Anda di halaman 1dari 9

Nama : Romi ramanda

Nim : C1022221006
Kelas : PPAPK
Prodi : Agribisnis
Mata kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dewi Mustikasari , M.Pd

SEJARAH BAHASA INDONESIA

Bahasa adalah identitas suatu bangsa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
bangsa lain. Dimana setiap bangsa memiliki bahasa yang berbeda-beda dengan ciri khas dan
asal-usul masing-masing. Begitu juga dengan bahasa Indonesia. Sejarah bahasa Indonesia
sendiri tidak lepas dari bahasa Melayu.

Bahasa Indonesia sangat dinamis, sehingga menghasilkan kosakata baru dari


penciptaan dan penyerapan bahasa daerah maupun asing. Salah satu bahasa yang datang dari
luar adalah bahasa Inggris. Dimana bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang
digunakan sebagai komunikasi antar bangsa. Sehingga tidak heran, banyak orang yang
belajar untuk menguasai bahasa Inggris.hal ini bertujuan agar mereka tidak buta akan
informasi yang ada di dunia. Meskipun mempelajari bahasa Inggris penting, akan lebih baik
jika kita sebagai warga Negara Indonesia tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan
bahasa Indonesia. Untuk lebih memperdalam bahasa Indonesia, kita harus mengetahui sejarah
bahasa Indonesia dan perkembangannya hingga saat ini. Dimana bahasa Indonesia menjadi
bahasa pemersatu penduduk Indonesia yang sangat beranekaragam.

Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Dimana pada tanggal tersebut, para
pemuda dari seluruh pelosok Nusantara berkumpul dan berikrar Sumpah Pemuda dengan isi :

 Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia


 Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan
 Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Dengan Sumpah Pemuda itulah, bahasa Indonesia kemudian dikukuhkan menjadi bahasa
nasional. Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945, bahasa Indonesia menjadi bahasa negara
dan terkandung dalam UUD 1945 Bab XV, Pasal 36.

Bahasa Melayu Sebagai Dasar Bahasa Indonesia

Sejarah Bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan bahasa Melayu. Sejak dulu,
bahasa Melayu merupakan bahasa yang digunakan sebagai bahasa perantara atau pergaulan.
Sehingga dasar bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Awal mulanya adalah ketika
kerajaan Sriwijaya maju ke wilayah Asia Tenggara menggunakan bahasa Melayu Kuno
sebagai bahasa perantara dengan kerajaan lain.
Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti di Kedukan Bukit di Palembang berangka tahun
683 M. Kemudian kota kapur di Bangka Barat berangka tahun 686 M dan Karang Brahi di
Jambi berangka tahun 688 M.

Faktor Pengangkatan Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia

Perkembangan bahasa Melayu semakin pesat, hingga bahasa ini dijadikan sebagai bahasa
Indonesia. terdapat empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia:

 Dari dulu bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar di Indonesia


 Bahasa Melayu memiliki sistem yang sederhana sehingga mudah dipahami dan
dipelajari
 Suku-suku di Indonesia mengakui dan menerima Bahasa Melayu sebagai dasar bahasa
Indonesia
 Bahasa Melayu memiliki kemampuan sebagai bahasa kebudayaan

Perkembangan Bahasa Melayu

Dalam berkomunikasi, bahasa Melayu digunakan dimana-mana dan semakin


berkembang di Nusantara. Bahasa Melayu ini kemudian dipengaruhi oleh corak budaya
setiap daerah. Sehingga bahasa ini tumbuh dengan pengaruh bahasa lain seperti bahasa
Sansekerta, Persia, Arab dan bahasa Eropa. Dengan demikian, dalam perkembangannya,
bahasa ini memiliki dialek yang berbeda-beda antar daerah.

Perkembangan Bahasa Indonesia

Sejarah bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu yang disahkan menjadi bahasa
persatuan ketika Sumpah Pemuda tahun 1928. Perkembangan bahasa Indonesia didorong
oleh kebangkitan nasional. Dimana di dalamnya terdapat peranan-peranan penting pada
kegiatan politik, perdagangan, surat kabar maupun memodernkan bahasa Indonesia.
Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa
negara yang memiliki kedudukan dan fungsi yang tinggi. Hingga kini bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dan pemerintah
memberi perhatian dengan membentuk lembaga Pusat Bahasa dan Penyelenggara Kongres
Bahasa Indonesia.

Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia

Sejarah bahasa Indonesia tidak berhenti begitu saja, karena perkembangannya di


Nusantara semakin pesat. Apalagi dengan sifat terbukanya membuat bahasa Indonesia
menyerap kata-kata dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun asing. Bahasa Indonesia
mengalami penyempurnaan dalam ejaannya. Berikut ini tahapan perkembangan ejaan bahasa
Indonesia :

1. Ejaan Van Ophuijen (1901)


2. Ejaan Republik / Ejaan Soewandi (19 Maret 1947
FUNGSI DAN RAGAM BAHASA
PENGERTIAN BAHASA
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan makhluk hidup untuk berinteraksi
antara satu dengan lainnya. Di dalam berbahasa terdapat dua macam bentuk, yaitu bahasa
verbal dan bahasa nonverbal. bahasa vermab merupakan suatu alat komunikasi yang
digunakan sejak manusia lahir dan menjadi komunikasi dasar yang digunakan secara umum
oleh manusia di dunia. Bahasa nonverbal memiliki banyak jenisnya., seperti bahasa tubuh,
sandi morse, dan masih banyak lagi.

FUNGSI BAHASA
Fungsi bahasa Indonesia yaitu dapat menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa.
Dengan kehadiran bahasa Indonesia, dapat menjadikan terpupuknya rasa persatuan dan
kesatuan bangsa. Bahasa Indonesia juga dapat menumbuhkan kaum muda dan pelajar.
PENGERTIAN RAGAM BAHASA INDONESIA

Menurut Bachman, Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

Pada umumnya, pemakaian bahasa Indonesia digolongkan menjadi dua jenis yaitu
baku dan tidak baku. Seperti halnya ketika kita berada dalam situasi resmi maka kita akan
menggunakan bahasa baku. Sedangkan, apabila di tengah pasar atau di rumah sendiri maka
kita tidak harus menggunakan bahasa baku.

FUNGSI RAGAM BAHASA

Adapun ragam bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa nasional. Fungsi-fungsi
tersebut adalah :

1. Menyatukan berbagai bahasa di Indonesia.


2. Simbol kebanggaan nasional.
3. Simbol identitas bangsa.
4. Pemersatu antar kelompok atau etnis.
5. Alat pemersatu adat dan budaya antar daerah.

Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa negara. Fungsi dari bahasa
negara adalah :

1. Bahasa resmi negara.


2. Bahasa pengantar pendidikan.
3. Alat komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan.
4. Alat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ragam Bahasa berdasarkan media

Dilihat dari media atau sarananya, bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu
ragam lisan dan tulisan.
Ragam Lisan

Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap dengan fonem
sebagai unsur dasar. Ciri-ciri dari ragam lisan adalah 

 Memerlukan orang kedua/teman bicara


 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu
 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
 Berlangsung cepat
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi
 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Ragam Tulis

Ragam bahasa tulisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan tulisan atau
rangkaian huruf sebagai unsurnya. Ciri-ciri dari ragam bahasa tulisan yaitu :

 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;


 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
 Harus memperhatikan unsur gramatikal;
 Berlangsung lambat;
 Selalu memakai alat bantu;
RAGAM BAHASA BERDASARKAN STANDAR
Selain digolongkan dari media, terdapat penggolongan ragam bahasa berdasarkan standar
atau kebakuan bahasa. Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar
dilakukan berdasarkan:
 Topik yang sedang dibahas,
 Hubungan antarpembicara,
 Medium yang digunakan,
 Lingkungan, atau
 Situasi saat pembicaraan terjadi

RAGAM BAHASA INDONESIA BERDASARKAN CARA PANDANG PENUTUR

Apabila dilihat dari cara pandang penutur atau pembicaranya, ragam bahasa Indonesia
dibedakan menjadi:

1. Ragam dialek

2. Ragam terpelajar

3. Ragam resmi

4. Ragam tak resmi


EJAAN BAHASA INDONESIA

PENGERTIAN EJAAN DAN EYD

Dalam penulisan bahasa Indonesia, tentu ejaan sangatlah penting untuk diperhatikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca. Dikutip dari buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia (2020)
karya Widya Fitriantiwi, ejaan disebut juga sebagai kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai
bahasa supaya keteraturan dan keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai. Dari
beberapa pengertian tadi, bisa dikatakan kalau ejaan adalah cara dalam menuliskan
kata/kalimat dengan benar, dengan memperhatikan penggunaan huruf serta tanda baca yang
benar.

Sebelum menggunakan EYD, bangsa kita sempat menggunakan yang namanya ejaan
Suwandi

1. 'j' menjadi 'y'

2. 'dj' menjadi 'j'

3. 'nj' menjadi 'ny'

4. 'ch' menjadi 'kh'

5. 'tj' menjadi 'c'

6. 'sj' menjadi 'sy

FUNGSI EJAAN

Ejaan juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan Bahasa Indonesia.
Menurut Siti Maimunah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019),
berikut fungsi ejaan diantaranya:

1. Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.


2. Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
3. Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam
penulisannya tidak menghilangkan makna aslinya.
4. Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan
mudah, karena penulisan bahasa yang lebih teratur.

PENULISAN EJAAN DAN CONTOHNYA

Dilansir dari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang ditulis
oleh Kemendikbud RI, terdapat beberapa aturan dalam penulisan ejaan yang benar.
A. Huruf Abjad
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 26 huruf abjad yaitu: A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M,
N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, dan Z.
B. Huruf Vokal
Dalam  bahasa Indonesia, terdapat 5 huruf vokal yang diantaranya adalah: a, i, u, e, o.
C. Huruf Konsonan
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 21 huruf konsonan diantaranya: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n,
p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

D. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi


konsonan. Contoh penggunaannya seperti pada kata: khusus, akhir

E. Huruf Kapital

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama di awal kalimat. Contoh: Aku sedang menulis
surat.

 2. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Contoh: Ibu berkata,
"Kapan kamu pulang?", "Cepatlah kembali ya, nak!" ucapnya.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah, Tuhan, Kristen, Islam, Yesus.

F. Huruf Miring

1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar
yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Contoh: Majalah Poedjangga
Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.

2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata dalam kalimat. Contoh: Dia tidak diantar, tetapi mengantar.

G. Huruf Tebal

1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Contoh:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.

DIKSI (PILIHAN KATA)


PENGERTIAN DIKSI MENURUT GORYS KERAF
Diksi terbagi menjadi dua, yakni pilihan kata atau mengenai pengertian kata-kata
yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan, pengungkapan yang tepat dan gaya
penyampaian kata yang lebih baik dan sesuai situasi.
Pengertian diksi juga merupakan sebuah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari  gagasan yang disampaikan. Selain itu, diksi juga bisa berupa
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi, nilai dari suatu rasa
yang dimiliki kelompok masyarakat, pendengar, dan pembaca.

BERIKUT BEBERAPA FUNGSI PEMILIHAN DIKSI DALAM PENULISAN


KARYA SASTRA.

1. Membantu pembaca memahami pesan karya sastra


Pemilihan diksi yang tepat dalam penulisan karya sastra bisa membuat orang yang
membaca lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis atau
pengarang melalui hasil tulisannya.

2. Membantu komunikasi menjadi lebih efektif


Pemilihan diksi dalam penulisan karya sastra juga bisa membantu membuat
komunikasi menjadi lebih efektif. Pemahaman yang baik dalam penggunaan atau
pemilihan diksi sangat penting, agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien.

3. Mengekspresikan gagasan
Ekspresi adalah istilah yang merujuk pada sesuatu yang memperlihatkan perasaan
seseorang. Karena, mengekspresikan perasaan tidak hanya melalui mimik wajah, tetapi
juga kata-kata dalam tulisan atau ketika berbicara.

4. Hiburan
Hiburan adalah segala sesuatu yang bisa berbentuk kata-kata, tempat, benda atau
perilaku yang bisa menjadi penghibur atau pelipur hati yang sedang susah atau sedih. Pada
umumnya, hiburan bisa berupa permainan video, film, musik, opera, drama atau
permainan.

JENIS-JENIS DIKSI

1. Diksi Berdasarkan Makna


Jenis diksi berdasarkan maknanya masih terbagi menjadi 2 macam, meliputi makna
denotatif dan makna konotatif.
a. Makna Denotatif
Jenis diksi berdasarkan makna denotatif adalah diksi dengan makna yang
sebenarnya dari suatu kata atau kalimat. Dalam kata lain, makna denotatif adalah makna
objektif tanpa membawa perasaan tertentu atau murni.

b. Makna Konotatif
Jenis diksi berdasarkan makna konotatif adalah diksi, kata atau kalimat yang
memiliki arti bukan sebenarnya. Makna konotatif juga bisa diartikan sebagai makna kias
yang berkaitan dengan nilai rasa. 

SYARAT-SYARAT DIKSI

Diksi biasanya digunakan sebagai cara untuk menentukan suatu tuturan bahasa.
Syarat utama penggunaan diksi adalah adanya sejumlah kata yang mirip. Kemudian, akan
dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan sebuah pesan, ekspresi atau
makna lainnya.

Karena itu, pemilihan diksi yang tepat bukan sekedar memilih kata yang tepat,
tetapi juga harus mempertimbangkan kecocokan kata dengan konteks. Selain itu, makna
dari diksi yang dipilih harus sesuai dengan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Pemilihan diksi juga harus kaidah maknanya. Maksudnya, makna dari kata yang
dipilih harus berhubungan dengan bentuk bahasa dan objek. Jenis makna yang utama
dalam mempertimbangkan pemilihan diksi, yaitu makna denotatif atau makna leksikal dan
makna konotatif atau makna gramatikal. Karena itu, penguasaan kosakata dan wawasan
yang luas sangat diperlukan untuk memilih dan menggunakan diksi yang tepat dalam
sebuah karya sastra.

CONTOH DIKSI

Berikut ini, beberapa contoh penggunaan diksi yang tepat dalam sebuah kalimat.

1. Rendy sudah menjadi tangan kanan Andin selama 5 tahun. (tangan kanan adalah diksi
yang memiliki arti sebagai orang kepercayaan).

2. Rudy memilih menguras usaha sapi perah milik ayahnya setelah lulus SMA. (sapi perah
memiliki makna yang murni dalam kalimat ini, yakni sapi yang memang diternakkan dan
diperah susunya).

3. Alika adalah anak yang paling pandai di sekolahnya dan Naura adalah anak yang paling
pintar di kelas. (Panda dan pintar adalah dua kata dengan ejaan berbeda tetapi memiliki
kesamaan makna).

Anda mungkin juga menyukai