Disusun Oleh:
A810221137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
kedudukan dan fungsi bahasa indonesia pada satu pihak serta kedudukan dan
fungsi bahasa – bahasa lain (bahasa daerah dan bahasa asing yang digunakan di
Indonesia) pada pihak yang lain. Kekaburan pembedaan kedudukan dan fungsi
bahasa indonesia dengan kedudukan dan fungsi bahasa - di Indonesia) pada pihak
yang lain. Kekaburan pembedaan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia dengan
kedudukan dan fungsi bahasa – bahasa lain itu tidak saja akan merugikan bagi
pengembangan dan pembakuan bahasa indonesia, tetapi juga dapat menyebabkan
terjadinya kekacauan dalam cara berpikir para penutur (terutama penutur pemula)
yang dwibahasawan.
3
memberikan tempat bagi unsur- unsur bahasa lain yang diperlukannya, yang
apabila perlu dipungut dari bahasa – bahasa lain memalui penyerasian dengan
sistem bahasa indonesia itu sendiri, dan pada saat yang sama, tetap
mempertahankan identitasnya. Untuk hal itu, perlu dirumuskan kedudukan dan
fungsi bahasa indonesia itu dengan secermat – cermatnya. Bahasa indonesia
menyandang dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara. Namun kami hanya menjelaskan bahasa indonesia sebagai bahasa
nasional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Mengetahui peran bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
Mengetahui peran bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu
Mampu memberikan contoh bahasa indonesia yang dijadikan sebagai
bahasa pemersatu sesuai dengan isu terkini
Mengetahui peran bahasa indonesia sebagai bahasa penghubung
antardaerah dan antarbudaya
Mampu memberikan contoh bahasa indonesia sebagai bahasa penghubung
sesuai dengan isu terkini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Apakah ada perbedaan antara bahasa melayu pada 27 Oktober 1928 dan
bahasa indonesia pada 28 Oktober 1928? Dari segi wujud, baik struktur, sistem
maupun kosakatanya jelas tidak berbeda. Kerangkanya sama. Yang berbeda
adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum sumpah pemuda, semangat dan jiwa
bahasa melayu masih bersifat kedaerahan atau kemelayuan. Akan tetapi, pada saat
(dan setelah sumpah pemuda), semangat dan jiwa yang tadinya kedaerahan itu
5
sudah menjadi bersifat nasional atau berjiwa keindonesiaan. Pada saat itulah,
bahasa melayu yang berjiwa dan bersemangat baru diganti dengan nama bahasa
indonesia.
6
bahwa bahasa indonesia harus memiliki identitasnya sendiri. Identitas itu baru
bisa dimiliki hanya jika masyarakat pemilik dan pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur – unsur bahasa
lain, terutama bahasa asing (seperti bahasa inggris) yang tidak benar – benar
dibutuhkan.
Latar belakang sosial budaya dan latar belakang bahasa daerah yang
berbeda – beda itu tidak pula menghambat adanya perhubungan antardaerah dan
antarbudaya. Berkat adanya bahasa nasional, mereka (masyarakat yang berbeda –
beda latar belakang etnis, budaya, dan bahasa daerah) dapat berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan
latar belakang itu tidak perlu dikhawatirkan. Setiap orang dapat bepergian dari
pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air ini dengan hanya
memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu – satunya alat komunikasi.
Kenyataan ini dan meningkatnya penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia
dalam fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya telah
dimungkinkan pula oleh peningkatan sarana perhubungan darat, laut, dan udara;
oleh bertambah luasnya penggunaan sarana komunikasi massa seperti radio,
televisi, internet, surat kabar, dan majalah; oleh peningkatan arus perpindahan
penduduk, baik dalam perantauan perseorangan maupun dalam bentuk
7
transmigrasi yang berencana; oleh peningkatan jumlah perkawinan antarsuku;
serta oleh pemindahan pejabat-pejabat negara, baik sipil maupun militer, dari satu
daerah ke daerah lain.
8
D. Contoh Bahasa Indonesia Sebagai Alat Penghubung
Sebagai alat penghubung antardaerah dan antarbudaya, bahasa indonesia
kerap kali digunakan dalam transaksi jual beli. Contohnya seorang
konsumen yang berada dan berasal dari bengkulu ingin membeli barang
dari seller yang berlokasi di Jakarta. Maka untuk menghubungi seller
tersebut, si konsumen akan menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa
penghubung mereka.
Seorang penjual roti cane yang berasal dari Aceh berjualan di Bandung,
maka ia akan menggunakan bahasa indonesia kepada pelanggannya. Dan
di sinilah terlihat bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung
antardaerah dan antarbudaya.
Dalam organisasi pun juga akan menggunakan bahasa indonesia,
contohnya ketika Organisasi Anti Narkoba melakukan sosialisasi ke
sekolah – sekolah dan daerah - daerah maka di sini mereka akan
menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa penghubung mereka.
Misalnya orang – orang dari Irian Jaya mendapatkan beasiswa untuk
kuliah di Universitas Negeri Bengkulu, di mana orang – orang bengkulu
mayoritas menggunakan bahasa bengkulu. Maka untuk berkomunikasi
baik dalam pergaulan dan pelajaran maka orang dari Irian tersebut akan
menggunakan bahasa indonesia dan begitu juga sebaliknya orang
bengkulu dengan mereka. (Kisah Kakak tingkat semester IV jurusan
Manajemen).
Bahasa indonesia sebagai bahasa penghubung khususnya digunakan untuk
transmigran dan imigran. Misalnya imigran dari China yang datang ke
Indonesia, maka mereka akan belajar bahasa indonesia. Dan bila mereka
sudah bisa berbahasa indonesia mereka akan menggunakannya dan
mungkin yang berbeda hanya logat atau dialeknya saja.
Dalam pengumuman pun digunakan bahasa indonesia. Contohnya
pengumuman lomba atau pengumuman – pengumuman penting lainnya.
Digunakannya bahasa indonesia semua pembaca dapat mengerti maksud
dan informasi dari pengumuman tersebut.
9
Contoh lainnya dari penggunaan bahasa indonesia sebagai bahasa
penghubung adalah di rumah makan minang. Mayoritas pekerja di sana
mampu berbahasa minang. Namun mereka tetap menggunakan bahasa
indonesia ketika melayani konsumennya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Bahasa - bahasa yang digunakan di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu bahasa indonesia, bahasa – bahasa daerah dan
bahasa – bahasa asing. Penggunaan ketiga jenis bahasa itu dapat
menimbulkan masalah jika kedudukan dan fungsinya masing – masing
tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan kedudukan dan fungsi bahasa
indonesia diperlukan karena perumusan itu memungkinkan penutur
bahasa indonesia mengadakan pembedaan antara kedudukan dan fungsi
bahasa indonesia pada satu pihak serta kedudukan dan fungsi bahasa –
bahasa lain (bahasa daerah dan bahasa asing yang digunakan di
Indonesia) pada pihak yang lain. Kekaburan pembedaan kedudukan dan
fungsi bahasa indonesia dengan kedudukan dan fungsi bahasa – bahasa
lain itu tidak saja akan merugikan pengembangan dan pembakuan
bahasa indonesia, tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya kekacauan
dalam cara berpikir para penutur (terutama penutur pemula) yang
dwibahasawan.
2) Bahasa indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa
nasional dan sebagai bahasa negara.
3) Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia
berfungsi sebagai:
a. Lambang kebanggaan nasional
10
b. Lambang identitas nasional
c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda – beda latar
belakang sosial, budaya dan bahasanya.
d. Alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
4) Perbedaan antara bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
indonesia sebagai bahasa negara, disikapi lewat fungsinya masin-
masing, juga dapat disikapi dari proses terbentuknya dan dari segi
wujudnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hassan dan Dendy Sugono (ed.). 2003. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti. 1978. Fungsi Bahasa dan sikap bahasa. Ende- Flores:
Nusa Indah.
11