Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA

A. Pendahuluan

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat


memahami kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Bab ini terdiri
atas empat bagian, yaitu bagian Pendahuluan', 'Isi Pembahasan',
'Rangkuman', dan 'Latihan Soal'. Bacalah terlebih dahulu bagian
Pendahuluan' dengan seksama sebelum membaca bagian 'Isi
Pembahasan', yang berisi tentang kedudukan bahasa Indonesia
dan fungsi bahasa Indonesia. Bagian Pendahuluan' memberi
gambaran mengenai kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai
pembaca dan pengantar pembaca dalam memahami bagian isi.
Bagian 'Rangkuman' dapat membantu pembaca mengetahui ide
pokok bagain 'Isi Pembahasan' secara cepat. Tahap akhir yang
harus dilakukan setelah membaca bab ini adalah mengerjakan
soal latihan yang disediakan pada bagian 'Latihan Soal". Sebelum
masuk ke bagian isi marilah kita mengingat sejarah ditetapkannya
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

Di Indonesia banyak terdapat bahasa yang kemudian dikenal


sebagai bahasa daerah seperti bahasa Jawa, bahasa Madura,
bahasa Bali, bahasa Sunda, bahasa Bugis, dan sebagainya.
Bahasa-bahasa itu merupakan alat komunikasi etnis. Bahasa
Jawa merupakan alat komunikasi etnis Jawa, bahasa Madura
merupakan alat komunikasi etnis Madura, bahasa Sunda
merupakan alat komunikasi etnis Sunda, demikian juga bahasa-
bahasa daerah yang lain. Nama bahasa itu diambil dari nama etnis
pemakainya. Namun demikian, sampai pertengahan 1928 tidak
pernah dikenal dan muncul istilah "bahasa Indonesia"..

Istilah bahasa Indonesia itu sendiri baru muncul menjelang


lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Pada 28 Oktober
1928 berbagai organisasi pemuda berikrar menjunjung tinggi
bahasa persatuan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang kini
dipakai sebagai bahasa resmi di Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Nama baru ini bersifat politis, sejalan dengan nama
negara yang diidam-idamkan. Perkembangan bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia tidak terjadi dalam waktu yang singkat,
tetapi mengalami proses pertumbuhan secara perlahan dengan
perjuangan yang sangat keras.

Penggunaan nama 'bahasa Indonesia' untuk menyebutkan


bahasa persatuan tentunya telah mengundang sejumlah
pertanyaan. Salah satu pertanyaan tersebut adalah, mengapa
justru bahasa Melayu yang diangkat sebagai bahasa persatuan?
Padahal, jumlah penutur bahasa Jawa saat itu hampir separuh
jumlah penduduk Indonesia. Mengapa bukan bahasa Jawa,
bahasa Sunda, atau bahasa lainnya?

Berkenaan dengan hal tersebut, setidaknya ada berbagai


pendapat yang disampaikan oleh para ahli mengenai faktor
diangkatnya bahasa Melayu (yang kemudian disebut bahasa
Indonesia) sebagai bahasa persatuan (nasional). Dari pendapat-
pendapat yang disampaikan oleh Slametmulyana (1965),
Suharianto (1981), dan Moelino (2000) dapat ditarik simpulan
bahwa setidaknya ada empat faktor penyebab diangkatnya
bahasa Melayu (Indonesia) sebagai bahasa persatuan (nasional),
yaitu:

1.Faktor sejarah

Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa


Melayu merupakan lingua franca (bahasa perhubungan atau
perdagangan) di Indonesia. Malaka pada masa jayanya menjadi
pusat perdagangan dan pengembangan agama Islam. Dengan
bantuan para pedagang bahasa Melayu disebarkan ke seluruh
pantai nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu
menjadi bahasa perhubungan antarindividu. Karena bahasa
Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi
bahasa sebagian penduduk, pemerintah Belanda (penjajah)
melalui Gubernur Jenderal Rochusen kemudian menetapkan
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah untuk
mendidik calon pegawai negeri bangsa bumiputra.

Penutur bahasa Jawa pada 1928 diperkirakan sekitar 40% dari


seluruh penduduk Hindia Belanda, tetapi bahasa ini digunakan
hanya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sementara bahasa
Melayu (sebagaimana yang dikuasai oleh para pemimpin bangsa
waktu itu) didukung hanya sekitar 5%. Hanya saja bahasa Melayu,
termasuk dialek-dialeknya di berbagai wilayah Hindia Belanda,
sudah sangat tersebar ke seluruh negeri, terutama di wilayah-
wilayah pantai dan pusat-pusat perdagangan (Sumarsono,
2007:5).

2. Faktor kesederhanaan sistem

Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sangat sederhana


ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karena
sistemnya yang sederhana itu, bahasa Melayu mudah dipelajari.
Dalam bahasa ini tidak dikenal gradasi (tingkatan) bahasa seperti
dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda dan Bali, atau pemakaian
bahasa kasar dan bahasa halus.

3. Faktor psikologis

Suku bangsa Jawa dan Sunda secara sukarela menerima


bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Ada keikhlasan
mengabaikan semangat kesukuan karena sadar perlunya
kesatuan dan persatuan bangsa. Sejalan dengan hal itu, di dalam
masyarakat bangsa Indonesia tidak terjadi persaingan bahasa,
yaitu persaingan di antara bahasa- bahasa daerah untuk diangkat
menjadi bahasa nasional.

4. Faktor reseptif

Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai


sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas, yang
memungkinkannya berkembang menjadi bahasa yang sempurna,
dalam arti dapat digunakan untuk merumuskan pendapat secara
tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas. Keadaan ini
disebabkan oleh sifat bahasa Melayu (Indonesia) yang reseptif,
terbuka, dan mudah menerima pengaruh dalam rangka
memperkaya dan menyempurnakan diri.

B. Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang


tercantum di dalam:

1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, "Kami putra


dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia".

2. Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (bendera, bahasa, dan


lambang negara, serta lagu kebangsaan) Pasal 36 menyatakan
bahwa "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia"..

Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:

1. Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia berada di atas bahasa-bahasa
daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada 25-28 Februari 1975 menegaskan
bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:

a. Lambang kebanggaan nasional


Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia
memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan
keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga,
menjunjung, dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan
terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah
diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan
memelihara dan mengembangkannya.
b. Lambang identitas nasional
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
merupakan lambang bangsa Indonesia. Hal ini berarti melalui
bahasa Indonesia akan dapat diketahui identitas seseorang, yaitu
sifat. tingkah laku, dan watak seseorang sebagai bangsa
Indonesia Kita harus menjaga penggunaan bahasa Indonesia agar
jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya.
Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran
bangsa Indonesia yang sebenarnya.

C. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar


belakang sosial budaya dan bahasanya
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia
yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda
bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-
cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia,
bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya karena tidak
merasa bersaing dan tidak merasa lagi 'dijajah' oleh masyarakat
suku lain. Hal ini diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa
dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-
nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah
masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih
tegar dan tidak tergoyahkan sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah
diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

d. Alat penghubung antarbudaya antardaerah


Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya bahasa Indonesia
seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek
kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang
berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan mudah diinformasikan kepada warga.
Apabila arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan
mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila
pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan
akan cepat tercapai.
2. Bahasa Negara (Bahasa Resmi NKRI)
Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai:

a. Bahasa resmi kenegaraan


Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan adalah digunakannya bahasa Indonesia dalam
naskah Proklamasi Kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa
Indonesia digunakan dalam segala upacara, peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan.

b. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan


Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga- lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak
sampai dengan perguruan tinggi. Untuk memperlancar kegiatan
belajar mengajar, materi pelajaran yang berbentuk media cetak
hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing.
Apabila hal ini dilakukan, maka akan sangat membantu
peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

c. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional


untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
serta pemerintahan
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan
pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem
administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman
dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan
dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
d.Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern
Kebudayaan nasional yang beragam berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula. Dalam penyebarluasan
ilmu dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih
luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku
pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun
media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.
Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat
lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

C. Fungsi Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian (Keraf, 2004: 3-7;
Abidin dkk., 2010: 3), yaitu fungsi bahasa secara umum dan
secara khusus. Fungsi bahasa secara umum antara lain:

1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau


mengekspresikan diri
Melalui bahasa kita dapat menyatakan gambaran, maksud,
gagasan, dan perasaan secara terbuka yang tersirat di dalam hati
dan pikiran kita.

2. Sebagai alat komunikasi


Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
Manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan nonverbal.
Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media
bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara nonverbal
dilakukan menggunakan media berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan
bunyi seperti tanda lalu lintas, sirine, kentongan, dan sebagainya yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa manusia.

3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial


Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan
memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang
dihadapi. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan
seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa
tersebut.

4. Sebagai alat kontrol sosial


Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat,
contohnya buku-buku pelajaran, ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti
diskusi serta iklan layanan masyarakat. Contoh lain yang
menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat
mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah.

Fungsi bahasa secara khusus:

1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan
komunikasi dengan makhluk sosial lainnya. Komunikasi yang
berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan nonformal.

2. Mewujudkan seni (sastra)


Bahasa Indonesia dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan
melalui media seni, seperti syair, puisi, prosa, dan lain-lain. Terkadang
bahasa yang digunakan memiliki makna konotasi atau makna yang
terselubung. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar
bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan pengarangnya.

3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno


Dengan mempelajari bahasa kuno akan dapat diketahui peristiwa
atau kejadian di masa lampau untuk mengantisipasi kejadian yang
mungkin atau dapat terjadi kembali di masa yang akan datang, atau
hanya sekadar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang
dari suatu hal. Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya, dapat
ditelusuri melalui naskah kuno atau penemuan prasasti-prasasti.

4. Mengeksploitasi IPTEK
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta
akal dan pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka
manusia akan selalu mengembangkan berbagai hal untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
akan
selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat
mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu
sendiri.

D. Kesimpulan

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat


penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedudukan bahasa
Indonesia tercantum di dalam Sumpah Pemuda 1928 dan UUD
1945.Kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional
dan sebagai bahasa negara. Sementara itu, fungsi bahasa dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi bahasa secara umum dan secara
khusus. Fungsi bahasa secara umum seperti (a) sebagai alat untuk
mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri, (b) sebagai alat
komunikasi, (c) sebagai alat integrasi dan adaptasi, dan (d) sebagai alat
kontrol sosial. Fungsi bahasa secara khusus meliputi (a) mengadakan
hubungan, (b) mewujudkan seni/sastra, (c) mempelajari bahasa-bahasa
kuno, dan (d) mengeksplorasi IPTEK.

Anda mungkin juga menyukai