Anda di halaman 1dari 97

Materi MPK Bahasa Indonesia

Oleh :
Muhasibi Ichsan, M.Pd.
Materi Perkuliahan
 Sejarah dan kedudukan bahasa Indonesia
 Hakikat bahasa
 Keterampilan berbahasa
 Menulis sebagai proses
 Penulisan ilmiah
Teknik Perkuliahan dan Penilaian

 Pemberian materi melalui ceramah,


tanya jawab, dan diskusi.
 Pemberian tugas dilakukan setiap
materi selesai dipresentasikan. Tugas
merupakan tugas individual /
kelompok (KTSP : tidak ada mid.)
nilai berdasar UK 1, 2, 3, 4 dsb.
 Faktor X : kehadiran, keaktifan.
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI
BAHASA INDONESIA
1. Sejarah Bahasa Indonesia
a. Sebelum Kemerdekaan
Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasi-
kan, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek
bahasa Melayu. Telah berabad-abad bahasa Melayu
dipakai sebagai alat perhubungan antarpenduduk
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa.
Pada masa penjajahan Belanda , bahasa Melayu juga
dipakai sebagai bahasa perhubungan yang luas.
Bahkan komunikasi antara pemerintah Belanda dan
penduduk Indonesia yang memiliki berbagai macam
bahasa juga menggunakan bahasa Melayu..
Pada tahun 1928 saat dilangsungkannya Kongres
Pemuda pada tanggal 28 Oktober, bahasa Melayu
diubah namanya menjadi bahasa Indonesia dan
diikrarkan sebagai bahasa persatuan atau bahasa
nasional dalam sumpah pemuda.
Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah Jepang
melarang penggunaan bahasa Belanda. Pelarangan ini
mempunyai dampak yang positif terhadap
perkembangan bahasa Indonesia. Saat itu pemakaian
bahasa Indonesia semakin meluas. Bahasa Indonesia
dipakai dalam berbagai aspek kehidupan termasuk
kehidupan politik dan pemerintahan yang sebelumnya
lebih banyak menggunakan bahasa Belanda.
b. Setelah Kemerdekaan
Diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945, pada tanggal 18 Agustus 1945
ditetapkan UUD 1945 yang di dalamnya
terdapat pasal yang menyatakan bahwa
“Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”.
Pernyataan dalam pasal tersebut mengandung
konsekuensi bahwa selain menjadi bahasa
nasional bahasa Indonesia juga berkedudukan
sebagai bahasa Negara sehingga dipakai dalam
semua urusan yang berkaitan dengan
pemerintahan dan negara.
Pada masa kemerdekaan ,bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang amat pesat. Setiap tahun jumlah
pemakai bahasa Indonesia semakin bertambah. Perhatian
pemerintah Indonesia terhadap perkembangan bahasa
Indonesia juga sangat besar. Hal ini terbukti dengan
dibentuknya sebuah lembaga yang mengurus masalah
kebahasaan yang saat ini dikenal dengan nama Pusat
Bahasa. Berbagai upaya mengembangkan bahasa
Indonesia telah ditempuh oleh Pusat Bahasa seperti
adanya perubahan ejaan bahasa Indonesia dari ejaan Van
Ophuijsen, ejaan Suwandi, hingga sekarang berlaku Ejaan
yang Disempurnakan (EYD).
2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
• Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan
yaitu sebagai bahasa Nasional dan sebagai
bahasa Negara.
• Bahasa nasional suatu negara memiliki dasar
hukum yang kuat / dicantumkan dalam UUD
1945. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional sudah dimiliki bahasa
Indonesia sejak dicetuskannya Sumpah
Pemuda .Kedudukan ini dimungkinkan karena
bahasa Melayu yang mendasari bahasa
Indonesia telah dipakai sebagai lingua franca.
• Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang
identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai
suku bangsa, dan (4) alat perhubungan
antardaerah dan antarbudaya (Amran Halim,
1977:22).
• Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,
bahasa Indonesia merupakan cerminan dari
nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia.
• Sebagai lambang identitas nasional, bahasa
Indonesia mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan bendera negara. Dengan demikian
bahasa Indonesia haruslah memiliki identitas
sendiri yaitu sebagai bahasa yang bersih dari
unsur-unsur bahasa yang lain yang tidak
benar-benar diperlukan
 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Negara
Dalam kedudukannya sebagai bahasa
Negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2)
bahasa pengantar dalam dunia pendidikan,
(3) alat perhubungan di tingkat nasional,
dan (4) alat pengembangan kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi.
 Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
Indonesia dipakai untuk urusan
kenegaraan. Pidato resmi , dokumen resmi
negara, maupun pelaksanaan upacara
kenegaraan harus menggunakan bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia
dalam forum resmi kenegaraan bersifat
mutlak karena telah diatur dalam UUD
1945.
 Dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggaan
kebangsaan, (2) lambang identitas nasional,
(3) alat pemersatu berbagai suku bangsa,
dan (4) alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya (Amran Halim, 1977:22).
 Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,
bahasa Indonesia merupakan cerminan dari
nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia.
 Sebagai lambang identitas nasional, bahasa
Indonesia mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan bendera negara. Dengan demikian
bahasa Indonesia haruslah memiliki identitas
sendiri yaitu sebagai bahasa yang bersih dari
unsur-unsur bahasa yang lain yang tidak benar-
benar diperlukan.
 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Negara
Dalam kedudukannya sebagai bahasa
Negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2)
bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan, (3) alat perhubungan di
tingkat nasional, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
 Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
Indonesia dipakai untuk urusan
kenegaraan. Pidato resmi , dokumen resmi
negara, maupun pelaksanaan upacara
kenegaraan harus menggunakan bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia
dalam forum resmi kenegaraan bersifat
mutlak karena telah diatur dalam UUD
1945.
 Sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan, bahasa Indonesia digunakan
bukan hanya untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan secara lisan namun juga
untuk penulisan bahan ajar dan dokumen
pendidikan yang lain. Digunakannya
bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan dapat
menjembatani peserta didik yang berasal
dari berbagai suku bangsa.
 Sebagai alat perhubungan di tingkat
nasional, bahasa Indonesia digunakan
untuk berkomunikasi dalam hubungannya
dengan pelaksanaan pembangunan di
berbagai sektor. Sosialisasi program dan
kebijakan pemerintah ke daerah-daerah
yang memiliki berbagai macam bahasa
akan menghadapi kendala apabila tidak
ada satu bahasa yang sama .
 Kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi tidak mungkin dapat
berkembang tanpa adanya bahasa. Untuk
mengembangkan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi kepada
masyarakat yang multi etnis diperlukan
satu bahasa yang dipahami oleh berbagai
masyarakat. Bahasa Indonesia merupakan
satu-satunya bahasa yang dikenal oleh
hampir seluruh rakyat Indonesia .
 Sebagai alat pemersatu, bahasa Indonesia
mampu menyatukan berbagai suku bangsa yang
ada di Indonesia dan memungkinkan mereka
mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang
bersatu tanpa meninggalkan nilai sosial budaya
dan identitas sukunya masing-masing.
 Sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya, bahasa Indonesia mampu
menjembatani perbedaan bahasa dan budaya
yang ada di Indonesia.Bahasa Indonesia
digunakan untuk mensosialisasikan dan
mengembangkan berbagai budaya yang ada di
daerah-daerah dalam wilayah Indonesia.
 Dalam kedudukannya sebagai bahasa
Negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan, (3) alat perhubungan di
tingkat nasional, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
 Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
Indonesia dipakai untuk urusan kenegaraan.
Pidato resmi , dokumen resmi negara, maupun
pelaksanaan upacara kenegaraan harus
menggunakan bahasa Indonesia..
 Sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan, bahasa Indonesia digunakan bukan
hanya untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
secara lisan namun juga untuk penulisan bahan
ajar dan dokumen pendidikan yang lain.
Digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan dapat
menjembatani peserta didik yang berasal dari
berbagai suku bangsa.
 Sebagai alat perhubungan di tingkat
nasional, bahasa Indonesia digunakan
untuk berkomunikasi dalam hubungannya
dengan pelaksanaan pembangunan di
berbagai sektor. Sosialisasi program dan
kebijakan pemerintah ke daerah-daerah
yang memiliki berbagai macam bahasa
akan menghadapi kendala apabila tidak
ada satu bahasa yang sama . Kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak
mungkin dapat berkembang tanpa adanya
bahasa.
BAHASA
 Adalah sistem lambang bunyi yang
digunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
 Sifat : (a) sistemis yaitu terdiri atas pola-
pola yang beraturan dan saling berkaitan;
(b) arbitrer yaitu bentuk dan makna
bersifat manasuka sesuai dengan
masyarakat pemakainya; (c) konvensional
 Yaitu bentuk dan makna ditentukan berdasarkan
kesepakatan masyarakat pemakai;(d) dinamis
yaitu bentuk dan makna berkembang/berubah
sesuai perkembangan.
 Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan
sesuai dengan situasi dan kondisinya (dalam hal
pilihan kata dan penyusunan kalimat).
 Bahasa yang benar adalah bahasa yang
digunakan sesuai aturan yang berlaku
 DISKUSI : apakah bahasa yang baik pasti benar
dan bahasa yang benar pasti baik ?
Keterampilan Berbahasa
Dibedakan atas keterampilan reseptif
(menerima) dan keterampilan
produktif (menghasilkan karya)
Ket resetif adalah kemampuan
seseorang untuk menerima,
memahami, menganalisis, dan
mengevaluasi ide yang disampaikan
oleh orang lain melalui bahasa lisan
maupun tulis.
Keterampilan reseptif dibedakan
menjadi dua yaitu keterampilan
menyimak (apabila yang diterima
adalah bahasa lisan) dan keterampilan
membaca (bahasa tulis)
Keterampilan produktif adalah
kemampuan seseorang untuk
menyampaikan ide dengan
menggunakan bahasa secara tertib dan
sistematis sehingga idenya dapat
dipahami orang lain dengan mudah.
Keterampilan produktif dibedakan atas
keterampilan berbicara (apabila yang
digunakan adalah bahasa lisan) dan
keterampilan menulis (bahasa tulis).
Antara keempat keterampilan
berbahasa tsb.memiliki hubungan
yang positif artinya sebuah
keterampilan akan memberikan
kontribusi kepada pengembangan
keterampilan yang lainnya.
Manfaat Ket.Menyimak
 Menambah kekayaan pembentukan
kalimat
 Menambah kosa kata
 Menambah pengetahuan berkaitan
dengan intonasi, pelafalan, jeda.
 Menambah wawasan berkaitan dengan
topik yang disimak
 Menambah pengetahuan ttg sistematika
berbicara yang baik.
Manfaat Ket.Membaca

• Menambah kosa kata


• Menambah pengetahuan ttg.bentuk-
bentuk kalimat.
• Menambah pengetahuan ttg.bentuk-
bentuk paragraf dan pengembangannya
• Menambah wawasan berkaitan dengan
tema tertentu
BAGAN HUB KET.BERBHS

MENYIMAK MEMBACA

BERBICARA MENULIS

DISKUSI : jelaskan bagan di atas !


MENULIS SBG PROSES
 Kegiatan menulis merupakan sebuah
proses artinya unt menghasilkan sebuah
tulisan yang baik seseorang harus melalui
beberapa tahapan kegiatan yang saling
berhubungan dan berkesinambungan.
 Proses menulis ada tiga yaitu (1) tahap
prapenulisan; (2) tahap penulisan; dan (3)
tahap pascapenulisan
TAHAP PRAPENULISAN
 Pada tahap ini penulis merumuskan tema, judul,
tujuan, membuat kerangka tulisan, dan mencari
bahan tulisan.
 Tema adl.masalah umum yang akan dibahas
dalam sebuah tulisan. Tema yang baik haruslah
(1)didukung bahan,(2) mengandung
permasalahan yang harus dipecahkan, (3) sesuai
dengan penulis/pembaca, (4) tdk terlalu
luas/sempit.
Contoh analisis tema
 Pendidikan
1. Ada bahan yang mendukung
2. Ada masalah yang harus dibahas
3. Sesuai apabila dibahas oleh mhs
4 Terlalu luas karena masalah yang
ada dlm tema tsb sangat kompl.
Kesimp : tema tidak baik
Judul
 Judul disebut juga nama karangan.
 Syarat judul yang baik adalah : (1) sesuai
dengan tema; (2) singkat; (3) jelas; (4)
denotatif; (5) frase benda.
 Singkat artinya judul tidak boleh menggunakan
kata yang mubazir.
 Jelas artinya judul tidak boleh bermakna
ambigu/berinterpretasi banyak
 Denotatif artinya judul menggunakan kata
lugas/bukan ungkapan.
 Judul harus dirumuskan dalam bentuk frase
benda.
 Contoh : Studi Hubungan Antara Tingkat
Intelegensi dengan Prestasi Belajar Ekonomi
pada Siswa Kelas VII SMP Kota Surakarta
 Penggunaan kata “studi” dan “pada”
menjadikan rumusan judul di atas tidak
hemat sebaiknya dibuang. Penggunaan kata
“dengan” tidak tepat seharusnya “dan”.
 Judul harus jelas
Contoh : Penanganan Anak Istimewa di
Surakarta
Judul di atas tidak baik karena kata
“istimewa” bermakna ambigu (tidak jelas)
sebaiknya diganti kata yang telah memiliki
arti yang jelas misal “autis”.
BAHAN TULISAN
 Dibedakan atas bahan tertulis dan tak
tertulis.
 Bahan tak tertulis adalah peristiwa,
pengalaman, hasil wawancara, pendapat
lisan seseorang yang memiliki
kewenangan (otoritas)
 Bahan tertulis dapat diambil dari buku,
jurnal, internet.
KERANGKA TULISAN
 Kerangka topik : sub judul dirumuskan dalam
bentuk frase biasa digunakan untuk tulisan
ilmiah seperti makalah dan skripsi.
Contoh :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
 B. Perumusan Masalah
 Kerangka kalimat : subjudul dirumuskan dalam
bentuk kalimat lengkap. Tidak digunakan untuk
makalah dan skripsi
TAHAP PENULISAN
 Pada tahap ini penulis mulai
mengembangkan paragraf dengan
menggunakan kalimat efektif.
 Dalam tulisan ilmiah digunakan kata
baku.
 Kalimat ditulis sesuai dengan EYD (lihat
buku EYD).
 Pengetahuan tentang sinonim, antonim,
polisemi, homonim, dll sangat diperlukan
pada tahap ini
Kosa Kata

 Sinonim : kata-kata yang memiliki


kemiripan makna sehingga satu dengan
yang lain belum tentu dapat saling
menggantikan.
Contoh : Dia meninggal kemarin.
Tanaman bayam ibu mati.
“meninggal” dan “mati” adalah sinonim
dalam kalimat di atas keduanya tidak
dapat saling menggantikan
 Antonim adalah kata-kata yang memiliki
keberlawanan makna. Ada berbagai jenis
antonim. Antonim majemuk adalah
antonim yang mempunyai rumus “antonim
A adalah bukan/selain A” misal antonim
hitam adalah bukan hitam jadi bisa
“putih,biru,merah”. Antonim gradasi
adalah antonim yang memiliki jenjang
“sangat,agak,tidak” misal antonim panas
adalah “agak panas/hangat, atau tidak
panas/dingin”
Ciri Kalimat Efektif
 Minimal memiliki unsur Subjek dan
Predikat.
Dia/cantik (S/P)
Kepada hadirin/dipersilahkan duduk
(Ket.tujuan/P) Bukan kalimat efektif
 Hemat (tidak mengandung kata mubazir).
 Memiliki kesejajaran bentuk dan makna.
 Menggunakana pilihan kata yang tepat.
 Hakikat Kalimat
Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan. Dalam wujud tulisan, kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, dan di
dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca
seperti koma, titik koma, ataupun titik dua.
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat
menentukan kejelasan makna sehingga sebuah
kalimat minimal harus terdiri atas subjek dan
predikat.
Sebuah kalimat terdiri atas beberapa unsur.
Unsur-unsur tersebut meliputi subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan
 Unsur Kalimat
 Subjek dalam suatu kalimat pada umumnya
diduduki oleh kata benda atau kata lain yang
mengalami proses pembendaan.atau kata lain
yang setelah menduduki jabatan ini akan
dianggap atau digolongkan menjadi kata benda.
Contoh : (1) Menipu berdosa
(2) Menyanyi menyegarkan pikiran
 Kata menipu dan menyanyi dilihat dari bentuknya
adalah kata kerja akan tetapi dalam kedua
kalimat tersebut, masing-masing kata itu
dianggap sebagai kata benda. Untuk mencari
subjek sebuah kalimat kita dapat menggunakan
pertanyaan siapa atau apa. Contoh kalimat (a)
dan (b) di atas, kata menipu dan menyanyi dapat
menjawab pertanyaan apa sehingga keduanya
disebut subjek. Subjek sebuah kalimat dapat
berupa kata atau gabungan kata.
Predikat adalah unsur inti suatu kalimat
yang berisi kata kerja, kata keterangan,
atau kata penggolong yang menerangkan
subjek.Predikat sebuah kalimat dapat
dikenali dari ciri-cirinya yaitu : (1) jawaban
atas pertanyaan mengapa dan bagaimana;
(2) berupa kata adalah/ialah; (3) dapat
diingkarkan; (4) dapat disertai kata telah,
sudah, belum, akan, dan sedang.
 Objek adalah unsur kalimat dapat
diperlawankan dengan subjek. Objek
bersifat wajib dalam kalimat yang
berpredikat verba aktif (kata kerja
berawalan me-). Ciri-ciri objek adalah :
Langsung di belakang predikat. Contoh :
Anto membeli buku. Kata ”buku” adalah
objek karena terletak di belakang kata
membeli yang berfungsi sebagai predikat
 Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
Contoh : Dina membeli buku. Kata buku
adalah objek karena dapat menjadi subjek
kalimat pasif Buku dibeli Dina.
 Tidak didahului preposisi. Contoh :
W.S.Rendra menulis dalam puisi. Kata
puisi bukan objek karena didahului
preposisi dalam. Apabila kalimat diubah
menjadi W.S.Rendra menulis puisi maka
kata puisi berubah fungsi menjadi objek.
 Keterangan dibedakan atas dasar peran yang
dimiliknya dalam kalimat.Dalam kalimat terdapat
berbagai jenis keterangan antara lain keterangan
waktu, keterangan cara, keterangan tempat dan
sebagainya.
 Keterangan Waktu
 Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau
anak kalimat. Keterangan waktu yang berupa
kata atau frasa digunakan dalam kalimat tunggal
sedangkan keterangan waktu yang berupa
kalimat terdapat dalam kalimat majemuk.
Contoh : (3) Kemarin dia mengajak saya melihat
pameran buku.
(4) Dia datang tadi pagi.
Kata kemarin pada kalimat (3) dan tadi pagi
pada kalimat (4) adalah keterangan waktu yang
berbentuk kata dan frase. Keterangan waktu
yang berupa anak kalimat dapat dilihat pada
contoh : (5) Ketika melihat dia datang saya
menangis terharu.
Klausa (anak kalimat) ketika melihat dia adalah
keterangan waktu, kata saya adalah subjek, dan
menangis terharu adalah predikat.
 Keterangan Tempat
Keterangan tempat berbentuk frasa yang
menyatakan tempat dan ditandai oleh preposisi
di, pada, dan dalam. Preposisi selalu terdapat di
depan kata benda yang menjadi keterangan
tempat.
Contoh: (6) Di Solo terdapat banyak pengrajin
batik.
Preposisi di berada di depan kata benda Solo
yang menyatakan tempat.
 Keterangan Cara
Keterangan cara berbentuk kata ulang, frasa, atau anak
kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang
berupa anak kalimat ditandai dengan kata dengan dan
dalam.
Contoh (7) Dengan banyak membaca kita dapat
meningkatkan pengetahuan kita.
(8) Dia berjalan cepat-cepat
(9) Dia menerima hadiah itu dengan gembira.
Anak kalimat dengan banyak membaca, kata ulang
cepat-cepat, dan frasa dengan gembira adalah
keterangan cara.
 Keterangan Sebab
Keterangan sebab dapat berupa frasa atau anak
kalimat. Keterangan sebab yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata karena atau lantaran.
Contoh : (10) Karena bodoh, dia dikeluarkan dari
sekolah.
(11) Karena dia nakal, dia dihukum
guru.
Kalimat (10) mengandung keterangan sebab
berupa frasa sedangkan kalimat (11) berupa
anak kalimat
 Jenis Kalimat

 Berdasarkan isinya kalimat dibedakan atas


kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat
perintah. Kalimat berita sering pula disebut
kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya
memberitahukan sesuatu, dan yang pada
umumnya menimbulkan tanggapan berupa
isyarat atau sikap.
 berita kepastian : (12) Paman akan datang
besok pagi
 berita pengingkaran : (13) Bukan dia yang
mengambil bukumu
 berita kesangsian : (14) Barangkali mereka
tidak datang hari ini.
Kalimat tanya atau disebut juga kalimat
interogatif adalah kalimat yang isinya
berupa pertanyaan dan reaksinya berupa
jawaban. Berdasarkan isinya kalimat tanya
dibedakan atas
 Kalimat tanya biasa yaitu kalimat yang
memerlukan jawaban : (15) Siapa
namamu?
 Kalimat retoris yaitu kalimat tanya yang
tidak memerlukan jawaban : (16) Adakah
orang yang tidak ingin bahagia?
 Kalimat perintah yaitu kalimat yang isinya
berupa perintah agar seseorang melakukan atau
berbuat sesuatu dan reaksinya berupa tindakan.
Dilihat dari bentuk dan isinya, kalimat perintah
dibedakan atas dua jenis yaitu kalimat perintah
kasar dan kalimat perintah halus. Kalimat
perintah kasar memiliki ciri-ciri :
Menggunakan kata kerja yang tidak berimbuhan
Contoh : (17) Baca pengumuman itu!
(18) Hapus papan tulis ini
54gtgrgtbh
 Tidak menyebutkan nama orang yang diperintah
Contoh : (19) Tunggu di sini!
 Kalimat perintah halus memiliki ciri-ciri:

Menggunakan akhiran –kan dan –lah.


Contoh : (20) Ambilkan buku itu!
 Menyebut orang yang diperintah.

Contoh : (21) Saudara tunggu saya di sini!


 Menggunakan kata penghalus perintah seperti
tolong,maaf, sudilah kiranya, dsb.
Contoh : (22) Tolong ambilkan buku saya
Berdasarkan Jenis Kata yang Menduduki Fungsi
Predikat
 Berdasarkan bentuk kata kerja yang menduduki
fungsi predikat kalimat dapat dibedakan menjadi
kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimat aktif
adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif.
Berdasarkan perlu atau tidaknya objek langsung
bagi predikat kalimat aktif dibedakan menjadi
kalimat aktif transitif dan kalimat aktif intransitif.
Kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang
predikatnya memerlukan objek langsung.
Contoh : (23) Ia membeli buku.
 Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif
yang predikatnya tidak memerlukan objek
langsung.
 Contoh : (24) Pada hari libur saya
berdarmawisata ke Bali.
 Kalimat pasif adalah kalimat yang
predikatnya terdiri dari kata kerja pasif.
 Contoh : (25) Buku itu ditulis Dina
Berdasarkan Unsur Pembentuk Kalimat
 Berdasarkan unsur pembentuknya kalimat
dibedakan atas dua yaitu kalimat tunggal
dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal
adalah kalimat yangunsur-unsur
pembentuknya tunggal.
Contoh : (26) Ayah membaca buku di
ruang keluarga
 Kalimat majemuk adalah kalimat yang di
dalamnya mengandung lebih dari satu pola
kalimat. Kalimat majemuk merupakan gabungan
dari beberapa kalimat. Kalimat majemuk
dibedakan menjadi kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat
majemuk campuran. Kalimat majemuk setara
adalah kalimat majemuk yang sifat hubungan
masing-masing kalimat pembentuknya setara
atau sederajat.
Contoh : (27) Saya, ayah, dan ibu tertawa
gembira.
Kalimat (27) adalah kalimat majemuk setara
rapatan predikat. Kalau kita cermati kalimat (27)
terdiri dari tiga kalimat yang mempunyai predikat
yang sama yaitu :
(a) Saya tertawa gembira.
(b) Ayah tertawa gembira.
(c) Ibu tertawa gembira.
Karena predikat ketiga kalimat sama maka
kalimat-kalimat tersebut kemudian disejajarkan
dengan melesapkan (merapatkan) unsur yang
sama.
 Kalimat majemuk bertingkat adalah
gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal yang sifat hubungan atau
kedudukannya tidak sederajat. Itu
sebabnya dalam kalimat majemuk
bertingkat ada unsur yang disebut induk
kalimat dan anak kalimat. Contoh kalimat
majemuk bertingkat dapat dilihat dari
contoh berikut.
 (28) Dia meminjam buku yang dipinjamnya
dari perpustakaan.
 Kalimat (28) adalah kalimat majemuk
bertingkat karena kalimat tersebut
merupakan gabungan dua kalimat yaitu (a)
Dia meminjam buku.
 (b) Buku itu dipinjamnya dari
perpustakaan.
 Kalimat (a) adalah induk kalimat
sedangkan kalimat (b) adalah anak kalimat.
 Jenis kalimat majemuk yang lain adalah
kalimat majemuk campuran. Kalimat
majemuk campuran adalah gabungan dari
paling sedikit tiga kalimat dimana dua
kalimat memiliki kedudukan sejajar
sedangkan yang satu bertingkat.
 (29) Dia pindah ke Jakarta ketika ibunya
meninggal dan ayahnya menikah lagi.
 Kalimat (29) terdiri dari tiga kalimat yaitu :
 Dia pindah ke Jakarta.
 Ibunya meninggal.
 Ayahnya menikah lagi.
 Kalimat (b) mempunyai kedudukan yang
sejajar dengan kalimat (c) sedangkan
kalimat (a) tidak sehingga kalimat (a)
merupakan induk kalimat.
 Kalimat Efektif
 Tulisan ilmiah harus dikembangkan dengan
kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang
terdapat pada pikiran penulis. Kalimat efektif
memiliki ciri : (a) kepaduan dan kesatuan; (b)
penekanan; (c) hemat dalam mempergunakan
kata; dan (d) kesejajaran (Sabarti,1989).
 Ciri pertama kalimat efektif adalah memiliki kepaduan
dan kesatuan. Sebuah kalimat dikatakan memiliki
kepaduan apabila terdapat hubungan yang padu antara
unsur-unsur yang membentuk kalimat (S-P-O-
Pelengkap-Ket). Sebuah kalimat dikatakan memiliki
kesatuan apabila hubungan antara unsur-unsur yang
ada dalam kalimat mendukung satu ide pokok. Penulis
boleh saja menggabungkan dua atau lebih kalimat
tunggal dengan catatan kalimat-kalimat tersebut tidak
keluar dari ide pokok kalimat tunggalnya. Agar dapat
menghasilkan sebuah kalimat yang memiliki
kesepadanan (kepaduan) penulis harus memperhatikan
 (1) subjek dan predikat kalimatnya; (2)
kata penghubung intra dan antarkalimat
yang dipilih.
Contoh : (30) Kepada mahasiswa yang
kehilangan kartu ujian diharap melapor.
Kalimat (30) bukanlah kalimat efektif
karena tidak memiliki subjek. Apabila akan
dijadikan kalimat efektif maka kalimat
tersebut harus diubah menjadi : (31)
Mahasiswa yang kehilangan kartu ujian
diharap melapor
 Ciri kedua kalimat efektif adalah adanya
kesejajaran. Kesejajaran (paralelisme) adalah
penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama
atau konstruksi bahasa yang sama yang dipakai
dalam susunan serial. Apabila dalam sebuah
kalimat gagasan kalimatnya dinyatakan dalam
bentuk frasa atau kata kerja berimbuhan tertentu
maka gagasan lain yang sederajat juga harus
dinyatakan dalam bentuk frasa dan kata kerja
dengan imbuhan tertentu. Contoh : (32) Penyakit
Lupus merupakan penyakit yang ditakuti karena
cara mencegah dan pengobatannya belum
diketahui secara pasti.
 Kalimat di atas tidak memiliki
kesejajaran karena kata mencegah
tidak sejajar dengan pengobatan.
Kalimat di atas menjadi sejajar kalau
diubah menjadi : (33) Penyakit Lupus
merupakan penyakit yang ditakuti
karena cara pencegahan dan
pengobatannya belum diketahui
secara pasti.
Ciri ketiga kalimat efektif adalah adanya
penekanan dalam kalimat. Untuk memberikan
penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat
penulis dapat menempuh beberapa cara yaitu
(1) mengemukakan bagian yang ditekankan
pada bagian depan kalimat; (2) mengulang kata
yang dianggap penting. Contoh : (34) Dr.Sujono
membuka seminar penanggulangan Aids yang
diselenggarakan di auditorium UNS pagi ini
(yang ditekankan Dr.Sujono).
(35) Seminar penanggulangan Aids yang
diselenggarakan di auditorium UNS pagi
ini dibuka oleh Dr.Sujono (yang ditekankan
seminar penanggulangan Aids).
 (36) Kemiskinan merupakan faktor utama
kemunduruan suatu bangsa karena
kemiskinan dapat menjadi pemicu tindak
kriminal. (penekanan pada kata
kemiskinan
Ciri keempat kalimat efektif adalah kehematan.
Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila tidak
mengandung kata mubazir (kata yang tidak
diperlukan.
 Contoh : (37) Gadis itu segera mengubah
pendapatnya setelah dia berdiskusi dengan
gurunya itu. Kalimat (4) tidak efektif karena
tidak hemat. Kalimat tersebut akan menjadi
efektif bila diubah menjadi (5) Gadis itu segera
mengubah pendapatnya setelah berdiskusi
dengan gurunya. Kata dia dan itu dihilangkan.
CIRI-CIRI KARYA ILMIAH
 Reproduktif
 Tidak ambigu
 Tidak emotif
 Penggunaan bahasa baku
 Penggunaan istilah keilmuan
 Bersifat denotatif
 Rasional
 Ada kohesi antarkalimat pada
setiap paragraf dan koherensi
antarparagraf dalam setiap
bab
 Bersifat straightforward
 Penggunaan kalimat efektif
BAHASA BAKU
 Ragam bahasa dalam dunia
pendidikan
 Sifat: kemantapan dinamis,
kecendekiaan, penyeragaman kaidah
 Bahasa baku digunakan dalam
penulisan karya ilmiah dan laporan
penelitian
JENIS KARYA ILMIAH
I. MAKALAH
 Makalah adalah karya ilmiah yang
pembahasannya berdasarkan data di
lapangan yang bersifat empiris objektif
2. Berupa tugas matakuliah, saran pemecahan
masalah secara ilmiah, hasil penelitian yang
dibahas dalam pertemuan ilmiah
3. Terdiri bagian awal (halaman sampul, daftar
isi, daftar tabel atau daftar gambar (jika
ada)
 Halaman sampul memuat judul makalah,
maksud ditulisnya makalah, nama penulis
makalah, tempat dan waktu penulisan
makalah
 Daftar isi terdiri judul makalah yang ditulis
dengan huruf kecil, kecuali awal kata
selain kata tugas ditulis dengan huruf
besar
 Judul bagian dan judul subbagian
dilengkapi nomor halaman. Penulisan
daftar isi dengan spasi tunggal dan
antarbagian 2 spasi
4. Bagian inti: isi (materi) yang dibahas dala
makalah. Bagian inti terdiri dari latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan
makalah, pembahasan, kesimpulan dan saran.
 Latar Belakang masalah berisi alasan perlunya
makalah itu ditulis. Masalah atau topik
hendaknya layak dibahas. Masalah
dideskripsikan dalam bentuk perumusan
masalah. Tujuan penulisan berkaitan dengan
fungsi yang ingin dicapai melalui penulisan
makalah.
 Pembahasan merupakan jawaban dari
perumusan masalah. Bagian penutup inti
adalah simpulan dan saran.
5. Bagian akhir: daftar pustaka dan lampiran
(jika ada)
II. PROPOSAL PENELITIAN
1. Proposal adalah bentuk usulan penelitian yang
disusun sebelum dilaksanakannya penelitian.
2. Proposal penelitian terdiri dari bagian awal,
bagian inti, dan bagian akhir.
3. Bagian awal terdiri dari: Judul dan daftar isi
4. Bagian inti terdiri dari: pendahuluan, landasan
teoretis, metode penelitian.
 Pendahuluan berisi: latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian
 Landasan teoretis berisi tinjauan pustaka, hasil
penelitian yang relevan, dan kerangka
pemikiran
 Metode penelitian berisi: tempat dan
waktu penelitian, bentuk dan strategi
penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, validitas data, teknik
analisis data
5. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka
TAHAP PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

1. Tahap persiapan
 Mempersiapkan topik. Pemilihan topik memenuhi
kriteria berikut.
a. Topik ada manfaatnya dan layak dibahas
b. Topik menarik terutama bagi peneliti
c. Topik dikenal baik oleh penulis
d. Bahan dapat diperoleh dan cukup memadai
e. Topik tidak terlalu luas atau terlalu sempit.
 Menentukan judul. Menentukan judul dapat

dengan melontarkan pertanyaan masalah apa,


mengapa, bagaimana, di mana, kapan.
 Pembuatan kerangka karangan

 Membuat daftar isi

2. Tahap Pengumpulan Data


 Pengamatan peristiwa, wawancara informan,

pencatatan dokumen, eksperimen laboratorium,


rekaman
3. Tahap pengonsepan
4. Tahap penyuntingan
5. Penyajian

TATATULIS DALAM KARYA ILMIAH


1. Bahan dan Jumlah Halaman
Kertas HVS kuarto 70-80 gram.Huruf
times new roman 12 point, kecuali judul
dapat 14 atau 16 point. Jumlah halaman
proposal 15-20 halaman, makalah 15-25
halaman
2. Pola ukuran kertas: margin atas 4 cm,
margin bawah 3 cm, margin kiri 4 cm, dan
margin kanan 3 cm.
3. Penomoran
Angka yang lazim digunakan adalah
angka Romawi kecil (i,ii,iii, dst) digunakan
untuk penomoran judul, daftar isi, daftar
tabel.Angka Romawi besar (I,II,III, dst.)
digunakan untuk penomoran bab
pendahuluan, landasan teoretis, metode
penelitian, pembahasan, simpulan dan
saran.
Angka Arab (1,2,3,dst.) digunakan untuk
menomori halaman naskah mulai pendahuluan
sampai halaman terakhir.Diketik di sebelah
kanan atas, kecuali halaman judul bab ditulis di
tengah bawah.
 Sistem penomoran mengikuti standar berikut.

a. Tingkat pertama dengan angka Romawi


besar
b. Tingkat kedua dengan huruf latin besar,
misal A,B,C,D
c. Tingkat ketiga dengan angka Arab misal
1,2,3
d. Tingkat keempat dengan huruf Latin
kecil misal a, b, c,d
e. Tingkat lelima dengan angka Arab satu
kurung tutup misal 1), 2), 3)
f. Tingkat keenam dengan huruf Latin kecil
dengan satu kurung tutup, misal a,b,c
g. Tingkat ketujuh dengan angka Arab dua
kurung misal (1), (2), (3)
h. Tingkat kedelapan dengan huruf Latin kecil
dua kurung misal (a), (b)
4. Penulisan judul bab, subbab, dan anak subbab
a. Judul bab diketik dengan huruf kapital
seluruhnya, letak di tengah halaman, huruf
times new roman yang ditebalkan.
Misal BAB I
PENDAHULUAN
b. Judul subbab, huruf pertama setiap kata
ditulis dengan huruf kapital (kecuali kata
depan atau kata sambung) dan
diletakkan di tengah halaman. Misal
A. Latar Belakang Masalah
c. Judul subsubbab, huruf pertama setiap
kata ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan di sebelah kiri halaman. Misal
1. Pengertian Ejaan
5. Penulisan Kutipan
a. Kurang dari 40 kata ditulis di antara
tanda kutip sebagai bagian dari teks
utama, diikuti nama penulis, tahun,
nomor halaman. Misal
Suharno (1998:124) menyimpulkan “ada
hubungan antara faktor sosial ekonomi
dengan kemajuan belajar”.
b. Kutipan 40 kata atau lebih ditulis terpisah
dari teks yang mendahului dan diketik
spasi tunggal.
c. Merujuk kutipan tidak langsung ditulis
tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks.
Misal
Scmid (2005:6) mengatakan bahwa
kegiatan olah tubuh akan menyebabkan
seseorang mengekspresikan gagasan dan
emosi melalui gerakan.
d. Menulis daftar pustaka berupa buku
Gorys Keraf. 2005. Komposisi. Flores: Nusa
Indah atau
Keraf, Gorys. 2005. Komposisi. Flores: Nusa
Indah
e. Daftar pustaka dari kumpulan artikel
Dick Hartoko (Ed.). 2004. Golongan
Cendekiawan: Mereka yang Berumah di
Angin. Jakarta: Gramedia
f. Daftar pustaka dari artikel jurnal
Ali Hanafi. 2005. “Partisipasi dalam Siaran
Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi”.
Forum Penelitian, 1(1):33-47
g. Daftar pustaka dari artikel koran atau
majalah
Henry James. 2006.”Do Babies Sing A
Universal Song?”. Psychological Today,
hal.2
h. Daftar pustaka dari koran tanpa nama
penulis
Kompas. 18 Maret 2005. “Rawan Pangan,
tanpa Basis Sumber Daya Lokal”hal. 4
i.Daftar pustaka dari skripsi, tesis, disertasi
Pradnya Paramita. 2008. “Pengaruh
Bioteknologi Pertanian terhadap
Pematangan Tomat”. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret
j. Daftar pustaka dari internet
Herusatoto. 2002. “Bioteknologi
Pertanian” (online), (
http://www.chang.jaya-Heru.com) Biotek-
pertan04htm/,diakses 12 Januari 2009

Anda mungkin juga menyukai