyataan

berbahasa itu menjadi problematis manakala terjadi ketaksaan atau ketidakajegan

dalam penggunaannya. Televisi, misalnya, tumbuh dengan fenomena bahasa

Inggris, disamping bahasa jurnalistik. Misalnya, judul koran seringkali

mengutamakan estetika dan bahasa yang provokatif, tetapi mengabaikan Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Selain itu, judul berita juga dapat menciptakan

ruang interpretasi.Judul berita sering kali membetuk ruang penafsiran. Dengan

demikian objektivitas yang terdapat pada berita menjadi sesuatu yang harus

interpretasikan.

Kemudian problematika keragaman bahasa lainnya adalah kata di bidang

perbankan, misalnya teller, cash flow, dll. Pengguna bahasa dalam bidang

perbankan dapat memiliki pilihan untuk menggunakan bahasa Inggris atau bahasa

Indonesia. Jika pengguna menerjemahkan kata itu dalam bahasa Indonesia,

dibutuhkan keseragaman yang khas. Misalnya, di bidang tata busana, kata fashion

diadopsi menjadi fesyen. Namun, apakah kata mall dapat dipadankan dengan kata

mol? Pembentukan kata (penerjemahan atau adopsi) masih harus dijelaskan dari

sisi penulisan atau pengucapan. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa menjadi

sangat variatif atau beragam. Keberagaman itu muncul karena beragam proses

pengindonesiaan bahasa asing. Problematika lainnya adalah penulisan kalimat

yang tidak sesuai dengan aturan gramatika. Lihat contoh di bawah ini.

8
“ Meraih kemenangan, Real Madrid akan juara.”

Kalimat di atas adalah kalimat yang lazim digunakan dalam ragam bahasa

jurnalistik, khususnya digunakan untuk judul berita. Dari sisi pola, subjek dari

kalimat itu hanya satu, yakni Real Madrid. Suatu kalimat seharusnya

menginformasikan subjeknya dan hal yang dilakukan oleh subjek. Namun,

kalimat di atas memiliki peluang untuk kemunculan subjek ganda tanpa memiliki

konjungsi. Klausa meraih kemenangan dan Real Madrid akan juara seharusnya

dihubungkan dengan konjungsi.

Namun, tidak ada konjungsi yang menghubungkan dua kalimat itu. Istilah

dalam bidang ilmu merupakan hal penting bagi perkembangan suatu ilmu

pengetahuan. Cakupan umumnya adalah berupa kata. Hal tersebut ditunjukkan

oleh sejumlah kamus istilah. Berikut ini adalah istilah dalam bidang ilmu kimia,

ekonomi, politik, kesehatan, dan hukum.

Bidang Kimia : chemistry.

Bidang Ekonomi : debet, kas, arus kas.

Bidang Politik : interactional, transactional.

Bidang Kesehatan/Kedokteran : pandemi, virus, pasien.

Bidang Hukum : terdakwa, saksi, tersangka.

Istilah-istilah tersebut dipakai dan mengalami perluasan dalam pemakaian.

Istilah saksi bukan sebatas istilah hukum; alami bukan biologi atau fisika; wacana

bukan sebatas bahasa. Pemakaian yang meluas cakupannya memberi

kemungkinan suatu istilah menjadi kata umum dan memperluas kosakata umum

bahasa Indonesia. Istilah memiliki cakupan makna yang luwes.

9
Bila pengartiannya sebatas ruwet atau rumit, justru akan mengaburkan dan

membatasi ruang lingkup pemaknaan. Pengayaan tentu bentuknya beragam. Dari

sisi kata hingga ungkapan, apalagi ketika mampu diindonesiakan. Hanya dalam

batas tertentu, pengayaan akan terkendala pada bahasa asal yang tetap

menyangkut teks dan pamaknaannya.

Di bidang olahraga misalnya, kata brace dan dribble tetap menyisakan

masalah terjemahan. Namun, di bidang teknologi atau komputer, kata unduh

(download), unggah (upload), dan saltik (typo) merupakan cara mengeksplorasi

bentuk dan pencarian kata yang sesuai dan tepat. Persoalan berikutnya adalah

pilihan antara membiarkan istilah tersebut tetap demikian/diserap, diadaptasi, atau

akan diterjemahkan. Hal ini memberi kebijakan suatu istilah untuk dirumuskan.

Saat ini, di dunia jurnalistik terdapat istilah sekira dan sekitar yang penggunaan

dan maknanya berbeda. Kata sekira bermakna kira-kira, sedangkan kata sekitar

berada di area. Sementata dari sisi kebahasaan, logika pembentukan yang

berterima adalah sekitar sebagai bentuk dasar seutuhnya.

10
A. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda -

beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan

bicara. orang yang dibicarakan. serta menurut medium pembicara. Seiring dengan

perkembangan zaman, sekarang ini masyarakat mengalami perubahan sehingga

bahasa pun mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa

yang dipakai sesuai keperluannya. Dalam hal ini banyaknya variasi tidak

mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien sehingga dalam

bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk

keperluan tertentu, yaitu disebut ragam standar. Sebagi gejala sosial, pemakaian

bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktorfaktor kebahasaan, tetapi juga oleh

faktor-faktor nonkebahasaan, antara lain 6 faktor lokasi geografis, waktu,

sosiokultural, dan faktor situasi. Faktor-faktor di atas mendorong timbulnya

perbedaan-perbedaan dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak

dalam segi pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa.

Perbedaan atau varian dalam bahasa, yang masing-masing menyerupai pola

umum bahasa induk, disebut ragam bahasa sehubungan dengan pemakaian bahasa

Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan

tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam

pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi,

seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

11
Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu sebagai

berikut :

a. Ragam bahasa menurut Bachman (1999) Ragam bahasa adalah variasi

bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang

dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kavvan bicara. orang yang

dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

b. Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968) Suatu ragam bahasa, terutama

ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk

menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi

anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal ini yang

perlu diperhatikan adalah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan

dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara,

dan topik pembicaraan.

12
B. Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa

Bahasa timbul seiring dengan timbulnya perubahan di dalam masyarakat.

Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluamya.

Oleh karena banyaknya variasi, agar tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat

komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi

tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu, dalam hal ini disebut ragam standar

(Subarianto, 2000). Ada beberapa factor sebagai penyebab timbulnya ragam

bahasa yang ada di Indonesia, yakni seperti di bawah ini :

a. Faktor Budaya : setiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau daerah

hidup yang berbeda, seperti di wilayah Jawa dan Papua serta beberapa

wilayah Indonesia lainnya.

b. Faktor Sejarah : setiap daerah mempunyai kebiasaan (adat istiadat) dan

bahasa nenek moyang sendiri-sendiri dan berbeda-beda, antara daerah satu

dengan daerah lainnya.

c. Faktor Perbedaan Demografi : setiap daerah memiliki dataran yang

berbeda, seperti wilayah di daerah pantai, pegunungan yang biasanya

cenderung mengunakan bahasa yang singkat jelas dan dengan intonasi

volume suara yang besar dan tingi. Berbeda dengan daerah pemukiman

padat penduduk yang menggunakan bahasa lisan yang panjang lebar

disebabkan lokasinya yang saling berdekatan dengan intonasi volume

suara yang kecil. Selain Faktor tersebut ragam bahasa juga terjadi karena

perkembangan zaman, di samping perbedaan cara penyampaiannya atau

logat bahasanya.

13
C. Jenis- Jenis Ragam Bahasa

• Ragam Bahasa Indonesia

Berdasarkan media didalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata

baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering

disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa

Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan

tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia,

bukan otoritas lembaga atau instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia

ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam

santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan

digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain

asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan. Suatu

ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup

kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat

menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan

ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang

pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.

14
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua yaitu :

a. Ragam Bahasa Lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui

media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan

dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh

situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.

Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta

kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam

struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan

karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam

memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan

lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan

pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam

bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam

tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan

dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciricirinya

tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam

bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam

tulis.

15
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :

➢ Memerlukan orang kedua/teman bicara

➢ Tergantung situasi, kondisi, ruang, dan waktu

➢ Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta

bahasa tubuh

➢ Berlangsung cepat

➢ Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu.

Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan,

berbincang-bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan

kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau

berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara

penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.

b. Ragam Bahasa Tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan

memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam

tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek

tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita

dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau pun

susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan

penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh dari ragam

bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar dan lainnya. Dalam

ragam bahasa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik

dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.

16
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

➢ Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara

➢ Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu

➢ Harus memperhatikan unsur gramatikal

➢ Berlangsung lambat

➢ Selalu memakai alat bantu

• Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur

a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian

bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta

berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura,

dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya

logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi

awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan

lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti

pada kata ithu, kitha, canthik, dan lainnya.

b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang

berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam

pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks, vitamin,

video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan

mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga
17
terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari

seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering

menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

c. Ragam Bahasa Berdasarkan Sikap Penutur

Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara

(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara

lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap

penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat

mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada

atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan

pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal

jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat

kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat

keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Bahasa baku dipakai dalam :

➢ Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat

dinas memberikan kuliah/pelajaran.

➢ Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan,

dengan guru/dosen, dengan pejabat.

➢ Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-

undang.

➢ Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

18
d. Ragam Bahasa Menurut Pokok Pesoalan Atau Bidang Pemakaian

Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan.

Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun

menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam

lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan

kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik,

berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan,

olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok

persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.

Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah

kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut,

misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang

agama. Koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran.

Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni.

Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang

dikemukakan. Kalimat dalam undangundang berbeda dengan kalimat-kalimat

dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran

atau majalah dan lain-lain.

19
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,yang berbeda –

beda topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang

yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa ini timbul

karena latar belakang budaya, sejarah, ataupun letak geografis. Akibatnya

muncul berbagai variasi bahasa Indonesia.

Ragam bahasa ini memiliki berbagai macam jenis yang dibedakan

berdasarkan tiga hal yaitu cara berkomunikasi, cara penuturan, dan topik

pembicaraan. Dilihat dari cara berkomunikasi, ragam bahasa menjadi dua yaitu

lisan dan tulis. Dalam hal ini penggunaan ragam lisan lebih baik karena

seseorang dapat langsung mengekspresikan apa yang ingin diungkapkan

daripada menggunakan tulisan. Dilihat dari cara penuturan, ragam bahasa

dibedakan menjadi ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tidak resmi. Dilihat dari

topik pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam sosial, ragam

fungsional, ragam jurnalistik, ragam sastra, ragam politik dan hukum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Handika, Dana KD., Sudarma, Km., Murda, Nym., 2019. Analisis Pengunaan

Ragam Bahasa Indonesia Siswa Dalam Komunikasi Verbal. JP2 2(3)

Suwarda, Dadan. 2021. Ragam Bahasa, Pengayaan, dan Implikasinya. Jurnal

Salaka 3(1)

Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta:

Pustaka Jaya.

Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa

Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya

Siregar, R. 1987. Bahasa Indonesia Jumalistik. Jakarta: Pustaka Graftka. Sukartha

Nengeh, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi. Bali:

Udayana University Press.

21

Anda mungkin juga menyukai