Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FUNGSI DAN PERAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA

Disusun oleh:

IRMA SAPUTRI : (P20620220056)

ISWATUN HASANAH : (P20620220057)

KHANSA DINDA PUTRI : (P20620220058)

LEGIANA PRECCILLIA : (P20620220059)

MUHAMMAD MALIK IBRAHIM : (P20620220060)

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN CIREBON

TAHUN AJARAN 2020/2021


ABSTRAK

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang penting bagi bangsa Indonesia di dalam
wilayah NKRI. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sejak dicetuskan Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928 dengan fungsi sebagai lambing kebanggaan, lambing identitas, alat
pemersatu, dan alat perhubungan. Selanjutnya, sebagai bahasa negara secara resmi berlaku sejak
diundangkannya UUD 45, 18 Agustus 1945 dengan fungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan,
pendidikan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan iptek.

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa, yakni sebagai prisai
pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang
berasal dari beragam suku/daerah. Selanjutnya, bahasa Indonesia berperan penting dalam
pembangunan bangsa karena digunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan dalam memajukan
pembangunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

Kata kunci : fungsi, peran, bahasa Indonesia, pembangunan, bangsa  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah
tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudal “Fungsi dan
Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa”

Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan- kekurangan. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik
dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih
lanjut.

Tulisan ini dapat sepenuh diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak

Cirebon, 18 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK …………...…………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………..……………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………...………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN 4

2.1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 4

2.2. Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia 4

2.3. Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari 17

BAB III PENUTUP 19

3.1. Simpulan 19

3.2. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang. Oleh
karena dengan menggunakan bahasa seseorang dapat mengekspresikan dirinya sehingga fungsi
bahasa sangat berabagam. Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Selain itu, bahasa
digunakan sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalain lingkungan atau
situasi. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun tertulis.

Dalam kehidupan berbangsa dan bemegara, bahasa berperan sangat penting. Oleh karena bahasa
merupakan simbol yang dihasilkan oleh alat ucap yang biasa digunakan oleh sesama masyarakat.
Dalain kehidupan sehari-hari hampir semua aktivitas masyarakat menggunakan bahasa, baik
berbahasa secara lisan maupun tulis dan bahasa tubuh. Bahkan saat kita tidur pun tanpa sadar kita
menggunakan bahasa.

Bahasa juga dapat diartikan sebagai sebuah simbol atau lambang bunyi yang berfimgsi sebagai alat
komunikasi antar individu. Masyarakat berinteraksi satu sama lain dan bersosialisasi menggunakan
bahasa itu sehingga begitu pentinganya peranan bahasa dalam kehidupan bermasyarkat. Seiring
perkembangan zaman, bahasa terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan di bawah arus
perkembangan pemakaian bahasa pada era globaliasi. Pada lingkup kecil seperti keluarga dan
masyarakat kita menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi, tetapi pada lingkup yang luas
dan bersifat resmi digunakan bahasa Indonesia.

Dengan dicetuskannya bahasa Melayu-Riau sebagai dasar Bahasa

Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, perkembangan bahasa Indonesia terus
meningkat. Bahasa Indonesia semakin berkembang dan beradaptasi, tetapi di sisi lain bahasa daerah
pun tetap memiliki peranan dan jabatan yang penting dalam kehidupan sehari – hari. Bahasa daerah
tetap dijaga eksistensinya di balik arus permasalahan kebahasaan yang terjadi di Indonesia.

Menilik pemakaian bahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Terjadi fenomena – fenomena negatif
di tengah – tengah masyarakat kita. Misalnya, banyak orang Indonesia dengan bangga
memperlihatkan kemahirannnya menggunakan bahasa Inggiis walaupun mereka tidak mengusai
bahasa Indonesia dengan baik. Tidak sedikit pula orang malu tidak bisa berbahasa asing. Oleh karena
itu, sebagai bangsa yang besar kita harus mengetahui pentingnya fimgsi dan peran bahasa Indonesia
dalam pembangunan bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah. Adapun masalah itu adalah sebagai
berikut.

1) Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI?

2) Apakah fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa (Indonesia)?

1.3 Tujuan
Tujuan tulisan ini adalah sesuai dengan masalah di atas. Adapun tujuan itu adalah sebagai di bawah
ini.

1) Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI..

2) Untuk mengetahui fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa
(Indonesia).

1.4 Manfaat

Ada dua manfaat berkaitan dengan tulisan ini. Dua manfaat tersebut adalah (1) manfaat praktis dan
(2) manfaat teoritis. Kedua manfaat itu dijabarkan berikut ini.

1.4.1 Manfaat Praktis

Secara praktis tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Adapun manfaatnya adalah dapat memperluas
wawasan pembaca yang berhubungan dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, di samping
memperluas wawasan tentang peranan bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Secara teoritis tulisan ini mempunyai manfaat bagi ilmu pengetahuan. Dalam hal ini manfaatnya
adalah dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia,
termasuk peranan bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa.  

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi di dalam kehidupan manusia
bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat juga digunakan cara atau alat lain, misalnya,
tanda-tanda, gambar, atau isyarat. Namun, bahasalah sebagai alat komunikasi yang paling
sempurna. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara di Indonesia (Sukharta dkk., 2015:3) mempunyai fungsi sebagai berikut.

1) Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai.

a. lambang kebanggaan nasional;

b. lambang identitas nasional;

c. alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya; dan

d. alat perhubungan antar budaya dan antar daerah.

2) Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai.

a. bahasa resmi kenegaraan;

b. bahasa pengantar resmi di lembaga – lembaga pendidikan;

c. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah; dan
d. bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.

2.2 Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia

Fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa terdapat dalam pernyataan sikap "bertanah
air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia" dalam Sumpah

Pemuda 28 Oktober 1928. Hal ini merupakan perwujudan politik bangsa Indonesia yang
menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan masyarakat ke dalam satu – kesatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia mencapai puncak perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik
bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini dibuktikan
dengan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (lihat Pasal 36, UUD 1945, lihat juga
Hasil Amandemen UUD 45, Agustus 2002).

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah menempatkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Ipteks berkembang terus
sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Perkembangan ipteks yang didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan infonnasi
(seperti internet, e-mail, e-business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju dengan pesat,
terutama memasuki abad ke-21 sekarang.

Di sisi lain, perkembangan bahasa Indonesia terasa belum seimbang dengan perkembangan ipteks
dan zamannya. Pengalihan konsep-konsep ipteks dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris belum
seluruhnya dapat dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Sebagai akibatnya, kosakata dan
istilah asing itu mengalir deras ke dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia. Dengan demikian,
peran strategis bahasa Indonesia sebagai bahasa peradaban modern masih memerlukan
pengembangan yang lebih serasi dan serius sesuai dengan perkembangan ipteks.

Dalam rangka menuju ke arah peradaban modern, kita perlu memahami, menguasai, dan
mengembangkan konsep-konsep ipteks modem, yang pada umumnya masih tertulis dalam baliasa
asing, khususnya bahasa Inggris. Tujuannya, agar konsep-konsep ipteks modem tidak hanya diserap
oleh mereka yang memahami baliasa asing yang jumlahnya tentu tidak sebanding dengan jumlah
anggota masyarakat Indonesia yang memerlukannya. Apalagi dalam rangka perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, penyebarluasan konsepkonsep ipteks modern itu harus dilakukan
dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam rangka lebih memasyarakatkan peristilahan modem itu, istilahistilah yang telah berhasil
disusun, kemudian diolah lebih lanjut menjadi berbagai kamus istilah. Tentu saja, selain
mengandung padanan istilah dalam bahasa Indonesia, kamus istilah itu juga mencantumkan
rumusan atau penjelasan setiap istilah yang dicantumkan. Sampai sekarang, telah berhasil disusun
tidak kurang dari 40 buah kamus istilah. Penerbitan daftar dan kamus istilah itu sangat penting dan
bemanfaat dalam rangka memasyarakatkan dan menyebarluaskan perangkat istilah yang sudah
dibakukan. Jika upaya penerbitan dan publikasi itu tidak dilakukan, hasil penyusunan dan
pembakuan istilah itu akan tetap tertinggal sebagai harta karun. Dalam hal ini para ilmuwan dari
berbagai disiplin diharapkan menggunakan istilah yang telah dibakukan itu dengan taat asas. Selain
itu, harus pula diupayakan adanya arus balik yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
proses pengembangan bahasa selanjutnya. Di samping itu dipandang dari segi pembinaan dan
pengembangan bahasa, masuknya istilah-istilah yang sudah dibakukan itu ke dalam buku ajar,
makalah, laporan penelitian, jurnal-jurnal ilmiah, karangan-karangan ilmiah lainnya, dan media
komunikasi dan informasi (baca: komputer) merupakan langkah berikutnya yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi.

Bahasa Indonesia memiliki dua sifat utama yang menguntungkan, yaitu (1) bentuk yang sederhana
sehingga mudah dipelajari dan (2) kelenturan (fleksibel) untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh
latar belakang sejarah kebahasaan yang kuat. Kaum cerdik-cendekia yang hidup pada zaman
kemerdekaan pun, pada umumnya yakin bahwa bahasa Indonesia mempunyai kemampuan
berkembang luas dengan cepat di tanali air ini, dari Sabang sampai Merauke. Danzer Carr misalnya,
berkeyakinan bahwa bahasa Indonesia dapat menggantikan kedudukan bahasa Inggris di Asia.

Bahasa Indonesia tidak diragukan lagi kemampuannya untuk menjadi bahasa ipteks modern.
Pengembangan ipteks bahasa ragam ipteks itu harus hemat dan cermat karena menghendaki
respons yang pasti dari pendengar dan pembacanya. Kaidah-kaidah sintaktis dan bentukan-bentukan
bahasa dan ranah penggantinya hams mudah dipahami. Kehematan penggunaan kata, kecermatan,
dan kejelasan sintaktis yang berpadu dengan penghapusan unsur-unsur yang bersifat pribadi dapat
menghasilkan ragam ipteks yang umum.

Kalimat ipteks yang panjang-panjang hanya dapat direspons secara langsung oleh pembaca yang
terlatih. Pembaca dan penyimak ragam bahasa ipteks itu diharapkan tidak memperoleh informasi
yang keliru. Kelugasan, keobjektifan, dan keajegan/konsistensi bahasa ipteks itulah yang
membedakannya dengan bahasa ragam sastra yang subjektif, halus, dan lentur sehingga interpretasi
pembaca yang satu kerap kali sangat berbeda dengan interpretasi dan apresiasi pembaca lainnya.
Ihwal pengembangan bahasa Indonesia ragam ipteks, hal itu dapat dihubungkan dengan klasifikasi
bidang ihnu yang lazim berlaku di Indonesia, yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
dan ilmu pengetaliuan budaya. Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah unsur ip (ilmu
pengetahuan). Apalagi sekarang ini telah berkembang teknologi komunikasi dan informasi, seperti
internet, e-mail, e-business, e-commerce, cybertechnology, teleducation, cybercity, dan lain-lain.
Berdasarkan pemakaian kata ilmu pengetahuan sebagai padanan kata science (s) dengan muatan
makna natural science, maka unsur ip pada kata ipteks itu merujuk pada ilmu pengetahuan alam.
Dengan demikian, bahasa Indonesia ragam ipteks itu adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam
bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi (science and technology).

Upaya pengembangan konsep ipteks modern dalam bahasa Indonesia hanya mungkin dapat
dilakukan dengan baik apabila istilah-istilah yang biasa digimakan dalam bidang ipteks itu sudah ada
padanannya dalam bahasa Indonesia. Hal itu berarti, agar dapat mengembangkan bahasa Indonesia
menjadi ragam ipteks, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyusun peristilahannya.
Untuk keperluan itulah Pusat Bahasa yang ada sekarang, dengan bantuan sejumlah pakar perguruan
tinggi, lembaga-lembaga penelitian di Indonesia telah berhasil menyusun peristilahan untuk
berbagai bidang ilmu, dengan memberikan prioritas pada empat bidang ilmu dasar, yakni fisika,
kimia, biologi, dan matematika. Keempat bidang ilmu dasar itu masing-masing diberi judul Glosarium
Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Biologi, dan Glosarium Matematika. Di tengah perubahan sosial-
politik dan teknologi informasi serta komunikasi yang ada sekarang, apalagi menuju bahasa
Indonesia menjadi peradaban modern, para pakar dari berbagai disiplin ilmu harus bahu-membahu
menjadikan bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa asing lainnya, temtama bahasa Inggris.

Kita ambil contoh kata valid yang dipungut dari bahasa Inggris. Orang Inggris menyerap kata itu dari
kata validus dari bahasa Latin. Dengan menggunakan proses morfologis bahasa Inggris, terbentuklah
kata-kata validity, validate, validly, dan validness. Kata-kata itu dalam kamus bahasa Inggris ada
dalam satu lema (entry). Jika kita bandingkan kata-kata pungut dalam kamus bahasa Inggris dengan
kata pungut dalam kamus bahasa Indonesia, maka akan terlihat adanya perbedaan yang mencolok.

Dalam rangka mengembangkan kosakata bahasanya, orang Inggris mempertahankan sistem dan
kaidah kebahasaannya secara ajeg (konsisten). Sikap bahasa yang demikian itu tidak tampak dalam
kamus-kamus bahasa Indonesia, termasuk Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam edisi terbarunya.
Kata valid dan validitas diserap langsung dari bahasa Inggris tanpa mengalami proses morfologis
bahasa Indonesia sehingga kedua kata tersebut merupakan dua lema yang berbeda. Untuk kata valid
itu, para leksikograf Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak menurunkan kevalidan sebagai padanan
kata validness. Bahkan akhir-akhir ini kita sering mendengar dan membaca pemakaian kata validasi
sebagai padanan kata validation. Penyerapan kata validate sangat sulit, bahkan juga tidak mungkin
dilakukan tanpa proses morfologis bahasa Indonesia. Dengan menggunakan kaidah morfologi bahasa
Indonesia, dapat diturunkan kata memvalidkan.

Dengan menggunakan kaidah morfologi bahasa Indonesia, penyerapan kata/istilah sesungguhnya


dapat berlangsung lebih mudah dan ajeg. Dari kata valid dapat diturunkan kata-kata kevalidan,
memvalidkan, pemvalidan, dan secara valid, yang merupakan sinonim kata keabsahan,
mengabsahkan, pengabsahan, dan secara absah.

Dari uraian di atas dapat disenaraikan karakteristik baliasa Indonesia ragam ipteks sebagai berikut.
Pertama, kelugasan dan kecermatan yang menghindari segala macam kesamaran dan ketaksaan
(ambiguity). Kedua, keobjektifan yang sedapat mungkin tidak menunjukkan selera perseorangan
(impersonal). Ketiga, pembedaan dengan teliti, nama, ciri, atau kategori yang mengacu ke objek
penelitian atau telaahnya agar tercapai kecermatan dan ketertiban bernalar. Keempat, penjauhan
emosi agar tidak mencampurkan perasaan sentimen dalam tafsirannya. Kelima, kecenderungan
membakukan makna kata dan ungkapannya dan gaya pemeriannya berdasarkan perjanjian. Keenam,
langgamnya tidak bombastis atau dogmatis. Ketujuh, penggunaan kata dan kalimat secara ekonomis
agar tidak lebih banyak daripada yang diperlukan.

Kini, 28 Oktober 2004 kita berada pada jarak 76 taliun dari para pendahulu kita yang sangat peduli
terhadap martabat bahasa Indonesia itu. Marilah kita bersama-sama merefleksi kembali apakah
keyakinan, kebulatan semangat kebangsaan (nasionalisme) untuk mempersatukan berbagai
kelompok masyarakat sehingga bahasa Indonesia sebagai sarana penghubung antarsuku,
antardaerah, anatarbudaya, dan sarana pengembangan ipteks modern itu digunakan dengan sebaik-
baiknya. “Malu rasanya aku jadi bangsa Indonesia” (meminjam istilah Taufiq Ismail), kita yang hidup
di alam kemerdekaan dengan kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi sekarang tidak dapat
memanfaatkan peluang untuk mempersatukan seluruh komponen masyarakat dan bangsa ini.

Namun, ada satu harapan baru ketika para pemuda kita empat tahun lalu, bersamaan dengan
peringatan Sumpah Pemuda 2000 telah mengikrarkan adanya Sumpah Internet Pemuda, yang dapat
diakses langsung dari seluruh pelosok tanah air. Ini merupakan sebuah upaya nyata agar masyarakat
dan bangsa kita di tengali krisis multidimensional sekarang tidak terpecah-pecah dan berakibat pada
disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, perlu dukungan dan tindak lanjut dari berbagai kelompok
masyarakat, seperti elite politik, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, pers, para pemuda, dan
mahasiswa agar Sumpah Internet Pemuda tersebut dapat diimplementasikan menuju peradaban
modem.

Mendahulukan bahasa Indonesia memiliki peran penting di dalam kehidupan bennasyarakat,


berbangsa, dan bemegara. Peranannya tampak di dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai
wilayah tanah tumpah darah Indonesia. Komunikasi perhubungan pada berbagai kegiatan
masyarakat telah memanfaatkan bahasa Indonesia di samping bahasa daerah sabagai wahana dan
piranti untuk membangun kesepahaman, kesepakatan, dan persepsi yang memungkinkan terjadinya
kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai bidang. Bahasa Indonesia sebagai milik bangsa,
dalam perkembangan dari waktu ke waktu telah teruji keberadaannya, baik sebagai bahasa
persatuan maupun sebagai resmi negara.

Adanya gejolak dan kerawanan yang mengancam kerukunan dan kesatuan bangsa Indonesia
bukanlah bersumber dari bahasa persatuannya, bahasa Indonesia yang dimilikinya, melainkan
bersumber dari krisis multidimensional, terutama krisis ekonomi, hukum, dan politik, serta pengaruh
globalisasi. Justru, bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu yang belum pernah
dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku
dan daerah. Hal ini dapat terjadi karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya sebagai
sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di
Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan,
temasuk pengembangan bahasa-bahasa daerah.

Dengan demikian bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah memiliki peran penting di dalam
memajukan pembangunan masyarakat di dalam berbagai aspek kehidupan. Peran bahasa Indoensia
dan bahasa daerah semakin penting di dalam era otonomi daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah
yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, akan mendorong dan
menumbuhkan prakarsa dan kreativitas daerah. Hal ini tercermin dari kewenangan-kewenangan
yang telah diserahkan ke daerah dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Dengan prinsip tersebut diharapkan dapat mengakselarasi pencapaian tujuan yang telah
direncanakan dalam pembangunan masyarakat. Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999. Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, yakni mencakup semua kewenangan
pemerintahan, kecuali kewenangan bidang politik luar negeri, pertalianan dan keamanan, peradilan,
moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain yang bersifat lintas kabupaten/kota.
Kewenangan kabupaten/kota meliputi bidang pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan
hidup, pertanahan, serta koperasi dan tenaga kerja. Pengembangan Bahasa, termasuk sastra
berhubungan dengan kewenangan pemerintahan di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, baik yang
dimiliki pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah pusat berupa
penyediaan standar, pedoman, fasilitas dan bimbingan dalam rangka pengembangan bahasa serta
sastra. Selanjutnya, kewenangan untuk penyelenggaraan kajian sejarah dan nilai tradisional serta
pengembangan bahasa dan budaya daerah merupakan bagian dari kewenangan provinsi. Oleh
karena bahasa dan sastra daerah pada dasamya berkembang dari masyarakat di desa-desa,
kampung-kampung, serta kelompok masyarakat tradisional yang secara kewilayahan berada dalam
wilayah kabupaten/kota sehingga mulai di kabupaten/kota dilakukan kegiatan operasional
pengembangan bahasa dan sastra daerah. Di tingkat nasional sudah ada Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional sebagai lembaga yang mendapat mandat dari pemerintah untuk melakukan
perencanaan bahasa. Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk lembaga perpanjangan
penyelenggaraan Pusat Bahasa berupa balai atau kantor bahasa yang berfungsi untuk membina dan
mengembangkan bahasa dan sastra. Penyelenggaraan kegiatan pada lembaga bahasa di tingkat
provinsi/kabupaten ini terkait langsung dengan rangkaian penyelenggaraan pendidikan dan
kebudayaan.

Pembinaan dan pengembangan bahasa pada era otoda seharusnya semakin mendapat tempat yang
penting. Oleh karena era otoda memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas, akselarasi
manajemen yang tepat, masyarakat yang peduli, dan keterhubungan pihak lain secara komunkatif.
Keseluruhan unsur tadi berkaitan langsung dengan bahasa sebagai piranti utama dalam berinteraksi.
Perubahan sistem pemerintahan negara dari sentrahstik menjadi desentralistik yang diwujudkan
melalui sistem otonomi daerah memberikan peluang dan tantangan bagi upaya pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa mengalami perubahan sejalan dengan perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat penuturanya. Bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi dan komunikasi
dalam kegiatan kehidupan manusia, seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu, dan teknologi. Seiring
dengan perkembangan zaman, kebudayaan dan ilmu serta teknologi berkembang sedemikian rupa.
Bahasa Indonesia pun berkembang mengikuti perkembangan tersebut. Pesatnya perkembangan
kebudayaan, ilmu, dan teknologi di dunia Barat membawa pengaruh terhadap perkembangan
bahasa Indonesia, khususnya di bidang kosakata/peristilahan. Di samping itu, luas wilayah
pemakaian (tersebar di pulau-pulau yang secara geografis terpisahkan dengan oleh laut) dan
besarnya jumlah penutur yang berlatar belakang (bahasa daerah dan kebudayaannya),
memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan di tiap-tiap daerah yang lama kelamaan akan
berkembang menjadi dialek tersendiri. Oleh karena itu, perlu diadakan kontak terus-menerus antara
daerah yang satu dan daerah yang lain untuk menjaga keutuhan bahasa Indonesia.

Perkembangan baliasa Indonesia itu harus diarahkan menuju ragam bahasa baku. Selanjutnya, ada
beberapa dasar pembinaan baliasa Indonesia yang diharapkan memberikan semangat dan motivasi
tinggi dalam membina dan mengembangkan bahaasa Indoensia. Landasan tersebut bersifat
keagamaan (religius), kesejarahan (historis, politis), kecendekian (intelektual), bersifat
kemasyarakatan (sosial). Dengan landasan tersebut, pembinaan bahasa Indonesia yang dilakukan
pada era otonomi daerah menjadi kuat, tidak tergoyahkan oleh kondisi yang bersifat memecah-
belah, dan dapat dijadikan referensi dalam menjaga kesatuan dan persatuan demi keutuhan bangsa
Indonesia.

Landasan yang bersifat keagamaan adalah bahwa bahasa Indonesia itu karunia Tuhan yang harus
kita syukuri. Membina dan mengembangkan bahasa Indonesia berarti mensyukuri karunia Tuhan.
Sebaliknya, mengabaikan pemeliharaan bahasa Indonesia adalah sama dengan tidak mensyukuri
karunia Tuhan. Landasan kedua bersifat kesejarahan, yaitu bahasa Indonesia merupakan amanat
para pejuang atau pahlawan bangsa. Butir ke-3 Sumpah Pemuda 1928 menyatakan bahwa “Kami
putra-putri Indonesia, menjungjung bahasa Persatuan, bahasa Indonesia”. Demikian pula Pasal 36
UUD 1945 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Generasi peneras harus
mengamalkan amanat itu. Menghargai bahasa Indonesia dengan jalan “menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar dalam suasana resmi” berarti mengamalkan amanat para
pahlawan tersebut. Dasar berikutnya adalah landasan kecendekiaan. Bahasa Indonesia adalah
bahasa yang mampu mengemban konsep, mutu, dan keilmiahan, karena diemban oleh
intelektualisme para cendekiawan atau orang terpelajar, bukan awam. Kemampuan intelektual
orang terpelajar jauh lebih tinggi daripada orang awam. Pengalaman intelektual mereka pun jauh
lebih banyak daripada orang awam. Atas dasar itu, bahasa Indonesia orang terpelajar harus lebih
bermutu daripada orang awam. Bahasa Indonesia beragam. Dasar ini juga merupakan landasan
dalam pembinaan bahasa Indonesia karena secara sosial, penutur bahasa Indonesia berasal dari
berbagai strata dan kelompok masyarakat. Ragam bahasa Indonesia, di antaranya ragam baku,
nonbaku, ragam ilmiah, dan ragam lainnya.

Fokus dan arah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia pada prinsipnya, yakni pembinaan
dan pengembangan bahasa sebagai upaya dan penyelenggaraan kegiatan yang ditujukan untuk
memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa asing.
Hal ini dilakukan supaya bahasa tersebut dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya. Pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia difokuskan melalui usaha-usaha pembakuan agar tercapai
pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien dalam berkomunikasi.

Sehubungan dengan hal itu, perlu diciptakan kaidah (aturan) dalam bidang ejaan, kosakata/istilah,
dan tata bahasa. Dalam usaha pembinaan bahasa Indonesia perlu diarahkan dan didahulukan pada
bahasa Indonesia ragam tulis karena coraknya lebih tetap dan batas cakupannya lebih jelas. Di
samping itu, pembakuan lafal perlu dilakukan sebagai pegangan guru, penyiar televisi/radio, dan
masyarakat luas. Untuk kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa: (1) pembinaan, terutama
difokuskan kepada penutumya, yaitu masyarakat pemakai bahasa Indonesia; (2) pengembangan
terutama difokuskan kepada bahasa dalam segala aspeknya. Pembinaan dan pengembangan bahasa
mencakup dua arah, yaitu (1) pengembangan bahasa mencakup dua masalah pokok (masalah
bahasa dan masalah kemampuan/sikap) dan (2) pembinaan yang mencakup dua arah (masyarakat
luas dan generasi muda).

Pengembangan aspek bahasa meliputi ragam bahasa lisan dan bahasa tulis. Ragam bahasa lisan
mencakup lafal, tata bahasa, kosakata/istilah, dan ejaan. Dalam ragam bahasa tulis yang digarap
terlebih dahulu adalah ejaan, dengan peresmian penggunaan Ejaan yang Disempumakan oleh
Presiden Republik Indonesia tahun 1972. Kemudian, disusul dengan usaha pembakuan di bidang
kosakata/istilah yang pemakaiannya diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
tahun 1975. Di samping itu, dilakukan pula pengolahan kembali Kamus Umum Bahas Indonesia
karangan W.J.S. Poewadarminta oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang terbit mulai
cetakan V tahun 1976. Kemudian, pada tahun 1988 terbit Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan
disempurnakan dalam edisi kedua yang terbit pertama tahun 1991. Usaha pembakuan dalam bidang
tata bahasa secara resmi telah dirintis dengan diadakannya Seminar Penyusunan Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia 1988. Dalam hal pengembangan kemampuan dan sikap, telah ditempatkan dasar
yang kuat, yaitu dicantumkannya di dalam GBHN bahwa “pembinaan dan pengembangan bahasa
dilakukan dengan mewajibkan peningkatan mutu pengguna bahasa Indonesia sehingga penggunaan
bahasa Indonesia secara baik dan benar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.”

Di samping itu, telah dan terus dilakukan pengembangan kemampuan dan sikap positif pemakai
bahasa Indonesia dengan media televisi dan radio. Ada pula upaya penyuluhan kebahasaan secara
langsung bagi para pelaku ekonomi dan pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah, di berbagai provinsi. Dengan demikian, diharapkan akan diperoleh keseragaman kaidah dan
penerapannya dalam berbagai laras bahasa (jenis penggunaan bahasa) sehingga tujuan
pengembangan bahasa-salah satu tujuannya adalah agar pembakuan bahasa dapat dicapai. Pada era
otoda ini, pembinaan bahasa tetap mengacu pada sikap kebijakan pembinaan bahasa, yaitu
ditujukan kepada masyarakat penutur bahasa. Pembinaan ini mencakup dua arah, yaitu. vertikal dan
horizontal. Arah vertikal dengan sasaran pembinaan kepada generasi muda, termasuk pelajar dan
mahasiswa, yang merupakan generasi penerus.

Selanjutnya, arah horizontal dengan sasaran pembinaan kepada generasi sekarang, yaitu
masyarakat luas minus generasi muda. Pada masyarakat generasi sekarang diutamakan pembinaan
ragam bahasa tulis. Oleh karena merekalah yang akan mewariskan penggunaan bahasa yang baik
dan benar kepada generasi penerus. Berdasarkan paparan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa pada era otoda sekarang ini meliputi usaha pengembangan
bahasa (yang salah satu sasarannya berupa pembakuan bahasa) dan usaha meningkatkan
kemampuan dan sikap penutur bahasa Indonesia agar dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar.
Beberapa Masalah Pembinaan Bahasa Indonesia pada Era Otoda Pembinaan bahasa Indonesia
sudah lama dilakukan, bahkan sejak zaman Pujangga Baru (1933). Namun, sampai sekarang masih
banyak kendala yang dihadapi dan dialaminya, khususnya pada era otoda. Masalah utama adalah
persoalan sikap terhadap pembinaan bahasa Indonesia. Ada sebagian masyarakat pengguna bahasa
Indonesia yang meremehkan bahasa Indonesia. Sikap mereka terhadap pembinaan bahasa Indonesia
acuh tak-acuh. Mereka menilai: (1) pelaksanaan pembinaan bahasa Indonesia kurang menarik, (2)
hasilnya kurang nyata, dan (3) bahasa Indonesia dianggap mudah. Karena dianggap mudah, orang
Indonesia tidak perlu mempelajari bahasa Indonsia. Persoalan sikap tersebut semakin menjadi
masalah, karena sikap negatif itu bukan berasal dari kelompok awam, melainkan kelompok cendekia
atau terpelajar. Mereka itu adalah sebagian pelaku utama dan pemegang peranan penting dalam
roda otonomi daerah. Jika orang awam bersikap negatif terhadap bahasa Indonesia, itu dapat
dipahami. Namun jika orang terpelajar bersikap seperti orang awam itu, tampaknya tidak berterima.
Masalahnya, orang awam berbeda dengan orang terpelajar. Orang awam tidak banyak berkaitan
dengan dunia pemikiran. Kegiatannya terbatas pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari,
sedangkan seorang terpelajar berkaitan erat dengan dunia pemikiran. Pemikiran-pemikirannya
melahirkan konsep-konsep, perencanaan, dan kebijakankebijakan. Oleh karena orang terpelajar
pencetus konsep, perencana kegiatan, dan pembuat kebijakan. Orang terpelajar selalu bergulat
dengan masalah mutu sumberdaya manusia. Dalam pergulatan itulah bahasa Indonesia tampil
sebagai piranti yang penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi, bahasa negara.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dipahami bahwa orang terpelajar (kita semua) pada
hakikatnya berkepentingan dengan pembinaan bahasa Indonesia. Bahkan orang terpelajar juga
dengan sendirinya menjadi pembina bahasa Indonesia. Oleh karena, sekali lagi, orang terpelajar
terlibat dalam dunia pemikiran. Di sisi lain, orang terpelajar sering terlibat dalam suasana resmi,
suasana kenegaraan, dan yang terakhir, orang terpelajar berpengaruh kuat terhadap orang lain
(anak buah, bawahan). Alasan tersebut di atas yang menjadikan kelompok terpelajar, termasuk kita
semua, harus berperan sebagai pembina bahasa Indonesia.

Konsekuensi logisnya adalah mau tidak mau, kita haruslah menjadi contoh, teladan, anutan, atau
model bagi orang lain. Setidaknya, bahasa Indonesia kita harus bemutu. Bahasa Indonesia yang
bermutu ialah bahasa Indoensia yang bersih dari kesalahan, baik kesalahan kaidah, kesalahan logika,
maupun kesalahan budaya. Kesalahan kaidah sudah sering dibahas. Jadi pembicaraannya tidak perlu
imtuk sementara. Kesalahan logika tampak pada penggunaan pola, seperti “Dalam seminar itu
membicarakan masalah pengentasan kemiskinan”. “Beberapa seniman diberikan pengliargaan”, dan
yang lainnya. Kesalahan budaya terlihat pada penggunaan kata-kata asing seperti oke, sorry, point,
complain, no comment, coffee morning, dan yang lain. Begitu pula penggunaan pola-pola seperti
“tujuan daripada pembangunan”, “banyak teori-teori”, “tidak masalah”, dan yang lain. Pola-pola
seperti itu merupakan kesalahan budaya yang melahirkan kesalahan kaidah (Bacalah Halim, Amran.
1976. Politik bahasa Nasional II. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Halim,
Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti. 1976). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah. Mawardi,
Oentarto S. Peran Bahasa dan Sastra Daerah dalam Memperkukuh Ketahanan

Budaya Bangsa. Makalah dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14-17 Oktober 2003. Sugono,
Dendy. 1999. Berbahasa Indoensia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara. Sumowijoyo, G. Susilo.
2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya: Unipress Unesa ABSTRAK. Bahasa Indonesia memiliki
peran penting di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peran tampaknya di
dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai wilayah tanah tumpah darah Indonesia. Komunikasi
perhubungan pada berbagai kegiatan masyarakat telah memanfaatkan bahasa Indonesia, di samping
bahasa daerah sabagai wahana dan piranti untuk membangun kesepahaman, kesepakatan, dan
persepsi yang memungkinkan terjadinya kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai bidang
Bahasa Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangan dari waktu ke waktu telah teruji
keberadaannya, baik sebagai bahasa persatuan maupun sebagai resmi negara.

2.3 Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari

Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa Indonesia berperan
sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata dapat memperkaya bahasa daerah,
dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat
menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian
bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting
dalam dunia internasional.

Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai
alat untuk melakukan control sosial. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan berikut ini.

1) Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri

Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau
perasaannya pada sasaran yang tetap (kedua orang tua). Dalam perkembangannya, seorang anak
tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, tetapi juga untuk
berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya.

2) Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna
apabila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.

3) Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari, dan mengambil bagian dalam
pengalamanpengalaman itu serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota
masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat
komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap-tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan
kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokanbentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-
tingginya.

4) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita
sendiri atau kepada masyarakat.

Setelah memahami fungsi bahasa tersebut, dapat kita ketahui bahwa sangat penting menggunakan
bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat negara Indonesia. Oleh karena bangsa
Indonesia memiliki kekayaan bahasa dalam setiap daerah dengan ciri khas tersendiri. Oleh karena
itu, bahasa Indonesia sangat penting digunakan untuk mempersatukan bangsa yang kaya ini.

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di wilayah NKRI adalah sebagai bahasa nasional dan baahsa
negara. Dalam pembangunan bangsa yakni sebagai perisai pemersatu yang belum pemah dijadikan
sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku daerah.

Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia mampu menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi
yang efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam
mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan, kebudayaan, termasuk
pengembangan bahasa-bahasa daerah. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pembagunan
bangsa karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang berperan penting dalam
memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang akhimya mendorong
kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam pembangunan bangsa.

3.2. Saran

Sebagai kaum intelektual kita harus menjaga bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang dapat
mempersatukan berbagai kelompok masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan
efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Mudhofar, M. 2010 Kapita Selekta Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: Pustaka Gama.

Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. 1976. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa

Indah.

Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara. Sukartha, I Nengah
dkk. 2015. Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan Tinggi. Denpasar: Udayana University Press.

Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya: Unipress

Unesa.

Anda mungkin juga menyukai