Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bahasa merupakan sebuah ucapan yang berasal dari perasaan serta pikiran

manusia yang di sampaikan secara teratur dan dengan memakai bunyi sebagai

mediumnya.

sebuah ucapan yang berasal dari perasaan serta pikiran manusia yang di

sampaikan secara teratur dan dengan memakai bunyi sebagai mediumnya. Menurut

Carrol mengatakan bahwa bahasa adalah sistm berstruktural tentang bunyi serta

urutan bunyi bahasa yang bersifat mana suka, yang di pakai ataupun dapat di gunakan

untuk berkomunikasi antara sesama kelompok manusia dan secara agak tuntas untuk

memberi nama kepada berbagai jenis benda, peristiwa, serta proses yang ada dalam

lingkungan hidup manusia.

Bahasa pada dasarnya ialah bunyi serta manusia suda memakai bahasa lisan tersebut

sebelum bahasa lisan, seperti halnya anak yang baru belajar berbahasa sebelum

belajar untuk menulis. Di dunia banyak orang yang dapat berbahasa lisan, namun

tidak dapat untuk menuliskannya. Jadi bahasa pada dasarnya ialah bahasa lisan,

adapun menulis merupakan bentuk bahasa kedua. Tulisan itu merupakan lambang

bahasa dan bahasa itu adalah ucapan.

1
Begitu pula dengan bahasa daerah seperti yang kita ketahui, banyak sekali bahasa

daerah di gunakan sebagai bahasa komunikasi setiap harinya di masyarakat setempat. Hal

ini di karenakan tidak semua masyarakat memahami penggunaan bahasa daerah yang

baku. Selain itu masyarakat merasa canggung menggunakan bahasa indonesia yang baku

di luar acara formal atau resmi.

Oleh karena itu masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa indonesia yang

telah terafiliasi oleh bahasa daerah, baik secara pengucapan maupun arti bahasa tersebut.

Kebiasaan penggunaan bahasa daerah ini sedikit banyak berpengaruh terhadap

penggunaan bahasa indonesia yang merupakan bahasa resmi negara indonesia.

Bahasa sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari . Seiring dengan

perkembangan era globalisasi yang makin maju maka tingkat bahasa juga sangat penting.

Tapi kita lihat sekarang ini bahasa daera dan bahasa indonesia secara bersamaan dalam

melakukan komunikasi satu sama lain. Fenomena ini sanggat banyak kita jumpai dalam

kehidupan sehari- hari di kalanggan orang tua tapi yang lebih parahnya lagi para remaja

atau anak sekolah juga sudah mengikuti dialek-dialek tersebut.

Mengingat masalah ini bukan di hadapi oleh orang tua saja, bahkan suda

berpengaruh di kalangan siswa. Maka pada kesempatan ini kami akan menfangkat judul

“ pengaruh bahasa daerah tehadap kemampuan berpidato ’’ Dan kami jadikan siswa

SMA Negeri 8 Buru sebagai sampel penelitian kami karena kami melihat para siswa

sanggat rentang dengan adanya perubahan .

Penelitihan ini dilakukan untuk menambah pengetahuan kami pada pengaruh bahasa

daerah terhadap kemampuan berpidato. Sehingga dapat di jadikan sebagai sebuah bahan

pertimbangan agar tidak ada lagi pengaruh bahasa daerah terhadap kemampuan berpidato

2
dan perlu dapat perhatian yang lebih serius dalam rangka membentuk remaja-remaja

yang pandai mengunakan bahasa yang sesuai dengan kata bahasa yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitihan ini sebagai

berikut:

 Bagai mana pengaruh bahasa daerah terhadap kemampuan berpidato

 Apa tindakan yang harus di lakukan untuk mencegah pengunaan bahasa daerah

terhadap kemampuan berpidato.

C. Tujuan Penelitian

Berikut tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Untuk mengetahui penggunaan bahasa daerah terhadap kemampuan berpidato

 Untuk mengetahui tindakan pencegahan pengunaan bahasa daerah terhadap

kemampuan berpidato.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

 Penulis dapat nengetahui keterkaitan penggunaan bahasa daerah terhadap

bahasa Indonesia

 Masyarakat dapat mengerti tentang penggunaan bahasa yang sesuai

dengan tata bahasa yang baik.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3
 Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi,

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga merupakan perwujudan

tingkah laku manusia baik lisan maupun tulisan sehingga orang dapat mendengar,

mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki

oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin dipergunakan manusia dalam

kehidupan sehari-hari untuk menjalin hubungan antara sesama manusia.

 Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa

persatuan bangsa Indonesia[2]. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya

setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan

dengan mulai berlakunya konstitusi. Di timur leste. Bahasa Indonesia berposisi

sebagai bahasa kinerja.

 Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam

sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara

bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas.

 Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk

menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato

biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi dan pernyataan

tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan.

 Pidato merupakan salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato biasanya

digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak

anak buahnya atau khalayak ramai.

4
BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Landasan Teoritik

a. Hakikat Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi,

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga merupakan perwujudan tingkah

laku manusia baik lisan maupun tulisan sehingga orang dapat mendengar, mengerti,

serta merasakan apa yang dimaksud. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap

manusia di dunia ini yang secara rutin dipergunakan manusia dalam kehidupan sehari-

hari untuk menjalin hubungan antara sesama manusia.

Gorys Keraf (1997:1) berpendapat bahwa Bahasa adalah alat komunikasi antara

anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Setiap

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa, bila makna

tidak terkandung di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak,

haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok

masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa

setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian

terhimpunlah bermacam-macam susunan bunyi yang satu berbeda dari yang lain, yang

masing-masing mengandung suatu makna tertentu bersama-sama membentuk

perbendaharaan kata dari suatu masyarakat.

5
Makna kata baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.

Kalau lepas dari konteks kalimat, makna kata itu umum dan kabur tetapi penggunaan

secara khusus, dalam bidang kegiatan tertentu. Penggunaan kata secara cermat sehingga

maknanya pun tepat.

Perkembangan makna mencakup segala hal tentang makna yang berkembang,

berubah, dan bergeser. Gejala perubahan makna sebagai akibat dari perkembangan

makna oleh para pemakai bahasa. Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan

pikiran manusia.

b. Pengertian bahasa indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa

persatuan bangsa Indonesia[2]. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya

setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan

dengan mulai berlakunya konstitusi. Di timur leste. Bahasa Indonesia berposisi sebagai

bahasa kinerja.

Dari sudut pandang linguistik, Bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa

Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam

perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja

di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad

ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda,

28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa

Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini

6
dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya.

Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus

menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa

daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia,

Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar

warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia

sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari

(kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa

ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-

perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai

forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan

oleh semua warga Indonesia.

Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[Dasar-

dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu

beberapa minggu.

Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat

dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena

penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan

menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab

rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi

7
bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan

karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa

Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-

Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu

mulai terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan

Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian

dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen

diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen,

dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de

Volkslectuur("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini

menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes,

melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecildi

berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan

program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700

perpustakaan.[12] Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan

bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa

Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus,

sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta,

Yamin mengatakan,

8
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan

kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan

yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat

laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak

dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan

Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil

Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan

kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.

1. Fungsi Bahasa

Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat untuk

beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,

gagasan, konsep atau perasaan.

Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk

menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi persoalan

sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what end”. Oleh

karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topic, kode

dan amanat pembicaraan.[2]

1. Fungsi Personal atau Pribadi

Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur

menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya

9
mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu

menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga apakah si

penutur sedang sedih, marah atau gembira.

2. Fungsi Direktif

Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu

mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar

melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki

pembicara.

3. Fungsi Fatik

Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik.

Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan

bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah

berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh

karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.

Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik,

seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata.

Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak mempunyai

makna.

4. Fungsi Referensial

Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk

membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam

budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa

10
bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur

tentang dunia di sekelilingnya.

5. Fungsi Metalingual atau Metalinguistik

Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau

metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri.

Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti ekonomi,

pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk

membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran

bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.

6. Fungsi Imajinatif

Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu

berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan

dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja.

Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya)

yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya

C. Pengertian Bahasa Daerah

Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam

sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara

bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas.

11
Dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau

Minoritas:"bahasa-bahasa daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang:

1. secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga

negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang

lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut; dan

2. berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara

tersebut.

1. Contoh Bahasa Daerah di Indonesia

Setelah mengetahui dengan detail dan jelas mengenai pengertian bahasa daerah,

mari kita simak lebih lanjut beberapa contohnya yang dapat ditemukan di kepulauan di

Indonesia.

a. Bahasa Aceh (Basa Aceh)

Bahasa Aceh adalah bahasa daerah yang berasal dari wilayah provinsi Aceh.

Bahasa ini digunakan oleh suku Aceh yang berada di wilayah pesisir provinsi Aceh,

sebagian wilayah pedalaman dari provinsi Aceh dan di kepulauan yang berada di sekitar

provinsi Aceh.

b. Bahasa Batak (Basa Batak)

Bahasa Batak adalah bahasa tradisional yang dituturkan oleh warga asli yang

berasal dari Sumatera Utara. Bahasa Batak termasuk ke dalam kelompok bahasa yang

12
berada dalam rumpun Melayu Polinesia. Aksara dalam bahasa Batak disebut sebagai

Surat Batak.

Bahasa Batak sendiri dibagi menjadi tiga jenis yakni Utara, Simalungun dan

Selatan. Kelompok Utara adalah bahasa Alas Kluet, Dairi dan Karo. Kelompok Selatan

adalah bahasa Toba, Angkola dan Mandailing. Sebagai perantara dari keduanya ada

bahasa Simalungun.

c. Bahasa Minang (Bahaso Minang)

Bahasa Minang adalah bahasa ibu dari suku Minangkabau yang berasal dari

Sumatera Barat. Bahasa Minang termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu. Bahasa

Minang bisa ditemukan di banyak tempat seperti di Sumatera Barat, pantai barat dari

Aceh, barat Riau, pantai barat Sumatera Utara dan wilayah-wilayah lain di sekitar

Sumatera Barat.

Bahasa Minang sangat kental dengan dialek Melayu, namun menurut para ahli,

bahasa Minang bukanlah bahasa Melayu melainkan salah satu cabang dari bahasa

berdialek Melayu itu sendiri.

d. Bahasa Sunda (Basa Sunda)

Bahasa Sunda ialah bahasa tradisional dari suku Sunda yang populasinya berada di

Jawa Barat, Jakarta, Banten dan sedikit di wilayah Jawa Tengah. Bahasa Sunda termasuk

di dalam rumpun bahasa Melayu Polinesia dan merupakan salah satu cabang dari bahasa

Austronesia.

13
Bahasa Sunda berkerabat dekat dengan bahasa Baduy. Keduanya adalah bahasa

dari rumpun Sunda yang masuk ke dalam rumpun Melayu Sumbawa.

e. Bahasa Jawa (Basa Jawa)

Bahasa Jawa ialah bahasa tradisional yang dituturkan oleh suku Jawa yang banyak

tinggal di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan beberapa daerah

di Jawa Barat.

Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang paling banyak persebarannya di Indonesia

maupun di luar Indonesia. Hal ini dikarenakan persebaran penduduk suku Jawa sangat

luas hampir di seluruh Indonesia.

Selain itu ada juga negara yang menggunakan bahasa Jawa selain Indonesia yakni

Suriname dan Kaledonia Baru (tetapi anak-anak remaja negara tersebut rata-rata sudah

tidak bisa berbahasa Jawa). Dialek Jawa yang kental bisa dilihat dari dialek masyarakat

Surakarta dan Yogyakarta.

f. Bahasa Madura (Basa Madura)

Bahasa Madura ialah bahasa yang dituturkan oleh semua suku Madura. Bahasa

Madura digunakan di pulau Madura, Surabaya, Malang, Banyuwangi hingga pulau

Kalimantan bagian selatan. Di pulau Kalimantan sendiri bahasa Madura banyak

digunakna di Pontianak, Sambas, Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan kota-kota di

sekitarnya.

14
Dari segi pelafalan, bahasa Madura memiliki lafal yang unik dan sulit untuk

dipelajari oleh orang dari luar suku Madura. Bahasa ini memiliki pelafalan yang terkesan

menyentak dan menekan di beberapa bagian kata.

D. Pengaruh Penggunaan Bahasa Daerah Terhadap Penggunaan Bahasa

Indonesia

Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan

pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya,

khususnya bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang

anak memiliki ibu yang berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari

daerah Pagaralam dan keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam

mengucapkan sebuah kata misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu

mengucapkannya ngape (e dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam

mengucapkannya ngape (e dibaca lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa”

diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang

berasal dari Jawa dan mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat

menimbulkan kebinggungan bagi sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan

digunakan.

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa

daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang

harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai

negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah

menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau

15
ke ibukota Jakarta mungkin lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

daerah dengan orang berasal dari daerah yang sama, salah satunya dikarenakan agar

menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit

atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi

suasana yang lebih akrab. Beberapa kata dari bahasa daerah juga diserap menjadi

Bahasa Indonesia yang baku, antara lain kata nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).

3.Dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia

Berikut beberapa pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah terhadap

Bahasa Indonesia:

1. Dampak positif bahasa daerah

i) Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.

ii) Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.

iii) Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.

iv) Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.

2) Dampak Negatif:

i) Bahasa daerah yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.

ii) Warga negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi

kesulitan karena terlalu banyak kosakata.

iii) Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan Bahasa

Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan Bahasa

daerah.

iv) Dapat menimbulkan kesalahpahaman.

16
3) Pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama

dalam tulisan dan pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa

contohnya:

1. Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada.

Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.

2. Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir).

Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.

3. Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak.

Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.

4. Mangga dalam bahasa Indonesia bermakna buah mangga.

Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.

5. Maen dalam bahasa Indonesia bermakna bermain.

Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.

6. Gedang dalam bahasa Sunda bermakna pepaya.

Gedang dalam bahasa Jawa bermakna pisang.

7. Cungur dalam bahasa Sunda bermakna sejenis kikil.

Cungur dalam bahasa Jawa bermakna hidung.

7. Jagong dalam Bahasa Sunda bermakna jagung

8. Jagong dalam bahasa Jawa bermakna duduk.

9. Nini dalam bahasa Sunda bermakna nenek.

Nini dalam bahasa Batak bermakna anak dari cucu laki-laki.

10. Tulang dalam bahasa Indonesia bermakna tulang.

Tulang dalam bahasa Batak bermakna abang atau adik dari ibu.

17
11. Iba dalam bahasa Indonesia bermakna merasa kasihan.

Iba dalam bahasa Batak bermakna saya.

12. Bere dalam bahasa Sunda bermakna memberi.

Bere dalam bahasa Batak bermakna anak dari kakak atau adik perempuan kita.

Melalui beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah memiliki tafsiran yang

berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan dalam situasi formal seperti

seminar, lokakarya, simposium, proses belajar mengajar yang pesertanya beragam

daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang beragam. Oleh karena itu, penggunaan

bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat, situasi, dan kondisi yang tepat.

E. Pengertian Pidato

Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk

menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya

dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi dan pernyataan tentang suatu

hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato merupakan salah satu teori

dari pelajaran bahasa indonesia.

Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di

depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.

Keraf (2001: 23) mengemukakan lima maksud dan tujuan berpidato, yaitu sebagai

berikut :

18
1. Mendorong

Penyampain lisan dengan tujuan mendorong yaitu seorang pembicara

mengharapkan reaksi-reaksi yang menimbulkan inspirasi, membangkitkan emosi

para pendengar.

2. Meyakinkan

Pidato dengan tujuan meyakinkan ini dapat di artikan bahwa pembicara

berusaha mempengaruhi mental atau intelektual para pendengar. Kegiatan berpidato

yang ada di dalamnya menggunakan pemaparan argumentasi. Penyampaian fakta -

fakta di sertai bukti-bukti serta contoh-contoh konkrit merupakan hal yang harus

diterapkan, Supaya reaksi yang di harapkan dari para pendengar adalah terjadinya

persesuain pendapat atau keyakinan dan kepercayaan atas materi yang di sampaikan.

3. Berbuat

Reaksi fisik (tindakan) dari pendengar merupakan dampak dari tujuan berpidato

berbuat. Tujuan pidato ini dapat dilihat ketika pendengar melakukan perbuatan

sebagaimana yang diinginkan oleh pembicara. Oleh karena itu, pidato dengan tujuan

ini bersifat persuasive.

4. Memberitahukan

Uraian lisan yang bertujuan memberitahukan adalah pembicara ingin

memberitahukan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar agar mereka dapat

mengerti tentang sesuatu hal, atau untuk memperluas pengetahuan, dari pemahaman

19
tersebut dapat di kategorikan bahwa pidato dengan tujuan memberitahukan bersifat

instruktif atau pidato yang mengandung ajaran.

5. Menyenangkan

Tujuan pidato ini adalah menghibur pendengar. Pidato dengan jenis ini

biasanya terdapat sisipan-sisipan humor. Humor menjadi alat penting yang tidak

dapat di pisahkan ketika menyampaikan kesan lisan.

1. Fungsi pidato

2. Mempermudah komunikasi antar atasan dan bawahan.

3. Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi.

4. Menciptakan suatu keadaan yang kondusif di mana hanya perlu 1 orang saja yang

melakukan orasi/pidato tersebut.

5. mempermudah komunikasi.

6. Tujuan pidato

Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :

a. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.

b. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.

c. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang

lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Jenis Penelitian

21

Anda mungkin juga menyukai