Nim : 4183131021
Dalam hal ini, kemantapan dinamis berarti kaidah bahasa Indonesia baku relatif
tetap tidak berubah setiap saat.Secara lebih spesifik dapat di sajikan beberapa ciri
bahasa Indonesia baku sebagai hasil sintesis dari hasil penelitian yang di lakukan
oleh Harimurti Kridalaksana, Anto M. Muliono, dan Suwito (Barus dkk., 2014 : 13-
15), yaitu sebagai berikut.
Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku yang relatif bebas atau
sedikit warna bahasa daerah. Misalnya: Kata [keterampilan] diucapkan
[katarampilan] (salah), [ketrampilan] (salah).
Bentuk kata berawalan me- dan ber-, dan lain-lain sebagai bahagian morfologi
bahasa Indonesia baku dituliskan jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya: Banjir
menyerang kampung yang banyak penduduknya.
Konjungi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan jelas dan
tetap dalam kalimat. Misalnya: Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada
siapapun, karena semua dianggapnya penipu.
Partikel –kah, -lah, dan –pun sebagai bahagian morfolofi bahasa Indonesia baku
dituliskan jelas dan tetap dalam kalimat
Misalnya: Turunkanlah jangkar itu!
Preposisi atau kata depan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
dituliskan jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya: Saya bertemu dengan kapten
kapal itu kemarin.
Kosakata sebagai bahagian semantik bahasa Indonesia baku dituliskan jelas dan
tetap dalam kalimat. Misalnya: mengapa, kapal, harus, dirawat
Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dituliskan jelas dan tetap
dalam kalimat maupun tanda – tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia.
4. Jelaskan tentang teks akademik secara komprehensif!
Jawab :
Komperensif adalah segala sesuatu yang bersifat luas dan lengkap yakni meliputi
berbagai aspek atau ruang lingkup yang luas.
5. Tuliskan contoh sederhana (namun unsur-unsurnya lengkap) teks ulasan atau
teks proposal
Jawab :
Contoh Teks Ulasan Novel Karang Setan
Judul ` : Karang Setan
Penulis : Enid Blyton
Jenis Buku : Fiksi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan XIV : Desember 2011
Tebal : X +192 halaman
Karang Setan
Karang Setan adalah novel ke-19 dari seri petualangan Lima Sekawan karya Enid
Blyton, penulis berkebangsaan Inggris. Novel ini menceritakan kisah petualangan
Lima Sekawan yang berlibur di sebuah mercusuar tua milik Si Utik yang berada
di atas Karang Setan. Ada dongeng yang menceritakan bahwa terdapat harta
karun yang disembunyikan disana. Lima Sekawan pun memutuskan untuk
menyelidiki sekeliling gua. Lima Sekawan itu adalah Julian, Dick, George, Anne,
dan seekor anjing bernama Timmy. Petualangan mereka kali ini semakin seru
dengan ditemani oleh Si Utik dan monyetnya, Si Iseng.
Pada bab pertama buku ini, Enid Blyton menceritakan bahwa teman Pak Quentin,
ayah George, akan berkunjung ke Pondok Kirrin untuk menyelesaikan pekerjaan.
Kedua sarjana itu adalah orang yang senang akan kesunyian dalam bekerja,
padahal disaat yang bersamaan Lima Sekawan juga akan datang untuk
menghabiskan sisa liburan. Tentu Pondok Kirrin akan sangat ramai oleh anak-
anak, ditambah teman Pak Quentin membawa serta anaknya yang bernama Utik
dan juga seekor monyetnya bernama Iseng.
Untuk ketentraman bekerja kedua sarjana itu, akhirnya diputuskan Lima Sekawan
ditambah Utik dan Iseng pergi berlibur ke mercusuar milik Si Utik, hadiah ulang
tahun dari ayahnya. Tetapi rupanya mercusuar itu dulu dipakai oleh pencoleng
ulung untuk menyesatkan kapal-kapal. Dua keturunannya sampai sekarang masih
mencari tempat persembunyian harta rampasan pencoleng. Mereka merasa
terganggu oleh kedatangan Lima Sekawan dan Si Utik. Jadi kelima anak itu,
dengan Timmy dan si Iseng juga, dikurung dalam mercusuar.
Pada bab-bab berikutnya, pembaca akan dibuat kagum dengan berbagai
petualangan dan tantangan yang dihadapi Lima Sekawan dan Utik di Karang
Setan. Pada setiap bab, mulai awal hingga akhir, buku ini memiliki hubungan
yang erat dan merupakan kesatuan utuh yang saling melengkapi.
Novel yang disajikan dengan bahasa yang sangat apik dan menarik ini membuat
pembaca seakan-akan seperti ikut berpetualang bersama Lima Sekawan ke
Karang Setan. Kekonyolan Iseng si monyet dan Timmy si anjing membuat cerita
yang ada dalam buku ini semakin seru. Hanya satu kekurangan buku ini yaitu
penyelesaiannya yang kurang mengesankan. Namun, dengan cara penyampaian
penulis yang membuat pembaca terhanyut dalam setiap cerita yang
disampaikannya, kekurangan tersebut dapat dianggap sebagai angin lalu.
Meskipun disebut sebagai novel ke-19 dari seri petualangan Lima Sekawan, di
novel ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan novel-novel sebelummya.
Setiap seri petualangan Lima Sekawan memiliki cerita yang berbeda-beda dan di
tempat yang berbeda juga. Sehingga, antara novel satu dan lainnya tidak
berhubungan. Novel-novel tersebut hanya memiliki kesamaan dalam tokohnya
yaitu Lima Sekawan.
Dengan mengesampingkan beberapa kekurangan yang dimiliki novel tersebut,
novel ini merupakan buku yang sangat menarik dan cocok untuk dibaca saat
memiliki waktu luang. Buku ini memberikan gambaran tentang sebuah
petualangan yang dipenuhi banyak rintangan. Buku ini mengajarkan semangat,
kerja keras, dan sifat pantang menyerah dalam menghadapi berbagai rintangan
yang dihadapi.
Karang Setan
No Struktur
Paragraf
. Teks
Karang Setan adalah novel ke-19
dari seri petualangan Lima Sekawan
karya Enid Blyton, penulis
berkebangsaan Inggris. Novel ini
menceritakan kisah petualangan Lima
Sekawan yang berlibur di sebuah
mercusuar milik Si Utik yang berada di
atas Karang Setan. Ada dongeng yang
1. Orientasi menceritakan bahwa terdapat harta karun
yang disembunyikan disana. Lima
Sekawan pun memutuskan untuk
menyelidiki sekeliling gua. Lima
Sekawan itu adalah Julian, Dick, George,
Anne, dan seekor anjing bernama
Timmy. Petualangan mereka kali ini
semakin seru dengan ditemani oleh Si
Utik dan monyetnya, Si Iseng.
2. Tafsiran Pada bab pertama buku ini, Enid
Blyton menceritakan bahwa teman Pak
Quentin, ayah George, akan berkunjung
ke Pondok Kirrin untuk menyelesaikan
pekerjaan. Kedua sarjana itu adalah orang
yang senang akan kesunyian dalam
bekerja, padahal disaat yang bersamaan
Lima Sekawan juga akan datang untuk
menghabiskan sisa liburan. Tentu Pondok
Kirrin akan sangat ramai oleh anak-anak,
ditambah teman Pak Quentin membawa
serta anaknya yang bernama Utik dan
juga seekor monyetnya bernama Iseng.
Untuk ketentraman bekerja kedua sarjana
itu, akhirnya diputuskan Lima Sekawan
ditambah Utik dan Iseng pergi berlibur ke
mercusuar milik Si Utik, hadiah ulang
tahun dari ayahnya. Tetapi rupanya
mercusuar itu dulu dipakai oleh seorang
pencoleng ulung untuk menyesatkan
kapal-kapal. Dua keturunannya sampai
sekarang masih mencari tempat
persembunyian harta rampasan
pencoleng. Mereka merasa terganggu
oleh kedatangan Lima Sekawan dan Si
Utik. Jadi kelima anak itu, dengan
Timmy dan Si Iseng juga, dikurung
dalam mercusuar.
Pada bab-bab berikutnya, pembaca
akan dibuat kagum dengan berbagai
petualangan dan tantangan yang dihadapi
Lima Sekawan dan Utik di Karang
Setan. Pada setiap bab, mulai awal
hingga akhir, buku ini memiliki
hubungan yang erat dan merupakan
kesatuan utuh yang saling melengkapi.
Novel yang disajikan dengan
bahasa yang sangat apik dan menarik
membuat pembaca seakan-akan seperti
ikut berpetualang bersama Lima Sekawan
ke Karang Setan. Kekonyolan Iseng si
monyet dan Timmy si anjing membuat
cerita yang ada dalam buku ini semakin
seru. Hanya satu kekurangan buku ini
yaitu penyelesaiannnya yang kurang
mengesankan. Namun, dengan cara
penyampaian penulis yang membuat
pembaca terhanyut dalam setiap cerita
yang disampaikannya, kekurangan
3. Evaluasi
tersebut dapat dianggap sebagai angin
lalu.
Meskipun disebut sebagai novel
ke-19 dari seri petualangan Lima
Sekawan, di novel ini sama sekali tidak
ada hubungannya dengan novel-novel
sebelummya. Setiap seri petualangan
Lima Sekawan memiliki cerita yang
berbeda-beda dan di tempat yang berbeda
juga. Sehingga, antara novel satu dan
lainnya tidak berhubungan. Novel-novel
tersebut hanya memiliki kesamaan dalam
tokohnya yaitu Lima Sekawan.
4. Rangkuman Dengan mengesampingkan
beberapa kekurangan yang dimiliki novel
tersebut, novel ini merupakan buku yang
sangat menarik dan cocok untuk dibaca
saat memiliki waktu luang. Buku ini
memberikan gambaran tentang sebuah
petualangan yang dipenuhi banyak
rintangan. Buku ini mengajarkan
semangat, kerja keras, dan sifat pantang
menyerah dalam menghadapi berbagai
rintangan yang dihadapi.