pada tahun 2016 PUEBI (Pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia) sebagai disahkan menteri pendidikan yaitu Anies Rasyid
Baswedan, pH.D. penyempurnaan dari ETD (Ejaan Yang Disempurnakan). PUEBI sendiri berisi berbagai pedoman berbahasa yang
benar,seperti :aturan penulisan kata, pemakaian tanda baca, pemakaianhuruf, serta unsur serapan.
Pengertian ejaan
Sejarah ejaan
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Nah, sebelum EBI berlaku, kita memiliki
beberapa jenis ejaan lho.
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan pertama yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Ejaan
ini ditetapkan tahun 1901.
2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi
Edjaan Republik berlaku sejak 17 Maret 1947 menggantikan ejaan pertama yang dimiliki
bahasa Indonesia saat itu. Ejaan ini merupakan upaya pemerintah untuk mengganti ejaan Van
Ophuysen
3. Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet
Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
4. Ejaan yang Disempurnakan (EyD)
Ejaan ini berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015, atas kerja sama dua negara yakni Malaysia
dan Indonesia yang masing-masing diwakili oleh para menteri pendidikan kedua negara
tersebut.
5. Ejaan Bahasa Indonesia
Fungsi Ejaan
Fungsi ejaan yang utama adalah untuk menunjang pembakuan tata bahasa Indonesia baik
kaitannya dengan kosa kata maupun dengan peristilahan. Ejaan sangat penting dan perlu
untuk diprioritaskan.
Adapun fungsi ejaan secara khusus adalah sebagai berikut:
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
2. Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
3. Sebagai alat penyaring dari masuknya unsur-unsur bahasa lain baik secara kosa kata
maupun istilah ke dalam Bahasa Indonesia
A. PEMAKAIAN HURUF
Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam penulisan
karya tulisilmiah adalah persoalan pemenggalan kata. Penulis karya tulis ilmiah sering
mengalami kesulitan memenggal kata pada pergantian baris. Misalnya penulisan kata berikut:
saudara: sau-da-ra
mutakhir: mu-ta-khir
menaati: me-na-at-I
instrumental: in-stru-men-tal
introspeksi: in-tro-spek-si
bangkrut: bang-krut
Secara umum pemenggalan kata dasar dilakukan dengan mencermati kaidah-kaidah
berikut.
(a). jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu, misalnya: ma-af, bu-at, ma-in, pa-ut, po-in
(b) jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu,
misalnya: ma-kan, ke-me-na-kan, mu-ta-khir, ca-ri, ke-ci-pir, medu-la.
(c). Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan itu, misalnya: tan-pan, sam-bung, ge-ring-sing.
(d).Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua, misalnya:
in-stru-men-tal, des-krip-si, bang-krut.
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan u.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas hurufhuruf
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z
Huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
B. PEMENGGALAN KATA
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu. Misalnya: au-la bukan a-u-la sau-dara bukan sa-u-da-ra am-boi bukan
am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-
pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jikan di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las
C. BEMTUK ULANG
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang
berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang
berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
D. GABUNGAN KATA ATAU KATA MAJEMUK
a. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang
tua, ibu kota, sepak bola.
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat
pandang-dengar, anak-istri saya.
c. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian
Gabungan kata yang ditulis serangkai.
E. KATA GANTI
Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil,
bukumu, miliknya.
F. KATA DEPAN ATAU PREPOSISI
Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim
seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
G. ARTIKEL
Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
H. PARTIKEL
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
b. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun,
bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
c. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1
April, per helai
I. KATA TURUNAN S
ecara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan
kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk
melengkapi aturan tersebut.
1. Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
a. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se
2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
b. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
1. ber-an
2. di-kan dan di-i
3. diper-kan dan diper-i
4. ke-an dan ke-i
5. me-kan dan me-i
6. memper-kan dan memper-i
7. pe-an
8. per-an
9. se-an
10. ter-kan dan ter-i
c. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
2. .Awalan me
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh
→ meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- +
baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i
→ memfasilitasi.
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- +
datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh:
me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom →
mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
3. Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu →
menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- +
klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara
sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.
4. Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)
J. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal
kalimat. Misalnya: Dia mengantuk.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik
bertanya, “Kapan kita pulang?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. - 6 - Misalnya: Allah,
Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin,
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor
Supomo.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Misalnya: Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan
peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia
Tenggara, Banyuwangi.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
Misalnya: Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya
telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan. Misalnya: “Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan. Misalnya: Dr. doctor M.A. master of arts
b. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: majalah Bahasa dan Sastra, buku
Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Rakyat.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia buka menipu, tetapi ditipu.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah
Carcinia mangostama.
K. PEMAKAIAN TANDA BACA
a. Tanda Titik (.)
1.Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atauseruan.
2.Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,ikhtisar, atau
daftar.
3.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yangmenunjukkan waktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yangmenunjukkan jangka waktu.
5.Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judultulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit
. 6.Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan ataukelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
b. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu darikalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kataseperti : tetapi,melainkan, sedangkan, dan
kecuali
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
4.Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubungantarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti :oleh karenaitu, jadi,dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipunbegitu .
.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru,seperti :o, ya,wah,aduh, dan
kasihan, atau kata-kata yang digunakansebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari
kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
6.Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagianlain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf Jdan K.)
7.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
8.Tanda koma dipakai di antara
(a) nama dan alamat,
(b) bagian bagianalamat,
(c) tempat dan tanggal, serta
(d) nama tempat dan wilayah ataunegeri yang ditulis berurutan.
.Tanda koma
dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibaliksusunannya dalam daftar
pustaka.
10.Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki ataucatatan akhir.
11.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yangmengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri,keluarga, atau marga.
12.Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dansen yang
dinyatakan dengan angka.
13.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III,Huruf F.)
14.Tanda koma dapat dipakai– untuk menghindari salah baca/salah pengertian – di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
c. Tanda Titik Koma (;)
1.Tanda titik koma dipakaisebagai pengganti kata penghubung untukmemisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
2.Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perinciandalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubunganitu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
3.Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara ataulebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dankata hubung.
d. Tanda Titik Dua (:)
1.Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yangdiikuti rangkaian
atau pemerian.
2.Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3.Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang - 9 - L.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansker ta,Arab, Portugis,
Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsurserapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasaIndonesia,
seperti reshuffle , shuttle cock, dan de l'homme parl'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara
asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.
Dalam hal itu,diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentukasalnya.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini
didaftarkan juga akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Ind onesia.Akhiran itu
diserap sebagai bagian kata yang utuh.Kataseperti standardisasi, efektif, dan implementasi
diserap secara utuh di sampingkata standar,efek, dan implemen
MATERI KE EMPAT:
PENGERTIAN KATA
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.
Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian
terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang
memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
JENIS-JENIS KATA
Berdasarkan ciri dan karakteristiknya kata dikelompokan menjadi kata kerja, kata
benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata
ulang, kata sambung dan kata seru.
2. Ditinjau dari hubungan dengan unsur lain dalam kalimat, kata kerja dibedakan menjadi:
a. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek
Berdasarkan jumlah objek yang mendampinginya, kata kerja transitif terbagi
menjadi:
Kata kerja ekatransitif, adalah kata kerja yang di ikuti oleh satu objek
: Ibu sedang menjadi baju.
S P O
Contoh kata kerja ekatransitif adalah membawa, membuktikan, mengerjakan,
mengadili, merestui, membelanjakan, membeli, memperesar.
Kata kerja dwitansitif, adalah kata kerja yang mempunyai dua nomina, satu
sebagai objek dan satunya sebagai pelengkap.
Contoh:
Ayah membelikan kakak motor baru.
S P O pel.
Contoh kata kerja dwitransitif adalah menugasi, mengirimi, mengambilkan,
membawakan, menyebut, menuduh, memanggil, menyerahi.
Kata kerja semitransitif, adalah kata kerja yang objeknya boleh ada, boleh juga
tidak ada.
Contoh:
Paman sedang makan.
S P
3. Ditinjauh dari hubungan kata kerja dengan kata benda dalam kalimat, kata kerja
dibedakan atas:
a. Kata kerja aktif, biasanya berawalan me-, ber-, atau tanpa awalan.
Contoh:
menyanyi, menulis, mencintai, berdua, berkata, makan, pergi, tidur, datang
b. Kata kerja pasif, biasanya berawalan di- atau ter-.
Contoh:
ditinju, dimakan, dilamar, ditembak, terlena, tertawa, tersiksa, terbawa, terkenal
c. Kata kerja anti-aktif (aragrap) adalah kata kerja pasif yang tidak dapat diubah
menjadi kata kerja aktif. Subjek pada kata kerja ini merupakan penanggap (pihak
yang merasakan, menderita, atau mengalami).
Contoh:
tembus, terantuk, kecopetan, kena pukul, kena marah
4. Ditinjau dari hubungan antara kata benda yang mendapinginya, kata kerja dibedakan
atas:
a. Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan yang dilakukan
oleh dua pihak secara berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.
Contoh:
berkelahi, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafkan, saling memberi, saling
membenci, baku hantam, baku tembak, tolong-menolong, cubit-cubitan
b. Kata kerja non resiprokal adalah kata kerja yang tidak menyatakan perbuatan yang
dilakukan oleh dua pihak dan saling berbalasan.
5. Ditinjau dari sudut refrensi argumennya, kata kerja dibedakan atas:
a. Kata kerja refleksif adalah kata kerja yang kedua referenya sama.
Contoh:
bercemin, bercukur, berdadan, berhias, berjemur, melarikan diri, membaringkan diri
b. Kata kerja non-refleksif adalah kata kerja yang kedua argumennya menpunyai
referen yang berlainan.
Contoh:
mengantuk, menangis, berlari, bekerja
e. Kata sifat yang berasal dari berbagai kelas kata, melalui proses berikut
Deverbalisasi
Denominalisasi
Deadverbialisasi
Denumeralisasi
Deinterjeksi
o Subordinatif
o Koordinatif
Kata benda umumnya dapat diikuti oleh kata sifat, baik secara langsung maupun diantarai
oleh kata yang.
Contoh: naskah kuno, mobil mewah, rumah angker, naskah yang kuno, mobil yang mewah,
rumah yang angker
Berdasarkan bentuknya, kata dasar dikelompokan menjadi beberapa jenis berikut.
1. Kata benda dasar adalah kata benda yang hanya terdiri atas satu morfem.
Contoh:
gelas, air, meja, kardus, kami, kakak, November, motor, Koran, Palembang, ember,
rumah, gunung
2) Deadjektivalisasi
Contoh:
petinggi, keseriusan, kematangan, perusakan
3) Denumeralisasi
Contoh:
keseluruhan, kesatuan, persatuan
4) Deadverbialisasi
Contoh:
kekurangan, kelebihan, keterlaluan
2. Kata benda abstrak adalah kata benda yang wujud fisiknya tidak dapat di lihat.
Contoh:
kebenaran, kemajuan, perbukuan, persatuan
(2) Kata bilangan pecahan, yaitu kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan penyebut
yang dibutuhi partikel per-.
Contoh:
3/4 = tiga perempat
2/3 = dua perempat
4/5 = empat perlima
1/2 = satu perdua, setengah, atau separuh
b.Kata bilangan tingkat adalah kata bilangan takrif yang melambangkan urutan dalam
jumlah dan berstruktur ke+Num.
Contoh:
kesatu, ketiga, kesepuluh, keduapuluh lima, keseratus
2. Kata bilangan tak takrif dalah kata bilangan yang menyatakan jumlah tak tentu.
Contoh:
suatu, beberapa, berbagai, tiap-tiap, segenap, sekalian, semua, sebagian, seluruh, segala
3. Kata ganti yang tidak menunjukan pada orang atau benda tertentu.
Contoh:
Sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa-apa, anu, masing-masing, sendiri
2.Kata keterangan kuantitatif adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
jumlah.
Contoh:
banyak, sedikit, kira-kira, cukup
3. Kata keterangan aragraph adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
pembatasan.
Contoh:
hanya, saja, sekadar
4. Kata keterangan frekuentatif adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
tingkat kekerapan terjadinya suatu yang diterapkan kata keterangan itu.
Contoh:
selalu, sering, jarang, kadang-kadang
5.Kata keterangan waktu adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
keterangan waktu terjadinya peristiwa.
Contoh:
baru, segera, tadi, kemarin, lusa
6. Kata keterangan cara adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan cara
suatu peristiwa berlangsung atau terjadi.
Contoh:
diam-diam, secepatnya, pelan-pelan
8.Kata keterangan keniscayaan adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
kepastian terjadinya suatu peristiwa.
Contoh:
pasti, tentu, niscaya
4. kah,digunakan untuk:
a. Mengukuhkan bagian kalimat yang diikuti oleh –kah.
Contoh:
Dapatkah kau mengerti perasaanku?
Mungkinkah dia tahu rahasia kita?
b. Menanyakan pilihan.
Contoh:
Mana yang menurutmu yang paling bagus, memakai kebaya atau tunik?
11. berapa, digunakan untuk menanyakan bilangan yang mewakili jumlah, ukuran, takaran,
nilai, harga, satuan waktu.
Contoh:
Berapa ekor ayam peliharaanmu?
Berapa harga rumah itu?
Berapa lama kita harus menunggu di sini?
Jam berapa kamu akan pergi?
13. masa, masakan, digunakan untuk menyatakan ketidakpercayaan dan bersifat retoris.
Contoh:
Masakan kamu tidak mengerti maksudku?
c. umat, digunakan khusus untuk kelompok yang memiliki latar belakang agama yang sama
atau memiliki konoyasi keagamaan
contoh:
umat Islam, umat Budha, umat beragama, umat manusia
b. hubungan pemilihan
Contoh: atau
c. hubungan perlawanan
contoh: tetapi
Penggabungan ketiga jenis kata penghubung di atas menghasilkan kalimat majemuk setara.
c. Hubungan pengandaian
Contoh:
andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya
d. Hubungan tujuan
Contoh:
agar, biar, supaya
e. Hubungan konsesif
Contoh:
biarpun, meskipun, sekalipun, walau(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
h. Hubungan pengakibatan
Contoh:
se(hingga), sampa(-sampai), maka(nya)
i. Hubungan penjelasan
Contoh: bahwa
j. Hubungan cara
Contoh: dengan
B. Unsur-unsur Kalimat
Di samping berunsur subjek dan predikat, kalimat dapat dibangun dengan unsur yang
lebih kompleks seperti pada contoh berikut :
Ayah // selalu mengirimi // kami // uang // setiap awal bulan
S P O Pel. K
Berdasarkan contoh, dapat diketahui bahwa sebuah unsur kalimat dapat berupa (S) subjek,
(P) predikat, Pel (pelengkap), dan K (keterangan).
1. Subjek
Unsur pembentuk kalimat yang harus disebut pertama adalah subjek. Subjek adalah
unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan
mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara
strukturnya. Ciri-cirinya adalah :
a. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau
siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia,
biasanya digunakan kata tanya siapa.
b. Dapat disertai kata ini atau itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk
menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu atau ini. Subjek yang sudah takrif misalnya
nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata
ini atau itu.
c. Tidak didahului kata depan/preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang
sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan
kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
d. Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek
dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
2. Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau memberitahukan apa, mengapa,
bagaimana atau berapa tentang subjek kalimat. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan
subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Langsung mengikuti predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.
c. Tidak didahului kata depan atau preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan
kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
d. Dapat didahului kata bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.
4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai
perbuatan subjek. Pelengkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Melengkapi makna kata kerja (predikat)
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat
berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi
disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
c. Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek dalam kalimat itu
d. Berupa kata/kelompok kata sifat atau klausa
e. Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,
kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai
dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
Ciri-ciri keterangan yaitu:
a. Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, alat, kemiripan, sebab, atau
kesalingan
b. Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir, atau menyisip antara
subjek dan predikat)
c. Didahului kata depan seperti di, ke, dari, pada, dalam, dengan, atau kata
penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.
Pengertian Teks Ulasan BUKU, Contoh, Ciri, Tujuan, Struktur Dan Kaidah
Apa itu teks ulasan ? Teks ulasan juga disebut teks review. Ulasan pada umumnya
ditulis dalam bentuk artikel, sehingga teks ulasan dapat disebut artikel ulasan. Di
lingkungan kita, karena ulasan biasanya dibuat terhadap buku, teks ulasan dinamakan
ulasan buku, resensi buku, atau timbangan buku. Sesungguhnya, ulasan tidak harus
dibuat terhadap buku, tetapi juga dapat dibuat untuk karya-karya lain seperti artikel,
karya sastra (cerpen, novel, drama, dan puisi), serta karya seni (musik, tari, kriya,
lukis, pertunjukan, dan film).
Bahkan ulasan dapat dibuat terhadap sebuah peristiwa, misalnya olah raga atau
kegiatan sosial lainnya. Ulasan merupakan teks yang berfungsi untuk menimbang,
menilai, dan mengajukan kritik terhadap karya atau peristiwa yang diulas tersebut.
Teks ulasan adalah suatu teks yang berisi ulasan, penilaian atau review terhadap suatu
karya seperti film, drama, atau sebuah buku. Teks ulasan disebut juga dengan resensi.
Ketika mengulas suatu karya, pengulas harus bersikap kritis agar hasil ulasannya
dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan karya tersebut.
Ulasan juga dapat disebut review. Ulasan pada umumnya ditulis dalam bentuk artikel,
sehingga teks ulasan juga dapat disebut artikel ulasan, Ulasan merupakan teks yang
berfungsi untuk menimbang, menilai, dan mengajukan kritik terhadap karya atau
peristiwa yang diulas tersebut (Gerot & Wignell, 1994; Hyland & Diani, 2009 ).
Struktur teks ulasan merupakan susunan yang membangun sebuah teks ulasan
sehingga menjadi suatu teks yang utuh. Struktur teks ulasan terdiri dari beberapa hal
berikut:
Orientasi
Tafsiran
Tafsiran merupakan bagian yang berisi penjelasan detail mengenai sebuah karya yang
diulas, misalnya berisi tentang bagian-bagian suatu karya, keunikan, keunggulan,
kualitas, dsb.
Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang berisi pandangan dari pengulas mengenai hasil karya
yang diulas. Evaluasi dilakukan setelah pengulas melakukan tafsiran secara cukup
terhadap hasil karya tersebut. Pada bagian evaluasi ini pengulas akan menyebutkan
bagian yang bernilai atau kelebihan dari karya tersebut. Ataupun bagian yang kurang
bernilai atau kekurangan dari karya tersebut.
Rangkuman
Rangkuman merupakan bagian yang berisi kesimpulan dari ulasan terhadap suatu
karya. Bagian ini juga memuat komentar penulis apakah hasil karya tersebut
berkualitas atau tidak untuk ditonton atau dibaca.
Teks ulasan yang baik harus disusun sesuai dengan struktur teks dan menggunakan
kaidah kebahasaan, termasuk kaidah ejaan. Berikut ini adalah contoh kaidah
kebahasaan dalam ulasan teks film atau drama:
1. ISTILAH
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah khusus
adalah istilah yang digunakan untuk bidang tertentu dan pemakainnya hanya
dipahami oleh orang berkecimpung dalam bidang tersebut. Contoh :
1. Sinonim adalah kata yang memiliki bentuk yang berbeda, tetapi memiliki arti
atau pengertian yang sama atau mirip. Contoh: “Obrolan orang itu mirip
dengan dialogdalam film Romeo dan Juliet.”
2. Antonim adalah kata yang artinya berlawanan satu dengan yang lain. Contoh:
“besar atau kecil bukanlah jaminan barang itu berharga atau tidak.”
3. Nomina
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang,
tempat, atau semua benda atau segala yang dibedakan. Kata benda dibagi menjadi dua
jenis, yaitu kata benda konkret seperti meja, buku, danbola serta kata benda abstrak,
seperti pikiran dan angin.
Nomina juga dibedakan menjadi dua, yakni Nomina Dasar dan Nomina Turunan.
Contoh :
Verba Aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau menunjukkan
tindakan atau perbuatan. Contoh: “Putra memelihara ikan gurame.
Verba Pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran
tindakan, atau hasil. Contoh: “Film horor kini banyak disiarkan televisi indonesia.”
1. Verba Aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau
menunjukkan tindakan atau perbuatan. Contoh: “Putra memelihara ikan gurame.
2. Verba Pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran
tindakan, atau hasil. Contoh: “Film horor kini banyak disiarkan televisi indonesia.”
5. PRONOMINA
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa
nomina. Contoh:
6. KONJUNGSI
Konjungsi adalah kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi menghubungkan
dua buah klausa, kalimat, atau paragraf. Konjungsi yang sering digunakan dalam
ulasan film atau drama umumnya, berupa:
Preposis adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa
preposisional.
Contoh : di, ke, dari, pada, daripada, dengan, secara, tanpa, bagi.
8. Artikel
Kalimat Kompleks adalah kalimat yang memiliki dua verba utama atau lebih.
Kata kerja material yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses. Misalnya :
makan, minum, membawa, berbicara, melamun, bertepuk tangan, mendengarkan,
menunggu, melebur, memukul, bertanya, dan lainnya. Kata kerja relasional adalah
kata kerja yang berfungsi untuk membentuk predikat nominal (kata-kata kopulatif)
dan dapat juga membantu memperjelas predikat (kata kerja bantu).
Teks ulasan jenis ini berisi gambaran singkat, padat, dan umum suatu karya. Resensi
jenis ini tidak menyampaikan isi karya secara keseluruhan, namun hanya memaparkan
bagian yang penting saja dan menekankan pada kelebihan dan kekurangan karya
tersebut.
Resensi jenis ini berisi ulasan suatu karya secara terperinci dengan mengacu pada
metode atau pendekatan ilmu pengetahuan tertentu. Teks ulasan ditulis secara objektif
dan kritis bukan berdasar pandangan subyektif dari penulis resensi. Contoh: Resensi
terhadap novel dengan menggunakan pendekatan sosiologi.
Berikut ini adalah contoh teks ulasan drama persahabatan “Laskar Pelangi”
Pendahuluan (Orientasi)
Film merupakan salah satu wujud karya seni yang paling digemari oleh masyarakat. Film jika
diproduksi dengan tepat dapat memberikan hiburan sekaligus mengedukasi penontonnya
dengan berbagai pesan kuat yang disampaikan melalui ceritanya.
Salah satu film dengan ktriteria tersebut adalah Laskar Pelangi yang disutradarai oleh Riri
Riza. Sementara itu, ceritanya diangkat dari novel dengan judul yang sama dan ditulis oleh
Andrea Hirata.
Isi Ulasan / Resensi
Cerita dimulai saat Ikal kembali ke kampung halamannya yang berada di pulau Belitung. Ia
kemudian menceritakan masa kecilnya di sana, saat pertama kali masuk ke sekolah SD
Muhammadiyah. Di sana ia bertemu dengan 9 sahabatnya yang kelak disebut sebagai
kelompok Laskar Pelangi.
Namun suka dan duka mereka hadapi bersama di sana. Dengan tersendat-sendat sekolah
tersebut terus bertahan dengan murid-murid cemerlang mereka yang dijuluki Laskar Pelangi
oleh Ibu Hamzah, salah satu guru di sana. Di sinilah alur utama yang menyejukkan hati
dimulai. Bagaimana mereka semua terus tegar dan bertahan menghadapi segala keterbatasan
yang menyelimuti usaha mereka untuk belajar.
Kisah sehari-hari daerah terpencil menjadi kekuatan terbesar dari film ini. Pengemasannya
dalam alur cerita yang mengalir sederhana namun mengena juga menjadi salah satu kelebihan
yang tak tergantikan. Keindahan pulau Belitung juga menjadi pesona tersendiri dari sisi
sinematografi.
Terdapat penjelasan yang kurang lengkap mengenai bagaimana Lintang memperoleh ilmu
yang luar biasa dalam bahkan hingga mengetahui nama latin dari tumbuhan tertentu. Padahal
sekolah mereka adalah sekolah yang terpencil dan sulit untuk mendapatkan buku
pengetahuan.
Penutup (Rangkuman)
Sebagai insan akademik, kita tentu harus membaca karya-karya ilmiah, antara lain buku.
Pada saat kita membaca buku, kita harus mencerna buku bacaan tersebut dengan seksama
agar kita dapat memahami isinya. Di pihak lain, kita perlu mengomunikasikan pemahaman
kita itu dalam berbagai bentuk untuk keperluan presentasi atau menulis, seperti proposal
penelitian, laporan penelitian, artikel ilmiah, tugas akhir, atau skripsi. Oleh karena itu,
mahasiswa membutuhkan keterampilan mengulas buku.
Laskar Pelangi merupakan salah satu film yang dinobatkan menjadi film terbaik di Indonesia.
Film ini diangkat dari sebuah novel karya Andrea Hirata yang merupakan cuplikan dari nyata
yang dialaminya ketika masih kecil. Awal kemunculan film ini pada tahun 2008 silam
disambut penuh antusias oleh penggemarnya yang sebelumnya telah membaca novel dengan
judul yang sama tersebut. Film besutan sutradara kondang Riri Riza dan produsen muda
berbakar Mira Lesmana ini berhasil memikat mata Indonesia dengan kisah inspiratif yang
terdapat dalam alur film ini.
Yang unik dalam film laskar pelangi ini adalah para pemeran utamanya dipilih langsung dari
Belitong untuk memberikan kesan endemik dan tanpa menghilangkan citra asli dari film ini.
Tokoh tokoh utama tersebut mencakup ikal, lintang, mahar, fo, dan lain sebagainya. Anak
anak ini dipilih bukan tanpa tujuan, namun dengan menggunakan aktor asli dari daerah
tersebut akan menambah film terlihat naturan karena para pemain sudah terbiasa dengan logat
bahasa, dan gaya bicara di Belitong.
Film inspiratif ini menceritakan tentang sebuah persahabatan yang dijalin 10 orang siswa di
sekolah dasar yang terisolir (SD Muhammadiah) yang terdapat di pulau Belitong. Pada
mulanya memang sekolah tersebut terancam akan ditutup oleh pemerintah karena sudah tidak
memiliki peminat lagi. Namun berkat keinginan dan semangat kuat yang dimiliki kesepuluh
sisw tersebut ditabbah dengan perjuangan seorang guru yakni Bu Mus (Bu Muslimah) yang
diperankan Cut mini sekolah tersebut tidak jadi ditutup. Selain menceritakan tentang
persahabatan, laskar pelangi juga menceritakan kisah haru yang harus dialami oleh salah
seorang murid tersebut yakni lintang yang merupakan bocah nelayan miskin yang sangat
cerdas. Namun prestasi lintang terhalang oleh tanggung jawab dan kerja keras untuk
menghidupi adik adiknya setelah bapaknya wafat di lautan.
Meskipun pemilihan dan latar film ini mayoritas bersifat outdoor atau di luar ruangan yang
mengakibatkan kualitas suara dan gambarnya kurang jelas. Namun jika dinilai secara
keseluruhan, film laskar pelangi ini sangat bagus. Film ini memberikan dampak dan pengaruh
besar pada penikmat film di Indonesia pasca pemutaran perdananya. Betapa tidak,
masyarakat Indonesia yang notabennya tengah tergila gila dengan film horror, dan action ini
langsung berbalik haluan dan memilih untuk meneyaksikan film relality ini. Disamping itu
alur cerita yang terkesan unik, inspiratif, emosional dan menarik ini dikemas dengan finishing
yang sangat baik oleh pemeran pemarannya. Ditambah dengan pemandangan keindahan alam
pulau belitung pada era 90an silam menjadikan daya tarik tersendiri untuk menonton film ini.
Maka dari itu film ini sangat layak untuk dinobatkan menjadi salah satu film terbaik karya
Indonesia yang akan dikenang sepanjang masa. Walaupun dirilis pada tahun 2008 silam,
Namun laskar pelangi merupakan sebuah film yang layak untuk ditonton secara berulang dan
tidak lekang oleh waktu. Di tahun 2017 ini banyak yang masih menantikan kelanjutan
maupun versi lain dari film laskar pelangi. Hal ini karena didalam film ini benar benar murni
mempertontonkan cerita yang inspiratif tanpa ada unsur kekerasan, sara dan parnografi.
Dengan munculnya film ini diharapkan industri perfileman di tanah air dapat semakin maju
dan tidak kalah dalam bersaing di kancah Internasional.
Parafrase merupakan salah satu cara meminjam gagasan/ide dari sebuah sumber tanpa
menjadi plagiat.
Menurut OWL Purdue, sebuah website yang banyak memberikan ulasan tentang menulis
buku akademis [sumber], parafrase didefinisikan sebagai berikut:
1) kemampuan seseorang untuk menulis ulang ide atau gagasan orang lain dengan kata-
katanya sendiri dan ditampilkan dalam bentuk yang baru,
2) merupakan cara yang legal dan syah dalam meminjam gagasan orang lain,
3) sebuah pernyataan ulang (restatement) yang lebih lengkap dan detail dibandingkan
dengan sebuah ringkasan. Teknik menulis parafrase merupakan sebuah keahlian yang sangat
berharga karena:
1. parafrase lebih baik dibandingkan dengan mengutip informasi dari sebuah paragraf atau
tulisan yang kurang menonjol.
2. Parafrase membantu penulis untuk mengontrol cobaan melakukan kutipan yang terlalu
sering.
3. Proses mental yang dibutuhkan bagi keberhasilan sebuah prafrase membantu penulis
untuk memahami sepenuhnya makna teks sumber yang akan ia sadur.
Teknik Menulis cara lain untuk menghindari plagiarisme ketika menulis buku adalah dengan
melakukan kutipan tidak langsung. Mengutip secara tidak langsung dapat diwujudkan dalam tiga
bentuk yakni membuat parafrase, meringkas atau menyusun kesimpulan.
Ketiga hal ini adalah cara pengutipan yang membutuhkan keahlian yang berbeda. Serta
penting dilakukan saat menulis buku.
Setiap penulis memiliki dan mengembangkan tekniknya sendiri untuk mengembangkan
keahlliannya dalam melakukan parafrase. Teknik tersebut bersifat unik.
Bagi penulis pemula, ia perlu belajar mengembangkan keahlian membuat parafrase. Jika
belum terbiasa melakukan parafrase, berikut ini adalah 6 teknik menulis efektif dalam melakukan
parafrase :
1. Bacalah kembali teks sumber sampai Anda memahami benar isi teks tersebut
2. Singkirkan teks/naskah asli tersebut dan tulislah ulang gagasan dalam teks tadi dalam
sebuah kertas.
3. Buatlah daftar beberapa kata dibawah parafrase Anda tadi untuk mengingatkan Anda
kembali pada cara Anda memahami naskah asli tersebut. Di atas kartu catatan tadi, tuliskan kata
kunci yang menunjukkan subjek atau tema parafrase Anda.
4. Bandingkan tulisan parafrase Anda tadi dengan naskah aslinya untuk mengecek apakah
semua gagasan, terutama gagasan yang penting telah tercantum dalam hasil parafrase tersebut.
5. Gunakan tanda petik ganda untuk mengidentifikasi istilah-istilah khusus, terminologi, atau
frase yang Anda pinjam dari naskah asli, dan yang Anda ambil sama pesis dengan naskah asli.
6. Tuliskan sumber (termasuk halaman) pada kertas catatan Anda sehingga ini
mempermudah Anda untuk menuliskan sumber pustaka atau referensi, bila Anda bermaksud
mengambil parafrase tersebut
Jika masih memiliki kesulitan dalam melakukan parafrase, maka mulailah berlatih dari
tingkatan yang termudah terlebih dahulu, yakni membuat parafrase pada taraf kalimat.
Sebelum memparafrase satu artikel saat Anda menulis buku ilmiah.
Jika telah cukup mahir dalam melakukan parafrase kalimat, maka buatlah parafrase untuk
sebuah paragraf. Berikut ini adalah contoh parafrase untuk tingkat kalimat terlebih dahulu:
Contoh 1:
kalimat asli : Sebuah kejutan di bidang realita maya (virtual reality) terjadi pada tahun 1961
dengan kemunculan Sensoramanya Heilig. Parafrase : Hasil karya Heillig yang dikenal dengan nama
Sensorama membawa perubahan yang signifikan dalam sejarah realita maya (krisnawati, 2000, hlm
55).
Contoh 2:
kalimat asli : Komputer mampu membawa orang ke tempat-tempat yang belum pernah bisa
mereka kunjungi sebelumnya, termasuk ke permukaan planet lain.
Parafrase : Melalui komputer, orang dapat pergi ke tempat yang belum pernah mereka
kenal. (Krisnawati, 2000, hlm 57).
MATERI KE SEPULUH:
Artikel Ilmiah
Dalam konteks jurnalistik, artikel merupakan karya ilmiah yang berisi pendapat subjektif pembuatnya
mengenai sebuah peristiwa atau masalah tertentu.
Sedangkan menurut sudut pandang ilmiah, artikel dapat diartikan sebagai karya tulis yang sengaja
dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau kumpulan artikel dengan memperhatikan kaidah penulisan
ilmiah dan mengikuti pedoman ilmiah yang berlaku.
Makalah
Makalah bisa diartikan sebagai karya tulis ilmiah, yang kajian masalahnya berdasarkan data di
lapangan yang bersifat empiris objektif. Makalah biasanya dipaparkan dalam sebuah seminar berupa
presentasi atau bisa juga untuk dipresentasikan di kelas.
Adapun beda makalah dengan artikel ilmiah adalah objek penelitiannya. Makalah disajikan dalam
bentuk yang sederhana, tetapi tetap mengacu pada kaidah tata cara penulisan yang berlaku
Paper
Paper merupakan satu di antara jenis karya ilmiah yang populer di kalangan mahasiswa. Tak jarang,
dosen memberikan tugas kepada para mahasiswanya untuk membuat paper.
Konten yang disajikan paper hampir mirip dengan artikel ilmiah. Bedanya, dalam paper tidak ada tata
cara penulisan tertentu seperti bab dan sub-babnya.
Paper biasanya hanya terdiri atas beberapa halaman saja.
Skripsi
Skripsi erat kaitannya dengan mahasiswa semester akhir. Pasalnya, jenis karya ilmiah tersebut
digunakan sebagai syarat wajib untuk lulus jenjang strata 1 dan mendapat gelar Sarjana (S1).
Penulisan skripsi biasanya dilakukan pada akhir masa studi. Hampir sama seperti artikel ilmiah,
penulisan skripsi harus didasarkan teori dari para ahli.
Secara lengkap, penulisan karya ilmiah ini berupa pengujian suatu teori yang diterapkan pada suatu
permasalahan yang dipilih oleh penulis.
Hasil penulisan biasanya berupa analisis maupun pembuktian yang berhasil ditemukan oleh penulis.
Analisis yang ditulis dalam skripsi dibedakan menjadi 2 metode penelitian, yaitu penelitian kualitatif
dan kuantitatif.
Tesis
Tesis merupakan jenis karya ilmiah yang hampir mirip dengan skripsi. Bedanya, tesis diperuntukkan
mahasiswa pascasarjana sebagai syarat wajib untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar
Magister.
Jika skripsi ditulis berdasarkan pendapat subjektif dilandasi teori yang berlaku, tesis ditulis dengan
menyajikan analisis lebih mendalam menggunakan teori.
Tak hanya itu, tesis juga bisa berupa pembuatan produk baru, seperti media pembelajaran atau semua
hal yang berkaitan dengan jurusan yang dipilih.
PERTEMUAN ILMIAH
A. Pengertian
Pertemuan ilmiah secara etimologi berasal dari kata pertemuan dan ilmiah.
MenurutDepdikbud (1999) pertemuan merupakan perbuatan bertemu; perjumpaan.
Sedangkan ilmiahmenurut Depdikbud (1999) merupakan bersifat ilmu; memenuhi
syarat ilmu
pengetahuan.Berdasarkan arti kedua kata di atas, maka dapat kita ketahui bahwa pertemuan
ilmiahmerupakan suatu kegiatan bertemunya orang-orang dalam suatu tempat yang telah
ditentukanmembahas sesuatu topik yang masuk dalam kriteria ilmu pengetahuan.Sedangkan
syarat dariilmu adalah objektif, metodis, sistematis, dan universal.
3. Simposium.
Pengertian
Simposium merupakan pertemuan terbuka dengan beberapa pembicara yang menyampaikan
ceramah pendek mengenai aspek yang berbeda tetapi saling berkaitan tentang suatu masalah.
Simposium dipimpin oleh seorang ketua yang bertugas mengatur jalannya diskusi. Pendengar
bertanya dan para ahli menjawab.
Ciri – ciri
1) melibatkan kelompok ahli yang membahas topik tertentu
2) seorang juru bicara membuat pertanyaan
3) kemudian dilanjutkan ke diskusi panel
Langkah – langkah Pelaksanaannya
1) Dipimpin oleh seorang ketua yang bertugas mengatur jalannya diskusi
2) Memberi kesempatan bagi pembicara untuk mengemukakan pokok-pokok pikiran
3) Ketua bertugas memberikan uraian pengantar sebelum pembicara berbicara dan
merumuskan secara garis-garis besar dari uraian para pembicara
4) Pendengar bertanya dan para ahli menjawab.
Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan Simposium
1) Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
2) Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu singkat.
3) Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi
sidang lebih menarik.
4) Dapat direncanakan jauh sebelumnya.
Kelemahan Simposium
1) Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas maupun penyanggah sudah
ditentukan.
2) Kurang interaksi kelompok.
3) Menekankan pokok pembicaraan.
4) Agak terasa formal.
5) Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.
6) Sulit mengadakan kontnol waktu.
7) Secara umum membatasi pendapat pembicara.
8) Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan
yang tepat.
9) Cenderung dipakai secara berlebihan.
4. Rapat
Pengertian
Rapat adalah pertemuan formal suatu organisasi untuk membahas masalah tertentu agar
menghasilkan keputusan sebagai sebuah kebijakan organisasi
Ciri – ciri
a) Dalam hal perencanaan.
1) Punya waktu yang rutin, berlangsung dalam waktu yang paling lama 2 jam
2) Jika mendadak bisa dilakukan sambil berdiri, hanya untuk menyampaikan hal yang
penting
3) Punya agenda yang diberitahu 3 hari sebelumnya, dikirim lewat email dan tertulis.
4) Meminta secara khusus pada pesertanya jika diminta membawa sesuatu.
5) Jika berlangsung lama disiapkan siapa yang akan menggantikan guru jika punya jadwal
mengajar.
b) Dalam hal jalannya rapat
1) Kepala sekolah hanya bersikap sebagai fasilitator, jika ia berbicara terlalu banyak
situasi akan tidak kondusif
2) Membuat kesepakatan, tidak ada yang berbicara saat rekan guru lain sedang berbicara
3) Hindari membagikan kertas yang banyak saat meeting, lebih baik beri akses ke google
drive document yang bisa diakses bersama.
Langkah Pelaksanaannya
4) Menyiapkan agenda rapat
5) Penyampaian undangan rapat lebihawal untuk memberikan waktu yang cukup kepada
peserta
6) Memastikan semua yang diundang dapat hadir
7) Memastikan kesiapan fasilitas
Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan
1) Persoalan yang dihadapi dapat dipecahkan bersama.
2) Menambah pengalaman dan hasil kerja orang lain.
3) Mendapatkan perkembangan-perkembangan baru di bidang kerja.
4) Evaluasi program akan menjadi umpan balik untuk penyempurnaan kerja.
Kelemahan
1) Rapat kerja memakan waktu lama sehingga seseorang harus meninggalkan pekerjaan
cukup lama.
2) Kalau bidang yang dibahas selalu luas, sering tidak tuntas
3) .Membutuhkan persiapan sistematis untuk tiap bidang kerja yang akan dievaluasi.
4) Kadang-kadang tidak semua masalah yang diinventarisasi dapat masuk ke panitia jauh
sebelumnya.
5. Diskusi panel
Pengertian
Diskusi panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang
dihadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkannya.
Diskusi Panel adalah sekelompok individu yang membahas topik tentang kelebihan pada
masyarakat atau pendengar diskusi.
Ciri – ciri diskusi panel
1) Diskusi panel dibawakan oleb 3 – 6 orang yang dianggap ahli yang dipimpin oleh
seorang moderator.
2) Para panelis berdiskusi sedemikian rupa, sehingga para pengunjung dapat mengikuti
pembicaraan mereka.
3) Pengunjung hanya berfungsi sebagai pendengar, oleh karena itu pengunjung yang
begitu besar jumlahnya dianggap sebagai kelompok yang diajar oleh suatu regu guru. Tetapi
panel tidak boleh hanya sekedar merupakan pengajaran informatif, melainkan harus dapat
merangsang cara berpikir massa dengan memberikan berbagai perspektif.
4) Pelaksanaan panel dimulai dari perkenalan para panelis oleh moderator, kemudian
disampaikan persoalan umum kepada para panelis tersebut, untuk didiskusikan. Mereka
seharusnya adalah orang-orang yang pandai berbicara dengan lancar dan menarik.
5) Pendengar tidak hanya akan menelan pesan yang sudah jadi, melainkan dapat
mengikuti proses pemikiran para panelis jalannya diskusi.
6) Setelah diskusi selesai, pendengar dapat membentuk kelompok-kelompok untuk
mendiskusikannya lebih lanjut. Akan tetapi selama diskusi panel, pendengar tidak diberi
kesempatan untuk mengemukakan pandangan.
Langkah Pelaksanaanya.
c) Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan
khusus.
2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi,
misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator,
notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.
d) Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan
yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan
gagasan dan ide-idenya.
5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
e) Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal
sebagai berikut:
1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai
umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Kelebihan dan Kelemahan Diskusi Panel
Kelemahan :
1) Membangkitkan pikiran.
2) Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.
3) Mendorong ke analisis lebih lanjut.
4) Memanfaatkan para ahli untuk berpendapat dan proses pemikirannya dapat
membelajarkan orang lain.
Kelebihan :
1) Mudah tersesat bila moderator tidak terampil.
2) Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
3) Tidak memberi kesempatan peserta untuk berbicara.
4) Cenderung menjadi serial pidato pendek.
5) Membutuhkan persiapan yang cukup masak.
6. Lokakarya (acadermic workshop)
Pengertian
Suatu acara dimana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan
mencari solusinya.Sebuah Lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil.
Ciri – ciri Lokakarya
1) Merupakan suatu forum pertemuan
2) Ada fasilitator yang membimbing dan menguasai teknik penerapan metode ini.
Langkah – langkah Pelaksanaannya
1) Penyelenggara lokakarya akan menetapkan topik
2) Memastikan bahwa setiap peserta sudah siap
3) Perhatikan kecepatan
4) Memberikan latihan setelah diskusi
5) Menyediakan handout
Kelebihan dan Kelemahannya
Kelebihan Lokakarya
1) Memberi kebebasan berargumen kepada peserta loka karya dan pemakalah.
2) Memberi peluang melibatkan banyak peserta.
3) Menyerap informasi sebanyak mungkin untuk suatu hasil atau perubahan konsep
semula sehingga ide pemakalah akan diuji dan mendapat tangapan tentang kelebihan dan
kekurangan dari ide para pemakalah.
4) Dapat digunakan sebagai referensi bagi pengamat dan pemegang kebijakan baik
masyarakat umum dan pemerintah.
Kelemahan Lokakarya
1) Memerlukan persiapan yang relatif lama
2) Memerlukan tenaga dan biaya yang besar
3) Melibatkan banyak orang sehingga menyita waktu guru untuk melaksanakan
pembelajaran di kelasnya
4) Menimbulkan banyak pro dan kontra sehingga menimbulkan potensi konflik di antara
pengamat pendidikan dan pelaksana kebijaksanaan
7. Kolokium.
Pengertian
Beberapa ahli diundang untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan
pendengar mengenai topik yang ditentukan. Bedanya dengan simposium, dalam kolokium
para ahli tidak mengajukan (makalah) prasaran.
8. Brainstorming
Brainstorming merupakan cara untuk mencari dan menemukan ide Pamphlet.Pamphlet
(pamplet) adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid. Mungkin hanya terdiri dari
satu lembar yang dicetak di kedua permukaannya. Tapi bisa juga dilipat di bagian tengahnya
sehingga menjadi empat halaman. Atau bisa juga dilipat tiga sampai empat kali hingga
menjadi beberapa halaman. Jika dilipat menjadi empat, pamphlet itu memiliki nama
tersendiri yaitu leaflet. Penggunaan pamphlet atau leaflet umumnya dilakukan untuk
pemasaran aneka produk dan juga untuk penyebaran informasi politik.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Hipotesis atau asumsi penelitian (hanya jika
menggunakan penelitian empiris)
C. Identifikasi Masalah
D. Definisi operasional variabel penelitian atau
Definisi konsepsional (hanya jika menggunakan
penelitian empiris)
E. Ruang Lingkup dan Tujuan Penulisan
F. Kegunaan Penelitian
G. Keaslian Penelitian
H. Kerangka Pemikiran/Tinjauan Kepustakaan
I. Metode Penelitian
1. Jenis/Sifat Penelitian dan Jenis
Pendekatan.
2. Tahap Penelitian dan Sumber Data.
3. Alat danTeknik Pengumpulan Data
4. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
(hanya jika penelitian hukum empiris)
5. Analisis Data
J. Sistematika Pembahasan
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN (diberikan judul
sesuai topik penelitian)
A. Berisikan Tinjauan Umum, definisi, serta kerangka
toeritik yang dipergunakan atau alur kerangka
teoritik.
B. Berisikan sejarah (disesuaikan dengan judul topik
penelitian)
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(diberikan judul sesuai dengan permasalahan
yang dibahas)
A. (sub judul untuk menjawab permasalahan
berasal dari Identifikasi masalah Nomor 1)
B. (sub judul untuk menjawab permasalahan
berasal dari Identifikasi masalah Nomor 2)
C. dst..
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan (diuraikan dengan bahasa yang
ringkas padat, kesimpulan No. 1
dari hasil pembahasan No. 1,
kesimpulan No. 2 dari hasil
pembahasan No. 3 dst..)
yang seharusnya dilakukan atau
apa seharusnya tidak dilakukan
dan berbagai hal lainnya yang
ditemukan dalam penelitian dan
penting untuk dilakukan. Saran
No. 1 untuk Kesimpulan No. 1 dan
seterusnya, Saran Nomor 2 untuk
kesimpulan Nomor 2 dan
seterusnya).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA
MATERI KE KESEBELAS:
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa
antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang
datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar
agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang
bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand,
1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice,
1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa
perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan
dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik
yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka
tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu
menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah
Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena
bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.