Anda di halaman 1dari 22

ARTIKEL ILMIAH

PERAN BAHASA INDONESIA DALAM


PEMBANGUNAN BANGSA

THALIA REZA ROFIKA SARI


202011293

PROGAM PENDIDIKAN MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021
PERAN BAHASA INDONESIA DALAM
PEMBANGUNAN BANGSA

Thalia Reza Rofika Sari


Program manajemen fakultas ekonomi dan bisnis
Universitas muria kudus
Thaliareza123@gmail.com

Abstrak

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang penting bagi bangsa
Indonesia di dalam wilayah NKRI. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional sejak dicetuskan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928dengan fungsi sebagai
lambing kebanggaan, lambing identitas, alat pemersatu, dan alat perhubungan.
Selanjutnya, sebagai bahasa negara secara resmi berlaku sejak diundangkannya
UUD 45, 18 Agustus 1945 dengan fungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan,
pendidikan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan iptek.
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa, yakni
sebagai prisai pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh
masyarakat pemakainya yang berasal dari beragam suku/daerah. Selanjutnya,
bahasa Indonesia berperan penting dalam pembangunanbangsa karena digunakan
sebagai bahasa resmi kenegaraan dalam memajukan pembangunan masyarakat
dalam berbagai aspek kehidupan.

Kata kunci : fungsi, peran, bahasa Indonesia, pembangunan, bangsa

i
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Bahasa mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkankebutuhan


seseorang. Oleh karena dengan menggunakan bahasa seseorang dapat
mengekspresikan dirinya sehingga fungsi bahasa sangat berabagam. Bahasa
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Selain itu, bahasa digunakan sebagai
alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalain lingkungan atau
situasi. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun
tertulis.
Dalam kehidupan berbangsa dan bemegara, bahasa berperan sangat penting. Oleh
karena bahasa merupakan simbol yang dihasilkan oleh alat ucap yang biasa
digunakan oleh sesama masyarakat. Dalain kehidupan sehari-hari hampir semua
aktivitas masyarakat menggunakan bahasa, baik berbahasa secara lisan maupun
tulis dan bahasa tubuh. Bahkan saat kita tidur pun tanpa sadar kita menggunakan
bahasa.
Bahasa juga dapat diartikan sebagai sebuah simbol atau lambang bunyi yang
berfimgsi sebagai alat komunikasi antar individu. Masyarakat berinteraksi satu
sama lain dan bersosialisasi menggunakan bahasa itu sehingga begitu pentinganya
peranan bahasa dalam kehidupan bermasyarkat. Seiring perkembangan zaman,
bahasa terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan di bawah arus
perkembangan pemakaian bahasa pada era globaliasi. Pada lingkup kecil seperti
keluarga dan masyarakat kita menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi,
tetapi pada lingkup yang luas dan bersifat resmi digunakan bahasa Indonesia.
Dengan dicetuskannya bahasa Melayu-Riau sebagai dasar Bahasa Indonesia pada
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, perkembangan bahasa Indonesia terus
meningkat. Bahasa Indonesia semakin berkembang dan beradaptasi, tetapi di sisi
lain bahasa daerah pun tetap memiliki peranan dan jabatan yang penting dalam
kehidupan sehari – hari. Bahasa daerah tetap dijaga eksistensinya di balik arus
permasalahan kebahasaan yang terjadi di Indonesia.

1
Menilik pemakaian bahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Terjadi fenomena –
fenomena negatif di tengah – tengah masyarakat kita. Misalnya, banyak orang
Indonesia dengan bangga memperlihatkan kemahirannnya menggunakan bahasa
Inggiis walaupun mereka tidak mengusai bahasa Indonesia dengan baik. Tidak
sedikit pula orang malu tidak bisa berbahasa asing. Oleh karena itu, sebagai bangsa
yang besar kita harus mengetahui pentingnya fimgsi dan peran bahasa Indonesia
dalam pembangunan bangsa.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah. Adapun


masalah itu adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI?

2) Apakah fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa


(Indonesia)?
Tujuan

Tujuan tulisan ini adalah sesuai dengan masalah di atas. Adapun tujuan itu
adalah sebagai di bawah ini.
3) Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI..

4) Untuk mengetahui fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan


bangsa (Indonesia).
Manfaat

Ada dua manfaat berkaitan dengan tulisan ini. Dua manfaat tersebut adalah
(1) manfaat praktis dan

(2) manfaat teoritis. Kedua manfaat itu dijabarkan berikut ini.


Manfaat Praktis

Secara praktis tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Adapun manfaatnya


adalah dapat memperluas wawasan pembaca yang berhubungan dengan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, di samping memperluas wawasan
tentang peranan bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa.

2
Manfaat Teoritis

Secara teoritis tulisan ini mempunyai manfaat bagi ilmu pengetahuan.


Dalam hal ini manfaatnya adalah dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, termasuk peranan
bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa.

3
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi di dalam
kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat juga
digunakan cara atau alat lain, misalnya, tanda-tanda, gambar, atau isyarat. Namun,
bahasalah sebagai alat komunikasi yang paling sempurna. Bahasa Indonesia yang
berkedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara di Indonesia
(Sukharta dkk., 2015:3) mempunyai fungsi sebagai berikut.
1) Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai.
a. lambang kebanggaan nasional;

b. lambang identitas nasional;

c. alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial


budaya dan bahasanya; dan
d. alat perhubungan antar budaya dan antar daerah.

2) Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi


sebagai.
a. bahasa resmi kenegaraan;

b. bahasa pengantar resmi di lembaga – lembaga pendidikan;

c. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk


kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah;
dan
d. bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia

Fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa terdapat dalam pernyataan


sikap "bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu bangsa Indonesia; dan
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" dalam Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928. Hal ini merupakan perwujudan politik bangsa

4
Indonesia yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan(nasional)
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan masyarakat
ke dalam satu – kesatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mencapai puncak
perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini dibuktikan dengan
dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (lihat Pasal 36, UUD 1945,
lihat juga Hasil Amandemen UUD 45, Agustus 2002).
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah menempatkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
Ipteks berkembang terus sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan ipteks yang didukung
oleh perkembangan teknologi komunikasi dan infonnasi (seperti internet, e-mail, e-
business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju dengan pesat, terutama
memasuki abad ke-21 sekarang.
Di sisi lain, perkembangan bahasa Indonesia terasa belum seimbang dengan
perkembangan ipteks dan zamannya. Pengalihan konsep-konsep ipteks dari
bahasa asing, terutama bahasa Inggris belum seluruhnya dapat dicarikan
padanannya dalam bahasa Indonesia. Sebagai akibatnya, kosakata dan istilah asing
itu mengalir deras ke dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia. Dengan
demikian, peran strategis bahasa Indonesia sebagai bahasa peradaban modernmasih
memerlukan pengembangan yang lebih serasi dan serius sesuai dengan
perkembangan ipteks.
Dalam rangka menuju ke arah peradaban modern, kita perlu memahami,
menguasai, dan mengembangkan konsep-konsep ipteks modem, yang pada
umumnya masih tertulis dalam baliasa asing, khususnya bahasa Inggris.Tujuannya,
agar konsep-konsep ipteks modem tidak hanya diserap oleh mereka yang
memahami baliasa asing yang jumlahnya tentu tidak sebanding dengan jumlah
anggota masyarakat Indonesia yang memerlukannya. Apalagi dalam rangka
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, penyebarluasan konsep konsep
ipteks modern itu harus dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.Dalam
rangka lebih memasyarakatkan peristilahan modem itu, istilah-istilah yang telah
berhasil disusun, kemudian diolah lebih lanjut menjadi berbagai

5
kamus istilah. Tentu saja, selain mengandung padanan istilah dalam bahasa
Indonesia, kamus istilah itu juga mencantumkan rumusan atau penjelasan setiap
istilah yang dicantumkan. Sampai sekarang, telah berhasil disusun tidak kurang dari
40 buah kamus istilah. Penerbitan daftar dan kamus istilah itu sangat penting dan
bemanfaat dalam rangka memasyarakatkan dan menyebarluaskan perangkat istilah
yang sudah dibakukan. Jika upaya penerbitan dan publikasi itu tidak dilakukan,
hasil penyusunan dan pembakuan istilah itu akan tetap tertinggal sebagai harta
karun. Dalam hal ini para ilmuwan dari berbagai disiplin diharapkan menggunakan
istilah yang telah dibakukan itu dengan taat asas. Selain itu, harus pula diupayakan
adanya arus balik yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam proses
pengembangan bahasa selanjutnya. Di samping itu dipandang dari segi pembinaan
dan pengembangan bahasa, masuknya istilah-istilah yang sudah dibakukan itu ke
dalam buku ajar, makalah, laporan penelitian, jurnal-jurnal ilmiah, karangan-
karangan ilmiah lainnya, dan media komunikasi dan informasi (baca: komputer)
merupakan langkah berikutnya yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Bahasa Indonesia memiliki dua sifat utama yang menguntungkan, yaitu (1)bentuk
yang sederhana sehingga mudah dipelajari dan (2) kelenturan (fleksibel) untuk
dikembangkan. Hal ini didukung oleh latar belakang sejarah kebahasaan yang kuat.
Kaum cerdik-cendekia yang hidup pada zaman kemerdekaan pun, padaumumnya
yakin bahwa bahasa Indonesia mempunyai kemampuan berkembang luas dengan
cepat di tanali air ini, dari Sabang sampai Merauke. Danzer Carr misalnya,
berkeyakinan bahwa bahasa Indonesia dapat menggantikan kedudukan bahasa
Inggris di Asia.
Bahasa Indonesia tidak diragukan lagi kemampuannya untuk menjadi bahasa ipteks
modern. Pengembangan ipteks bahasa ragam ipteks itu harus hemat dan cermat
karena menghendaki respons yang pasti dari pendengar dan pembacanya. Kaidah-
kaidah sintaktis dan bentukan-bentukan bahasa dan ranah penggantinya hams
mudah dipahami. Kehematan penggunaan kata, kecermatan, dan kejelasan sintaktis
yang berpadu dengan penghapusan unsur-unsur yang bersifat pribadi dapat
menghasilkan ragam ipteks yang umum.

6
Kalimat ipteks yang panjang-panjang hanya dapat direspons secara langsung oleh
pembaca yang terlatih. Pembaca dan penyimak ragam bahasa ipteks itu diharapkan
tidak memperoleh informasi yang keliru. Kelugasan, keobjektifan, dan
keajegan/konsistensi bahasa ipteks itulah yang membedakannya dengan bahasa
ragam sastra yang subjektif, halus, dan lentur sehingga interpretasi pembaca yang
satu kerap kali sangat berbeda dengan interpretasi dan apresiasi pembaca lainnya.
Ihwal pengembangan bahasa Indonesia ragam ipteks, hal itu dapat dihubungkan
dengan klasifikasi bidang ihnu yang lazim berlaku di Indonesia, yaitu ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetaliuan budaya. Namun,
yang menjadi masalah sekarang adalah unsur ip (ilmu pengetahuan). Apalagi
sekarang ini telah berkembang teknologi komunikasidan informasi, seperti internet,
e-mail, e-business, e-commerce, cybertechnology, teleducation, cybercity, dan lain-
lain. Berdasarkan pemakaian kata ilmu pengetahuan sebagai padanan kata science
(s) dengan muatan makna natural science, maka unsur ip pada kata ipteks itu
merujuk pada ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian, bahasa Indonesia ragam
ipteks itu adalah bahasa Indonesiayang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan
alam dan teknologi (science and technology).
Upaya pengembangan konsep ipteks modern dalam bahasa Indonesia hanya
mungkin dapat dilakukan dengan baik apabila istilah-istilah yang biasa digimakan
dalam bidang ipteks itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Hal itu
berarti, agar dapat mengembangkan bahasa Indonesia menjadi ragam ipteks,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyusun peristilahannya. Untuk
keperluan itulah Pusat Bahasa yang ada sekarang, dengan bantuan sejumlah pakar
perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian di Indonesia telah berhasil menyusun
peristilahan untuk berbagai bidang ilmu, dengan memberikan prioritas pada empat
bidang ilmu dasar, yakni fisika, kimia, biologi, dan matematika. Keempat bidang
ilmu dasar itu masing-masing diberi judul Glosarium Fisika, Glosarium Kimia,
Glosarium Biologi, dan Glosarium Matematika. Di tengah perubahan sosial-politik
dan teknologi informasi sertakomunikasi yang ada sekarang, apalagi menuju bahasa
Indonesia menjadi peradaban modern, para pakar dari berbagai disiplin ilmu
harus bahu-membahu

7
menjadikan bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa asing lainnya, temtama bahasa
Inggris.
Kita ambil contoh kata valid yang dipungut dari bahasa Inggris. Orang Inggris
menyerap kata itu dari kata validus dari bahasa Latin. Denganmenggunakan proses
morfologis bahasa Inggris, terbentuklah kata-kata validity, validate, validly, dan
validness. Kata-kata itu dalam kamus bahasa Inggris ada dalam satu lema (entry).
Jika kita bandingkan kata-kata pungut dalam kamus bahasa Inggris dengan kata
pungut dalam kamus bahasa Indonesia, maka akan terlihat adanya perbedaan yang
mencolok.
Dalam rangka mengembangkan kosakata bahasanya, orang Inggris
mempertahankan sistem dan kaidah kebahasaannya secara ajeg (konsisten). Sikap
bahasa yang demikian itu tidak tampak dalam kamus-kamus bahasa Indonesia,
termasuk Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam edisi terbarunya. Kata valid dan
validitas diserap langsung dari bahasa Inggris tanpa mengalami proses morfologis
bahasa Indonesia sehingga kedua kata tersebut merupakan dua lema yang berbeda.
Untuk kata valid itu, para leksikograf Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak
menurunkan kevalidan sebagai padanan kata validness. Bahkan akhir-akhir ini kita
sering mendengar dan membaca pemakaian kata validasi sebagai padanan kata
validation. Penyerapan kata validate sangat sulit, bahkan juga tidak mungkin
dilakukan tanpa proses morfologis bahasa Indonesia. Dengan menggunakan kaidah
morfologi bahasa Indonesia, dapat diturunkan kata memvalidkan.
Dengan menggunakan kaidah morfologi bahasa Indonesia, penyerapankata/istilah
sesungguhnya dapat berlangsung lebih mudah dan ajeg. Dari kata valid dapat
diturunkan kata-kata kevalidan, memvalidkan, pemvalidan, dan secara valid, yang
merupakan sinonim kata keabsahan, mengabsahkan, pengabsahan, dan secara
absah.
Dari uraian di atas dapat disenaraikan karakteristik baliasa Indonesia ragam ipteks
sebagai berikut. Pertama, kelugasan dan kecermatan yang menghindari segala
macam kesamaran dan ketaksaan (ambiguity). Kedua, keobjektifan yang sedapat
mungkin tidak menunjukkan selera perseorangan (impersonal). Ketiga, pembedaan
dengan teliti, nama, ciri, atau kategori yang mengacu ke objek penelitian atau
telaahnya agar tercapai kecermatan dan

8
ketertiban bernalar. Keempat, penjauhan emosi agar tidak mencampurkanperasaan
sentimen dalam tafsirannya. Kelima, kecenderungan membakukan makna kata dan
ungkapannya dan gaya pemeriannya berdasarkan perjanjian. Keenam, langgamnya
tidak bombastis atau dogmatis. Ketujuh, penggunaan kata dan kalimat secara
ekonomis agar tidak lebih banyak daripada yang diperlukan.
Kini, 28 Oktober 2004 kita berada pada jarak 76 taliun dari para pendahulu kita
yang sangat peduli terhadap martabat bahasa Indonesia itu. Marilah kita bersama-
sama merefleksi kembali apakah keyakinan, kebulatan semangat kebangsaan
(nasionalisme) untuk mempersatukan berbagai kelompok masyarakat sehingga
bahasa Indonesia sebagai sarana penghubung antarsuku,antardaerah, anatarbudaya,
dan sarana pengembangan ipteks modern itu digunakan dengan sebaik-baiknya.
“Malu rasanya aku jadi bangsa Indonesia”(meminjam istilah Taufiq Ismail), kita
yang hidup di alam kemerdekaan dengan kecanggihan teknologi komunikasi dan
informasi sekarang tidak dapat memanfaatkan peluang untuk mempersatukan
seluruh komponen masyarakat dan bangsa ini.
Namun, ada satu harapan baru ketika para pemuda kita empat tahun lalu, bersamaan
dengan peringatan Sumpah Pemuda 2000 telah mengikrarkan adanya Sumpah
Internet Pemuda, yang dapat diakses langsung dari seluruh pelosok tanah air. Ini
merupakan sebuah upaya nyata agar masyarakat dan bangsa kita di tengali krisis
multidimensional sekarang tidak terpecah-pecah dan berakibat pada disintegrasi
bangsa. Oleh karena itu, perlu dukungan dan tindak lanjut dari berbagai kelompok
masyarakat, seperti elite politik, pemerintah, lembagaswadaya masyarakat, pers,
para pemuda, dan mahasiswa agar Sumpah Internet Pemuda tersebut dapat
diimplementasikan menuju peradaban modem.
Mendahulukan bahasa Indonesia memiliki peran penting di dalam kehidupan
bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Peranannya tampak di dalamkehidupan
bermasyarakat di berbagai wilayah tanah tumpah darah Indonesia. Komunikasi
perhubungan pada berbagai kegiatan masyarakat telah memanfaatkan bahasa
Indonesia di samping bahasa daerah sabagai wahana dan piranti untuk membangun
kesepahaman, kesepakatan, dan persepsi yang memungkinkan terjadinya
kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai bidang. Bahasa

9
Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangan dari waktu ke waktu telah
teruji keberadaannya, baik sebagai bahasa persatuan maupun sebagai resmi negara.
Adanya gejolak dan kerawanan yang mengancam kerukunan dan kesatuan bangsa
Indonesia bukanlah bersumber dari bahasa persatuannya, bahasa Indonesia yang
dimilikinya, melainkan bersumber dari krisis multidimensional, terutama krisis
ekonomi, hukum, dan politik, serta pengaruh globalisasi. Justru, bahasa Indonesia
hingga kini menjadi perisai pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber
permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku
dan daerah. Hal ini dapat terjadi karena bahasa Indonesia dapat menempatkan
dirinya sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama
dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan
melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan, temasuk pengembangan
bahasa-bahasa daerah.
Dengan demikian bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah memiliki peran penting
di dalam memajukan pembangunan masyarakat di dalam berbagai aspek kehidupan.
Peran bahasa Indoensia dan bahasa daerah semakin penting di dalam era otonomi
daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, akan mendorong dan menumbuhkan prakarsa
dan kreativitas daerah. Hal ini tercermin dari kewenangan-kewenangan yang telah
diserahkan ke daerah dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab. Dengan prinsip tersebut diharapkan dapat mengakselarasi pencapaian tujuan
yang telah direncanakan dalam pembangunan masyarakat. Berdasarkan Pasal 11
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Kewenangan Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota, yakni mencakup semua kewenangan pemerintahan, kecuali
kewenangan bidang politik luar negeri, pertalianan dan keamanan, peradilan,
moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain yang bersifat lintas
kabupaten/kota. Kewenangan kabupaten/kota meliputi bidang pekerjaan umum,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan
perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, serta koperasi dan
tenaga kerja. Pengembangan Bahasa, termasuk sastra berhubungan dengan
kewenangan

10
pemerintahan di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, baik yang dimiliki
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah pusat
berupa penyediaan standar, pedoman, fasilitas dan bimbingan dalam rangka
pengembangan bahasa serta sastra. Selanjutnya, kewenangan untuk
penyelenggaraan kajian sejarah dan nilai tradisional serta pengembangan bahasa
dan budaya daerah merupakan bagian dari kewenangan provinsi. Oleh karena
bahasa dan sastra daerah pada dasamya berkembang dari masyarakat di desa-desa,
kampung-kampung, serta kelompok masyarakat tradisional yang secara
kewilayahan berada dalam wilayah kabupaten/kota sehingga mulai di
kabupaten/kota dilakukan kegiatan operasional pengembangan bahasa dan sastra
daerah. Di tingkat nasional sudah ada Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional sebagai lembaga yang mendapat mandat dari pemerintah untuk
melakukan perencanaan bahasa. Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk
lembaga perpanjangan penyelenggaraan Pusat Bahasa berupa balai atau kantor
bahasa yang berfungsi untuk membina dan mengembangkan bahasa dan sastra.
Penyelenggaraan kegiatan pada lembaga bahasa di tingkat provinsi/kabupaten ini
terkait langsung dengan rangkaian penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan.
Pembinaan dan pengembangan bahasa pada era otoda seharusnya semakin
mendapat tempat yang penting. Oleh karena era otoda memerlukan sumber daya
manusia yang berkualitas, akselarasi manajemen yang tepat, masyarakat yang
peduli, dan keterhubungan pihak lain secara komunkatif. Keseluruhan unsur tadi
berkaitan langsung dengan bahasa sebagai piranti utama dalam berinteraksi.
Perubahan sistem pemerintahan negara dari sentrahstik menjadi desentralistik yang
diwujudkan melalui sistem otonomi daerah memberikan peluang dan tantangan
bagi upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa mengalami
perubahan sejalan dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakatpenuturanya.
Bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi dan komunikasi dalam kegiatan
kehidupan manusia, seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu, dan teknologi. Seiring
dengan perkembangan zaman, kebudayaan dan ilmu serta teknologi berkembang
sedemikian rupa. Bahasa Indonesia pun berkembang mengikuti perkembangan
tersebut. Pesatnya perkembangan kebudayaan, ilmu,

11
dan teknologi di dunia Barat membawa pengaruh terhadap perkembangan bahasa
Indonesia, khususnya di bidang kosakata/peristilahan. Di samping itu, luas wilayah
pemakaian (tersebar di pulau-pulau yang secara geografis terpisahkan dengan oleh
laut) dan besarnya jumlah penutur yang berlatar belakang (bahasa daerah dan
kebudayaannya), memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan di tiap-tiap
daerah yang lama kelamaan akan berkembang menjadi dialek tersendiri. Oleh
karena itu, perlu diadakan kontak terus-menerus antara daerah yang satu dan daerah
yang lain untuk menjaga keutuhan bahasa Indonesia.
Perkembangan baliasa Indonesia itu harus diarahkan menuju ragam bahasa baku.
Selanjutnya, ada beberapa dasar pembinaan baliasa Indonesia yang diharapkan
memberikan semangat dan motivasi tinggi dalam membina dan mengembangkan
bahaasa Indoensia. Landasan tersebut bersifat keagamaan (religius), kesejarahan
(historis, politis), kecendekian (intelektual), bersifat kemasyarakatan (sosial).
Dengan landasan tersebut, pembinaan bahasa Indonesia yang dilakukan pada era
otonomi daerah menjadi kuat, tidak tergoyahkan oleh kondisi yang bersifat
memecah-belah, dan dapat dijadikan referensi dalam menjaga kesatuan dan
persatuan demi keutuhan bangsa Indonesia.
Landasan yang bersifat keagamaan adalah bahwa bahasa Indonesia itu karunia
Tuhan yang harus kita syukuri. Membina dan mengembangkan bahasa Indonesia
berarti mensyukuri karunia Tuhan. Sebaliknya, mengabaikanpemeliharaan bahasa
Indonesia adalah sama dengan tidak mensyukuri karunia Tuhan. Landasan kedua
bersifat kesejarahan, yaitu bahasa Indonesia merupakan amanat para pejuang atau
pahlawan bangsa. Butir ke-3 Sumpah Pemuda 1928 menyatakan bahwa “Kami
putra-putri Indonesia, menjungjung bahasa Persatuan, bahasa Indonesia”.
Demikian pula Pasal 36 UUD 1945 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah
bahasa Indonesia”. Generasi peneras harus mengamalkan amanat itu. Menghargai
bahasa Indonesia dengan jalan “menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar dalam suasana resmi” berarti mengamalkan amanat para pahlawan tersebut.
Dasar berikutnya adalah landasan kecendekiaan. Bahasa Indonesia adalah bahasa
yang mampu mengemban konsep, mutu, dan keilmiahan, karena diemban oleh
intelektualisme para cendekiawan atau orang terpelajar, bukan awam. Kemampuan
intelektual orang terpelajar jauh lebih tinggi

12
daripada orang awam. Pengalaman intelektual mereka pun jauh lebih banyak
daripada orang awam. Atas dasar itu, bahasa Indonesia orang terpelajar harus lebih
bermutu daripada orang awam. Bahasa Indonesia beragam. Dasar ini juga
merupakan landasan dalam pembinaan bahasa Indonesia karena secara sosial,
penutur bahasa Indonesia berasal dari berbagai strata dan kelompok masyarakat.
Ragam bahasa Indonesia, di antaranya ragam baku, nonbaku, ragam ilmiah, dan
ragam lainnya.
Fokus dan arah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia padaprinsipnya,
yakni pembinaan dan pengembangan bahasa sebagai upaya dan penyelenggaraan
kegiatan yang ditujukan untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia,
bahasa daerah, dan pengajaran bahasa asing. Hal ini dilakukan supaya bahasa
tersebut dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya. Pembinaandan pengembangan
bahasa Indonesia difokuskan melalui usaha-usaha pembakuan agar tercapai
pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien dalam berkomunikasi.
Sehubungan dengan hal itu, perlu diciptakan kaidah (aturan) dalam bidang ejaan,
kosakata/istilah, dan tata bahasa. Dalam usaha pembinaan bahasa Indonesiaperlu
diarahkan dan didahulukan pada bahasa Indonesia ragam tulis karena coraknya
lebih tetap dan batas cakupannya lebih jelas. Di samping itu, pembakuanlafal perlu
dilakukan sebagai pegangan guru, penyiar televisi/radio, dan masyarakat luas.
Untuk kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa: (1) pembinaan, terutama
difokuskan kepada penutumya, yaitu masyarakat pemakai bahasa Indonesia; (2)
pengembangan terutama difokuskan kepada bahasa dalam segala aspeknya.
Pembinaan dan pengembangan bahasa mencakup dua arah, yaitu
(1) pengembangan bahasa mencakup dua masalah pokok (masalah bahasa dan
masalah kemampuan/sikap) dan (2) pembinaan yang mencakup dua arah
(masyarakat luas dan generasi muda).
Pengembangan aspek bahasa meliputi ragam bahasa lisan dan bahasa tulis. Ragam
bahasa lisan mencakup lafal, tata bahasa, kosakata/istilah, dan ejaan. Dalam ragam
bahasa tulis yang digarap terlebih dahulu adalah ejaan, dengan peresmian
penggunaan Ejaan yang Disempumakan oleh Presiden Republik Indonesia tahun
1972. Kemudian, disusul dengan usaha pembakuan di bidang kosakata/istilah yang
pemakaiannya diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan

13
Kebudayaan pada tahun 1975. Di samping itu, dilakukan pula pengolahan kembali
Kamus Umum Bahas Indonesia karangan W.J.S. Poewadarminta oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang terbit mulai cetakan V tahun 1976.
Kemudian, pada tahun 1988 terbit Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan
disempurnakan dalam edisi kedua yang terbit pertama tahun 1991. Usaha
pembakuan dalam bidang tata bahasa secara resmi telah dirintis dengan
diadakannya Seminar Penyusunan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1988.
Dalam hal pengembangan kemampuan dan sikap, telah ditempatkan dasar yang
kuat, yaitu dicantumkannya di dalam GBHN bahwa “pembinaan dan
pengembangan bahasa dilakukan dengan mewajibkan peningkatan mutu pengguna
bahasa Indonesia sehingga penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.”
Di samping itu, telah dan terus dilakukan pengembangan kemampuan dan sikap
positif pemakai bahasa Indonesia dengan media televisi dan radio. Ada pula upaya
penyuluhan kebahasaan secara langsung bagi para pelaku ekonomi dan
pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, di berbagai provinsi.
Dengan demikian, diharapkan akan diperoleh keseragaman kaidah dan
penerapannya dalam berbagai laras bahasa (jenis penggunaan bahasa) sehingga
tujuan pengembangan bahasa-salah satu tujuannya adalah agar pembakuan bahasa
dapat dicapai. Pada era otoda ini, pembinaan bahasa tetap mengacu pada sikap
kebijakan pembinaan bahasa, yaitu ditujukan kepada masyarakat penutur bahasa.
Pembinaan ini mencakup dua arah, yaitu. vertikal dan horizontal. Arah vertikal
dengan sasaran pembinaan kepada generasi muda, termasuk pelajar dan mahasiswa,
yang merupakan generasi penerus.
Selanjutnya, arah horizontal dengan sasaran pembinaan kepada generasi sekarang,
yaitu masyarakat luas minus generasi muda. Pada masyarakat generasi sekarang
diutamakan pembinaan ragam bahasa tulis. Oleh karena merekalah yang akan
mewariskan penggunaan bahasa yang baik dan benar kepada generasi penerus.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa pada era otoda sekarang ini meliputi usaha pengembangan
bahasa (yang salah satu sasarannya berupa pembakuan bahasa)

14
dan usaha meningkatkan kemampuan dan sikap penutur bahasa Indonesia agar
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Beberapa Masalah Pembinaan Bahasa Indonesia pada Era Otoda Pembinaan bahasa
Indonesia sudah lama dilakukan, bahkan sejak zaman Pujangga Baru (1933).
Namun, sampai sekarang masih banyak kendala yang dihadapi dan dialaminya,
khususnya pada era otoda. Masalah utama adalah persoalan sikap terhadap
pembinaan bahasa Indonesia. Ada sebagian masyarakat pengguna bahasa Indonesia
yang meremehkan bahasa Indonesia. Sikap mereka terhadap pembinaan bahasa
Indonesia acuh tak-acuh. Mereka menilai: (1) pelaksanaan pembinaan bahasa
Indonesia kurang menarik, (2) hasilnya kurang nyata, dan (3) bahasa Indonesia
dianggap mudah. Karena dianggap mudah, orang Indonesia tidak perlu mempelajari
bahasa Indonsia. Persoalan sikap tersebut semakin menjadi masalah, karena sikap
negatif itu bukan berasal dari kelompok awam, melainkan kelompok cendekia atau
terpelajar. Mereka itu adalah sebagian pelaku utama dan pemegang peranan penting
dalam roda otonomi daerah. Jika orang awam bersikap negatif terhadap bahasa
Indonesia, itu dapat dipahami. Namun jika orang terpelajar bersikap seperti orang
awam itu, tampaknya tidak berterima. Masalahnya, orang awam berbeda dengan
orang terpelajar. Orang awam tidak banyak berkaitan dengan dunia pemikiran.
Kegiatannya terbatas pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan
seorang terpelajar berkaitan erat dengan dunia pemikiran. Pemikiran-pemikirannya
melahirkan konsep-konsep, perencanaan, dan kebijakan- kebijakan. Oleh karena
orang terpelajar pencetus konsep, perencana kegiatan, dan pembuat kebijakan.
Orang terpelajar selalu bergulat dengan masalah mutu sumberdaya manusia. Dalam
pergulatan itulah bahasa Indonesia tampil sebagai piranti yang penting karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi, bahasa negara. Berdasarkan hal tersebut
di atas, dapat dipahami bahwa orang terpelajar (kita semua) pada hakikatnya
berkepentingan dengan pembinaan bahasa Indonesia. Bahkan orang terpelajar juga
dengan sendirinya menjadi pembina bahasa Indonesia. Oleh karena, sekali lagi,
orang terpelajar terlibat dalam dunia pemikiran. Di sisi lain, orang terpelajar sering
terlibat dalam suasana resmi, suasana kenegaraan, dan yang terakhir, orang
terpelajar berpengaruh kuat terhadap orang lain (anak buah, bawahan). Alasan
tersebut di atas yang

15
menjadikan kelompok terpelajar, termasuk kita semua, harus berperan sebagai
pembina bahasa Indonesia.
Konsekuensi logisnya adalah mau tidak mau, kita haruslah menjadi contoh,
teladan, anutan, atau model bagi orang lain. Setidaknya, bahasa Indonesia kita harus
bemutu. Bahasa Indonesia yang bermutu ialah bahasa Indoensia yang bersih dari
kesalahan, baik kesalahan kaidah, kesalahan logika, maupun kesalahan budaya.
Kesalahan kaidah sudah sering dibahas. Jadi pembicaraannya tidak perlu imtuk
sementara. Kesalahan logika tampak pada penggunaan pola, seperti “Dalamseminar
itu membicarakan masalah pengentasan kemiskinan”. “Beberapa senimandiberikan
pengliargaan”, dan yang lainnya. Kesalahan budaya terlihat pada penggunaan kata-
kata asing seperti oke, sorry, point, complain, no comment,coffee morning, dan
yang lain. Begitu pula penggunaan pola-pola seperti “tujuan daripada
pembangunan”, “banyak teori-teori”, “tidak masalah”, dan yang lain. Pola-pola
seperti itu merupakan kesalahan budaya yang melahirkan kesalahan kaidah
(Bacalah Halim, Amran. 1976. Politik bahasa Nasional II. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kridalaksana,
Harimurti. 1976). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah. Mawardi,
Oentarto S. Peran Bahasa dan Sastra Daerah dalam Memperkukuh Ketahanan
Budaya Bangsa. Makalah dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14-17
Oktober 2003. Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indoensia dengan Benar. Jakarta:
Puspa Swara. Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya:
Unipress Unesa ABSTRAK. Bahasa Indonesia memiliki peran penting di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peran tampaknya di dalam
kehidupan bermasyarakat di berbagai wilayah tanah tumpah darah Indonesia.
Komunikasi perhubungan pada berbagai kegiatan masyarakat telah memanfaatkan
bahasa Indonesia, di samping bahasa daerah sabagai wahana dan piranti untuk
membangun kesepahaman, kesepakatan, dan persepsi yang memungkinkan
terjadinya kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai bidang Bahasa
Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangan dari waktu ke waktu telah
teruji keberadaannya, baik sebagai bahasa persatuan maupun sebagai resmi negara.

16
Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari

Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa


Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia
ternyata dapat memperkaya bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak
memiliki kata untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat
menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan
wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa
Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional.
Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan
seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk
berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial
dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan
control sosial. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan berikut ini.
1) Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri

Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan


kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap (kedua orang tua).
Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya
untuk mengekspresikan kehendaknya, tetapi juga untuk berkomunikasi dengan
lingkungan di sekitarnya.
2) Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.


Komunikasi tidak akan sempurna apabila ekspresi diri kita tidak diterima atau
dipahami oleh orang lain.
3) Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan


pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari,
dan mengambil bagian dalam pengalaman- pengalaman itu serta belajar
berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat
dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi,
lebih jauh memungkinkan tiap-tiap orang untuk merasa dirinya terikat

17
dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua
kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-
bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.

4)Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat.

Setelah memahami fungsi bahasa tersebut, dapat kita ketahui bahwa sangat
penting menggunakan bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat
negara Indonesia. Oleh karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan bahasa
dalam setiap daerah dengan ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia sangat penting digunakan untuk mempersatukan bangsa yang kaya
ini

Simpulan

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di wilayah NKRI adalah sebagai


bahasa nasional dan baahsa negara. Dalam pembangunan bangsa yakni sebagai
perisai pemersatu yang belum pemah dijadikan sumber permasalahan oleh
masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku daerah.

Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia mampu menempatkan dirinya sebagai
sarana komunikasi yang efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan
bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan
berbagai aspek kehidupan, kebudayaan, termasuk pengembangan bahasa-
bahasa daerah. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pembagunan bangsa
karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang berperan
penting dalam memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupan yang akhimya mendorong kemajuan dalam berbagai aspek
kehidupan dalam pembangunan bangsa.

18
Saran

Sebagai kaum intelektual kita harus menjaga bahasa Indonesia agar menjadi
bahasa yang dapat mempersatukan berbagai kelompok masyarakat. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengadakan pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mudhofar, M. 2010 Kapita Selekta Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya:Pustaka


Gama.
Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaandan
Pengembangan Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti. 1976. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Sukartha, I Nengah dkk. 2015. Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan
Tinggi. Denpasar: Udayana University Press.
Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya: UnipressUnes

20

Anda mungkin juga menyukai