Anda di halaman 1dari 4

REVIEW BAB 1

Judul : Sejarah, Fungsi, Kedudukan, dan Ragam Bahasa


Indonesia
Penulis : Dr. Ardianto, M.Pd.
Penerbit : STAIN Manado Press
Tahun Terbit : 2014

A. Sejarah Singkat Perkembangan Bahasa Indonesia


Berbicara tentang Sejarah Singkat Perkembangan Bahasa Indonesia, berarti kali kita akan
membahas tentang sesuatu yang terjadi pada masa lampau yang berkaitan dengan Bahasa
Indonesia yang kita gunakan sampai saat ini.
Bahasa Indonesia adalah Bahasa resmi Republik Indonesia yang kita gunakan yang berasal
dari Bahasa Melayu. Faktor penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
adalah karena sudah lama bahasa Melayu menjadi bahasa bebas di Indonesia dan juga pada
masa kerajaan Melayu dan Sriwijaya, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi. Selain
itu, disamping sebagai bahasa pengantar bumi-putera, bahasa Melayu juga digunakan sebagai
bahasa kedua mendampingi bahasa Belanda. Oleh karena itu, sampai saat ini bahasa Indonesia
merupakan bahasa nasional, bahasa negara, maupun bahasa resmi bagi negara dan warga
masyarakat Indonesia.
Jika ditelusuri sejarah perkembangannya, rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
tercetus sejak didirikannya organisasi yang bernama Budi Utomo, yang sebelumnya warga
masyarakat di Indonesia masih bersifat kedaerahan. Rasa persatuan bangsa Indonesia juga
telah mengilhami para pemuda Indonesia dengan menyatakan ikrar Sumpah Pemuda yang
isinya:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia.
Oleh karena itu, Sumpah Pemuda yang diikrarkan oleh para pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan bahasa Indonesia karena
bahasa Indonesia adalah aspirasi kebangsaan (kenasionalan), yang mengandung arti
perjuangan. Selain sebagai tonggak sejarah bagi perkembangan bahasa Indonesia, di bidang
Ideologi dan politik, tanggal 28 Oktober 1928 juga merupakan tonggak sejarah yaitu
pernyataan dari Prof. Dr. A. Tewu sebagai saat “pembaptisan” bahasa Melayu menjadi Bahasa
Indonesia.

B. Fungsi Bahasa Indonesia


Kita tidak perlu meragukan betapa pentingnya bahasa bagi kehidupan kita. Karena bukan
hanya dibuktikan sebagai petunjuk pemakaian bahasa dalam aktivitas sehari – hari, tetapi juga
dibuktikan dengan banyaknya perhatian para ilmuwan dan praktisi terhadap bahasa. Adapun
para ilmuwan menerapkan bahasa sebagai objek studi karena bertujuan sebagai alat bantu
atau sarana untuk mengkomunikasikan berbagai hal.
Selain sebagai objek studi ada pula dalam literatur bahasa, para ahli umumnya
merumuskan fungsi bahasa bagi setiap orang ke dalam empat hal, yaitu:
1. Sebagai alat/media komunikasi
2. Sebagai alat untuk ekspresi diri
3. Sebagai alat untuk integrasi dan adaptasi sosial
4. Sebagai alat kontrol sosial
Selain 4 hal di atas, ada satu lagi fungsi bahasa yang selama ini kurang disadari oleh
sebagian anggota masyarakat, yaitu sebagai alat untuk berpikir. Seperti yang telah diketahui,
ilmu tentang cara berpikir adalah logika. jadi dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir
bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan.

C. Kedudukan Bahasa Indonesia


Di Negara kita perlu adanya kedudukan bahasa karena dengan adanya kedudukan bahasa
berarti kita dipermudah untuk berkomunikasi antar daerah dengan menggunakan bahasa
resmi kita yaitu bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai
bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :
1. Lambang kebanggaan nasional
2. Lambang identitas nasional
3. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa yang latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing - masing ke dalam kesatuan kebangsaan indonesia
4. Alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya
Kemudian dalam kedudukannya sebagai bahasa negara yaitu :
1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

D. Ragam Bahasa
Pada kenyataannya, bahasa adalah sesuatu yang kaya dengan ragam – ragam (variety).
Mengenai ragam bahasa, Ferguson dan Gumperz memberikan batasan bahwa ragam bahasa
adalah keseluruhan pola – pola ujaran yang cukup dan sama untuk dianalisis dengan teknik –
teknik deskripsi sinkronik yang ada dan memiliki perbendaharaan unsur – unsur yang cukup
besar dan penyatuan – penyatuannya atau proses dengan cakupan semantik yang cukup luas
untuk berfungsi dalam segala konteks komunikasi yang normal.
Dalam bahasa Indonesia juga ditemukan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa
merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi itu
muncul karena pemakaian bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi
dan kondisinya.
Berdasarkan media atau sarannya, ditemukan ragam lisan dan ragam tulis. Berdasarkan
penuturnya, ditemukan ragam daerah atau dialek (dialek regional dan dialek sosial), ragam
bahasa terpelajar, ragam bahasa resmi, dan ragam bahasa tak resmi. Berdasarkan pokok
persoalan ditemukan ragam bahasa sastra, dan sebagainya. Kemudian di dalam ragam bahasa
lisan ditemukan ragam baku dan ragam tidak baku. Di dalam ragam baku lisan ditemukan
ragam baku nasional dan ragam baku daerah. Di dalam kedua ragam yang terakhir itu
ditemukan ragam sosial dan ragam fungsional. Di dalam ragam bahasa tulis ditemukan ragam
baku, dan ragam tidak baku. Di dalam hal ini, yang dimaksud dengan ragum baku ialah ragam
baku nasional. Di dalam ragam baku nasional ditemukan ragam sosial dan ragam fungsional.
Jika ditelusuri lebih jauh, kelompok ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci
lagi berdasarkan ciri yaitu kedaerahan, pendidikan, dan sikap penutur sehingga di samping
ragam yang tertera sebelumnya, terdapat pula ragam menurut daerah, pendidikan, dan sikap
penutur.
E. Ragam Bahasa Indonesia Baku
1. Hakikat Ragam Bahasa Indonesia Baku
Pengembangan bahasa Indonesia harus mengikuti arus perkembangan masyarakat
itu sendiri. Oleh karena itu, terjadinya perubahan bahasa merupakan konsekuensi logis
dari perubahan masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini bahasa akan mengalami perubahan
sesuai dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi – variasi bahasa yang
dipakai sesuai keperluan. Agar banyaknya variasi itu tidak mengurangi fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi ragam standar. Ide standardisasi merupakan salah satu segi dari jangkauan
perencanaan bahasa. Tujuan akhirnya ialah untuk memperoleh alat komunikasi yang
sebaik – baiknya dan seefektif mungkin dalam segala kegiatan hidup pemakainya. Untuk
mendapatkannya dianggap perlu adanya kebakuan bahasa atau kestandaran bahasa.
Kebakuan itu meliputi kaidah dan kode – kodenya.
Ada pendapat yang mengemukakan bahwa yang lebih menekankan pada aspek
kaidah bahasa ialah yang dimaksud dengan Bahasa Indonesia Baku ialah ragam bahasa
yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia, baik yang menyangkut ejaan, lafal, bentuk kata,
struktur kalimat maupun penggunaan bahasa.
2. Ciri Ragam Bahasa Indonesia Baku
Untuk mencapai sifat kemantapan dinamis dalam bahasa baku, perlu diusahakan
pekerjaan kodifikasi bahasa. Kodifikasi tersebut menurut seorang ahli yang bernama
Moeliono, ada dua aspek utama yaitu bahasa menurut situasi pemakai dan pemakainya,
dan bahasa menurut strukturnya sebagai suatu sistim komunikasi.
Kodifikasi yang pertama sebagaimana dikemukakan Moeliono akan menghasilkan
sejumlah ragam bahasa dan gaya bahasa. Perbedaan ragam dan gaya bahasa ini tampak
dalam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa tulisan. Sedangkan, kodifikasi yang
kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosakata yang baku.
Ciri lain yang harus dimiliki oleh bahasa baku yang modern ialah ciri kecendekiaan.
Bahasa harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai bidang
ilmu, teknologi, dan interaksi manusia tanpa menghilangkan kodrat dan kepribadiannya.
Berkaitan dengan bahasa Indonesia baku atau standar ini, ada sebelas ciri bahasa
Indonesia baku dari seorang ahli yang bernama Widaghdo, yakni:
1. Memakai ucapan baku (pada bahasa lisan)
2. Memakai ejaan resmi (Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan)
3. Terbatasnya unsur daerah, baik leksikal maupun gramatikal
4. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, dan sebagainya) secara eksplisit dan
konsisten
5. Pemakaian konjungsi bahwa atau karena (bila ada) secara eksplisit
6. Pemakaian awalan me atau ber (bila ada) secara eksplisit dan konsisten
7. Pemakaian partikel lah, kah, tah, pun (bila ada) secara konsisten
8. Pemakaian kata depan yang tepat
9. Pemakaian pola aspek-pelaku-tindakan secara konsisten
10. Memakai konstruksi sintesis
11. Menghindari pemakaian unsur – unsur leksikal yang terpengaruh oleh bahasa – bahasa
dialek atau bahasa sehari – hari

F. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Bahasa sudah dapat dikatakan baik apabila dapat dimengerti oleh mitra tutur dan
ragamnya harus sesuai dengan situasi pada saat bahasa itu digunakan. Contohnya adalah
ketika mahasiswa mengobrol di kantin, pemondokan dan lain sebagainya karena pada saat itu
mereka memakai ragam dialek.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai kaidah. Salah satu contoh bahasa yang benar
adalah bahasa yang dipakai oleh dosen pada saat memberi kuliah, atau seperti bahasa yang
dipakai dalam rapat formal, lebih – lebih bahasa dalam temu ilmiah seperti diskusi dan
seminar.

Anda mungkin juga menyukai