Anda di halaman 1dari 14

RAGAM DAN PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU: Dini Adriani S.Pd., M.Li.,

Disusun Oleh :
Carles Turawan (215050101111223)
Dewansa Mahendra P. S (215050101111216)
Emmanuella Jennifer S. D. P. J. (215050107111198)
Leon Farrel Raul Y. (21505010711119)
Handika Devan A. (215050100111247)
Hasna Tsaabitah (215050107111205)
Ken Dewi Ayu M. (215050100111258)
Septa Aryani (215050101111218)
Zainul Andriawan (215050101111214)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk saling
berhubungan, saling belajar dan saling berbagi pengalaman baik secara lisan maupun tulisan.
Bahasa adalah alat yang bertujuan untuk menyampaikan maksud, ide, pikiran dan
perasaan kepada orang lain. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan
saling meningkatkan intelektual.

Bahasa Indonesia memiliki peran strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahasa Indonesia menjadi identitas kebangsaan yang mengemban dua fungsi istimewa, yaitu
sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional. Fungsi sebagai bahasa negara ini dibuktikan
dengan adanya peraturan berbahasa Indonesia pada salah satu bab dan pasal dalam konstitusi
Negara Republik Indonesia. Tepatnya pada pasal XV ayat 36 UUD 1945, yang menyatakan
bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia.

Pada dasarnya ayat dalam pasal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi
yang sama strategisnya dengan aspek kehidupan lain, misalnya ekonomi, agama, dan budaya,
sehingga perlu dimasukkan dalam konstitusi tertinggi. Adanya peraturan perundang-undangan
ini bukanlah sekadar menjadi pelengkap pasal lain dalam UUD 1945, namun berperan penting
sebagai konsekuensi yang berkaitan dengan kedudukan bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia dapat menjadi asing di kampung halaman sendiri,


mengingat adanya kecenderungan peserta didik yang lebih bangga menggunakan bahasa asing
dibandingkan dengan bahasa Indonesia itu sendiri. Sikap seperti ini tercermin dalam kehidupan
sehari–hari, baik dalam situasi formal maupun nonformal. Misalnya ketika seseorang lebih
fasih menyebut kata website dibandingkan dengan kata laman yang menjadi padanan dari kata
tersebut. Hal ini pun sering terjadi pada penggunaan istilah lain seperti handphone yang lebih
familiar dibandingkan telepon genggam, email dengan pos–el (pos elektronik), dan lain
sebagainya (Hikmat, 2013: 1-2). Selain sikap-sikap semacam itu, sikap lain yang tercermin
adalah bagaimana seseorang lebih bangga menggunakan pengaturan telepon genggamnya atau
komputernya dengan bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
dalam penggunaan sehari–hari cenderung menggunakan ragam nonformal atau tidak resmi
yang tidak termanifestasi dengan penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa
daerah. Adapun dalam pembelajaran bahasa Indonesia hal ini tidak dibenarkan. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, kegiatan berbahasa diarahkan pada berbahasa secara formal
yang digunakan dalam pembuatan naskah pidato, makalah, berita, cerita, surat, laporan,
maupun proposal. Perbedaan antara bahasa resmi dan tidak resmi adalah titik mendasar
mengapa penting mempelajari bahasa Indonesia. Sebab, sering terjadi ketika seseorang yang
biasa berbicara dalam bahasa Indonesia, ketika hendak berpidato justru malah kesulitan,
terlebih ketika membuat karangan ilmiah.

Kesalahan penggunaan penerapan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
merupakan hal wajar dan hampir terjadi pada setiap pemakai bahasa. Orang bisa saja
melakukan kekeliruan dalam penggunaan kaidah, walaupun sebenarnya sudah berusaha
menerapkan kaidah bahasa tersebut dengan sebaik dan sebenar mungkin. Masalah tersebut
tidak hanya menimpa orang-orang yang dianggap awam atau kurang mampu berbahasa,
mereka yang dianggap mahir pun sangat mungkin mengalaminya. Sehingga disusunlah
makalah dengan judul “Ragam dan Problematika Bahasa Indonesia” ini diharapkan dapat
membantu mengatasi permasalahan dalam berbahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ragam bahasa berdasarkan bidang wacana (ilmiah dan populer)?


2. Bagaimana penggunaan bahasa berdasarkan cara berwacana (lisan, tulisan, resmi dan
tidak resmi)?
3. Bagaimana problematika yang terjadi pada bahasa Indonesia belakangan ini?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui ragam bahasa berdasarkan bidang wacana (ilmiah dan populer)
2. Untuk mengetahui pengejaan dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kegiatan berwacana.
3. Untuk mengetahui lebih dalam problematika berbahasa yang sering terjadi.

1.4 Manfaat

1. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang tata cara
penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga mampu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi mendalam
tentang problematika bahasa yang sering terjadi.
3. Bagi penyusun, makalah ini diharapkan membantu memahami kaidah penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga penerapannya dapat dipakai secara
maksimal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Problematika dan Ragam Bahasa

Kata problematika berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang berarti masalah atau
persoalan. Problematika diartikan sebagai suatu permasalahan atau masalah. Adapun masalah
itu sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan, dengan kata lain
masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik,
agar tercapai hasil yang maksimal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata problematika
berarti masih menimbulkan masalah; hal-hal yang masih menimbulkan suatu masalah yang
masih belum dapat dipecahkan. Problematika merupakan kata turunan yang terbentuk dari kata
problem. Kata problem sendiri diartikan sebagai (1) persoalan, (2) masalah.

Setiap bahasa di dunia ini memiliki ragam. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang
terjadi karena adanya pemakaian bahasa, topik yang dibicarakan, hubungan pembicara dan
teman bicara. Munculnya keragaman bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya yang
tidak homogen, melainkan juga oleh keragaman interaksi sosial yang mereka lakukan.
keragaman ini akan semakin bertambah jika bahasa tersebut dipakai oleh penutur yang sangat
banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Bahasa mengalami perubahan seiring dengan
perubahan masyarakat penuturnya. Ragam bahasa dapat dilihat dari segi sarana atau jalur yang
digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tertulis. Ragam bahasa
lisan adalah ragam bahasa yang dituturkan dengan indra mulut. Sedangkan ragam bahasa
tertulis adalah ragam bahasa yang dituangkan melalui simbol–simbol atau huruf–huruf.
Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tertulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa
lisan dan bahasa tertulis memiliki struktur yang tidak sama. (Hikmat, 2013:9).

2.2 Penyebab Terjadinya Problematika Ragam Bahasa

Muncul ragam bahasa ini seiring dengan perkembangan perubahan di dalam masyarakat.
Perubahannya berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Karena
banyaknya variasi, agar tidak mengurangi fungsi dari bahasa itu sendiri sebagai alat
komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu
cocok untuk keperluan tertentu, dalam hal ini disebut ragam standar (Subrianto, 2000)

Beberapa faktor penyebab terjadinya problematika ragam bahasa yang ada Indonesia
seperti berikut:
1. Faktor Budaya
Setiap daerah mempunyai perbedaan kultur, cara penyampaian tutur katanya dari setiap
daerah pun berbeda dari daerah lainnya, seperti di wilayah Jawa dan Sumatera, serta
beberapa wilayah Indonesia lainnya.

2. Faktor Sejarah
Setiap daerah mempunyai kebiasaan (adat istiadat) dan bahasa nenek moyangnya
masing-masing, yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya.

3. Faktor Perbedaan Demografi


Setiap daerah memiliki dataran dan kondisi lingkungan yang berbeda. Wilayah pantai
dan pegunungan cenderung menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dengan intonasi
volume yang besar dan tinggi. Berbeda dengan daerah pemukiman padat penduduk,
yang umumnya menggunakan lisan yang panjang dengan volume yang relatif kecil
karena lokasinya yang saling berdekatan.

2.3 Jenis-Jenis Ragam Bahasa

2.3.1 Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Wacana


Berdasarkan bidang wacana, ragam bahasa dibedakan atas ragam ilmiah dan populer.

1. Ragam ilmiah adalah ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan


ilmiah. Contohnya seperti kegiatan perkuliahan, ceramah ilmiah, dan ragam
tulisan ilmiah. Ragam ilmiah ditandai oleh penggunaan istilah-istilah yang
hanya dimengerti oleh kaum intelek.
2. Ragam populer adalah ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan non
ilmiah, dalam pergaulan sehari-hari dan dalam tulisan-tulisan populer. Ragam
populer biasanya dapat dipahami oleh semua penutur suatu bahasa.

2.3.2 Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Berwacana


Ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan menggunakan
bentuk kosakata bahasa baku agar menjadi panutan bagi masyarakat dalam menggunakan
bahasa Indonesia. Maka, perlu diperhatikan kaidah sesuai dengan norma bahasa yang
berlaku.

1. Ragam bahasa berdasarkan Media atau Sarana Lisan


Ragam lisan merupakan bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa dalam
berkomunikasi. Beberapa hal yang harus yang diperhatikan seperti tata bahasa,
kosakata, dan lafal dalam pengucapannya (mengatur tinggi rendah suara dan
tekanan yang dikeluarkan, mimik/ekspresi muka yang ditujukan, serta gerakan
tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide sang pembicara). Contohnya
memberi sambutan saat berpidato, dalam situasi perkuliahan atau dalam
kesempatan nonformal lainnya.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan:


1. Memerlukan orang kedua/ teman bicara.
2. Berlangsung cepat.
3. Tergantung situasi, kondisi, ruang dan waktu.
4. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta
bahasa tubuh.
5. Dapat berlangsung tanpa alat bantu.
6. Dibantu dengan gerak tubuh, ekspresi, serta intonasi.
7. Kesalahan dapat langsung dikoreksi.

Kelebihan ragam bahasa lisan, yaitu seperti dibawah ini:


1. Dapat disesuaikan dengan situasi
2. Faktor kejelasan
3. lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas
pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
4. Bisa berdasarkan pengetahuan serta penafsiran dari informasi visual dan
kognitif sang penutur.

Kelemahan ragam bahasa lisan:


1. Berisi kalimat yang tidak lengkap
2. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
4. Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan dengan benar.

2. Ragam bahasa berdasarkan Media atau Sarana Tulis


Ragam bahasa tulis dimanfaatkan menggunakan huruf sebagai unsur dasarnya.
Hal ini berkaitan dengan cara penulisan (ejaan), tata bahasa dan kosa kata.
Kelengkapan tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pemilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda
baca dalam mengungkap ide. Contohnya dalam surat resmi, ragam bahasa
undang-undang, dll.
Ciri-ciri ragam bahasa lulis:
1. Adanya unsur gramatikal (hubungan antar unsur-unsur bahasa dalam
satuan yang lebih besar) yang dinyatakan secara lengkap.
2. Tidak terikat oleh ruang dan waktu
3. Tidak memerlukan lawan bicara/ kehadiran orang lain
4. Dipengaruhi tanda baca

Kelebihan ragam bahasa tulis, yaitu seperti dibawah ini:


1. Informasi yang disajikan dapat dipilih oleh sang penulis untuk dikemas
menjadi media atau materi yang lebih menarik dan menyenangkan.
2. Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata.
3. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud atau tujuan,
memberikan informasi, serta dapat mengungkapkan unsur-unsur emosi
sehingga mampu meningkatkan wawasan pembaca.
4. Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan
masyarakatnya.

Kelemahan ragam bahasa tulis:


1. Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti bahasa lisan
tidak ada. Akibatnya, bahasa tulis pun harus disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas dan jujur.
3. Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak dapat diperjelas.

3. Ragam Bahasa Resmi Berdasarkan Cara Penuturannya:

Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi.


seperti pertemuan-pertemuan, peraturan–peraturan, dan perundangan–
undangan. Ragam bahasa resmi (formal) biasanya menggunakan tata bahasa
yang baik (sesuai PUEBI), lugas, sopan,menggunakan bahasa yang baku, baik
itu dalam bahasa lisan maupun tertulis. Bahasa Resmi atau formal adalah
bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti urusan surat-menyurat,
bertutur dengan orang yang tidak kita kenal dekat atau lebih tinggi status dan
pangkatnya.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi berdasarkan cara penuturannya:
1. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
2. Menggunakan imbuhan secara lengkap.
3. Menggunakan kata ganti resmi.
4. Menggunakan kata baku.
5. Menggunakan PUEBI.
6. Menghindari unsur kedaerahan.
7. Digunakan dalam situasi resmi
8. Nada bicara yang cenderung datar
9. Kalimat yang digunakan kalimat lengkap

4. Ragam Bahasa Tidak Resmi


Ragam tidak resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi tak resmi.
seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan. dan
percakapan pribadi (lihat Kerai',1991:6). Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi
kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa bahasa tidak resmi ini
digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal. Ragam bahasa
resmi atau tak resmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang
digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, berarti semakin
resmi bahasa yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat
keformalannya. semakin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. (lihat Sugono, 1998:12-13). Contoh: Bahasa yang digunakan oleh
bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan bahasa yang digunakan
oleh anak muda adalah ragam bahasa santai tak resmi. Ragam bahasa tidak
resmi juga sering digunakan dalam suasana tidak resmi, misalnya surat pribadi
dan surat untuk keluarga atau yang berbentuk lisan, contohnya dalam
percakapan sehari-hari. Ragam bahasa tidak resmi (non formal). Ciri-ciri
bahasa tidak resmi adalah kebalikan dari bahasa resmi. Biasanya digunakan
oleh orang-orang yang sudah akrab, seperti antara teman dekat, antara orang
tua dan anak, atau kepada kerabat dekat lainnya.

Bahasa tidak resmi mempunyai sifat yang khas:


1. Kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak
menggunakan kata penghubung.
2. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari.
Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.
Belakangan ini bahasa tidak resmi tidak hanya tentang bahasa Indonesia yang
tidak sesuai kaidahnya. Banyak bahasa gaul yang ditandai dengan meringkas
dan memangkas kata-kata. Seperti gaje (tidak/gak jelas), atau baper (terbawa
perasaan). Di samping itu, juga ada yang mencomot bahasa asing dan
disingkat, semisal “OTW” singkatan dari on the way ‘di jalan’; kepo singkatan
dari kata knowing every particular object ‘orang yang serba ingin tahu detail
dari sesuatu’. (Muchlas Jaelani: 2017: 7)

2.4 Problematika Bahasa Indonesia dalam Tataran Morfologi

Kesalahan berbahasa ragam tulisan dalam tataran morfologi yang penulis temukan adalah
kesalahan dalam penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata. Sebagaimana
dijelaskan oleh Setyawati (2010:)

1. Penghilangan afiks,
2. Bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan
3. Penggantian morf
4. Pemakaian afiks yang tidak tepat
5. Penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata
6. Pengulangan kata
7. Penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan mengetahui problematika bahasa Indonesia di masa sekarang, kita bisa


mengetahui apakah dalam kehidupan sehari-hari sudah menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar.

3.2 Saran

Pembaca diharapkan mengetahui penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Jaelani, Muchlas. 2017. Menyelamatkan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta
Hikmat, Ade dan Nani Sholihati. 2013. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
S1 & Pascasarjana, Guru, Dosen, Praktisi, dan Umum. Jakarta: PT
Grasindo.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Siregar, R. 1987. Bahasa Indonesia Jurnalistik. Jakarta: Pustaka Grafika
Akmaludin.2016. NOWADAYS PROBLEMS OF BAHASA INDONESIA: AN ANALYSIS OF
MISTAKES IN WRITTEN FORMS.Problematika Bahasa Indonesia Kekinian: Sebuah Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia Ragam Tulisan.Vol. 10, No. 2
Saputra, E. 2016. Bahasa Indonesia. Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung:
Cita Pustaka

Anda mungkin juga menyukai