Anda di halaman 1dari 12

Peran dan fungsi bahasa Indonesia dalam iptek dan iptak

Di susun oleh
Angga firnandi
Gagasan Luthfi hawari

Dosen pembibing
Eka Yulianingsih M.Pd.
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi antara yang satu dengan yang lain. Dengan
bahasa semua hal dapat dimengerti maksud dan tujuan tertentu. Selain itu bahasa juga
digunakan untuk menyampaikan sesuatu hal, gagasan (pendapat), ide kepada orang lain agar
bisa memahami apa yang kita inginkan. Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa
(termasuk bahasa Indonesia) IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa
Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda,
yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan
sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa
peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana
berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat
pula dalam berpikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). Bahasa
Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara
sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu bahasa Indonesia juga mempunyai
empat fungsi sebagai berikut : 1. Sebagai lambang kebangsaan negara; 2. Lambang identitas
negara; 3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya; 4. Alat yang menyatukan
berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda.

Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia merupakan alat yang digunakan sebagai bahasa
media massa untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia
yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten. Sedangkan bahasa yang baik
adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannnya.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan 1

Pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas
bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia
bersikap terbuka sehingga mampu mengembangkan dan menjalankan fungsinya sebagai sarana
komunikasi masyarakat modern. Semakin berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan
berdampak juga pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi
itu, bangsa Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik,
ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tidak langsung memperkaya
khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang
pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk
bahasa Indonesia, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan IPTEK itu.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan bahasa ?
b. Apa kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ?
c. Bagaimana Peran Bahasa Indonesia dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan ?

1.3. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa,


Untuk mengetahui apa kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Untuk mengetahui bagaimana Peran Bahasa Indonesia dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bahasa Menurut Gorys Keraf, Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang
keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu- satunya alat untuk mengadakan
komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi
dengan menggunakan cara-cara tertentu yang disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi
gendang dan lain sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan
dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah. Bahasa
memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan
mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau
pelambang.

2.2. Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat
penting, seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi Kami Putra dan Putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan , bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional ; kedudukannya berada diatas bahasa – bahasa daerah.
Selain itu , didalam undang – undang dasar 1945 tercantum pasal khusus (BAB XV, pasal 36)
mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia. Pertama, bahsa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah
pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan
undang – undang dasar 1945. Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak
pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa
Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang
politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan 3
Dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya
khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang
pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk
bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu. Tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa
Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur
budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk
budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan
dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari
daya nalar (pikiran). Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) Lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan
antar warga, antar daerah, dan antar budaya,dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai
suku bangsa dengan latar belakang social budaya dan bahasanya masing – masing kedalam kesatuan
kebangsaan Indonesia. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung disamping
bendera dan lambang Negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah
harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang
lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina
dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur – unsur bahasa lain. Fungsi
bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat perhubungan antar
warga , antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat
berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalah pahaman sebagai akibat-
akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak . perlu dikhawatirkan.kita dapat
bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan
bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi. Fungsi bahasa Indonesia yang keempat
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan
terlaksananya penyatuan berbagai – bagai suku bangsa 4

Yang memiliki latar belakang social budaya dan bahasa yang berbeda-beda kedalam satu kesatuan
kebangsaan yang bulat. Didalam hubungan ini bahasa Indonesia memungkinkan berbagai bagai suku
bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai – nilai social budaya serta latar
belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat
meletakkan kepentingan nasional jauh diatas kepentingan daerah atau golongan. Didalam
kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi
kenegaraan , (2) bahasa pengantar didalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai bahasa resmi kenegaraan ,
bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraanbaik dalam
bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk kedalam kegiatan – kegiatan itu adalah
penulisan dokumen – dokumen dan putusan – putusan serta surat – surat yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan badan – badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan. Sebagai
fungsinya yang kedua didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia merupakan
bahasa pengantar di lembaga – lembaga pendidikan mulai taman kanakkanak sampai dengan
perguruan tinggi di seluruh Indonesia , kecuali di daerah – daerah, seperti daerah aceh, batak, sunda,
jawa, Madura, bali, dan Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar
sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar. Sebagai fungsinya yang ketiga didalam kedudukannya
sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan
pelaksanaan pemerintah . didalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja
sebagai alat komunikasi timbal – balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja
sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku , melainkan juga sebagai alat perhubungan
didalam masyarakat yang sama latar belakang social budaya dan bahasanya. Akhirnya , didalam
kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Didalam hubungan ini bahasa Indonesia
adalah satu – satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan
nasional sedemikian rupa sehingga ia memikili ciri-ciri dan 5

Identitasnya sendiri , yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama ,
bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai – nilai social budaya nasional
kita. Disamping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula bertambah besar. Bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa . media massa cetak dan elektronik, baik visual,
audio, maupun audio visual harus memakai bahasa Indonesia. Media massa menjadi tumpuan kita
dalam menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Di dalam kedudukannya sebagai
sumber pemerkaya bahasa daerah , bahasa Indonesia berperanana sangat penting. Beberapa
kosakata bahasa Indonesia ternyata dapat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa
daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan
sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia
dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia
internasional. Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang
keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan
komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi
dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap
api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa
bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik
bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia,
sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh.
Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu
kelemahan yang tidak disadari. Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan
kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa
tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi
kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa
secara terbatabata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan,
mencampurkan 6

Bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat
manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat
saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi
bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus
mengetahui fungsi-fungsi bahasa. A. Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri Kita memilih cara berbahasa
yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada
teman kita. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai
bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya,
pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya
pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang
tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur
yang mendorong ekspresi diri antara lain : 

Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,

Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan
dirinya sendiri.

b. Bahasa sebagai Alat Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi
tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan
komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita,
serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa
merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita
menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas
kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Pada saat kita menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang
lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat 7

diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin
mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi,
dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita
menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

c. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial Bahasa disamping sebagai salah satu unsur
kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka,
mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan
dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa
dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh
efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap
individu dengan masyarakatnya.

d. Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial
ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi,
maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi
adalah salah contoh penggunaan bahasa dalam ilmu pengetahuan sosial

Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti
diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Klan layanan masyarakat atau
layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu
merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan
baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan
mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.

Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai
alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan
rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada
akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara
lebih jelas dan tenang.

2.3. Bahasa Indonesia Dalam Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Bahasa merupakan budaya dari
masyarakat yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang
saling berpengaruh. Apabila suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka bahasa akan
berkembang dengan baik, Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa suatu bahasa akan berkembang
dengan baik apabila masyarakat pemakainya memberikan perhatian positif. Sebaliknya, apabila
masyarakat mengacuhkan atau melupakan bahasa, maka bahasa itu akan musnah atau setidaknya
bahasa itu sulit berkembang. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi
sebagai wahana untuk menyampaikan imformasi dengan cepat dan sekecil-kecilnya, sehingga kita
dapat menguasai ilmu tersebut. Pada saat ini, Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi masih tertinggal jika dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti negara-negara di
Eropa dan Amerika. Karena bahasa Inggris berkembang secara seimbang dengan ilmu
pengetahuannya, maka penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang dipakai dalam
memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi pun banyak yang menggunakan bahasa Inggris.
Hal ini berbanding terbalik dengan bahasa Indonesia yang perkembangannya tak seimbang dengan
perkembangan budaya masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa Indonesia sudah berperan
sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu pengetahuan. Dengan
digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan, salah tafsir atau makna ganda
sedapat mungkin dihindari karena kata yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif daripada
konotatif, ungkapan yang dipakai sederhana dan tanpa basa-basi. Di samping itu, kejelasan tuturan
ditandai dengan urutan keterangan yang saling berhubungan dan mudah dipahami oleh pembaca,
yaitu :
1. Ringkas, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan uraian yang padat, tetapi
tidak dengan memendekkan atau menggunakan akronim, lebih-lebih yang tidak dikenal
umum. 2. Lengkap, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membiarkan pembaca
bertanya-tanya tentang maksud suatu pernyataan. Sebaliknya, yang sudah nyata atau
tidak perlu diulangulang atau diberi tekanan khusus. Semua data yang perlu haruslah ada.
Sedangkan yang berlebih-lebihan haruslah ditinggalkan. 3. Sederhana, ditandai dengan
kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan sintaksis yang tidak berbelit-belit. 4. Keutuhan
dan Unity yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis antara bagian karangan,
sehingga keseluruhan hubungan yang baik dan logis tetap tampak. 5. Keruntutan atau
Coherence, yang berarti adanya keterpautan makna di dalam suatu karya tulis.
Keterpautan makna ini dapat dicapai dengan menyusun kalimat-kalimat logis dan
kronologis serta berdasarkan urutan pentingnya kalimat. Kalimat yang satu dapat
diperjelas dengan makna kalimat yang lain, baik yang mendahului maupun yang
mengikutinya. 1) Tidak menggunakan Implikatur, suatu hal baru diterangkan sejelas
mungkin tanpa menggunakan implikasi seperti yang banyak terdapat dalam bahasa lisan
sehari-hari. 2) Inferensi, yang akan mungkin dibuat oleh pembaca diarahkan oleh penulis,
sehingga memungkinkan adanya interpretasi yang sama bagi para pembaca. 3) Disediakan
ringkasan isi agar terdapat kesesuaian antara penulis dan pembaca. 4) Proposisi yang
diciptakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pembaca. 5) Ketelitian, merupakan
ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri ini kita temukan pula dalam pengungkapan
profesional, artinya penuturan dengan kata. Ketelitian tidak hanya menyangkut hal yang
besar, tetapi hal yang kecil pun harus diperhatikan. Ketelitian dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi menyangkut penggunaan data, penerapan rumus, penerapan nama orang, nama
tempat, dan nama alat, bahkan ejaan dan tanda baca. Ketelitian dalam pemakaian
lambang dan satuan.

Apabila seluruh ciri-ciri di atas dipergunakan dalam suatu karangan ilmiah, ditambah dengan adanya
metode penelitian yang cocok dengan materi yang diteliti, maka karangan itu akan tampak canggih
bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis tidak perlu takut apabila bahasa 10

Yang dipergunakan tidak indah, tidak muluk-muluk, dan tidak selalu menggunakan istilah baru yang
merupakan padanan kata dari bahasa asing.

2.4. Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Iptek Menurut Felicia(2001:1), dalam berkomunikasi sehari-
hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa
tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu
mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jah. Akibatnya, sebagai pemakai bahsa,
orang Indonesia tidak terampil dalam menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan
pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut
berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.
Konsep- konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi(iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian,
semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu,
sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan iptek itu (Sunaryo,1993,1995) Menurut Sunaryo, tanpa adanya bahasa (termasuk
bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam
struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan
produk budaya sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(iptek). Tanpa peranan bahasa serupa itu, ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan
daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat
dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin
dari daya nalar (pikiran). Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa
yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan
buah pikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas
bangsa 11

Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap
luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.

2.5. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan IPTEK Ditinjau dari segi usia, bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang masih muda. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional baru pada tahun
1928 yang ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sejak itu pula
nama Indonesia dipakai sebagai nama tersebut, yang sebelumnya dikenal dengan bahasa Melayu.
Setelah Indonesia merdeka, bahasa Indonesia itu dijadikan bahasa negara, seperti dapat dibaca pada
Undang-Undang Dasar 1945, pasal 36. Ini berarti bahwa, sebagai bahasa negara bahasa Indonesia
baru lahir pada tahun 1945, bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang Dasar 1945. Suatu
kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi di negara kita ini, sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Kepesatan perkembangannya, perlu diimbangi oleh bahasa yang
mampu mewadahinya serta yang mampu meneruskan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, baik
secara horisontal (kepada generasi yang sama), maupun secara vertikal (kepada generasi yang akan
datang). Untuk itu, pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk bahan pembahasan
seyogyanya ditulis dengan gaya karya ilmiah, atau ilmiah populer. Penyajian karya ilmiah populer
tidak memerlukan skemata atau pengetahuan yang rumit tentang segala sesuatu yang dibahas. Ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat disajikan dengan bahasa yang jelas, dengan mempergunakan
istilah yang lazim digunakan dalam masyarakat umum. Nadanya informatif, diselingin banyak humor
agar menarik bagi pembaca. Orang awam biasanya tidak tertarik kepada istilah yang terlalu khusus
dan terdengar aneh. Mareka ingin sesuatu yang biasa-biasa saja, yang sudah ada di dalam
masyarakat. Apabila di dalam masyarakat ada istilah yang dapat dipergunakan untuk merujuk pada
suatu konsep tentang pengetahuan dan teknologi, maka hendaklah istilah itu dipakai. Apabila tidak
ada istilah yang sesuai dengan konsep itu, maka hendaklah mengambil istilah yang sudah ada, yang
maknanya hampir sama atau mendekati istilah yang dimaksud. Penggunaan istilah baru sebagai
pengganti istilah asing, memang seyogyanya mendapatkan perhatian khusus dari para penulis
karangan ilmiah. Namun pengembangan penggunaan selanjutnya sangat bergantung kepada
keberanian istilah baru itu dalam masyarakat. Kata 12
Canggih misalnya, kini sudah memasyarakat dengan baik. Salah satu alasannya mungkin karena kata
sophisticated yang semula dipergunakan sebelum kata ”canggih” dilakukan, belum begitu banyak
dipergunakan oleh penulis ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata-kata politik, sukses, dan stop,
misalnya sudah merupakan kata serapan yang sangat mapan. Namun kata baru yang berasal dari
kata-kata tersebut tidak semuanya mendapat penerimaan yang sama di kalangan masyarakat. Kata
menyetop sudah lazim digunakan secara umum, demikian juga kata memolitikkan. Namun kata
menyukseskan masih bersaing dengan kata mensukseskan tanpa ada tanda-tanda yang mana yang
akan tersingkir, seperti hanya dengan kata mempolitikkan. Begitu pula dengan kecendrungan
sementara orang untuk menggunakan istilah-istilah yang kurang cocok untuk karangan ilmiah,
seperti penggunaan akhiran -an, untuk kata apa, dan cepat juga dapat dihilangkan. Dalam bahasan
Indonesia, untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, telah tumbuh peristilahan, ungkapan dan
semantik. Menciptakan istilah mengharuskan penghayatan ilmu yang bersangkutan dan pemahaman
bahasa yang secukupnya. Di sini kita temukan perpaduan antara cara cipta dan cita rasa. Ada banyak
istilah yang kita ciptakan hanya dengan membubuhkan awalan dan akhiran. Kata larut misalnya,
dapat kita turunkan menjadi melarut, larutan, pelarut, pelarutan, dan kelarutan. Kita pun dapat
menggali dari khasanah bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kita sudah lama tidak mempunyai istilah
untuk padanan kata steady flow, tetapi kita sekarang dapat mengindonesiakannya menjadi aliran
lunak. Penggunaan dari bahasa Inggris to sense kini banyak yang dihubungkan dengan teknologi
mutakhir, yaitu cara merekam permukaan bumi dari setelit. Untuk itu, kini kita gunakan mengindera
dan selain itu dapat pula kita turunkan seperangkat kata, seperti pengeinderaan, penginderaan jauh,
teknik pengendaraan dan pengindera. Bentuk lain, penuturan bahasan Indonesia sebagai bahasa
IPTEK, yang merupakan padanan dari bahasa asing, misalnya kata engineering dapat dipadankan
dengan kata rekayasa. Dari kata rekayasa dapat diciptakan kata perekayasaan, merekayasa, teknik
merekayasa, rekayasa genetika, dan sebagainya. Belakangan ini ada anggapan dari kebanyakan
orang, bahwa bahasa Indonesia tidak dapat diringkas. Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang
dilakukan oleh Purwo Hadijojo, yang difokuskan pada perbandingan judul karya ilmiah dalam bahasa
Inggris Ground Water for 13

Irrigation dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan jumlah kata yang relatif sama, yaitu
air tanah untuk irigasi, ada juga judul karya ilmiah dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia yang lebih pendek, yaitu The Economic Value of Ground Water dalam bahasa
Indonesia Nilai Ekonomi Air Tanah. Namun demikian, ada juga yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia yang lebih panjang Modern well Design dalam bahasa Indonesia Perencanaan sumur Bor
Masa Kini. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di
dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep
dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk
budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan
sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu. Tanpa
adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu
bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda,
yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa
serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam
pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu,
jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana
keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus
dilakukan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak
masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi
bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di tengah-tengah
dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam
mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia
Dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi
yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu? Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah
dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas.
Akibatnya bisa ditebak, pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau,
kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan
nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007). Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain,
kecuali menegaskan kembali pentingnya pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan
benar. Hal ini –disamping dapat dimulai dari diri sendiri- juga perlu didukung oleh pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca,
menulis, menyimak, berbicara, dan kemampuan bersastra. Aktivitas membaca merupakan awal dari
setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, mahasiswa dilatih mengingat, memahami isi
bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, mahasiswa juga akan menemukan
informasi yang belum diketahuinya.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa bahasa Indonesia memiliki
kemampuan yang sama dengan bahasa lainnya dalam memasyarakatkan IPTEK. Tanpa adanya
bahasa (termasuk bahasa Indonesia) IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa
Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu
sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa
serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam
pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu,
jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

3.2. Saran Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan
mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai