Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH :
PRODI HUKUM
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan
hikmah,hidayah,Kesehatan serta umur panjang sehingga makalah ini yang berjudul “Ragam
Bahasa Indonesia” ini dapat terselesaikan.kami juga berterima kasih kepada Ibu Etika
Sari.M.SI selaku dosen pengampu.
Dalam makalah ini akan akan membahas mengenai “Ragam Bahasa Indonesia” karena
sangat penting untuk kita ketahui untuk kita ketahui Penulis Menyadari bahwa tulisan ini
tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan
penulis terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Medan,September 2021
Penyusun
Ragam Bahasa adalah variasi Bahasa menurut pemakaian,yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,kawan bicara.orang yg dibicarakan,serta
menurut medium pembicara (bachman,1990).seiring dengan perkembangan zaman,sekarang
ini masyarakat mengalami perubahan sehingga Bahasa pun mengalami perubahan.perubahan
itu berupa variasi-variasi Bahasa yang dipakai sesuai keperluanya.Terjadi keragaman Bahasa
tidak hanya disebabkanoleh penuturnya yang tidak homogen tetapijuga interaksi sosial yang
beragam.
Pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor kebahasaan, tetapi juga oleh
faktor-faktor nonkebahasaan, antara lain faktor lokasi geografis, waktu, sosiokultural, dan
faktor situasi. Faktor-faktor di atas mendorong timbulnya perbedaan-perbedaan dalam
pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi pelafalan, pemilihan kata, dan
penerapan kaidah tata bahasa.
Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak geografis disebut dialek.
Bahasa Melayu dialek Langkat, misalnya, berbeda dengan bahasa Melayu dialek Batubara,
walaupun keduanya satu bahasa. Demikian pula halnya dengan bahasa Aceh dialek Aceh
Besar berbeda dengan bahasa Aceh dialek Pasai yang digunakan sebagaian besar masyarakat
Aceh di Kabupaten Aceh Utara, atau berbeda juga dengan bahasa Aceh dialek Pidie di
Kabupaten Pidie.
Selain ragam di atas, ada lagi ragam bahasa yang berkaitan dengan perkembangan waktu
yang lazim disebut kronolek. Misalnya, bahasa Melayu masa Kerajaan Sriwijaya berbeda
dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsji, dan berbeda pula dengan
bahasa Melayu Riau sekarang.
Demikianlah ragam-ragam bahasa itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat penutur
bahasa. Satu hal yang perlu mendapat catatan bahwa semua ragam bahasa tersebut tetaplah
merupakan bahasa yang sama. Dikatakan demikian karena masing-masing penutur ragam
bahasa sesungguhnya dapat memahami ragam bahasa lainnya (mutual intelligibility). Bila
pada suatu ketika saling pengertian di antara masing-masing penutur ragam tidak terjadi lagi,
maka ketika itu pula masing-masing bahasa yang mereka pakai gugur statusnya sebagai
ragam bahasa. Dengan pernyataan lain, ragam-ragam bahasa itu sudah berubah menjadi
bahasa baru atau bahasa mandiri.
1) Komunikasi Resmi
Yakni dalam surat menyurat resmi,surat menyurat dinas,pengumuman- pengumuman
yang dikeluarkan instansi instansi-resmi,penamaan dan peristilahan resmi,perundang
undangan dan sebagainya
2) Wacana Teknis
Yakni dalam laporan resmi dan karya ilmiah
3) Pembicaraan didepan umum
Yakni dalam ceramah khutbah dan sebagainya:
4) Pembicaraan dengan orang yg di hormati
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam
hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra.
1. Waktu
2. Media
3. Situasi
4. Bidang/tema
5. Daerah
Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat
dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri ragam bahasa Indonesia lama masih dipengaruhi oleh
bahasa Melayu . Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia.
Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada
28 oktober 1928 sampai dengan saat ini melalui pertumbuhan dan perkembangan bahasa
yang beriringan dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia.
Ragam bahasa lisan yang di tuangkan ke dalam bentuk tulisan tidak dapat di sebut ragam
bahasa tulis, tetapi tetap sebagai ragam bahasa lisan yang di tuangkan ke dalam bentuk
tulisan.
-Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian, yaitu ragam bahasa
formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal.
-Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa
asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari.
Ada pula Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian yaitu :
Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang
digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam
lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan
menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Adapula ciri yang membedakan Ragam standar, semi standar dan nonstandard yaitu
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti, Penggunaan kata tertentu, Penggunaan imbuhan,
Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan Penggunaan fungsi yang lengkap Dalam ragam
standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu
tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan
imbuhan secara jelas dan teliti.Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang
membedakan ragam standar dan nonstandard.Artinya , ada bagian dalam kalimat yang
dihilangkankareana situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertrian. Dalam kalimat-
kalimat yang nonstandard itu,predikat kalimat dihilangkan. Sering kali pelepasan fungsi
terjadi jika menjawab pertanyaan orang.Misalnya,”Hai, Ida , mau kemana ?”“pulang”
Sering kali juga kita menjawab “tau” untuk menanayakan “tidak tahu”.
sebenarnya.pembedaan lain,yang juga muncul,tetapi tidak disebutkan diatas adalah
intonasi.misalnya,pembeda intonasi ini hanya ditemuka dalam ragam lisan dan tidak terwujud
dalam ragam tulis.Beberapa penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai
(1998:18-19)mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas
ragam baku dan ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan bicara adalah orang yang
dihormati oleh pembicara.
dinamis Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-,
akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena
itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin bukan
pengrajin.
B .Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baki dipakai pada tempat tempat
resmi.Pewujudan ragam baku ini adalah orang orang yang terpelajar.Hal ini dimungkinkan
oleh pembinaan dan pemgembangan Bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendididkan
formal (sekolah).
C. Seragam
Ragam baku bersifat seragam,pada hakikatnya ,proses pembakuan Bahasa ialah proses
penyeragaman Bahasa.Dengan kata lain,pembakuan Bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman . Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan
pramugari . Andai kata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayanan kapal terbang disebut
steward dan stewardes dan penyerapan itu seragam,kata itu menjadi ragam baku.