Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

BAHASA INDONESIA

OLEH :

NAMA : INDARTI

NIM : C1F120020

JURUSAN PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
1. Rangkuman materi Bab 1, `2, dan 3

BAB I

BAHASA DAN HAKIKATNYA

A.Konsep bahasa

Bahasa yang dalam bahasa inggrisnya disebut language berasal dari bahsa latin yang berarti
“lidah”. Secara universal pengertian bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya
ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dari mahluk lainnya . dengan ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi
yang lampau, kini, maupun yang akan datang. Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang
manusia atau lebih menetapkan baha seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni, sistematis, mana
suka, ujaran, manusiawi dan komunikatif. Disebut sistematis karena bahsa diatur oleh system. Setiap
bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus di taati agar dapat dipahami oleh pemakainya. Sebagai
contoh dalam bahsa Indonesia terdapat gabungan beberapa bunyi yang membentuk kata seperti
mahasiswa tidak mungkin kita mengubahnya menjadi *siswamaha karena ini melanggar pola yang
berlaku. Bahasa merupakan alat komunikasi utama. Dengan bahasa manusia mengungkapkan pikiran
dan perasaannya kepada orang lain. Proses pemikiran sangat ditentukan oleh kemampuan berbahasa.
Melalui ungkapan bahasa, pemikiran, perasaan dan penalaran seseorang dapat dirangsang dan dilatih.

Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat terbagi menjadi
dua unsure yakni

- Bentuk(unsure ujaran) merupakan bagian yang dapat diserap oleh panca indera
(mendengar atau membaca).
- Makna(isi) adalah isi yang terkandung dalam bentuk-bentuk diatas
B. Hakikat bahasa
1. Bahasa adalah sebuah systems
2. Bahasa itu berwujud lambing
3. Bahasa itu berupa bunyi
4. Bahasa itu bersifat arbitrer
5. Bahasa itu bermakna
6. Bahasa itu bersifat konvensional
7. Bahaa itu bersifat unik
8. Bahasa itu bersifat universal
9. Bahasa itu bersifat produktif
10. Bahasa itu bervariasi
11. Bahasa bersifat dinamis
12. Bahasa itu manusiawis

BAB II

PERKEMBANGAN BAHSA INDONESIA

A. Bahasa indonesia

Sejarah mencatat bahwa bahsa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau, salah satu bahasa
daerah yang berada di wilayah Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah yang diangkat pleh para
pemuda pada “kongres Pemoeda”, 28 Oktober 1928, di Solo, menjadi bahsa Indonesia. pengangkatan
dan penamaan bahsa Melayu-Riau menjadi bahsa Indonesia oleh para pemuda pada saat itu lebih
“bersifat politis” daripada “bersifat linguistis”. Tujuannya ialah ingin mempersatukan para pemuda
Indonesia, alih-alih disebut bangsa Indonesia. ketika itu, yang mengikuti “kongres Pemoeda” adalah
wakil-wakil pemuda Indonesia dari Jong Jawa, Jong Sunda, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong
Selebes. Jadi, secara linguistis, yang dinamkan bahasa Indonesia saat itu sebenarnya adalah bahasa
Melayu. Ciri-ciri kebahasaannya tidak berbeda dengan bahsa Melayu. Namun, untuk mewujudkan
rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, para pemuda Indonesia pada saat itu “secara politis”
menyebutkan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia Nama bahasa Indonesialah yang
dianggap bisa memancarkan inspirasi dan semangat nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang
berbau kedaerahan.Ikrar yang dikenal dengan nama “soempah poemuda” ini butir ketiga berbunyi
“{kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan,bahasa Indonesia}. ikrar yang
diperingati setiap tahun oleh bamgsa Indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya bahasa
bagi suatu bangsa.

Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif. Mutlak diperlukan setiap bangsa. Tampa
bahasa, bansa tidak akan mungkin dapat berkembang bansa tidak mungkin dapat menggambarkan
dan menunjukkan dirinya secara utuh dalam dunia. Sebelum Perang Dunia Kedua, bahasa Indonesia
tidak dihargai dengan sepantasnya walaupun dunia pergerakan politik sedmakin banyak memakai
bahasa Indonesia. Dunia ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan belum lagi menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik Kalau ingin memperbaiki nasib, bukan bahasa indonesia yang
digunakan.melainkan bahasa Belanda sebagai bahasa kaum penjajah. Bahasa pengantar untuk ilmu
pengetahuan adalah bahasa Belanda.

Bahasa Indonesia mulai populer dan mulai diperhatikan para pemakainya dengan baik. Sesudah
itu terbuktilah bahwa bahasa Indonesia tidak kurang mutunya dibanding dengan bahasa-bahasa asing
lainnya. Bahasa Indonesia pun mulai mengalami perkembangan sesuai dengan kodratnya sebagai
bahasa yang hidup. Bahasa Indonesia terus dipakai pemiliknyadengaqn teratur dan lebih luas. Sesudah
Indonesia merdeka, bahasa Indonensia lebih berkembang lagi dengan baik dan meluas. Bangsa
Indonesia sudah merasakan betapa perlunya membina dan memperhatikan perkembangan bahasa
Indonesia. Bangsa Indonesia mulai sadar bahwa tanpa bahasa Indonesia, bangsa Indonesia tidak akan
memperoleh kemajuan. Minat bangsa Indonesia untuk mau mempelajari bahasa Indonesia dengan
baik setiap tahun terus pesat.

B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Misalnya
dalam kalimat "Bagaimana kedudukan dia sekarang?", "Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada
mesin ini?, dan sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita
sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua
istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa?
Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai.

Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-
pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsepa aslinya berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia

Mengakoebertoempah darah satoe,

Tanah Air Indonesia.

Kami poetera dan poeteriIndonesta

Mengakoe berbangsa satoe,

Bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

Mendjoendjoeng bahasa persatoean,

Bahasa Indonesia.

Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia
pada tanggal 28 Oktober 1928?Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata jelas tidak
ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah
Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi,
setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia.
Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesia.
"Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:

a. lambang kebanggaan nasional

b. lambang identitas nasional,

c. alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya
dan bahasanya, dan

d. alat perhubungan antarbudaya antardaerah.

2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi

Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini
tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa
Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam
lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua
oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi
pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang
menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat terjadi dualisme pemakaian bahasa
yang sama tubuhnya, tetap berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus


1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945,
Bab XV, Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah
dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak
stabilnya suatu negara. Sebagai contoh konkret, negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina,
dan India, masih tetap menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa resmi di negaranya, walaupun
sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi.

Dalam "Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional' yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai

a. bahasa resmi kenegaraan,

b. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,

C. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaanpembangunan serta pemerintah, dan
d. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan danpemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.

Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tingkat nasionaluntuk kepentingan


perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam
hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan
dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi
massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan
dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh orang kedua (baca: masyarakat).

C. Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Negara/Resmi

1. Perbedaan dari Segi wujudnya

Apabila kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosialdalam rangka peringatan Hari Hak-
hak Asasi Manusia dan pidatosambutan Menteri Muda Usaha wanita dalam rangka peringatan Hari
lbu, misalnya, tentunya kita tidak menjumpai kalimat-kalimat yang semacam ini.

"Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya udahtau, bukan? Kalau
kagak tau yang kebacut, gitu aja"

Kalimat yang semacan itu juga tidak pernah kita jumpai waktu kita membaca surat-surat
dinas, dokumen-dokumen resmi dan peraturan-peraturan pemerintah.

Di sisi lain, pada waktu kita berkenalan dengan seseorang berasal dari daerah atau suku yang
berbeda, pernahka memakai kata-kata seperti kepingin, paling banter, 'kesusu' dan mblayu'? apabila
kita menginginkan tercapainya tujuan komunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-kata yang tidak
akan dimengerti oleh lawan bicara kita sebagaimana contoh diatas. Kita juga tidak akan menggunakan
struktur-struktur kalimat yang membuat mereka kurang memahami maksudnya.

2. Perbedaan dari Proses Terbentuknya

Adanya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong oleh rasa persatuan
bangsa Indonesia pada waktu itu. Putra-putra Indonesia sadar bahwa persatuan merupakan sesuatu
yang mutlk untuk mewujudkan suatu kekuatan. Semboyan "Bersatu kita teguh bercerai kta runtuh"
benar-benar resapi oleh mereka. Mereka juga sadar bahwa untuk mewujudkan persatuan perlu adanya
saran yang menunjangnya. Dari sekian sarana penentu, yang tidak kalah pentingnya adalah sarana
komunikasi yang disebut bahasa. Dengan pertimbangan yang kesejarahan dan kondisi bahasa
Indonesia yang linguafranca itu, maka ditentukanlah ia sebagai bahasa nasional.
3. Perbedaan dari Segi Fungsinya

Setelah kita menelaah uraian terdahulu, kita mengetahui bahwa fungsi kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional berbeda sekali dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara. Perbedan itu terlihat pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab kita terhadap
pemakaian fungsi itu. Kapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi dipakai, kiranya sudah
kita ketahui.

Kita menggunakan sebagai bahasa negara/resmi dipakai sebagai alat penghubung antarsuku,
misainya, karena kita sebag bangsa Indonesia yang hidup di wilayah tanah air indonesia Sehubungan
dengan itu, apabila ada orang yang berbangsa lain yang menetap di wilayah Indonesia dan mahir
berbahasa Indonesia, dia tidak mempunyai tanggung jawab moral untuk menggunakan bahasa
Indonesia sebagai fungsi tersebut.

Lain halnya dengan contoh berikut ini. Walaupun Ton SinHwan keturunan Cina, tetapi karena
dia warga negara Indonesia dan secara kebetulan menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum
maka pada saat dia memberikan penataran kepada anggotanya berkewajiban moral untuk
menggunakan bahasa Indonesia. Tidak perduli apakah dia lancar berbahasa Indonesia atau tidak.
Tidak perduli apakah semua pengikutnya keturunan Cina yang berwarga negara Indonesia ataukah
tidak. Jadi seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung antarsuku, karena dia
berbangsa Indonesia yang menetap di wilayah lndonesia; sedangkan seseorang menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang menjalankan tugas-
tugas 'pembangunan Indonesia.

BAB III

BAHASA INDONESIA DAN RAGAMNYA

2.1 Penting atau Tidaknya Bahasa Indonesia

Sebuah bahasa penting atau tidak penting dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu jumlah penutur,
luas daerah penyebarannya, dan terpakainya bahasa itu dalam saran ilmu, sastra, dan budaya.

2.1.1 Dipandang dari Jumlah Penutur

` Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur yang memberlakukan bahasa Indonesia
sebagai "bahasa kedua". Data ini membuktikan bahwa penutur bahasa Indonesia orang (2014)
ditambah dengan penutur-penutu. luar Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa bahasa Indonesia an
penting kedudukannya di kalangan masyarakat.

2.1.2 Dipandang dari Luas Penyebarannya


Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya dengan penutur bahasa itu. Oleh sebab itu,
tersebarnya suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari segi penutur. Penutur bahasa Indonesia yang
berjumlah 250 juta lebih itu tersebar dan luas, yaitu dari Sah sampai Merauke.

2.1.3 Dipandang dari Dipakainya sebagai Sarana Imu, Budaya, dan Susastra

Sejalan dengan jumlah penutur dan luas penyebaranny pemakaian suatu bahasa sebagai
sarana ilmu,budaya, dan susastr dapat dijadikan pula ukuran penting atau tidaknya bahasa itu. Kala
kita mencoba memandang bahasa daerah, seperti bahasa Tolala atau Muna. Kita dapat menelusuri
seberapa jauh bahasa itu dap dipakai sebagai sarana sastra, budaya, dan ilmu.

2.2. Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis. Kedua ragam ini
berbeda, perbedaannnya adalah sebagai berikut:

1) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara,
sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman berbicara berada didepan,

2) Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan ojek tidak
selaludinyatakan, unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa
yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.

Contoh:

Orang yang belanja di pasar.

"Bu, berapa cabenya ?"

"Tiga puluh".

"bisa kurang?

"Dua lima saja, Nak."

3) Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara
lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang
diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang
berada di luar ruangan itu. Ragam lisan terikat oleh situasi, kondisi, ruang dan waktu.

Contoh ragam lisan lainnya.

Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya.


"Kenapa dia, San."

"Tahu, Tuan, miring kali."

Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang diperbincangkannya itu

4) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjan pendeknya suara, sedangkan ragam
tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahsaindonesia ragam lisan dan ragam tulis.
Perbandingan ini didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.

2.2.1 Ragam Lisan

` a. Penggunaan Bentuk Kata

b. Penggunaan Kosa Kata

C. Penggunaan struktur Kalimat

2.2.2 Ragam Tulis

a. Penggunaan Bentuk Kata

b. Penggunaan Kosakata

c.. Penggunaan Struktur Kalimat.

2.2.3. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakaianya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam

penggunaanya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri
yang menyimpang dari norma ragam baku. Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebgai berikut:

a) Kemantapan Dinamis

b) Cendekia

c)Seragam

2.4 Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan

Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau
buku-buku ilmiah dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia
yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.Demikianpula,pengadaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan pengadaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pula usaha ke arah itu.

2.5 Ragam social dan ragam fungsional

Ragam social yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam linkungan social yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam fungsional
yang kadang-kadang disebut juga ragam professional dalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan
profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional menjelma
sebagai bahasa Negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.

 Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Pengertian benar dalam suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi
kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu
mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.

Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari
pilihan kata (diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan
itu , sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan nilai rasa yang tidak
pada tempatnya. Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam suatu untaian kalimat sangat
berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika menggunakan kata
memerintahkan , meminta bantuan, memercayakan, dan sebagainya. Sebagai simpulan, yang
dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang mengandung kaidah yang benar, sedangkan
yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan
sesuai dengan pemakaiannya.

Soal latihan 6

2. Menyusun kembali naskah dangan memperhatikan huruf capital, garis bawah, dan penulisan
katanya.

Bulu tangkis yang mendapat rekomendasi dari badan eksekutif IOC akhirnya resmi menjadi
cabang olahraga ke-24 yang dipertandingkan dalam olimpiade 1992. Keputusan ini di buat dalam
sidang paripurna ke-90 Komite Olimpiade Internasional (IOC) di Berlin Timur rabu malam.

Sidang juga mengangkat dua anggota badan eksekutif tambahan sehingga menjadi II, yakni Sheen
Liang dari Cina dan Marcodler dari Swiss. Ini merupaka tambahan kekuatan bagi Cina yang kembali
menjadi anggota IOC tahun 1979.
Kabar baik:

Keputusan IOC ini di sambut baik oleh manajer pemasaran (Federasi Bulu tangkis Interbasional),
Ciro Ciniglo dari London “ kami sudah lama agar Bulu tangkis masuk olimpiade, keputusan ini
merupakan kabar baik bagi Indonesia dan Cina, dua Negara raksasa dalam cabang ini”, ujarnya. Dia
juga melihat, keputusan ini dirasakan pula manfaatnya oleh Negara-negara Bulu tangkis di Eropa
seperti Inggris dan Denmark.

Di Jakarta, Sekjen Koni pusat MF Siregar menganggap hal ini tantangan bagi Indonesia, dan
untuk menghadapinya kita harus mempersiapkan diri dari jauh hari. Karna pemain-pemain yang
sekarang tidak lagi menjadi bintang 7 tahun mendatang. MF Siregar yang baru saja yang baru saja di
umumkan IOC mendapat Gold Award itu mengatakan, “kita harus dapat melakukan pembinaan yang
baik untuk mencari bibit-bibit baru”.

Dari sidang IOC itu juga didapat keterangan, kemungkinan yang hanya ikut serta 32 pemain
putra dan 16 pemain putrid di Olimpiade 1992 nanti.

Anda mungkin juga menyukai