Kelompok V :
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan
sebuah makalah dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul “Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa
Indonesia”. Melalui kata pengantar ini, kami selaku penulis lebih dahulu meminta
maaf dan memohon kemakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan
ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini, kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapaat memberikan
manfaat.
Kelompok 5
Bab I
Pendahuluan
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan
ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi
dalam ragam bahasa lisan yang kita tuturkan, itu berarti, kita berurusan dengan
lafal. Sementara itu, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya
(Marliana, Lia :2018).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ragam bahasa
2. Untuk memahami macam-macam ragam bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagi gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-
faktor kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor non kebahasaan, antara lain
faktor lokasi geografis, waktu, sosiokultural, dan faktor situasi. Faktor-faktor di
atas mendorong timbulnya perbedaan-perbedaan dalam pemakaian bahasa.
Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi pelafalan, pemilihan kata, dan
penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau varian dalam bahasa, yang masing-
masing menyerupai pola umum bahasa induk, disebut ragam bahasa (Umar,
Azhar).
Di samping itu, ada pula perbedaan ragam bahasa dalam hal tata bahasa.
Kalimat berikut dapat menunjukkan contoh perbedaan penggunaan ragam bahasa
oleh penuturnya, “Itu buku punya siapa?” Kalimat tersebut cukup jelas
maksudnya. Hanya saja, tata bahasa yang digunakan kurang menarik, sehingga
menarik lawan tutur paling tidak dalam hal asal usul si penutur. (Pramudibyanto,
Hascaryo).
2.2 Ragam Bahasa Indonesia
Ragam daerah sejak lama dikenal dengan nama logat atau dialek. Bahasa yang
luas wilayah pemakaiannya selalu mengenal logat. Masing-masing logat dapat
dipahami secara timbal balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur
logat yang daerahnya berdampingan. Jika di dalam wilayah pemakaiannya,
individu atau sekelompok orang tidak mudah berhubungan, misalnya karena
tempat keadiamannya dipisahkan oleh pegunungan, selat, atau laut, maka lambat
laun tiap logat dapat mengalami perkembangan sendiri-sendiri yang selanjutnya
semakin sulit dimengerti oleh penutur ragam lainnya. Pada saat itu, ragam-ragam
bahasa tumbuh menjadi bahasa yang berbeda.
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia
yang masing-masing, pada asasnya, tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini,
yang dapat disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap
penutur atau penulis terhadap orang yang diajak berbicara atau pembacanya.
Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain, oleh usia dan kedudukan orang yang disapa,
tingkat keakraban antarpenutur, pokok persoalan yang hendak disampaikan, dan
tujuan penyampaian informasinya. Ketika berbicara dengan seseorang yang
berkedudukan lebih tinggi, penutur akan menggunakan langgam atau gaya
berbahasa yang berbeda daripada ketika dirinya berhadapan dengan seseorang
yang berkedudukan lebih rendah. Begitu juga halnya ketika berbicara dengan
seseorang yang usianya lebih muda atau tua, penutur tentulah akan menggunakan
langgam atau gaya bertutur yang berbeda.
Menurut jenis pemakaiannya, ragam bahasa dapat dirinci menjadi tiga macam,
masing-masing adalah :
(2) wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karya ilmiah;
(3) pembicaraan di depan umum, yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan
sebagainya; dan
Ragam bahasa baku merupakan ragam orang yang berpendidikan. Kaidah kaidah
ragam baku paling lengkap pemeriannya jika dibandingkan dengan ragam bahasa
yang lain. Ragam ini tidak saja ditelaah dan diperikan, tetapi juga diajarkan di
sekolah. Ragam inilah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa
yang benar. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa
kaidah dan aturan yang tetap. Kebakuannya itu tidak dapat berubah setiap saat.
Ciri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendekiaannya. Sifat
kecendekiaan ini terwujud di dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang
lebih besar lainnya yang mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur,
logis, dan masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa baku ini amat penting bila
masyarakat penutur memang mengidealisasikan bahasa Indonesia berkemampuan
menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Hingga saat ini, untuk
hal yang disebutkan terakhir, masyarakat Indonesia masih sangat bergantung
kepada bahasa asing. Bahasa baku mendukung beberapa fungsi, di antaranya
adalah:
Setiap bahasa baku bermakna selalu atau senantiasa kukuh untuk menjaga
atau memelihara bahasa tersebut dari pengaruh-pengaruh bahasa lain secara
berlebihan, terutama bahasa asing. Bangga terhadap bahasa baku tercermin di
dalam perasaan senang dan tidak sungkan menggunakan bahasa baku di dalam
situasi-situasi yang mengharuskan penggunaan ragam bahasa tersebut. Kesadaran
akan norma bahasa baku terlihat di dalam kesungguhan untuk memahami dan
menggunakan kaidah-kaidah bahasa tersebut.
Selain itu, terdapat sumber dari (Alwi, Hasan: 2000), (Arifin, dkk: 1995),
(Effendi, S: 1995), serta (Sugono, Dendi: 1994) tentang ragam bahasa Indonesia,
yang menyatakan bahwa sebagaimana telah disebutkan, bahasa Indonesia
digunakan secara luas di wilayah Indonesia. Mengingat penutur bahasa Indonesia
memiliki berbagai latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi, sudah tentu
melahirkan sejumlah ragam bahasa. Ragam-ragam tersebut adalah :
Ragam yang paling mudah diamati dalam bahasa Indonesia adalah ragam
lisan dan ragam tulis. Bahasa Indonesia ragam lisan berbeda dengan bahasa
Indonesia ragam tulis. Berikut perbedaan antara ragam lisan dan tulisan.
Unsur kalimat dalam ragam tulis harus lebih lengkap karena pada ragam
tulis kawan bicara tidak berada di depan pembicara sehingga informasi yang
disampaikan menjadi jelas. Ketiga, ragam lisan sangat terikat pada kondisi,
situasi, ruang, dan waktu. Keempat, ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi
dengan tanda baca.
a) Ragam Lisan
Penggunaan kata
Penggunaan kata
Pada dasarnya ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku
dan ragam tidak baku. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui
oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan
sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku
adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang
menyimpang dari norma ragam buku. Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat
sebagi berikut.
Perwujudan ragam baku ini adalah orag-orang yang terpelajar. Hali ini
terjadi karena pembinaan dan pengembangan bahasa lebih banyak melalui jalur
pendidikan formal (sekolah). Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat
memberikan gambaran apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Ragam baku dapat pula memberikan gambaran yang jelas dalam pikiran
pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendekia adalah sebagai
berikut.
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-
buku pelajaran atau buku-buku ilmiah. Ragam baku tulis dapat mengacu pada
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman
Umum Pembentukan Istilah, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ragam baku
lisan belum memiliki pedoman seperti ragam baku tulis. Hal terjadi karena
sulitnya mencarai lafal yang standar bagi penutur bahasa Indonesia yang majemuk
ini. Lafal yang baku untuk sementara ini adalah lafal yang tidak mencerminkan
lafal kedaerahan atau dialek daerahnya. Misalnya, lafal yang baku untuk kata
beberapa adalah dengan bunyi e pepet [b b r a p a], bukan dengan e taling [b E b
E r a p a].
Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya
didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil
dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau
persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial . Selain itu,
ragam sosial berhubungan pula dengan tinggi atau rendahnya status
kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan. Ragam fungsional
(profesional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga,
lungkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan
dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam fungsional dapat menjadi
bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.