Anda di halaman 1dari 70

MATERI PERTAMA:

MENJELASKAN TENTANG KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT


KOMUNIKASI,INTEGRASI,ADAPTASI,SERTA ALAT KONTROL SOSIAL

SEJARAH BAHASA INDONESIA


Mulanya, bahasa Melayu digunakan sebagai alat komunikasi di lingkungan administrasi di
masa pemerintahan kolonial Belanda. Penyebaran bahasa ini pun cukup gencar dilakukan melalui
taman bacaan yang berisi novel, buku penuntun, dan lain sebagainya pada awal abad ke20.Pada
1938, Kongres Bahasa Indonesia I digelar di Solo dan salah satu hasil yang ditetapkan adalah
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
Bahasa sangat penting bagi sarana komunikasi, sehingga batasan/pengertian bahasa adalah
sarana komunikasi antar individu,kelompok,bahkan antar suku ,maka dari itu melalui bahasa
anggota masyarakat dapat dengan mudah menyampaikan ide dan perasaan baik secara lisan
maupun tulisan.
Bahkan dalam bidang akademik, bahasa Indonesia memiliki peran penting sebagai disiplin
ilmu.Contohnya, tulisan ilmia seperti makalah dan skripsi. Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan
bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam
masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik dikembangkan oleh pemakainya
berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem. Kaidah bahasa dalam sistem
tersebut mencakup beberapa hal berikut.
1. Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya.
2. Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat
konvensional.
3. Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya
(arbitrer)
4. Sistemlambang yang terbatas itu (A—Z: 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan
kata, frasa, klausa, dan kalimat yan tidak terbatas dan sangat produktif.
5. Sistem lambang itu (fonemis) tidak sama dengan sistem lambing.
6. bahasa lain seperti sistem lambang bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis).
7. Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga
dapat sana dengan sistemlambang bahasa lain. Unsur dalam sistem lambang tersebut menunjukkan
bahwa bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat dipahami masyarakat.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia diketahui memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan
bahasa daerah.
A. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928 yang berbunyi : “Kami putra dan putrid Indonesia menjunjung tinggi
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998) dinyatakan bahwa masih ada
alasan lain (selain yang tertera di atas) mengapa bahasa Indonesia menempati kedudukan
terkemuka diantara beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi
penuturannya sebagai bahasa ibu.
Pertama, jumlah penuturnya. Dilihat dari jumlah penutur yang menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama maupun kedua, maka dalam jumlah penutur berbagai bahasa di
Indonesia menempati kedudukan pertama. Dan jumlah penutur asli bahasa Indonesia pasti akan
terus bertambah.
Kedua, luas pesebarannya. Walaupun sebagai bahasa kedua, bahasa Indonesia telah
tersebar dari Sabang sampe Merauke atau dari ujung barat sampai ujung timur dari puncang utara
sampai batas selatan negeri kita. Bahkan sebagai bahasa asing, bahasa Indonesia telah dipelajari dan
dipakai di beberapa negara misalnya di Australia , Filipina , Jepang, Korea, Rusia, India , dan
sebagainya.
Ketiga, perannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang dianggap
bernilai. Pada masa sekarang ini bahasa Indonesia juga berperan sebagai sarana utama, di luar
bahasa asing, di bidang ilmu, teknologi, dan peradaban modern bagi penduduk Indonesia. Maka dari
itu, sangat wajar jika bahasa Indonesia salah satu kedudukannya adalah sebagai bahasa nasional.
Sebagai mana yang telah dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Dari segi bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai 4 fungsi, antara lain :
1. Lambang Kebanggaan Kebangsaan Bahasa Indonesia
memiliki nilai-nilai budaya luhur dan social. Nilai itulah yang dijadikan cermin bangsa. Dalam
hal ini, pemakaian bahasa Indonesia di berbagai lingkungan dan keinginan mempelajarinya, menjadi
langkah yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan mejunjung nilai kebangsaan tersebut. 4
2. Lambang Identitas Nasional
Menggunakan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan dapat dijadikan sebagai
identitas. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia yang tepat secara tidak langsung akan
memperlihatkan watak, karakter, dan kepergian warga Indonesia di mata bangsa asing.
3. Sebagai Bahasa Pemersatuan
Bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai keserasian hidup sebagai
bangsa yang bersatu tanpa harus meninggalkan identitas kesukuan dan kesetian terhadap nilai
budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.
4. Penghubung Antarbudaya
Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lainnya
sedemikian rupa sehingga kesalahfahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya
dan bahasa dapat dihindari.
Selain itu, pertumbuhan komunikasi akan menunjang peningkatan wawasan dan pengetahuan,
sehingga bangsa Indonesia pun akan lebih maju.
B. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAGASA NEGARA
Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.
Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai berikut.:
1. Bahasa Resmi Kenegaraan
Dalam kaitannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipergunakan dalam administrasi
negara, upacra atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dokumen
dan keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah ditulis di dalam bahasa
Indonesia.
2. Sebagai Alat Pengantar di Dunia Pendidikan
Penggunaannya diterapkan dari jenjang taman kanak-kanak hingga SMA. Hal ini juga
mencakup bahasa pengantar yang dipakai para guru dan buku-buku cetak yang memuat materi
belajar-mengajar.
3. Sebagai Alat Penghubung di Tingkat Nasional
Bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi timbal-balik antara
pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebgaai alat perhubungan di dalam
masyarakat yang keadaan social budaya dan bahasanya sama.
4. Pengembangan Kebudayaan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi atau IPTEK adalah hal penting yang harus terus dikembangkan dan
disampaikan. Dalam hal ini, bahasa jelas jadi alat krusial yang akan membantu penyaluran ilmu
pengetahuan.
Maka media-media cetak seperti buku, majalah, koran hingga audio-visual seperti video harus
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk mengurangi kekeliruan pada masyarakat
luas.
FUNGSI KHUSUS BAHASA INDONESIA
1. Sebagai Alat Interaksi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di Indonesia, bahasa menjadi media yang memiliki
peran penting. Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi, baik dalam bahasa formal
maupun non-formal. Semuanya tergantung dari lingkungan dan kebutuhan penuturnya.
2. Menciptakan Karya-karya Sastra Yang Berkualitas
Selain erat dengan komunikasi, bahasa Indonesia juga tak bisa dilepaskan dengan dunia
sastra. Sudah ada banyak sastrawan yang lahir sepanjang perkembangan bahasa Indonesia dan
dianggap sebagai tokoh penting berkat kontribusinya.
3. Membantu Mempelajari Bahasa-bahasa Kuno
Mempelajari bahasa-bahasa kuno tak hanya membantu Anda mengetahui kehidupan di
masa lampau, tetapi juga mengetahui akar budaya yang mungkin mempengaruhi kultur masa kini.
Lantas, agar kisah atau pesan dari masa lalu tadi bisa disebarkan, Anda perlu menguasai bahasa
Indonesia dengan baik supaya orang-orang yang tak paham bahasa kuno bisa mengetahuinya.
4. Media Untuk Menyampaikan Perasaan dan Berekspresi
Pada dasarnya, bahasa merupakan media komunikasi yang fleksibel, sehingga bisa
dimanfaatkan untuk format dan kepentingan apa pun. Salah satunya adalah untuk menyampaikan
perasaan melalui lagu, sajak, puisi, dan karya-karya sejenis. Permainan kata yang begitu indah dan
diksi yang amat kaya jadi pesona bahasa Indonesia yang sulit ditolak.
Demikian penjelasan seputar fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia yang mungkin belum
diketahui banyak orang. Semoga informasi ini membuat pembaca bahkan saya semakin menghargai
bahasa Indonesia dan tertarik untuk mendalaminya.
MATERI KEDUA:
konsep dasar ejaan bahasa Indonesia

pada tahun 2016 PUEBI (Pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia) sebagai disahkan menteri pendidikan yaitu Anies Rasyid
Baswedan, pH.D. penyempurnaan dari ETD (Ejaan Yang Disempurnakan). PUEBI sendiri berisi berbagai pedoman berbahasa yang
benar,seperti :aturan penulisan kata, pemakaian tanda baca, pemakaianhuruf, serta unsur serapan.
Pengertian ejaan

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulisan yang


distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek
yaitu: aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf
dan penyusunan abjad aspek morfologis yang menyangkut penggambaran
satuan-satuan morfemis

Sejarah ejaan
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Nah, sebelum EBI berlaku, kita memiliki
beberapa jenis ejaan lho.
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan pertama yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Ejaan
ini ditetapkan tahun 1901.
2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi
Edjaan Republik berlaku sejak 17 Maret 1947 menggantikan ejaan pertama yang dimiliki
bahasa Indonesia saat itu. Ejaan ini merupakan upaya pemerintah untuk mengganti ejaan Van
Ophuysen
3. Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet
Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
4. Ejaan yang Disempurnakan (EyD)
Ejaan ini berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015, atas kerja sama dua negara yakni Malaysia
dan Indonesia yang masing-masing diwakili oleh para menteri pendidikan kedua negara
tersebut.
5. Ejaan Bahasa Indonesia

Fungsi Ejaan
Fungsi ejaan yang utama adalah untuk menunjang pembakuan tata bahasa Indonesia baik
kaitannya dengan kosa kata maupun dengan peristilahan. Ejaan sangat penting dan perlu
untuk diprioritaskan.
Adapun fungsi ejaan secara khusus adalah sebagai berikut:
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
2. Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
3. Sebagai alat penyaring dari masuknya unsur-unsur bahasa lain baik secara kosa kata
maupun istilah ke dalam Bahasa Indonesia

Ejaan Yang Berlaku Saat Ini


Pedoman Umum EYD adalah ejaan dalam bahasa Indonesia yang sudah digunakan sejak
tahun 1972.
Namun, pada tahun 26 November 2015 yang lalu, EYD sudah diganti menjadi Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Perubahan EYD menjadi PUEBI dirilis oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Indonesia.Ini ditetapkan dalam Peraturan Menteri dan Kebudayaan (Permendikbud) RI
Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia.
MATERI KETIGA:

A. PEMAKAIAN HURUF

Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam penulisan
karya tulisilmiah adalah persoalan pemenggalan kata. Penulis karya tulis ilmiah sering
mengalami kesulitan memenggal kata pada pergantian baris. Misalnya penulisan kata berikut:
saudara: sau-da-ra
mutakhir: mu-ta-khir
menaati: me-na-at-I
instrumental: in-stru-men-tal
introspeksi: in-tro-spek-si
bangkrut: bang-krut
Secara umum pemenggalan kata dasar dilakukan dengan mencermati kaidah-kaidah
berikut.
(a). jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu, misalnya: ma-af, bu-at, ma-in, pa-ut, po-in
(b) jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu,
misalnya: ma-kan, ke-me-na-kan, mu-ta-khir, ca-ri, ke-ci-pir, medu-la.
(c). Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan itu, misalnya: tan-pan, sam-bung, ge-ring-sing.
(d).Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua, misalnya:
in-stru-men-tal, des-krip-si, bang-krut.
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan u.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas hurufhuruf
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z
Huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
B. PEMENGGALAN KATA
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu. Misalnya: au-la bukan a-u-la sau-dara bukan sa-u-da-ra am-boi bukan
am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-
pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jikan di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las
C. BEMTUK ULANG
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang
berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang
berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
D. GABUNGAN KATA ATAU KATA MAJEMUK
a. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang
tua, ibu kota, sepak bola.
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat
pandang-dengar, anak-istri saya.
c. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian
Gabungan kata yang ditulis serangkai.
E. KATA GANTI
Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil,
bukumu, miliknya.
F. KATA DEPAN ATAU PREPOSISI
Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim
seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
G. ARTIKEL
Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
H. PARTIKEL
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
b. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun,
bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
c. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1
April, per helai
I. KATA TURUNAN S
ecara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan
kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk
melengkapi aturan tersebut.
1. Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
a. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se
2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
b. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
1. ber-an
2. di-kan dan di-i
3. diper-kan dan diper-i
4. ke-an dan ke-i
5. me-kan dan me-i
6. memper-kan dan memper-i
7. pe-an
8. per-an
9. se-an
10. ter-kan dan ter-i
c. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
2. .Awalan me
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh
→ meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- +
baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i
→ memfasilitasi.
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- +
datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh:
me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom →
mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
3. Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu →
menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- +
klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara
sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.
4. Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)
J. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal
kalimat. Misalnya: Dia mengantuk.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik
bertanya, “Kapan kita pulang?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. - 6 - Misalnya: Allah,
Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin,
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor
Supomo.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Misalnya: Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan
peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia
Tenggara, Banyuwangi.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
Misalnya: Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya
telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan. Misalnya: “Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan. Misalnya: Dr. doctor M.A. master of arts
b. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: majalah Bahasa dan Sastra, buku
Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Rakyat.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia buka menipu, tetapi ditipu.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah
Carcinia mangostama.
K. PEMAKAIAN TANDA BACA
a. Tanda Titik (.)
1.Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atauseruan.
2.Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,ikhtisar, atau
daftar.
3.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yangmenunjukkan waktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yangmenunjukkan jangka waktu.
5.Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judultulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit
. 6.Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan ataukelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
b. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu darikalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kataseperti : tetapi,melainkan, sedangkan, dan
kecuali
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
4.Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubungantarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti :oleh karenaitu, jadi,dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipunbegitu .
.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru,seperti :o, ya,wah,aduh, dan
kasihan, atau kata-kata yang digunakansebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari
kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
6.Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagianlain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf Jdan K.)
7.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
8.Tanda koma dipakai di antara
(a) nama dan alamat,
(b) bagian bagianalamat,
(c) tempat dan tanggal, serta
(d) nama tempat dan wilayah ataunegeri yang ditulis berurutan.
.Tanda koma
dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibaliksusunannya dalam daftar
pustaka.
10.Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki ataucatatan akhir.
11.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yangmengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri,keluarga, atau marga.
12.Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dansen yang
dinyatakan dengan angka.
13.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III,Huruf F.)
14.Tanda koma dapat dipakai– untuk menghindari salah baca/salah pengertian – di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
c. Tanda Titik Koma (;)
1.Tanda titik koma dipakaisebagai pengganti kata penghubung untukmemisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
2.Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perinciandalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubunganitu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
3.Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara ataulebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dankata hubung.
d. Tanda Titik Dua (:)
1.Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yangdiikuti rangkaian
atau pemerian.
2.Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

3.Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang - 9 - L.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansker ta,Arab, Portugis,
Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsurserapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasaIndonesia,
seperti reshuffle , shuttle cock, dan de l'homme parl'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara
asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.
Dalam hal itu,diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentukasalnya.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini
didaftarkan juga akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Ind onesia.Akhiran itu
diserap sebagai bagian kata yang utuh.Kataseperti standardisasi, efektif, dan implementasi
diserap secara utuh di sampingkata standar,efek, dan implemen
MATERI KE EMPAT:

PENGERTIAN KATA
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.
Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian
terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang
memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

JENIS-JENIS KATA
Berdasarkan ciri dan karakteristiknya kata dikelompokan menjadi kata kerja, kata
benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata
ulang, kata sambung dan kata seru.

 PENGERTIAN DAN CONTOH JENIS-JENIS KATA


Kata kerja adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan,
proses, atau keadaan. Ciri-ciri kata kerja adalah sebagai berikut.
Umumnya menempati fungsi predikat dalam kalimat.
Contoh: Grup band ungu membuat album baru.
            S                   P                O
 Dapat didahului kata keterangan akan, sedang, dan sudah.
Contoh: Kris sedang menonton televisi.
S                 P                   O
: Rumah Pak Dan akan dijual.
            S                     P
: Maryo sudah makan tadi pagi.
     S              P               ket.

 Dapat didahului kata ingkar tidak


Contoh : Indonesia tidak membuka hubungan aragraph dengan Israel.
         S                   P                          O                        ket.
: Pintu ini tidak dikunci sejak tadi malam.
       S              P                       ket.

 Dapat dipakai dalam kalimat perintah, khususnya yang bermakna perbuatan.


Contoh : Kirimkan surat ini sekarang juga!
: Makan obat ini!

 Tidak dapat didahului kata paling.


Contoh : paling datang (?)
: paling datang (?)
Kata kerja dapat dikelompokan menjadi beberapa macam, yakni sebagai berikut.
1. Ditinjau dari bentunknya, kata kerja dibedakan menjadi:
a. Kata kerja dasar bebas adalah kata kerja berupa morfem dasar bebas.
: makan, mandi, tidur, duduk, pulang, pergi
b. Kata kerja turunan adalah kata kerja yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau
pemajemukan.
: kehilangan, berpelukan, menari, tolong-menolong, makan-makan, seyum-senyum,
cuci mata, campur tangan, makan hati

2. Ditinjau dari hubungan dengan unsur lain dalam kalimat, kata kerja dibedakan menjadi:
a. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek
Berdasarkan jumlah objek yang mendampinginya, kata kerja transitif terbagi
menjadi:
 Kata kerja ekatransitif, adalah kata kerja yang di ikuti oleh satu objek
: Ibu sedang menjadi baju.
 S                P               O
Contoh kata kerja ekatransitif adalah membawa, membuktikan, mengerjakan,
mengadili, merestui, membelanjakan, membeli, memperesar.

 Kata kerja dwitansitif, adalah kata kerja yang mempunyai dua nomina, satu
sebagai objek dan satunya sebagai pelengkap.
Contoh:
Ayah membelikan kakak motor baru.
    S              P            O             pel.
Contoh kata kerja dwitransitif adalah menugasi, mengirimi, mengambilkan,
membawakan, menyebut, menuduh, memanggil, menyerahi.

 Kata kerja semitransitif, adalah kata kerja yang objeknya boleh ada, boleh juga
tidak ada.
Contoh:
Paman sedang makan.
    S               P

3. Ditinjauh dari hubungan kata kerja dengan kata benda dalam kalimat, kata kerja
dibedakan atas:
a. Kata kerja aktif, biasanya berawalan me-, ber-, atau tanpa awalan.
Contoh:
menyanyi, menulis, mencintai, berdua, berkata, makan, pergi, tidur, datang
b. Kata kerja pasif, biasanya berawalan di- atau ter-.
Contoh:
ditinju, dimakan, dilamar, ditembak, terlena, tertawa, tersiksa, terbawa, terkenal
c. Kata kerja anti-aktif (aragrap) adalah kata kerja pasif yang tidak dapat diubah
menjadi kata kerja aktif. Subjek pada kata kerja ini merupakan penanggap (pihak
yang merasakan, menderita, atau mengalami).
Contoh:
tembus, terantuk, kecopetan, kena pukul, kena marah

4. Ditinjau dari hubungan antara kata benda yang mendapinginya, kata kerja dibedakan
atas:
a. Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan yang dilakukan
oleh dua pihak secara berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.
Contoh:
berkelahi, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafkan, saling memberi, saling
membenci, baku hantam, baku tembak, tolong-menolong, cubit-cubitan

b. Kata kerja non resiprokal adalah kata kerja yang tidak menyatakan perbuatan yang
dilakukan oleh dua pihak dan saling berbalasan.

5.    Ditinjau dari sudut refrensi argumennya, kata kerja dibedakan atas:
a.          Kata kerja refleksif adalah kata kerja yang kedua referenya sama.
Contoh:
bercemin, bercukur, berdadan, berhias, berjemur, melarikan diri, membaringkan diri

b.         Kata kerja non-refleksif adalah kata kerja yang kedua argumennya menpunyai
referen yang berlainan.
Contoh:
mengantuk, menangis, berlari, bekerja

B. KATA SIFAT (ADJECTIVA)


Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Berikut ini ciri-ciri kata sifat.
 Dapat berhubungan dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak.
Contoh:
tidak sakit, lebih sabar, sangat bagus, agak panas

 Dapat mendapingi kata benda.


Contoh:
sepatu baru, lukisan indah, mobil kuno, rumah tua

 Dapat diulang dengan imbuhan se-nya


Contoh:
setinggi-tingginya, sebaik-baiknya, sekurang-kurangnya, sebodoh-bodohnya,
seburuk-buruknya.

 Dapat diawali imbuhan ter- yang bermakna paling.


Contoh:
terbaik, tertinggi, tersayang, tercantik, termurah

1. Kata sifat dasar


a. Kata sifat dasar yang dapat diikuti kata sangat dan lebih.
Contoh:
adil, ajaib, ampuh, canggung, cukup, bahaya, gemuk, geram, jahat, kagum, lapar, lucu,
pelit
b. Kata sifat dasar yang tidak dapat diikuti kata sangat dan lebih.
Buntu, langsung, musnah, tentu, gaib, cacat.

2. Kata sifat turunan


Berdasarkan bentuknya, kata sifat dapat dibedakan atas:
a. Kata sifat turunan berafiks.
Contoh:
termiskin, tertegun, terkesan, tercenung

b. Kata sifat bereduplikasi.


Contoh:
cantik-cantik, marah-marah, tua-tua, berat-berat

c. Kata sifat ke-R-an atau ke-an.


Contoh:
kemerah-merahan, kemalu-maluan, kegerahan, keramaian

c. Kata sifat berafiks i- (atau alomorfnya).


Contoh:
alami, alamiah, duniawi, gerejani, hewani, ilmiah, jasmani, insani, rohaniah, manusiawi

e. Kata sifat yang berasal dari berbagai kelas kata, melalui proses berikut
 Deverbalisasi
 Denominalisasi
 Deadverbialisasi
 Denumeralisasi
 Deinterjeksi

3. Kata sifat majemuk

o Subordinatif
o Koordinatif

C. KATA BENDA (NOMINA)


Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep
atau pengertian. Contohnya murid, burung, kursi, dan kemiskinan, adalah nomina. Ciri-ciri
kata benda adalah sebagai berikut. Dalam kalimat yang predikatnya berupa kata kerja, kata
benda, cendrung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Contoh: Persiden SBY mengunjungi Universitas Sanata Dharma.
        s/kb                   p/kk                     o/kb
Negara Indonesia berlandaskan Pancasila.
        s/kb                      p/kk           pel/kb

Kata benda tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.


Contoh: Pak Agung tidak guru matematika. (?)
Ini tidak kamus melainkan ensiklopedia. (?)

Kata benda dapat diingkarkan dengan kata bukan.


Contoh: Pak Agung bukan guru matematika.
Ini bukan kamus melainkan ensiklopedia.

Kata benda umumnya dapat diikuti oleh kata sifat, baik secara langsung maupun diantarai
oleh kata yang.
Contoh: naskah kuno, mobil mewah, rumah angker, naskah yang kuno, mobil yang mewah,
rumah yang angker
Berdasarkan bentuknya, kata dasar dikelompokan menjadi beberapa jenis berikut.
1. Kata benda dasar adalah kata benda yang hanya terdiri atas satu morfem.
Contoh:
gelas, air, meja, kardus, kami, kakak, November, motor, Koran, Palembang, ember,
rumah, gunung

2. Kata benda turunan, terbagi atas:


a. Kata benda berimbuhan
Contoh:
kementrian, pelabuhan, perusahan, kemasan
b. Kata benda bereduplikasi
Contoh:
rumah-rumah, dedaunan, bocah-bocah, pepohonan, buku-buku, mobil-mobilan, surat-surat
kabar, lauk-pauk, sayur-mayur, padi-padian
c. Kata benda yang berasal dari berbagai kelaskarena proses:
1) Deverbalisasi
Contoh:
pengembangan, pendidikan, ketertarikan, keterbukaan

2) Deadjektivalisasi
Contoh:
petinggi, keseriusan, kematangan, perusakan

3) Denumeralisasi
Contoh:
keseluruhan, kesatuan, persatuan

4) Deadverbialisasi
Contoh:
kekurangan, kelebihan, keterlaluan

d. Kata benda yang mengalami proses pemajemukan


Contoh:
ganti rugi, tata tertip, uang muka, tata kota, kontraindiksasi, semifinal, pascapanen,
mahaguru, anak cucu, lalu lintas, sepak bola, pedagang eceran, unjuk rasa, orang
terpelajar

berdasarkan wujudnya, kata benda dibedakan atas:


1.Kata benda konret adalah kata benda yang dapat dilihat wujud fisiknya.
Contoh:
Helena, Alvino, ayah, dompet, botol, kertas, roti, tas, lemari, televise

2. Kata benda abstrak adalah kata benda yang wujud fisiknya tidak dapat di lihat.
Contoh:
kebenaran, kemajuan, perbukuan, persatuan

D. Kata Bilangan (Numeralia)


Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda (orang,
binatang, atau barang) dan konsep. Kata bilangan dapat dikelompokan menjadi berikut.
1. Kata bilangan takrif adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah. Kat binlangan takrif
terbagi atas:
a.  Kata bilangan utama (aragrap), terbagi atas:
(1) Kata bilangan penuh adalah kata bilangan utama yang menyatakan jumlah tertentu
dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain.
Contoh:
satu, tiga, sepuluh, seratus, lima puluh ribu, juta, triliun, tiga miliar
kata bilangan utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang,
ukuran, panjang, berat, isi, dan sebagainya.

(2) Kata bilangan pecahan, yaitu kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan penyebut
yang dibutuhi partikel per-.
Contoh:
3/4 = tiga perempat
2/3 = dua perempat
4/5 = empat perlima
1/2 = satu perdua, setengah, atau separuh

(3) Kata bilangan gugus (sekelompok bilangan)


Contoh:
lusin                  = 12
gros                   = 144 atau 12 lusin
kodi                  = 20
abad                  =100 tahun
windu               = 8 tahun
millennium        = 1000 tahun

b.Kata bilangan tingkat adalah kata bilangan takrif yang melambangkan urutan dalam
jumlah dan berstruktur ke+Num.
Contoh:
kesatu, ketiga, kesepuluh, keduapuluh lima, keseratus

2. Kata bilangan tak takrif dalah kata bilangan yang menyatakan jumlah tak tentu.
Contoh:
suatu, beberapa, berbagai, tiap-tiap, segenap, sekalian, semua, sebagian, seluruh, segala

E.  Kata Ganti (Pronomina)


Kata ganti adalah kata yang berfungsi untuk menggantikan orang, benda, atau sesuatu
yang dibedakan. Kata ganti dibedakan atas:
1. Kata ganti orang
a.  Kata ganti orang pertama, terbagi atas:
1) Kata ganti orang pertama tunggal
Contoh:
aku, saya, daku, ku, -ku

2) Kata ganti orang pertama jamak


Contoh:
kami, kita

b.  Kata ganti orang kedua, terbagi atas:


1) Kata ganti orang kedua tunggal
Contoh:
kamu, anda, engkau, kau, dikau, -mu

2)  Kata ganti orang kedua jamak


Contoh:
kalian, kamu sekalian

c. Kata ganti orang ketiga, terbagi atas:


1)  Kata ganti orang ketiga tunggal
Contoh:
dia, beliau, ia, -nya

2)  Kata ganti orang ketiga jamak


Contoh:
mereka, -nya

2.  Kata ganti penunjuk


a. Kata ganti penunjak umum
Contoh:
ini, itu

b. Kata ganti penunjuk tempat


Contoh:
sini, situ, sana, di sini, di sana, dari situ, ke sini, dari sana, ke sini, yakni, yaitu

c.Kata ganti penunjuk ikwal


Contoh:
begini, begitu

d.  Kata ganti penanya


1) Kata ganti penanya benda atau orang
Contoh:
apa, siapa, mana, yang mana
2) Kata ganti penanya waktu
Contoh:
kapan, bilamana, apabila
3) Kata ganti penanya tempat
Contoh:
di mana, ke mana, dari mana
4) Kata ganti penanya keadaan
Contoh:
mengapa, bagaimana
5) Kata ganti penanya jumlah
Contoh:
berapa

3.  Kata ganti yang tidak menunjukan pada orang atau benda tertentu.
Contoh:
Sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa-apa, anu, masing-masing, sendiri

F. Kata Keterangan (Adverbia)


Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Kata
keterangan dapat dibedakan atas:
1.Kata keterangan bentuk dasar
Contoh:
alangkah, amat, barangkali, belum, boleh, bukan, aragr, hanya, kerap, masih, memang,
mungkin, niscaya, sangat, saling, selalu, senantiasa, sudah, sungguh, telah, tidak
2. Kata keterangan turunan, terbagi atas:
a. Kata keterangan berimbuhan
Contoh:
terlalu, terlampau, sekali, sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya, secepatnya, agaknya,
biasanya, rasanya

b. Kata keterangan bereduplikasi


Contoh:
akhir-akhir, malam-malam, mula-mula, pagi-pagi, tengah-tengah, pelan-pelan, diam-diam,
habis-habisan, kecil-kecilan, mati-matian

c. Kata keterangan gabungan


Contoh:
belum boleh, tidak mungkin, belum tentu, masih, belum lagi, tidak boleh tidak, tidak
mungkin lagi, selambat-lambatnya, lagi pula, hanya saja, aragr selalu

Berdasarkan perilaku semantisnya, kata keterangan dibedakan atas:


1. Kata keterangan kualitatif adalah kata keterangan yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu.
Contoh:
paling, sangat, lebih, kurang

2.Kata keterangan kuantitatif adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
jumlah.
Contoh:
banyak, sedikit, kira-kira, cukup

3. Kata keterangan aragraph adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
pembatasan.
Contoh:
hanya, saja, sekadar

4. Kata keterangan frekuentatif adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
tingkat kekerapan terjadinya suatu yang diterapkan kata keterangan itu.
Contoh:
selalu, sering, jarang, kadang-kadang

5.Kata keterangan waktu adalah kata keterangan yang maknanya  berhubungan dengan
keterangan waktu terjadinya peristiwa.
Contoh:
baru, segera, tadi, kemarin, lusa
6. Kata keterangan cara adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan cara
suatu peristiwa berlangsung atau terjadi.
Contoh:
diam-diam, secepatnya, pelan-pelan

7. Kata keterangan kontrasif adalah kata keterangan yang menggambarkan pertentngan


dengan makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya.
Contoh:
bahkan, malahan, justru

8.Kata keterangan keniscayaan adalah kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
kepastian terjadinya suatu peristiwa.
Contoh:
pasti, tentu, niscaya

G. Kata Tunjuk (Demonstrative)


Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai orang atau
benda secara khusus. Kata tunjuk dapat dibedakan atas:
1.Kata tunjuk dasar
Contoh:
itu,ini

2. Kata tunjuk turunan


Contoh:
berikut, begini, sekian, sedemikian, sebegitu

3.Kata tunjuk gabungan


Contoh:
di sana, di situ, di sini

H. Kata Tanya (Intirogativa)

Kata arag adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.


Berdasarkan jenis dan pemakaiannya, kata Tanya dibedakan atas:
2. apa, digunakan untuk:
a. Menanyakan kata benda bukan manusia.
Contoh:
Apa manfaat berolaraga?
Kamu makan apa tadi siang?
Dengan apa kita memotong kayu ini?

b. Menanyakan sesuatu yang jawabannya mungkin berlawanan.


Contoh:
Apa nanti siang akan hujan? (jawabannya bisa “ya” atau “tidak”)
Apa kirimanku sudah dia terima? (jawabannya bisa “sudah” atau “belum”)

c. Mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.


Contoh:
Apa tidak salah kamu memberi aku hadiah?
Apa memang sudah begitu aturanya?

d. Digunakan dalam kalimat retoris (tidak memerlukan jawaban)


Contoh:
Apa salahnya kita ikuti saran dia?
Apa ruginya kamu pelajari lagi pelajaran tadi siang?

3. bila, digunakan untuk menanyakan waktu.


Contoh:
Bila kamu berkunjung ke rumahku?

4. kah,digunakan untuk:
a. Mengukuhkan bagian kalimat yang diikuti oleh –kah.
Contoh:
Dapatkah kau mengerti perasaanku?
Mungkinkah dia tahu rahasia kita?

b. Menanyakan pilihan di antara bagian-bagian kalimat yang didahului oleh –kah.


Contoh:
Nasi aragr atau soto ayamkah kegemaranmu?

c. Melengkapi kata Tanya.


Contoh:
Siapakah penyanyi favoritmu?
Apakah warna tasmu?
Kapankah dia akan kembali?

4. kapan, digunakan untuk menanyakan waktu.


Contoh:
Kapan buku ini harus dikembalikan?
Kapan kita akan menerima bonus?

5. mana, digunakan untuk:


a. Menanyakan seseorang, benda, atau suatu hal.
Contoh:
Perusahan mana yang dapat menerimaku?
Tanah mana yang akan dijual?

b. Menanyakan pilihan.
Contoh:
Mana yang menurutmu yang paling bagus, memakai kebaya atau tunik?

6. bagaimana, digunaka untuk:


a. menanyakan cara perbuatan.
Contoh:
Bagaimana cara membuat situs pribadi?

b. Menanyakan akibat suatu tindakan.


Contoh:
Bagaimana dia tahu rahasia kita?

c. Meminta kesempatan dari lawan bicara.


Contoh:
Bagaimana kalau kita ke kafe saja?

d. Menanyakan kualifikasi atau evaluasi atas suatu gagasan.


Contoh:
Bagaimana pendapatmu?

7. bilamana, digunakan untuk menanyakan waktu.


Contoh:
Bilamana perekonomian Indonesia sejajar dengan aragr maju?

8. di mana, digunakan untuk menerangkan tempat.


Contoh:
Di mana rumahmu?
Di mana sekolahm?

9. mengapa, digunakan untuk menanyakan sebab, alasan, atau perbuatan.


Contoh:
Mengapa kamu datang terlambat?
Mengapa kamu tidak sekolah?

10. siapa, digunakan untuk menanyaka nama orang.


Contoh:
Siapa pemenang Sobel Sastra 2008?
Siapa nama kepala sekolahmu?

11. berapa, digunakan untuk menanyakan bilangan yang mewakili jumlah, ukuran, takaran,
nilai, harga, satuan waktu.
Contoh:
Berapa ekor ayam peliharaanmu?
Berapa harga rumah itu?
Berapa lama kita harus menunggu di sini?
Jam berapa kamu akan pergi?

12.  bukan, bukankah, digunakan untuk mengukuhkan proposisi dalam pernyataan.


Contoh;
Kamu adiknya Evlyn, bukan?
Bukankah dia wartawan?

13. masa, masakan, digunakan untuk menyatakan ketidakpercayaan dan bersifat retoris.
Contoh:
Masakan kamu tidak mengerti maksudku?

I. Kata Sandang (Artikula)


Kata sandang adalah kata yang digunakan untuk membatasi kata benda.
Kata sandang dapat dikelompokan menjadi berikut.
1.Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar.
Contoh:
Si monyet, sang dewi, para guru, Si boncel, sang pendekar
2. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar (nomina
deverbal).
Contoh;
si terdakwa, si tertuduh, si pengamen, si perampok

3. Kata sandang yang mendampingi kata ganti.


Contoh:
si dia, sang aku

4. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif.


Contoh:
kaum teraniaya, si tertuduh, si terdakwa, kaum terpinggirkan

Berikut ini jenis kata sandang dan fungsinya.


1.   Kata sandang khusus kata benda tunggal.
a.  si, digunakan untuk:
1) Bergabubung dengan kata benda tunngal
Contoh:
si Feby, si Leky, gondrong, si kancil

2)         Menyatakan ejekan, keakraban, atau personifikasi


Contoh:
si gendut, si botak, si lucu

b.  sang, digunakan untuk:


1) Meninggikan harkat kata yang didampinginya
Contoh:
sang saka, sang Merah Putih

2)  Menyatakan maksud mengejek atau menghormati


Contoh:
sang penaklua, sang mertua, sang maestro

c. Sri, kata yang digunakan khusus bagi orang yang dihormati


Contoh:
Sri Ratu, Sri Baginda, Sri Paus

2 Kata sandang khusus kelompok.


apara, digunakan khusus untuk kelompok
contoh:
para bangsawan, para siswa, para penonton

b kaum, digunakan khusus untuk kelompok yang berideologi sama


contoh:
kaum pinggiran, kaum pria, kaum terpojokkan

c. umat, digunakan khusus untuk kelompok yang memiliki latar belakang agama yang sama
atau memiliki konoyasi keagamaan
contoh:
umat Islam, umat Budha, umat beragama, umat manusia

J. kata Depan (Preposis)


Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa
preposisional. Kata depan berdasarkan bentuknya dalah sebagai berikut.
1. Kata depan berbentuk kata
Contoh;
di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, tentang, karena

2. Kata depan berbentuk gabungan kata


Contoh:
berbeda dengan, bertolak dari, mengingat akan, oleh karena, sampai dengan, selain daripada,
sesuai dengan

Berikut ini jenis kata depan berdasarkan fungsinya.


1.   Menandai hubungan peruntukan
Contoh: untuk, guna bagi, buat
  Menandai hubungan tempat berada
Contoh: di

3. Menandai hubungan perkecualian


Contoh: selain itu, selain dari, di samping itu

4. Menan. dai hubungan kesertaan


Contoh: bersama, beserta

5. Menadai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau milik


Contoh: dari

6. Menandai hubungan ikwal atau pristiwa


Contoh: tentang

7.  Menandai hubungan tempat atau waktu


Contoh: pada

8. Menandai hubungan  kesertaan atau cara


Contoh: dengan

9. Menandai hubungan arah menuju suatu tempat


Contoh: ke, menuju, kepada, terhadap

10. Menandai hubungan pelaku


Contoh: oleh

11. Menandai hubungan waktu


Contoh: sejak, sepanjang, menjelang, selama

12. Menandai hubungan pemiripan


Contoh: bagaikan, bagai, seperti, laksana

13 Menandai hubungan perbandingan


Contoh; daripada

14. Menanadai hubungan penyebaban


Contoh: oleh karena, oleh sebab, karena, sebab

15. Menandai hubungan batas waktu


Contoh: sekeliling, sekitar

K. Kata Seru (Interjeksi)


Kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia.
Secara garis besar, kata seru mengacu pada sikap berikut.
1. Bernada positif
Contoh:
aduhai, amboi, asyik,
2. Bernada aragrap
Contoh:
cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan

3.  Bernada keheranan


Contoh:
Ai, lo, astagfirullah

4. Bernada netral atau campuran


Contoh:
Ayo, nah, hai, ah, halo, eh, he

L. Kata Penghubung (Konjungsi)


Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau
aragraph. Kata penghubung dibagi ke dalam lima kelompok.

1.]Kata penghubung koordinatif


Kata penghubung koordinatif adalah kata penghubung yang menggabungkan dua
klausa yang memiliki kedudukan setara. Kata penghubung koordinatif digunakan untuk
menandai:
a. hubungan penambahan
Contoh: dan

b. hubungan pemilihan
Contoh: atau

c. hubungan perlawanan
contoh: tetapi

Penggabungan ketiga jenis kata penghubung di atas menghasilkan kalimat majemuk setara.

2.  Kata penghubung subordinatif


Kata penghubung subordinatif  adalah kata penghubung yang menggabungkan dua klausa
atau lebih yang memiliki hubungan bertingkat. Kata penghubung subordinatif terdiri atas:
a. Hubungan waktu
Contoh:
sesudah, setelah, sehabis, sejak, selesai, ketika, sementara, sambil, seraya, selagi, selama,
sehingga, sampai

b.  Hubungan syarat


Contoh:
jika, jikalau, kalau, asal(kan), bila, manakala

c. Hubungan pengandaian
Contoh:
andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya

d. Hubungan tujuan
Contoh:
agar, biar, supaya

e. Hubungan konsesif
Contoh:
biarpun, meskipun, sekalipun, walau(pun), kendati(pun), sungguh(pun)

f.  Hubungan pemiripan


Contoh:
seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, lakasana

g.  Hubungan penyebaban


Contoh:
Sebab, karena, oleh karena

h. Hubungan pengakibatan
Contoh:
se(hingga), sampa(-sampai), maka(nya)

i. Hubungan penjelasan
Contoh: bahwa

j. Hubungan cara
Contoh: dengan

3. Kata penghubung korelatif


Kata penghubung korelatif adalah kata penghubung yang menggabungkan dua kata,
klausa, atau frasa, dan hubungan kedua unsur itu memiliki derajat yang sama.
Contoh:
tidak hanya…..tetapi juga, tidak hanya….., bahkan, bukanya…..melainkan….. makin…..,
jangankan….., pun…..baik….., maupun….., demikian….., sehingga, apa(kah)….. atau…..,
entah…..

4. Kata penghubung antarkalimat


Contoh:
biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun
demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu,
sebaliknya, sesungguhnya, bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh
karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu
5. Kata penghubung antarparagraf, terbagi atas:
a. Kata penghubung yang menyatakan tambahan pada sesuatu yang telah disebutkan
sebelumnya.
Contoh:
di samping itu, demikian juga, tambahan lagi
b. Kata penghubung yang menyatakan pertentangan dengan suatu yang telah disebutkan
sebelumnya.
Contoh:
bagaimanapun juga, sebaliknya, namun
c. Kata penghubung yang menyatakan perbandingan
Contoh:
sebagaimana, sama halnya
d. Kata penghubung yang menyatakan akibat atau hasil
Contoh:
oleh karena itu, jadi, akibatnya
e. Kata penghubung yang menyatakan tujuan
Contoh:
untuk itulah, untuk maksud itu
f. Kata penghubung yang menyatakan intensifikasi
Contoh:
ringkasnya, pada intinya
g. Kata penghubung yang menyatakan waktu
Contoh:
kemudian, sementara itu
h. Kata penghubung yang menyatakan tempat
Contoh:
di sinilah, berdampingan dengan

I. Kata Ulang (Reduplikasi)


Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan. Kata ulang terbagi ke
dalam empat jenis, yakni sebagai berikut.
1. Kata ulang dasar (dwilingga) disebut pula perulangan utuh.
Contoh:
mobil-mobil, gedung-gedung, hitam-hitam
2. Kata ulang berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai proses pengimbuhan.
Contoh:
padi-padian, mobil-mobilan, sebaik-baiknya, kedua-duanya, kekanak-kanakan
3.  Kata ulang berubah bunyi (salin suara) adalah bentuk perulangan yang disertai dengan
perubahan bunyi.
Contoh:
sayur-mayur, lauk-pauk, mondar-mandir, teka-teki, warna-warni
4.  Kata ulang sebagian (dwipurwa) adalah bentuk perulangan yang terjadi hanya terjadi pada
sebagian bentuk dasar.
Contoh:
pepohonan, tali-temali, dedaunan, tetamu, melihat-lihat, bermain-main, tolak-menolak
5. Kata ulang semu adalah kata ulang yang bentuknya menyerupai imbuhan, tetapi bukan
kata ulang.
Contoh:
Laba-laba, kunang-kunang, ubur-ubur

Kata ulang memiliki beberapa makna berikut.


1. Banyak tidak tertentu
Contoh:
rumah-rumah, pejabat-pejabat, batu-batu
2. Banyak dan bermacam-macam
Contoh:
buah-buahan, sayu-mayur, warna-warni, bumbu-bumbuhan
3. Menyerupai dan bermacam-macam
Contoh:
mobil-mobilan, rumah-rumahan, motor-motoran, robot-robotan, langit-langit
4. Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar
Contoh;
kebarat-baratan, keinggris-inggrisan, sakit-sakitan, tidur-tiduran, malas-malasan
5. Intensitas kualitatif
Contoh:
pelan-pelan, sebaik-baiknya, seburuk-buruknya, kuat-kuat
6. Intensitas kuantitatif
Contoh:
berlari-lari, mengangguk-angguk, bolak-balik, mondar-mandir, berputar-putar, tertawa-tawa
7. Makna kolektif
Contoh:
satu-satu, lima-lima, ketiga-tiganya
8. Kesalingan
Contoh:
berpeluk-pelukan, bersalam-salaman, pukul-pukulan, tolong-menolong, pandang-memandang
MATERI KELIMA:
A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide
atau gagasan. Dapat dikatakan sebagai stuan bahasa terkecil karena sesungguhnya di atas
tataran kalimat itu masih terdapat stuan kebahasaan yang jauh lebih besar. Pakar berbeda
menyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdsiri sendiri,
mempunyai intonasi akhir, dan secara actual dan potensial terdiri atas klausa.
Secara umum dapat disampaikan bahwa satuan-satuan bahasa lebih besar yang ada di
atas tataran kalimat itu adalah paragraf dan wacana. Suatu pernyataan dapat dikatakan
kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik
disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba
predikat kalimat tersebut. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan
pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu. Selain verba, predikat
suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.
Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh
pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang
memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika
unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih—tidak terdapat predikat di dalamnya—dan satu dari
kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu
mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi
inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif.
Anak kecil itu // pandai sekali.
Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur
itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga,
pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu
dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur
yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek,
sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.

B. Unsur-unsur Kalimat
Di samping berunsur subjek dan predikat, kalimat dapat dibangun dengan unsur yang
lebih kompleks seperti pada contoh berikut :
Ayah // selalu mengirimi // kami // uang // setiap awal bulan
S P O Pel. K
Berdasarkan contoh, dapat diketahui bahwa sebuah unsur kalimat dapat berupa (S) subjek,
(P) predikat, Pel (pelengkap), dan K (keterangan).

1. Subjek
Unsur pembentuk kalimat yang harus disebut pertama adalah subjek. Subjek adalah
unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan
mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara
strukturnya. Ciri-cirinya adalah :
a. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau
siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia,
biasanya digunakan kata tanya siapa.
b. Dapat disertai kata ini atau itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk
menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu atau ini. Subjek yang sudah takrif misalnya
nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata
ini atau itu.
c. Tidak didahului kata depan/preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang
sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan
kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
d. Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek
dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

2. Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau memberitahukan apa, mengapa,
bagaimana atau berapa tentang subjek kalimat. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa, atau berapa


Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat
digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata
tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frasa numeralia.
b. Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan
jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap
tidak jelas.
c. Dapat disertai kata pengingkaran tidak, atau bukan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan
oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba
atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan
penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
d. Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau
adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas,
kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
e. Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau kelompok kata sifat, kata atau
kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan

3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan
subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Langsung mengikuti predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.
c. Tidak didahului kata depan atau preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan
kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
d. Dapat didahului kata bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.

4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai
perbuatan subjek. Pelengkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Melengkapi makna kata kerja (predikat)
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat
berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi
disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
c. Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek dalam kalimat itu
d. Berupa kata/kelompok kata sifat atau klausa
e. Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.

5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,
kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai
dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
Ciri-ciri keterangan yaitu:
a. Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, alat, kemiripan, sebab, atau
kesalingan
b. Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir, atau menyisip antara
subjek dan predikat)
c. Didahului kata depan seperti di, ke, dari, pada, dalam, dengan, atau kata
penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.

Contoh-contoh Pola Kalimat


a. Kalimat dasar berpola S P
♦ Mereka / sedang berenang
♦ Gambar itu / bagus
♦ Adik / menyapu
b. Kalimat dasar berpola S P O
♦ Mereka / sedang menyusun / karya ilmiah
♦ Adi / ingin makan / soto
c. Kalimat dasar berpola S P Pel
♦ Anaknya / beternak / Ayam
d. Kalimat dasar berpola S P K
♦ Mereka / berasal / dari surabaya
e. Kalimat dasar berpola S P O K
♦ Kami / memasukan / pakaian / ke dalam lemari
MATERI KEENAM:
A. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah seperangkat atau sekelompok kalimat yang tersusun dari satu kalimat
pokok dan beberapa kalimat penjelas. Kalimat pokok adalah suatu kalimat yang berisikan
masalah atau kesimpulan dari paragraf itu sendiri sedangkan kalimat penjelas merupakan
suatu kalimat yang berisikan penjelasan masalah yang terdapat di kalimat pokok. Definisi
paragraf adalah bagian yang berasal dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat,
yang isinya mengungkapkan satuan informasi / kalimat dengan pikiran utama sebagai
pengendaliannya dan juga pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
B. Ciri-ciri Paragraf
1. Di awali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.).
2. kalimat awalnya terletak agak kedalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan yang
biasa.
3. paragraf memakai pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat topik. 4. setiap paragraf
memakai sebuah kalimat topik dan juga selebihnya merupakan kalimat pengembang yang
mempunyai fungsi menjelaskan, menguraikan ataupun menerangkan pikiran utama yang
terdapat dalam kalimat topik. 5. paragraf memakai pikiran penjelas yang dinyatakan dalam
kalimat penjelas. Kalimat tersebut berisi mengenai detail-detail kalimat topik. Paragraf
bukanlah kumpulan kalimat topik. Paragraf hanya berisikan satu kalimat topik dan juga
beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi mengenai detail yang sangat spesifik
serta tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.
C. Jenis-jenis Paragraf
Jenis paragraf berdasarkan isinya yaitu sebagai berikut:
1. Paragraf Narasi Paragraf Narasi adalah suatu jenis paragraf yang menceritakan suatu
kejadian atau suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri dari narasi
kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian yaitu paragraf yang menceritakan
suatu kejadian ataupun suatu peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita yaitu paragraf
yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan ataupun perbuatan yang
menciptakan ataupun menghasilkan sesuatu.
2. Paragraf Deskripsi Paragraf deskripsi adalah paragraf yang isinya merupakan
penggambaran dari suatu keadaan atau peristiwa menggunakan kata-kata sehingga
pembacanya seolah-olah ikut merasakan, melihat, dan juga mengalami langsung kejadian
atau keadaan tersebut.
3. Paragraf eksposisi Paragraf eksposisi adalah suatu paragraf yang bertujuan untuk
memaparkan, menyampaikan informasi, mengajarkan, menjelaskan dan juga menerangkan
suatu topik kepada yang membacanya dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga
memperluas pengetahuan si pembaca.
4. Paragraf Argumentasi Paragraf argumentasi adalah suatu jenis paragraf yang
mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis dengan disertai bukti dan juga fakta (
yang benar terjadi ). Tujuannya yaitu supaya si pembaca yakin bahwa ide, gagasan, dan
pendapat tersebut adalah benar adanya dan terbukti.
5. Paragraf Persuasi Paragraf persuasi adalah suatu bentuk atau jenis karangan yang
mempunyai tujuan membujuk pembaca supaya ingin berbuat sesuatu sesuai dengan 7
keinginan penulisnya. Supaya tujuannya bisa tercapai, penulis harus mampu mengemukakan
pembuktian dengan menggunakan data dan juga fakta.
Jenis paragraf berdasarkan tujuannya, yaitu :
1. Paragraf Pembuka Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas, menarik, dan
bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.
2. Paragraf Penghubung Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan
kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat
paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-
karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisi, paragraf- paragraf itu harus disusun
berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan
pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian
melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
3. Paragraf Penutup Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau
penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting. Jenis paragraf
berdasarkan letak kalimat utama, yaitu :
1. Paragraf Deduktif Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal
paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan
khusus.
2. Paragraf Induktif Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf
dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.
3. Paragraf Campuran Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan
akhir paragraf. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan
kembali. Jenis paragraf berdasarkan isi,yaitu :
1. Paragraf Deskripsi Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara
nyata dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan
sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
2. Paragraf Proses Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran
utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau
proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.
3. Paragraf Efektif Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik.
Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebih dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada
kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.
D. Fungsi-fungsi Paragraf
1. Mengekspresikan gagasan yang tertulis dengan memberikan bentuk suatu pikiran dan juga
perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
2. Untuk menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti
paragraf berarti ganti pikiran juga.
3. Untuk memudahkan pengorganisasian gagasan bagi yang menulis dan memudahkan pemahaman
bagi yang membacanya.
4. Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan unit pikiran yang lebih kecil.
5. Untuk memudahkan pengendalian variabel, terutama pada karangan yang terdiri dari beberapa
variabel.
E. Unsur-unsur dalam Paragraf
Ada beberapa unsur yang pembangun paragraf, sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis dan
sistematis. Unsur-unsur paragraf itu ada empat macam, yaitu :
1. Transisi,
2. Kalimat topik,
3. Kalimat pengem-bang, dan
4. Kalimat penegas.
F. Syarat Pembentukan Paragraf
1. Kesatuan Kesatuan paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraf secara bersama-
sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa
paragraf itu memuat satu hal saja.
2. Kepaduan Kepaduan (koherensi) adalah kekompakan hubungan antara suatu kalimat dan kalimat
yang lain yang membentuk suatu paragraf kepaduan yang baik tetapi apabila hubungan timbal balik
antar kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Kepaduan sebuah
paragraf dibangun dengan 10 memperhatikan beberapa hal, seperti pengulangan kata kunci,
penggunaan kata ganti, penggunaan transisi, dan kesejajaranb(paralelisme).
3. Kelengkapan Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kalimat topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan paragraf yang
kurang lengkap. Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan dengan pengulangan-pengulangan
adalah paragraf yang tidak lengkap.
4. Panjang Paragraf Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa
jauh / dalamnya suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi sasaran. Memperhitungkan 4 hal :
1. Penyusunan kalimat topik,
2. Penonjolan kalimat topik dalam paragraf,
3. Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat, dan 4. Penggunaan kata-kata transisi, frase, dan
alat-alat lain di dalam paragraf.
MATERI KE TUJUH:
 Pengertian Teks Akademik
teks akademik atau yang sering juga disebut teks ilmiah adalah tulisan yang diperoleh
sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pegamatan, peninjauan, penelitian
dalam bidang tertentu,disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisannya
yang bersantun bahasa dan isinya dapat di pertanggung jawabkan
kebenarannya/keilmiahannya.
 Ciri-Ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik adalah sebagai berikut :
1. Bersifat sederhana dan tidak berlebihan.
2. Tata urutan bahasanya disusun secara sistematis.
3. Bahasanya lugas dan dapat dimengerti.
4. Bersifat objektif.
5. Isinya memberi tahu berbagai informasi.
 Jenis Teks Akademik
Jenis-jenis teks yang sering dijumpai sebagai teks akademik di lingkungan perguruan
tinggi adalah antara lain buku, ulasan buku, proposal penelitian, proposal kegiatan, laporan
penelitian (yang dapat berbentuk tugas akhir, skripsi, tesis, atau disertasi), laporan kegiatan,
dan artikel ilmiah (yang sering disebut paper atau makalah).
Apabila dimasukkan ke dalam konsep genre, jenis-jenis teks tersebut tergolong ke
dalam genre makro. Nama-nama genre yang digunakan adalah namanama jenis teks itu
sendiri. Di dalam masing-masing genre makro itu, mungkin ditemukan sejumlah genre mikro.
Dengan demikian, sebuah jenis teks (misalnya artikel ilmiah) yang di dalamnya
terdapat subbab-subbab (pendahuluan, kajian pustaka, hasil, pembahasan, dan kesimpulan)
adalah genre makro yang berfungsi menjadi payung, dan beberapa genre mikro yang ada di
dalamnya (misalnya pada Subbab Pembahasan terkandung genre mikro diskusi dan
eksplanasi) dipayungi oleh genre makro tersebut.
Pengertian Teks Non-Akademik
Teks non akademik adalah teks yang penulisannya tidak berupa fakta yang umum,
melainkan berupa fakta pribadi.

2.5 Ciri-Ciri Teks Non-Akademik


Ciri-ciri Teks Non-Akademik adalah sebagai berikut :
1. Bersifat mengajak.
2. Tidak memuat masalah topik yang dibahas.
3. Bersifat subjektif.
4. Penyajian teks non akademik diiringi sejarah.
5. Tidak ada bantuan bukti
2.6 Jenis Teks Non-Akademik
Jenis-Jenis Teks Non-Akademik yang sering kita jumpai antara lain sbb :
1. Dongeng.
2. Cerpen.
3. Novel
4. Drama
5. Roman
MATERI KE DELAPAN:

Pengertian Teks Ulasan BUKU, Contoh, Ciri, Tujuan, Struktur Dan Kaidah

Apa itu teks ulasan ? Teks ulasan juga disebut teks review. Ulasan pada umumnya
ditulis dalam bentuk artikel, sehingga teks ulasan dapat disebut artikel ulasan. Di
lingkungan kita, karena ulasan biasanya dibuat terhadap buku, teks ulasan dinamakan
ulasan buku, resensi buku, atau timbangan buku. Sesungguhnya, ulasan tidak harus
dibuat terhadap buku, tetapi juga dapat dibuat untuk karya-karya lain seperti artikel,
karya sastra (cerpen, novel, drama, dan puisi), serta karya seni (musik, tari, kriya,
lukis, pertunjukan, dan film).

Bahkan ulasan dapat dibuat terhadap sebuah peristiwa, misalnya olah raga atau
kegiatan sosial lainnya. Ulasan merupakan teks yang berfungsi untuk menimbang,
menilai, dan mengajukan kritik terhadap karya atau peristiwa yang diulas tersebut.

Pengertian Teks Ulasan

Teks ulasan adalah suatu teks yang berisi ulasan, penilaian atau review terhadap suatu
karya seperti film, drama, atau sebuah buku. Teks ulasan disebut juga dengan resensi.
Ketika mengulas suatu karya, pengulas harus bersikap kritis agar hasil ulasannya
dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan karya tersebut.

Ulasan juga dapat disebut review. Ulasan pada umumnya ditulis dalam bentuk artikel,
sehingga teks ulasan juga dapat disebut artikel ulasan, Ulasan merupakan teks yang
berfungsi untuk menimbang, menilai, dan mengajukan kritik terhadap karya atau
peristiwa yang diulas tersebut (Gerot & Wignell, 1994; Hyland & Diani, 2009 ).

Tujuan Teks Ulasan

Teks ulasan memiliki beberapa tujuan, yaitu:

Tujuan Teks Ulasan

Teks ulasan memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Menunjukkan pandangan atau penilaian penulis resensi terhadap suatu karya


2. Memberikan informsi kepada publik tentang kelayakan yang dimiliki suatu
karya

3. Membantu pembaca untuk mengetahui isi suatu karya

4. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kelebihan dan kekurangan


karya yang diulas atau diresensi

5.Mengetahui perbandingan karyaa tersebut dengan karya lain yang sejenis

6. Memberikan informasi yang komprehensif tentang suatu karya.

7. Memberi tahu dan mengajak pembaca untuk merenungkan, memikirkan dan


mendiskusikan masalah yang terdapat dalam suatu karya.

8. Memberikan pertimbangan pada pembaca apakah suatu karya tersebut pantas


untuk dinikmati atau tidak.

9. Memudahkan pembaca dalam memahami hubungan suatu karya dengan karya


lain yang serupa.

10. Memberikan pertimbangan bagi pembaca sebelum memutuskan untuk memilih,


membeli dan menikmati suatu karya.

Ciri ciri Teks Ulasan

Teks ulasan atau resensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Strukturnya terdiri atas orientasi, tafsiran, evaluasi dan rangkuman.


 Memuat informasi berdasarkan pandangan atau opini penulis mengenai suatu
karya atau produk
 Opininya berdasarkan fakta yang di interpretasikan

3. Memiliki nama lain yaitu resensi.

Struktur teks ulasan

Struktur teks ulasan merupakan susunan yang membangun sebuah teks ulasan
sehingga menjadi suatu teks yang utuh. Struktur teks ulasan terdiri dari beberapa hal
berikut:
 Orientasi

Orientasi merupakan bagian pertama yang menjelaskan tentang gambaran umum


sebuah karya baik film, drama maupun sebuah buku yang akan diulas. Bagian
orientasi memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai apa yang akan diulas.

 Tafsiran

Tafsiran merupakan bagian yang berisi penjelasan detail mengenai sebuah karya yang
diulas, misalnya berisi tentang bagian-bagian suatu karya, keunikan, keunggulan,
kualitas, dsb.

 Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang berisi pandangan dari pengulas mengenai hasil karya
yang diulas. Evaluasi dilakukan setelah pengulas melakukan tafsiran secara cukup
terhadap hasil karya tersebut. Pada bagian evaluasi ini pengulas akan menyebutkan
bagian yang bernilai atau kelebihan dari karya tersebut. Ataupun bagian yang kurang
bernilai atau kekurangan dari karya tersebut.

 Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian yang berisi kesimpulan dari ulasan terhadap suatu
karya. Bagian ini juga memuat komentar penulis apakah hasil karya tersebut
berkualitas atau tidak untuk ditonton atau dibaca.

Kaidah Kebahasaan Teks Ulasan

Teks ulasan yang baik harus disusun sesuai dengan struktur teks dan menggunakan
kaidah kebahasaan, termasuk kaidah ejaan. Berikut ini adalah contoh kaidah
kebahasaan dalam ulasan teks film atau drama:

1. ISTILAH

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah khusus
adalah istilah yang digunakan untuk bidang tertentu dan pemakainnya hanya
dipahami oleh orang berkecimpung dalam bidang tersebut. Contoh :

Istilah umum : film, ikan, bunga


Istilah khusus : komedi, gurame, mawar.

2. SINONIM DAN ANTONIM

1. Sinonim adalah kata yang memiliki bentuk yang berbeda, tetapi memiliki arti
atau pengertian yang sama atau mirip. Contoh: “Obrolan orang itu mirip
dengan dialogdalam film Romeo dan Juliet.”

2. Antonim adalah kata yang artinya berlawanan satu dengan yang lain. Contoh:
“besar atau kecil bukanlah jaminan barang itu berharga atau tidak.”

3. Nomina

Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang,
tempat, atau semua benda atau segala yang dibedakan. Kata benda dibagi menjadi dua
jenis, yaitu kata benda konkret seperti meja, buku, danbola serta kata benda abstrak,
seperti pikiran dan angin.

Nomina juga dibedakan menjadi dua, yakni Nomina Dasar dan Nomina Turunan.
Contoh :

Nomina Dasar : Rumah | Jalan

Nomina Turunan : Perumahan | Jalanan

Imbuhan : Pe – an | -anVerba / Kata Kerja

Verba Aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau menunjukkan
tindakan atau perbuatan. Contoh: “Putra memelihara ikan gurame.

Verba Pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran
tindakan, atau hasil. Contoh: “Film horor kini banyak disiarkan televisi indonesia.”

4. VERBA / KATA KERJA

1. Verba Aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau
menunjukkan tindakan atau perbuatan. Contoh: “Putra memelihara ikan gurame.

2. Verba Pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran
tindakan, atau hasil. Contoh: “Film horor kini banyak disiarkan televisi indonesia.”
5. PRONOMINA

Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa
nomina. Contoh:

3. Kata ganti petunjuk : ini, itu

4. Kata ganti penghubung : yang

5. Kata ganti tak tentu : siapa, barag siapa, sesuatu, masing-masing

6. KONJUNGSI

Konjungsi adalah kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi menghubungkan
dua buah klausa, kalimat, atau paragraf. Konjungsi yang sering digunakan dalam
ulasan film atau drama umumnya, berupa:

 Konjungsi Koordinatif. Contoh: dan, atau, tetapi


 Konjungsi Subordinatif. Contoh: jika, agar, meskipun, alih-alih, sebagai, sebab,
karena, maka, sesudah, sebelum, sementara
 Konjungsi Korelatif. Contoh: baik … maupun … | bukan … melainkan … |
tidak hanya … tetapi …
 Konjungsi AntarKalimat. Contoh: sebaliknya, di samping itu, selanjutnya
7. Preposisi

Preposis adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa
preposisional.

Contoh : di, ke, dari, pada, daripada, dengan, secara, tanpa, bagi.

8. Artikel

Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina.

Contoh: si, sang

9. kalimat simpleks dan kompleks

 Kalimat Simpleks adalah kalimat yang memiliki suatu verba utama.


Contoh: “Sinetron pangeran banyak digemari kawula muda.”

 Kalimat Kompleks adalah kalimat yang memiliki dua verba utama atau lebih.

Contoh: “Sci-Fi adalah jenis film imajinasi pengetahuan yang dikembangkan


untukmendapatkan dasar pembuatan alur film yang menitikberatkan pada penelitian
dan penemuan biologi.”

10. Menggunakan ungkapan perbandingan (persamaan/perbedaan)

Contohnya : daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda dengam, seperti, seperti


halnya, serupa dengan, dan sebagainya.

11. Menggunakan kata kerja material dan kata kerja relasional

Kata kerja material yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses. Misalnya :
makan, minum, membawa, berbicara, melamun, bertepuk tangan, mendengarkan,
menunggu, melebur, memukul, bertanya, dan lainnya. Kata kerja relasional adalah
kata kerja yang berfungsi untuk membentuk predikat nominal (kata-kata kopulatif)
dan dapat juga membantu memperjelas predikat (kata kerja bantu).

 a. Contoh kata kerja relasional sebagai kopulatif : bernama, disebut,


jadi/menjadi, merupakan, adalah, ialah, yaitu, yakni, dan sebagainya.
 b. Contoh kata kerja relasional sebagai kata bantu : pasti, harus/perlu/wajib,
jadi, mungkin, boleh, harap, bisa, hendak/ingin/mau/akan, dapat/bisa, ada, dan
sebagainya.

Jenis jenis Teks Ulasan

Teks ulasan berdasarkan isinya dibagi menjadi beberapa jenis:

 Teks ulasan informatif

Teks ulasan jenis ini berisi gambaran singkat, padat, dan umum suatu karya. Resensi
jenis ini tidak menyampaikan isi karya secara keseluruhan, namun hanya memaparkan
bagian yang penting saja dan menekankan pada kelebihan dan kekurangan karya
tersebut.

 Teks ulasan deskriptif


Resensi jenis ini berisi gambaran detail pada tiap bagian suatu karya. Teks ulasan ini
biasanya dilakukan pada suatu karya fiksi untuk mendapat gambaran jelas tentang
manfaat, pentingnya informasi, dan kekuatan argumentatif yang dituangkan penulis
pada sebuah karya.

 Teks ulasan kritis

Resensi jenis ini berisi ulasan suatu karya secara terperinci dengan mengacu pada
metode atau pendekatan ilmu pengetahuan tertentu. Teks ulasan ditulis secara objektif
dan kritis bukan berdasar pandangan subyektif dari penulis resensi. Contoh: Resensi
terhadap novel dengan menggunakan pendekatan sosiologi.

Contoh Teks Ulasan

Berikut ini adalah contoh teks ulasan drama persahabatan “Laskar Pelangi”

Judul Resensi / Ulasan

Ulasan Film “Laskar Pelangi”

Identitas Resensi / Ulasan


judul filem : laskar pelangi
penulis : andrea renata
sutradara : Riri risa
produser : mira lasmana
tahun di putar : 2018
distributor : milez production
durasi : 120 menit

Pendahuluan (Orientasi)

Film merupakan salah satu wujud karya seni yang paling digemari oleh masyarakat. Film jika
diproduksi dengan tepat dapat memberikan hiburan sekaligus mengedukasi penontonnya
dengan berbagai pesan kuat yang disampaikan melalui ceritanya.

Salah satu film dengan ktriteria tersebut adalah Laskar Pelangi yang disutradarai oleh Riri
Riza. Sementara itu, ceritanya diangkat dari novel dengan judul yang sama dan ditulis oleh
Andrea Hirata.
Isi Ulasan / Resensi

Cerita dimulai saat Ikal kembali ke kampung halamannya yang berada di pulau Belitung. Ia
kemudian menceritakan masa kecilnya di sana, saat pertama kali masuk ke sekolah SD
Muhammadiyah. Di sana ia bertemu dengan 9 sahabatnya yang kelak disebut sebagai
kelompok Laskar Pelangi.

SD Muhammadiyah tempat Laskar Pelangi bersekolah adalah sekolah tertua di daerah


Belitung. Sekolah itu sangatlah kecil, bobrok dan tidak layak jika dibandingkan dengan
sekolah lain seperti Sekolah PN Timah. Ironi mulai terbentuk saat kemiskinan melanda warga
sekitar padahal PN Timah mengeksploitasi kekayaan tanah mereka.

Namun suka dan duka mereka hadapi bersama di sana. Dengan tersendat-sendat sekolah
tersebut terus bertahan dengan murid-murid cemerlang mereka yang dijuluki Laskar Pelangi
oleh Ibu Hamzah, salah satu guru di sana. Di sinilah alur utama yang menyejukkan hati
dimulai. Bagaimana mereka semua terus tegar dan bertahan menghadapi segala keterbatasan
yang menyelimuti usaha mereka untuk belajar.

Kelebihan Film (Evaluasi)

Kisah sehari-hari daerah terpencil menjadi kekuatan terbesar dari film ini. Pengemasannya
dalam alur cerita yang mengalir sederhana namun mengena juga menjadi salah satu kelebihan
yang tak tergantikan. Keindahan pulau Belitung juga menjadi pesona tersendiri dari sisi
sinematografi.

Kekurangan Film (Evaluasi)

Terdapat penjelasan yang kurang lengkap mengenai bagaimana Lintang memperoleh ilmu
yang luar biasa dalam bahkan hingga mengetahui nama latin dari tumbuhan tertentu. Padahal
sekolah mereka adalah sekolah yang terpencil dan sulit untuk mendapatkan buku
pengetahuan.

Seandainya terdapat penjelasan bahwa Lintang mendapatkan akses ke buku-buku berkualitas


lewat kapal yang bersinggah dan kebetulan membawa muatan buku misalnya maka cerita
akan lebih masuk akal. Selain itu secara umum tidak dijelaskan bagaimana Lintang
memperoleh ilmunya.

Penutup (Rangkuman)

Melalui kisah persahabatannya yang menghangatkan dan perjuangannya terhadap berbagai


kekurangan yang dihadapi film ini menjadi sangat menarik dan bermakna untuk ditonton.
Ceritanya dapat menjadi inspirasi dan motivasi tersendiri bagi kita untuk tidak menyia-
nyiakan berbagai kelebihan yang telah kita miliki.
Cerita yang apik dari sang penulis, dan sinematografi yang estetis dari sutradaranya membuat
film ini menjadi tamasya visual sekaligus psikologis yang dapat mencerahkan hati. Tak
berlebihan rasanya untuk menobatkan film “Laskar Pelangi” sebagai salah satu film terbaik
Indonesia.

Sebagai insan akademik, kita tentu harus membaca karya-karya ilmiah, antara lain buku.
Pada saat kita membaca buku, kita harus mencerna buku bacaan tersebut dengan seksama
agar kita dapat memahami isinya. Di pihak lain, kita perlu mengomunikasikan pemahaman
kita itu dalam berbagai bentuk untuk keperluan presentasi atau menulis, seperti proposal
penelitian, laporan penelitian, artikel ilmiah, tugas akhir, atau skripsi. Oleh karena itu,
mahasiswa membutuhkan keterampilan mengulas buku.

CONTOH TEKS ULASAN LASKAR PELANGI

Laskar Pelangi merupakan salah satu film yang dinobatkan menjadi film terbaik di Indonesia.
Film ini diangkat dari sebuah novel karya Andrea Hirata yang merupakan cuplikan dari nyata
yang dialaminya ketika masih kecil. Awal kemunculan film ini pada tahun 2008 silam
disambut penuh antusias oleh penggemarnya yang sebelumnya telah membaca novel dengan
judul yang sama tersebut. Film besutan sutradara kondang Riri Riza dan produsen muda
berbakar Mira Lesmana ini berhasil memikat mata Indonesia dengan kisah inspiratif yang
terdapat dalam alur film ini.
Yang unik dalam film laskar pelangi ini adalah para pemeran utamanya dipilih langsung dari
Belitong untuk memberikan kesan endemik dan tanpa menghilangkan citra asli dari film ini.
Tokoh tokoh utama tersebut mencakup ikal, lintang, mahar, fo, dan lain sebagainya. Anak
anak ini dipilih bukan tanpa tujuan, namun dengan menggunakan aktor asli dari daerah
tersebut akan menambah film terlihat naturan karena para pemain sudah terbiasa dengan logat
bahasa, dan gaya bicara di Belitong.

Film inspiratif ini menceritakan tentang sebuah persahabatan yang dijalin 10 orang siswa di
sekolah dasar yang terisolir (SD Muhammadiah) yang terdapat di pulau Belitong. Pada
mulanya memang sekolah tersebut terancam akan ditutup oleh pemerintah karena sudah tidak
memiliki peminat lagi. Namun berkat keinginan dan semangat kuat yang dimiliki kesepuluh
sisw tersebut ditabbah dengan perjuangan seorang guru yakni Bu Mus (Bu Muslimah) yang
diperankan Cut mini sekolah tersebut tidak jadi ditutup. Selain menceritakan tentang
persahabatan, laskar pelangi juga menceritakan kisah haru yang harus dialami oleh salah
seorang murid tersebut yakni lintang yang merupakan bocah nelayan miskin yang sangat
cerdas. Namun prestasi lintang terhalang oleh tanggung jawab dan kerja keras untuk
menghidupi adik adiknya setelah bapaknya wafat di lautan.

Meskipun pemilihan dan latar film ini mayoritas bersifat outdoor atau di luar ruangan yang
mengakibatkan kualitas suara dan gambarnya kurang jelas. Namun jika dinilai secara
keseluruhan, film laskar pelangi ini sangat bagus. Film ini memberikan dampak dan pengaruh
besar pada penikmat film di Indonesia pasca pemutaran perdananya. Betapa tidak,
masyarakat Indonesia yang notabennya tengah tergila gila dengan film horror, dan action ini
langsung berbalik haluan dan memilih untuk meneyaksikan film relality ini. Disamping itu
alur cerita yang terkesan unik, inspiratif, emosional dan menarik ini dikemas dengan finishing
yang sangat baik oleh pemeran pemarannya. Ditambah dengan pemandangan keindahan alam
pulau belitung pada era 90an silam menjadikan daya tarik tersendiri untuk menonton film ini.

Maka dari itu film ini sangat layak untuk dinobatkan menjadi salah satu film terbaik karya
Indonesia yang akan dikenang sepanjang masa. Walaupun dirilis pada tahun 2008 silam,
Namun laskar pelangi merupakan sebuah film yang layak untuk ditonton secara berulang dan
tidak lekang oleh waktu. Di tahun 2017 ini banyak yang masih menantikan kelanjutan
maupun versi lain dari film laskar pelangi. Hal ini karena didalam film ini benar benar murni
mempertontonkan cerita yang inspiratif tanpa ada unsur kekerasan, sara dan parnografi.
Dengan munculnya film ini diharapkan industri perfileman di tanah air dapat semakin maju
dan tidak kalah dalam bersaing di kancah Internasional.

Struktur ulasan Laskar Pelangi


Orientasi: Terdapat pada paragraf pertama.
Tafsiran: Terdapat pada paragraf ke-2 hingga 3.
Evaluasi: Terdapat pada paragraf ke-4.
Kesimpulan: Terdapat pada paragraf ke-5
PERTEMUAN KE SEMBILAN:
Penulisan Daftar Pustaka dari Sumber Buku
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis daftar pustaka dari sumber buku. Namun,
hal paling utama adalah memperhatikan urutan dan tanda bacanya. Berikut adalah urutan sebuah
referensi dari buku.
1. Nama Nama penulis ditulis paling awal. Ingatlah untuk selalu menuliskan nama belakang penulis
terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan tanda koma (,) setelah itu cantumkan nama depan
dan tengah penulis buku tersebut. Jika buku tersebut merupakan karya dari dua penulis atau lebih,
hanya penulis pertama yang urutan namanya dibalik. Penulis kedua dan seterusnya berada
setelahnya dengan urutan yang sesuai nama aslinya. Jika pada buku tersebut nama penulis
dicantumkan lengkap dengan gelar pendidikan atau gelar lain, gelar-gelar tersebut tidak perlu
dituliskan.
2. Tahun Terbit Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-teman gunakan
sebagai referensi. Jangan terkecoh pada angka tahun cetakan awal sebab bisa saja buku yang kamu
pakai merupakan cetakan kedua, ketiga, ataupun terakhir.
3. Judul Buku Tuliskan judul bukumu secara lengkap. Jangan lupa, penulisan judul dibuat dengan
italic (miring).
4. Kota dan Nama Penerbit Bagian terakhir dalam penulisan daftar pustaka sebuah buku adalah
mencantumkan kota penerbitan dan nama penerbit yang mencetak buku tersebut. Dahulukan
penulisan nama kota, baru diikuti dengan nama penerbit yang dibatasi dengan tanda titik dua (:). Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah tanda batas dari tiap urutan. Pastikan teman-teman
menggunakan tanda titik (.) untuk membatasi urutan nama, tahun terbit, judul buku, hingga kota
dan nama penerbit.
• Contoh Daftar Pustaka dari Buku
Data Buku:
Judul : Family Medical Care Volume
Penulis : Dr. John F. Knight
Penerbit : Indonesia Publishing House
Kota Penerbit : Bandung Tahun Terbit : 2001
Cara Penulisan: Knight,
John F. 2001. Family Medical Care Volume 4. Bandung: Indonesia Publishing House.
Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel dalam Jurnal, Koran, atau Majalah
Tidak berbeda jauh dengan penulisan dari sumber berupa buku, teman-teman pun perlu
mencantumkan nama penulis, tahun terbit, judul artikel, hingga kota dan nama penerbit. Hanya saja,
ada perbedaan penulisan untuk beberapa urutan tersebut, yakni sebagai berikut.
1. Nama Pastikan nama yang teman-teman tulis dalam daftar pustaka artikel tersebut
adalah penulis artikelnya, bukan editor dari jurnal, koran, ataupun majalah yang menjadi sumber
referensi.
2. Judul Dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi. Penulisan tidak
dengan format italic, melainkan tegak lurus dengan pemberian tanda kutip (“) pembuka dan
penutup. Setelah itu, lanjutkan dengan penulisan sumber jurnal ataupun majalah yang memuat
artikel tersebut. Penulisan nama jurnal, majalah, atau koran baru dicetak miring. Ikutkan di halaman
berapa artikel tersebut dimuat yang ditulis dalam tanda kurung [(…)].
• Contoh Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel Jurnal
Data Artikel:
Judul Jurnal : Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1 Judul Artikel :
Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota Pangkalpinang
Penulis : Umar Solikhan
Penerbit : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Terbit : Pangkalpinang
Tahun Terbit : 2013
Cara Penulisan:
Solikhan, Umar. 2013. “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota
Pangkalpinang” dalam Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1 (hlm. 123-129).
Pangkalpinang: Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulisan Daftar Pustaka dari Internet
Selain artikel cetak, tidak jarang seseorang mengambil sumber tulisannya dari artikel-artikel
di internet (dalam jaringan.daring/online). Untuk penulisan daftar pustaka dari internet seperti ini,
urutannya adalah sebagai berikut:
1. Nama Cara penulisan nama untuk artikel daring tidak berbeda dengan penulisan nama
dari sumber buku maupun artikel cetak.
2. Tahun Penayangan Tuliskan tahun penayangan dari artikel tersebut.
3. Judul Judul artikel daring tidak ditulis secara italic, melainkan hanya diapit tanda kutip (“).
4. URL Jangan lupa menyalin alamat URL dari artikel tersebut agar dapat diakses jika ada
yang ingin membuktikan kesahihannya.
5. Waktu Pengambilan Di bagian akhir, jangan lupa mencantumkan waktu pengambilan
artikel daring itu secara lengkap, yakni tanggal dan jam saat kamu mengunduh ataupun
menjadikannya referensi. Selain urutan, masalah tanda batas dalam daftar pustaka artikel
internet/daring agak berbeda dengan penulisan dari sumber cetak. Tanda titik (.) sebagai
batas hanya berlaku untuk mengakhiri nama penulis dan tahun penayangan. Sementara itu,
pembatasan dari judul ke URL dan dari URL ke waktu pengambilan data berupa tanda koma
(,). • Contoh Daftar Pustaka dari Internet (Artikel Daring)
Data Artikel:
Judul : Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global?
Penulis : Jeko Iqbal Reza
Tanggal Tayang : 29 Agustus 2015
Waktu Akses : 10 Februari 2016, pukul 10.27
URL : http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-dampak-mematikanpemanasan-
global
Cara Penulisan:
Reza, Jeko Iqbal. 2015. “Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global”,
http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-dampak-mematikan-pemanasanglobal,
diakses pada 10 Februari 2016 pukul 10.27.
Kutipan Langsung
Dalam menuliskan Tentunya menuliskan kutipan langsung, Berikut ini beberapa langkah
kutipan langsung yang bisa diterapkan:
1. Jarak Spasi Beri jarak spasi selebar 2,5 spasi antara teks asli dan teks kutipan. Cara ini bisa
dipakai apabila kutipan yang diambil berjumlah 4 baris atau lebih. Perlu diperhatikan posisi
teks kutipan harus berada di bawah teks asli yang Anda tulis sendiri. Kutipan boleh ditulis
dengan menggunakan tanda petik ataupun tidak. Selain itu di dalam teks asli Anda juga perlu
menuliskan format nama penulis.Cara ini dilakukan bila kutipan yang diambil berjumlah 4
baris atau lebih. Teks kutipan mesti berada di bawah teks asli yang kita tulis sendiri. Kutipan
boleh ditulis dengan menggunakan tanda petik ataupun tidak. Selain itu, di dalam teks asli,
kita mesti menuliskan format nama penulis (tahun terbit: halaman buku). Contoh: Seorang
mahasiswa aytau peneliti yang hendak melakukan penelitian, mesti mengetahui terlebih
dahulu topik atau tema apa yang hendak dibahas dalam penelitian yang dibuat. Menurut
Patilima (2013:17) menyatakan sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk menentukan
sebuah topik penelitian, yaitu: “Pada penentuan topik penelitian, pusatkan perhatian
dengan menggambarkan secara ringkas (maind mapping), menyusun judul, dan
mempertimbangkan apakah topik tersebut dapat diteliti. Mahasiswa atau peneliti dapat
mengawali dengan menyusun dua kata, misalnya “penelitian mengenai…” tergantung
kepada kita melanjutka kalimat tersebut.”
2. Menyatukan Teks Asli dan Kutipan Langkah selanjutnya adalah menyatukan teks asli dan
kutipan. Cara ini dilakukan jika kutipan yang diambil hanya berjumlah dua baris. Caranya
juga sama dengan sebelumnya. Nama penulis yang dikutip, tanggal dan halaman buku yang
dikutip mesti dicantumkan sebelum kutipan. Contoh: Tombol navigasi sangat penting bagi
blog seseorang. Menurut Sya’ban (2010:197), navigasi adalah “…tombol yang digunakan
oleh pembaca blog untuk memudahkan mereka dalam mendapatkan berbagai informasi
yang ada pada blog Anda.”
3. Menghilangkan Beberapa Kutipan dengan Menggunakan Tiga Tanda Titik (…) Lain halnya
jika Anda ingin mengutip kutipan yang hanya beberapa bagian kutipan saja.Penggunaan
tanda tiga tanda titik inilah solusinya. Tiga tanda titik tersebut dapat dipakai di awal kutipan,
tengah-tengah, maupun akhir kutipan, tergantung bagian kutipan mana yang dihilangkan.
Contoh: “Tombol navigasi ini biasanya berada di atas header blog atau di bawah header
blog…”
4. Menggunakan Tanda Titik Satu Baris Penuh Jika Anda ingin mempersingkat kutipan, Anda
bisa menggunakan tanda titik satu baris penuh. Cara ini dipakai jika kutipan yang seharusnya
dua baris, malah kita kutips satu baris saja. Adapun baris yang tidak dikutip diganti dengan
tanda titik-titik yang panjang untuk memenuhi baris yang kosong tersebut. Contoh: “Pada
penentuan topik penelitian, pusatkan perhatian dengan menggambarkan secara ringkas
(maind mapping), menyusun judul, dan mempertimbangkan apakah topik tersebut dapat
diteliti. Mahasiswa atau peneliti dapat mengawali dengan menyusun dua kata, misalnya
“penelitian mengenai…” tergantung kepada kita melanjutkan kalimat tersebut.”
………………………………………………………………………………………… ……………………………………………….
5. Menyisipkan Kurawal [ ] dan/atau Tanda [sic!] Anda juga dapat menyisipkan kurawal [ ]
dan atau tanda [sic!]. Kurawal bisa digunakan jika penulis ingin menambahkan keterangan
pada kutipan yang dipakai. Sementara tanda [sic!] dipakai jika ada bagian kutipan yang salah,
entah itu salah secara makna maupun secara penulisan.
Contoh: “Pada penentuan topik penelitian, pusatkan perhatian dengan menggambarkan
secara ringkas (maind mapping) [sic!], menyusun judul, dan mempertimbangkan apakah
topik tersebut dapat diteliti [atau tidak]. Mahasiswa atau peneliti dapat mengawali dengan
menyusun dua kata, misalnya “penelitian mengenai…”[lalu, kalimat seterusnya diteruskan]
tergantung kepada kita melanjutkan kalimat tersebut.”
Cara Menulis Kutipan Langsung < 4 Baris
• Kalimat kutipan harus diintegrasikan dengan teks
• Jarak antar baris kutipan adalah 2 spasi
• Kutipan diapit dengan tanda kutip/petik dua (“…”)
• Setelah kutipan, tulis sumber yang berupa nama pengarang, tahun terbit, dan nomor
halaman di dalam tanda kurung
Conoth:“Dalam membuat sebuah karya ilmiah jenis penelitian, eksplorasi pustaka
merupakan sesuatu yang harus dilakukan untuk mendapatkan kebenaran data yang ingin diteliti”
(Agung Hermanto, 2009: 15-16).
atau bisa juga dengan menaruh sumber kutipan di depan seperti berikut ini:
Siswanto (1990:20) menegaskan, “keputusan ilmiah merupakan sebuah kemungkinan atau
probabilitas, sehingga bukan suatu kebenaran yang mutlak”.
Cara Menulis Kutipan Langsung > 4 Baris
• Penulisan kutipan dipisahkan dengan jarak 3 spasi dari teks
• Jarak antar baris kutipan adalah 1 spasi
• Kutipan boleh diapit dengan tanda kutip/petik dua (“…”) atau tidak
• Setelah kutipan, diberi keterangan sumber

Parafrase merupakan salah satu cara meminjam gagasan/ide dari sebuah sumber tanpa
menjadi plagiat.
Menurut OWL Purdue, sebuah website yang banyak memberikan ulasan tentang menulis
buku akademis [sumber], parafrase didefinisikan sebagai berikut:
1) kemampuan seseorang untuk menulis ulang ide atau gagasan orang lain dengan kata-
katanya sendiri dan ditampilkan dalam bentuk yang baru,
2) merupakan cara yang legal dan syah dalam meminjam gagasan orang lain,
3) sebuah pernyataan ulang (restatement) yang lebih lengkap dan detail dibandingkan
dengan sebuah ringkasan. Teknik menulis parafrase merupakan sebuah keahlian yang sangat
berharga karena:
1. parafrase lebih baik dibandingkan dengan mengutip informasi dari sebuah paragraf atau
tulisan yang kurang menonjol.
2. Parafrase membantu penulis untuk mengontrol cobaan melakukan kutipan yang terlalu
sering.
3. Proses mental yang dibutuhkan bagi keberhasilan sebuah prafrase membantu penulis
untuk memahami sepenuhnya makna teks sumber yang akan ia sadur.
Teknik Menulis cara lain untuk menghindari plagiarisme ketika menulis buku adalah dengan
melakukan kutipan tidak langsung. Mengutip secara tidak langsung dapat diwujudkan dalam tiga
bentuk yakni membuat parafrase, meringkas atau menyusun kesimpulan.
Ketiga hal ini adalah cara pengutipan yang membutuhkan keahlian yang berbeda. Serta
penting dilakukan saat menulis buku.
Setiap penulis memiliki dan mengembangkan tekniknya sendiri untuk mengembangkan
keahlliannya dalam melakukan parafrase. Teknik tersebut bersifat unik.
Bagi penulis pemula, ia perlu belajar mengembangkan keahlian membuat parafrase. Jika
belum terbiasa melakukan parafrase, berikut ini adalah 6 teknik menulis efektif dalam melakukan
parafrase :
1. Bacalah kembali teks sumber sampai Anda memahami benar isi teks tersebut
2. Singkirkan teks/naskah asli tersebut dan tulislah ulang gagasan dalam teks tadi dalam
sebuah kertas.
3. Buatlah daftar beberapa kata dibawah parafrase Anda tadi untuk mengingatkan Anda
kembali pada cara Anda memahami naskah asli tersebut. Di atas kartu catatan tadi, tuliskan kata
kunci yang menunjukkan subjek atau tema parafrase Anda.
4. Bandingkan tulisan parafrase Anda tadi dengan naskah aslinya untuk mengecek apakah
semua gagasan, terutama gagasan yang penting telah tercantum dalam hasil parafrase tersebut.
5. Gunakan tanda petik ganda untuk mengidentifikasi istilah-istilah khusus, terminologi, atau
frase yang Anda pinjam dari naskah asli, dan yang Anda ambil sama pesis dengan naskah asli.
6. Tuliskan sumber (termasuk halaman) pada kertas catatan Anda sehingga ini
mempermudah Anda untuk menuliskan sumber pustaka atau referensi, bila Anda bermaksud
mengambil parafrase tersebut
Jika masih memiliki kesulitan dalam melakukan parafrase, maka mulailah berlatih dari
tingkatan yang termudah terlebih dahulu, yakni membuat parafrase pada taraf kalimat.
Sebelum memparafrase satu artikel saat Anda menulis buku ilmiah.
Jika telah cukup mahir dalam melakukan parafrase kalimat, maka buatlah parafrase untuk
sebuah paragraf. Berikut ini adalah contoh parafrase untuk tingkat kalimat terlebih dahulu:
Contoh 1:
kalimat asli : Sebuah kejutan di bidang realita maya (virtual reality) terjadi pada tahun 1961
dengan kemunculan Sensoramanya Heilig. Parafrase : Hasil karya Heillig yang dikenal dengan nama
Sensorama membawa perubahan yang signifikan dalam sejarah realita maya (krisnawati, 2000, hlm
55).
Contoh 2:
kalimat asli : Komputer mampu membawa orang ke tempat-tempat yang belum pernah bisa
mereka kunjungi sebelumnya, termasuk ke permukaan planet lain.
Parafrase : Melalui komputer, orang dapat pergi ke tempat yang belum pernah mereka
kenal. (Krisnawati, 2000, hlm 57).
MATERI KE SEPULUH:

JENIS-JENIS KARYA ILMIAH DAN


SISTEMATIKA PROPOSAL ILMU HUKUM

Jenis-jenis Karya Ilmiah

Artikel Ilmiah

Dalam konteks jurnalistik, artikel merupakan karya ilmiah yang berisi pendapat subjektif pembuatnya
mengenai sebuah peristiwa atau masalah tertentu.
Sedangkan menurut sudut pandang ilmiah, artikel dapat diartikan sebagai karya tulis yang sengaja
dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau kumpulan artikel dengan memperhatikan kaidah penulisan
ilmiah dan mengikuti pedoman ilmiah yang berlaku.

Makalah
Makalah bisa diartikan sebagai karya tulis ilmiah, yang kajian masalahnya berdasarkan data di
lapangan yang bersifat empiris objektif. Makalah biasanya dipaparkan dalam sebuah seminar berupa
presentasi atau bisa juga untuk dipresentasikan di kelas.
Adapun beda makalah dengan artikel ilmiah adalah objek penelitiannya. Makalah disajikan dalam
bentuk yang sederhana, tetapi tetap mengacu pada kaidah tata cara penulisan yang berlaku

Paper
Paper merupakan satu di antara jenis karya ilmiah yang populer di kalangan mahasiswa. Tak jarang,
dosen memberikan tugas kepada para mahasiswanya untuk membuat paper.
Konten yang disajikan paper hampir mirip dengan artikel ilmiah. Bedanya, dalam paper tidak ada tata
cara penulisan tertentu seperti bab dan sub-babnya.
Paper biasanya hanya terdiri atas beberapa halaman saja.
 
Skripsi
Skripsi erat kaitannya dengan mahasiswa semester akhir. Pasalnya, jenis karya ilmiah tersebut
digunakan sebagai syarat wajib untuk lulus jenjang strata 1 dan mendapat gelar Sarjana (S1).
Penulisan skripsi biasanya dilakukan pada akhir masa studi. Hampir sama seperti artikel ilmiah,
penulisan skripsi harus didasarkan teori dari para ahli.
Secara lengkap, penulisan karya ilmiah ini berupa pengujian suatu teori yang diterapkan pada suatu
permasalahan yang dipilih oleh penulis.
Hasil penulisan biasanya berupa analisis maupun pembuktian yang berhasil ditemukan oleh penulis.
Analisis yang ditulis dalam skripsi dibedakan menjadi 2 metode penelitian, yaitu penelitian kualitatif
dan kuantitatif.

Tesis
Tesis merupakan jenis karya ilmiah yang hampir mirip dengan skripsi. Bedanya, tesis diperuntukkan
mahasiswa pascasarjana sebagai syarat wajib untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar
Magister.
Jika skripsi ditulis berdasarkan pendapat subjektif dilandasi teori yang berlaku, tesis ditulis dengan
menyajikan analisis lebih mendalam menggunakan teori.
Tak hanya itu, tesis juga bisa berupa pembuatan produk baru, seperti media pembelajaran atau semua
hal yang berkaitan dengan jurusan yang dipilih.
 

PERTEMUAN ILMIAH
A. Pengertian
Pertemuan ilmiah secara etimologi berasal dari kata pertemuan dan ilmiah.
MenurutDepdikbud (1999) pertemuan merupakan perbuatan bertemu; perjumpaan.
Sedangkan ilmiahmenurut Depdikbud (1999) merupakan bersifat ilmu; memenuhi
syarat ilmu
pengetahuan.Berdasarkan arti kedua kata di atas, maka dapat kita ketahui bahwa pertemuan
ilmiahmerupakan suatu kegiatan bertemunya orang-orang dalam suatu tempat yang telah
ditentukanmembahas sesuatu topik yang masuk dalam kriteria ilmu pengetahuan.Sedangkan
syarat dariilmu adalah objektif, metodis, sistematis, dan universal.

Pengertian beberapa jenis pertemuan :


 
1.     Seminar
Pengertian
Kata seminar berasal dari kata Latin semin yang berarti “benih”. Jadi, seminar berarti “
tempat benih-benih kebijaksanaan”. Seminar merupakan pertemuan ilmiah yang dengan
sistematis mempelajari suatu topik khusus di bawah pimpinan seorang ahli dan berwenang
dalam bidang tersebut.
Seminar merupakan suatu pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di
bawah pimpinan ketua sidang (guru besar atau seseorang ahli). Pertemuan atau persidangan
dalam seminar biasanya menampilkan satu atau beberapa pembicaraan dengan makalah atau
kertas kerja masing-masing. Seminar biasanya diadakan untuk membahas suatu masalah
secara ilmiah. Yang berpartisipasi pun orang yang ahli dalam bidangnya. Seminar tentang
pemasaran suatu produk, tentu dihadiri oleh para pakar bidang pemasaran. Seminar
pendidikan tentu saja dihadiri oleh para ahli pendidikan. Sementara itu, peserta berperan
untuk menyampaikan pertanyaan, ulasan, dan pembahasan sehingga menghasilkan
pemahaman tentang suatu masalah.
Ciri – ciri
1)      ada pembicara (boleh satu atau lebih),
2)      ada topic tertentu (pada umumnya satu topic satu pembicara),
3)      ada peserta/audience (boleh pemula maupun yang sudah ahli),
4)      ada sesi presentasi dan dilanjutkan dengan diskusi.
Tahap Pelaksanaanya
a)      Persiapan
1)      Bentuk panitia seminar.
2)      Tentukan topik bahasan sekaligus tujuannya. Formulasikan dalam beberapa kalimat.
3)      Tentukan jumlah peserta yang akan di undang dan gaung kegiatan yang akan dibuat.
4)      Tentukan pemateri/pembicara atau pemakalahnya untuk seminar ini dan bagaimana
mendapatkannya?
5)      Tentukan tanggal yang tepat untuk pembuatannya.
6)      Kalau diseminar tersebut membutuhkan dana, darimana saudara mendapatkan.
7)      Apa saudara akan membuat sertifikat, apa bunyinya dan siapa yang akan tanda tangan.
8)      Kalau saudara menyiapkan makanan ringan, siapa yang mengurus dan bagaimana?
9)      Bagaimana saudara memberitau peserta seminar dan pemakalah bahwa seminar jadi
dilaksanakan. Darimana saudara tau kalau mereka akan datang?
10)  Menurut saudara apa perlu diwartakan dalam koran atau TV, kalau perlu bagaimana?
b)      Pelaksanaan
1)      Buat list (check list) apa saja yang dibutuhkan agar seminar pada hari tersebut berhasil.
2)      Siapkan agenda seminar untuk hari tersebut; MC,  waktu, pembicara, dsb.
3)      Pikirkan apa lagi yang saudara butuhkan untuk hari seminar tersebut (contoh: absen
hadir, makalah yang di copy, laptop, dsb, dsb).
4)      Bagaimana saudara susun bangku diruang seminar?
5)      Pikirkan seandainya listrik mati tiba-tiba.
6)      Siapa yang mengurus dan menata tempat, siapa yang menerima peserta, dsb, dsb.
Kelebihan dan Kelemahan seminar
 Kelebihan
1)      Membangkitkan pemikiran yang logis.
2)      Mendorong pada analisa menyeluruh.
3)      Prosedurnya dapat diterapkan untuk berbagai jenis problema.
4)      Membangkitkan tingkat konsentrasi yang tinggi pada diri peserta.
5)      Meningkatkan keterampilan dalam mengenal problema.
 Kelemahan
1)      Membutuhkan banyak waktu.
2)      Memerlukan pimpinan yang terampil.
3)      Sulit dipakai bila kelompok terlalu besar.
4)      Mengharuskan setiap anggota kelornpok untuk mempelajari terlebih dahulu.
5)      Mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi yang lain.
2.     Diskusi.
Pengertian
Kata diskusi berasal dari bahas Latin discutio atau discusum yang berarti bertukar pikiran.
Dalam bahasa Inggris digunakan kata discussion yang berarti perundingan atau pembicaraan.
Dari segi istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu masalah: untuk
memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan keluarnya. Diskusi ini
dapat dilakukan oleh dua-tiga orang, puluhan, dan bahkan ratusan orang.
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih
jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul perdebatan. Debat ialah
adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan
pemikiran/paham seseorang.
Ciri – ciri
1)      Terdiri dari beberapa orang, bisa lebih dari tiga orang.
2)      Ada permasalahan yang sedang dicarikan solusi pemecahannya.
3)      Ada yang menjadi pemimpin.
4)      Ada proses tukar pendapat atau informasi.
5)      Menghasilkan rumusan alternatif pemecahan masalah yang sedang dibahas.
6)      Berlangsung dalam interaksi tatap muka dengan mengemukakan media bahasa,
semuaanggota memperoleh kesempatan mendengarkan dan mengeluarkan pendapat secara
bebas langsung.
7)      Mempunyai tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui kerja sama antar anggota.
8)      Berlangsung dalam suasana bebas, teratur dan sistematis dengan aturan main yang telah
disepakati bersama.
Langkah Pelaksanaannya
9)      Harus memiliki peserta yang berjumlah minimal 4 orang.
10)  Memiliki topik pembahasan yang akan di diskusikan.
11)  Adanya saling tukar pendapat.
12)  Memiliki ruangan untuk melakukan diskusi.
13)  Dalam melakukan diskusi harus ada moderator.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
 Ø Kelebihannya
1)   Dapat memperluas wawasan peserta didik,
2)   Dapat merangsang kreativitas peserta didik dalam memunculkan ide dalam memecahkan
suatu masalah,
3)   Dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain,
4)   Dapat menumbuhkan partisipasi peserta didik menjadi lebih aktif.
 Ø Kekurangan metode diskusi
1)      Kemungkin besar diskusi akan dikuasai oleh peserta didik yang suka berbicara atau
ingin menonjolkan diri,
2)      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar,
3)      Peserta mendapat informasi yang terbatas,
4)      Menyerap waktu yang cukup banyak,
5)      Tidak semua guru memahami cara peserta didik melakukan diskusi.

3.     Simposium.
Pengertian
Simposium merupakan pertemuan terbuka dengan beberapa pembicara yang menyampaikan
ceramah pendek mengenai aspek yang berbeda tetapi saling berkaitan tentang suatu masalah.
Simposium dipimpin oleh seorang ketua yang bertugas mengatur jalannya diskusi. Pendengar
bertanya dan para ahli menjawab.
Ciri – ciri
1)      melibatkan kelompok ahli yang membahas topik tertentu
2)      seorang juru bicara membuat pertanyaan
3)      kemudian dilanjutkan ke diskusi panel
Langkah – langkah Pelaksanaannya
1)      Dipimpin oleh seorang ketua yang bertugas mengatur jalannya diskusi
2)      Memberi kesempatan bagi pembicara untuk mengemukakan pokok-pokok pikiran
3)      Ketua bertugas memberikan uraian pengantar sebelum pembicara berbicara dan
merumuskan secara garis-garis besar dari uraian para pembicara
4)      Pendengar bertanya dan para ahli menjawab.
 
Kelebihan dan Kelemahan
 Kelebihan Simposium
1)         Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
2)         Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu singkat.
3)         Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi
sidang lebih menarik.
4)         Dapat direncanakan jauh sebelumnya.
 Kelemahan Simposium
1)      Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas maupun penyanggah sudah
ditentukan.
2)      Kurang interaksi kelompok.
3)      Menekankan pokok pembicaraan.
4)      Agak terasa formal.
5)      Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.
6)      Sulit mengadakan kontnol waktu.
7)      Secara umum membatasi pendapat pembicara.
8)      Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan
yang tepat.
9)      Cenderung dipakai secara berlebihan.

4.     Rapat 
Pengertian
Rapat adalah pertemuan formal suatu organisasi untuk membahas masalah tertentu agar
menghasilkan keputusan sebagai sebuah kebijakan organisasi
Ciri – ciri
a)      Dalam hal perencanaan.
1)      Punya waktu yang rutin, berlangsung dalam waktu yang paling lama 2 jam
2)      Jika mendadak bisa dilakukan sambil berdiri, hanya untuk menyampaikan hal yang
penting
3)      Punya agenda yang diberitahu 3 hari sebelumnya, dikirim lewat email dan tertulis.
4)      Meminta secara khusus pada pesertanya jika diminta membawa sesuatu.
5)      Jika berlangsung lama disiapkan siapa yang akan menggantikan guru jika punya jadwal
mengajar.
b)      Dalam hal jalannya rapat
1)      Kepala sekolah hanya bersikap sebagai fasilitator, jika ia berbicara terlalu banyak
situasi akan tidak kondusif
2)      Membuat kesepakatan, tidak ada yang berbicara saat rekan guru lain sedang berbicara
3)      Hindari membagikan kertas yang banyak saat meeting, lebih baik beri akses ke google
drive document yang bisa diakses bersama.
Langkah Pelaksanaannya
4)      Menyiapkan agenda rapat
5)      Penyampaian undangan rapat lebihawal untuk memberikan waktu yang cukup kepada
peserta
6)      Memastikan semua yang diundang dapat hadir
7)      Memastikan kesiapan fasilitas
Kelebihan dan Kelemahan
 Kelebihan
1)      Persoalan yang dihadapi dapat dipecahkan bersama.
2)      Menambah pengalaman dan hasil kerja orang lain.
3)      Mendapatkan perkembangan-perkembangan baru di bidang kerja.
4)      Evaluasi program akan menjadi umpan balik untuk penyempurnaan kerja.
 Kelemahan
1)      Rapat kerja memakan waktu lama sehingga seseorang harus meninggalkan pekerjaan
cukup lama.
2)      Kalau bidang yang dibahas selalu luas, sering tidak tuntas
3)      .Membutuhkan persiapan sistematis untuk tiap bidang kerja yang akan dievaluasi.
4)      Kadang-kadang tidak semua masalah yang diinventarisasi dapat masuk ke panitia jauh
sebelumnya.
 

5.     Diskusi panel
Pengertian
Diskusi panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang
dihadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkannya.
Diskusi Panel adalah sekelompok individu yang membahas topik tentang kelebihan pada
masyarakat atau pendengar diskusi.
Ciri – ciri diskusi panel
1)      Diskusi panel dibawakan oleb 3 – 6 orang yang dianggap ahli yang dipimpin oleh
seorang moderator.
2)      Para panelis berdiskusi sedemikian rupa, sehingga para pengunjung dapat mengikuti
pembicaraan mereka.
3)      Pengunjung hanya berfungsi sebagai pendengar, oleh karena itu pengunjung yang
begitu besar jumlahnya dianggap sebagai kelompok yang diajar oleh suatu regu guru. Tetapi
panel tidak boleh hanya sekedar merupakan pengajaran informatif, melainkan harus dapat
merangsang cara berpikir massa dengan memberikan berbagai perspektif.
4)      Pelaksanaan panel dimulai dari perkenalan para panelis oleh moderator, kemudian
disampaikan persoalan umum kepada para panelis tersebut, untuk didiskusikan. Mereka
seharusnya adalah orang-orang yang pandai berbicara dengan lancar dan menarik.
5)      Pendengar tidak hanya akan menelan pesan yang sudah jadi, melainkan dapat
mengikuti proses pemikiran para panelis jalannya diskusi.
6)      Setelah diskusi selesai, pendengar dapat membentuk kelompok-kelompok untuk
mendiskusikannya lebih lanjut. Akan tetapi selama diskusi panel, pendengar tidak diberi
kesempatan untuk mengemukakan pandangan.
Langkah Pelaksanaanya.
c)      Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
1)      Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan
khusus.
2)      Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3)      Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4)      Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi,
misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator,
notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.
d)     Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1)      Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2)      Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan
yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
3)      Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
4)      Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan
gagasan dan ide-idenya.
5)      Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
e)      Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal
sebagai berikut:
1)      Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
2)      Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai
umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Kelebihan dan Kelemahan Diskusi Panel
 Kelemahan :
1)      Membangkitkan pikiran.
2)      Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.
3)      Mendorong ke analisis lebih lanjut.
4)      Memanfaatkan para ahli untuk berpendapat dan proses pemikirannya dapat
membelajarkan orang lain.
 Kelebihan :
1)      Mudah tersesat bila moderator tidak terampil.
2)      Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
3)      Tidak memberi kesempatan peserta untuk berbicara.
4)      Cenderung menjadi serial pidato pendek.
5)      Membutuhkan persiapan yang cukup masak.
 
6.     Lokakarya (acadermic workshop)
Pengertian
Suatu acara dimana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan
mencari solusinya.Sebuah Lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil.
Ciri – ciri Lokakarya
1)      Merupakan suatu forum pertemuan
2)      Ada fasilitator yang membimbing dan menguasai teknik penerapan metode ini.
Langkah – langkah Pelaksanaannya
1)      Penyelenggara lokakarya akan menetapkan topik
2)      Memastikan bahwa setiap peserta sudah siap
3)      Perhatikan kecepatan
4)      Memberikan latihan setelah diskusi
5)      Menyediakan handout
Kelebihan dan Kelemahannya
 Kelebihan Lokakarya
1)      Memberi kebebasan berargumen kepada peserta loka karya dan pemakalah.
2)      Memberi peluang melibatkan banyak peserta.
3)      Menyerap informasi sebanyak mungkin untuk suatu hasil atau perubahan konsep
semula sehingga ide pemakalah akan diuji dan mendapat tangapan tentang kelebihan dan
kekurangan dari ide para pemakalah.
4)      Dapat digunakan sebagai referensi bagi pengamat dan pemegang kebijakan baik
masyarakat umum dan pemerintah.
 Kelemahan Lokakarya
1)      Memerlukan persiapan yang relatif lama
2)      Memerlukan tenaga dan biaya yang besar
3)      Melibatkan banyak orang sehingga menyita waktu guru untuk melaksanakan
pembelajaran di kelasnya
4)      Menimbulkan banyak pro dan kontra sehingga menimbulkan potensi konflik di antara
pengamat pendidikan dan pelaksana kebijaksanaan  

7.     Kolokium.
Pengertian
Beberapa ahli diundang untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan
pendengar mengenai topik yang ditentukan. Bedanya dengan simposium, dalam kolokium
para ahli tidak mengajukan (makalah) prasaran.

8.      Brainstorming
Brainstorming merupakan cara untuk mencari dan menemukan ide Pamphlet.Pamphlet
(pamplet) adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid. Mungkin hanya terdiri dari
satu lembar yang dicetak di kedua permukaannya. Tapi bisa juga dilipat di bagian tengahnya
sehingga menjadi empat halaman. Atau bisa juga dilipat tiga sampai empat kali hingga
menjadi beberapa halaman. Jika dilipat menjadi empat, pamphlet itu memiliki nama
tersendiri yaitu leaflet. Penggunaan pamphlet atau leaflet umumnya dilakukan untuk
pemasaran aneka produk dan juga untuk penyebaran informasi politik.

SISTEMATIKA PROPOSAL ILMU HUKUM

Proposal Penelitian Hukum Yuridis Normatif :


Lembar Sampul Usulan Penelitian
Lembar Pengesahan
A. Judul
B. Identitas Mahasiswa
C. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Identifikasi Masalah
3. Ruang Lingkup dan tujuan Penelitian
4. Kegunaan Penelitian
5. Keaslian Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
E. Metode Penelitian
1. Jenis/ Sifat penelitian dan pendekatan
penelitian
2. Tahap Penelitian dan Bahan Penelitian
Tahap penelitian terdiri atas penelitian
kepustakaan (library research) dalam upaya mencari
data sekunder dengan menggunakan bahan hukum
primer, sekunder, dan tertier. Di samping itu,
membantu penelitian kepustakaan dapat dilakukan
tahap penelitian lapangan (field research) guna
memperoleh data primer.
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Analisis data
F. Jadwal Penelitian
Pada bagian ini dicantumkan:
1. Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan;
2. Durasi waktu lamanya penelitian dibuat dalam
bentuk tabel yang berisikan tahap penelitian
dengan menyebutkan bulan dan tahunnya,
serta perincian kegiatan penelitian yang akan
dilakukan pada masing-masing tahap tersebut.
G. Kerangka Penulisan
H. Daftar Pustaka
I. Lampiran-Lampiran

Proposal Penelitian Hukum Yuridis Empiris:


Lembar Sampul Usulan Penelitian
Lembar Pengesahan
A. Judul
B. Identitas Mahasiswa
C. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Hipotesis (Asumsi Penelitian)
3. Identifikasi Masalah
4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
5. Ruang Lingkup dan tujuan Penelitian
6. Kegunaan Penelitian
7. Keaslian Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
E. Metode Penelitian
Memuat lokasi dan populasi penelitian, cara
penentuan sampel, jenis dan spesifikasi penelitian,
sumber dan teknik pengumpulan data, analisa data.
F. Jadwal Penelitian
G. Kerangka Penulisan
H. Daftar Pustaka
I. Lampiran-Lampiran

Sistematika Usulan Penelitian Format Memorandum Hukum


(Legal Memorandum):
Lembar Sampul Usulan Penelitian
Lembar Pengesahan
A. Judul
B. Identitas Mahasiswa
C. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Kasus Posisi
Berisi uraian tentang pihak-pihak yang terkait,
latar belakang peristiwa hukum atau
perbuatan hukum atau hubungan hukum yang
terjadi, yang menjadi obyek penelitian.
3. Identifikasi Masalah
Penyusunan dilakukan dalam bentuk kalimat
pertanyaan yang menunjukkan permasalahan
yang akan diteliti berdasarkan kasus posisi.
4. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
D. Tinjauan Kepustakaan
Merupakan uraian yang berisikan dokumen-
dokumen hukum yang terkait dan relevan untuk
diteliti sesuai dengan masalah hukum yang sedang
dikaji. Dokumen hukum yang dimaksud berupa
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tersier.
E. Metode Pendekatan
F. Jadwal Penelitian
G. Kerangka Penulisan
H. Daftar Pustaka
I. Lampiran Kasus

Sistematika Usulan Penelitian Format Studi Kasus (Case Study):


Lembar Sampul Usulan Penelitian
Lembar Pengesahan
A. Judul
B. Identitas Mahasiswa
C. Pendahuluan
1. Latar Belakang Pemilihan Kasus
Memuat argumentasi pemilihan kasus misalnya
merupakan suatu penemuan hukum,
penyimpangan terhadap asas hukum, terdapat
kesalahan formal, dan lain-lain.
2. Kasus Posisi
Berisi uraian tentang pihak-pihak yang terkait,
latar belakang peristiwa hukum atau
perbuatan hukum atau hubungan hukum yang
terjadi, yang menjadi obyek penelitian.
3. Identifikasi Masalah
Penyusunan dilakukan dalam bentuk kalimat
pertanyaan yang menunjukkan permasalahan
yang akan diteliti berdasarkan kasus posisi.
4. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
5. Keaslian Penelitian
D. Tinjauan Teoritik
Memuat kajian yang berisi pemikiran-pemikiran
hukum yang terkait dan menunjang objek kajian
yang sedang diteliti
E. Metode Pendekatan
F. Jadwal Penelitian
G. Kerangka Penulisan
H. Daftar Pustaka
I. Lampiran Kasus

Sistematika Penulisan Tugas Akhir


HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL/GRAFIK (jika ada)

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Hipotesis atau asumsi penelitian (hanya jika
menggunakan penelitian empiris)
C. Identifikasi Masalah
D. Definisi operasional variabel penelitian atau
Definisi konsepsional (hanya jika menggunakan
penelitian empiris)
E. Ruang Lingkup dan Tujuan Penulisan
F. Kegunaan Penelitian
G. Keaslian Penelitian
H. Kerangka Pemikiran/Tinjauan Kepustakaan
I. Metode Penelitian
1. Jenis/Sifat Penelitian dan Jenis
Pendekatan.
2. Tahap Penelitian dan Sumber Data.
3. Alat danTeknik Pengumpulan Data
4. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
(hanya jika penelitian hukum empiris)
5. Analisis Data
J. Sistematika Pembahasan
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN (diberikan judul
sesuai topik penelitian)
A. Berisikan Tinjauan Umum, definisi, serta kerangka
toeritik yang dipergunakan atau alur kerangka
teoritik.
B. Berisikan sejarah (disesuaikan dengan judul topik
penelitian)
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(diberikan judul sesuai dengan permasalahan
yang dibahas)
A. (sub judul untuk menjawab permasalahan
berasal dari Identifikasi masalah Nomor 1)
B. (sub judul untuk menjawab permasalahan
berasal dari Identifikasi masalah Nomor 2)
C. dst..
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan (diuraikan dengan bahasa yang
ringkas padat, kesimpulan No. 1
dari hasil pembahasan No. 1,
kesimpulan No. 2 dari hasil
pembahasan No. 3 dst..)
yang seharusnya dilakukan atau
apa seharusnya tidak dilakukan
dan berbagai hal lainnya yang
ditemukan dalam penelitian dan
penting untuk dilakukan. Saran
No. 1 untuk Kesimpulan No. 1 dan
seterusnya, Saran Nomor 2 untuk
kesimpulan Nomor 2 dan
seterusnya).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA

MATERI KE KESEBELAS:

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA


INDONESIA DARI MASA KE MASA
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama
Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad
bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928
itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945
karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain,


menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh
dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai
bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara
sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan
Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang),
Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M
(Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu
Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun
942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa
antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang
datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar
agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang
bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand,
1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice,
1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa
perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan
dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik
yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka
tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu
menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah
Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena
bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang


dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah
Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia,
bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul
dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa
Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah
mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik,
perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa
Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa
negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di
tingkat pusat maupun daerah.

Anda mungkin juga menyukai