Anda di halaman 1dari 24

FUNGSI DAN PERAN BAHASA INDONESIA DALAM

PEMBANGUNAN BANGSA

Oleh

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
2017
ABSTRAK

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang penting bagi


bangsa Indonesia di dalam wilayah NKRI. Bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional sejak dicetuskan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928
dengan fungsi sebagai lambing kebanggaan, lambing identitas, alat pemersatu,
dan alat perhubungan. Selanjutnya, sebagai bahasa negara secara resmi berlaku
sejak diundangkannya UUD 45, 18 Agustus 1945 dengan fungsi sebagai bahasa
resmi kenegaraan, pendidikan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan
iptek.
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa,
yakni sebagai prisai pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber
permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari beragam
suku/daerah. Selanjutnya, bahasa Indonesia berperan penting dalam pembangunan
bangsa karena digunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan dalam memajukan
pembangunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

Kata kunci : fungsi, peran, bahasa Indonesia, pembangunan, bangsa

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan naskah yang berjudal “Fungsi dan
Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa” ini dalam rangka
pengembangan salah satu tri darma perguruan tinggi, yaitu bidang penelitian.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Tulisan ini dapat sepenuh diselesaikan berkat adanya bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak,
terutama rekan-rekan dosen Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan
masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhimya, semoga
tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

Denpasar, Januari 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK …………...…………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………..……………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………...………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………..….…………………………………………… 1


1.1 Latar Belakang …………………...………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………….…………………………………………….. 2
1.3 Tujuan ……………..………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat …………………….................…………………….……………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………….……..….…………………………..…… 4


2.1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia …………...…………………..…. 4
2.2. Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia …………. 4
2.3. Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari ………....………..…. 17

BAB III PENUTUP ………..….……………...…………………………………… 19


3.1. Simpulan …………………...……………………………………………… 19
3.2. Saran …………….……………………….………………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA ……..….……………...…………………………………… 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang. Oleh karena dengan menggunakan bahasa seseorang dapat
mengekspresikan dirinya sehingga fungsi bahasa sangat berabagam. Bahasa
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Selain itu, bahasa digunakan sebagai
alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalain lingkungan atau
situasi. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun
tertulis.
Dalam kehidupan berbangsa dan bemegara, bahasa berperan sangat
penting. Oleh karena bahasa merupakan simbol yang dihasilkan oleh alat ucap
yang biasa digunakan oleh sesama masyarakat. Dalain kehidupan sehari-hari
hampir semua aktivitas masyarakat menggunakan bahasa, baik berbahasa secara
lisan maupun tulis dan bahasa tubuh. Bahkan saat kita tidur pun tanpa sadar kita
menggunakan bahasa.
Bahasa juga dapat diartikan sebagai sebuah simbol atau lambang bunyi
yang berfimgsi sebagai alat komunikasi antar individu. Masyarakat berinteraksi
satu sama lain dan bersosialisasi menggunakan bahasa itu sehingga begitu
pentinganya peranan bahasa dalam kehidupan bermasyarkat. Seiring
perkembangan zaman, bahasa terus berkembang dan beradaptasi dengan
lingkungan di bawah arus perkembangan pemakaian bahasa pada era globaliasi.
Pada lingkup kecil seperti keluarga dan masyarakat kita menggunakan bahasa
daerah untuk berkomunikasi, tetapi pada lingkup yang luas dan bersifat resmi
digunakan bahasa Indonesia.
Dengan dicetuskannya bahasa Melayu-Riau sebagai dasar Bahasa
Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, perkembangan bahasa
Indonesia terus meningkat. Bahasa Indonesia semakin berkembang dan
beradaptasi, tetapi di sisi lain bahasa daerah pun tetap memiliki peranan dan
jabatan yang penting dalam kehidupan sehari – hari. Bahasa daerah tetap dijaga
eksistensinya di balik arus permasalahan kebahasaan yang terjadi di Indonesia.

1
Menilik pemakaian bahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Terjadi fenomena –
fenomena negatif di tengah – tengah masyarakat kita. Misalnya, banyak orang
Indonesia dengan bangga memperlihatkan kemahirannnya menggunakan bahasa
Inggiis walaupun mereka tidak mengusai bahasa Indonesia dengan baik. Tidak
sedikit pula orang malu tidak bisa berbahasa asing. Oleh karena itu, sebagai
bangsa yang besar kita harus mengetahui pentingnya fimgsi dan peran bahasa
Indonesia dalam pembangunan bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah. Adapun
masalah itu adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI?
2) Apakah fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa
(Indonesia)?

1.3 Tujuan
Tujuan tulisan ini adalah sesuai dengan masalah di atas. Adapun tujuan itu
adalah sebagai di bawah ini.
1) Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI..
2) Untuk mengetahui fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan
bangsa (Indonesia).

1.4 Manfaat
Ada dua manfaat berkaitan dengan tulisan ini. Dua manfaat tersebut
adalah (1) manfaat praktis dan (2) manfaat teoritis. Kedua manfaat itu dijabarkan
berikut ini.
1.4.1 Manfaat Praktis
Secara praktis tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Adapun
manfaatnya adalah dapat memperluas wawasan pembaca yang
berhubungan dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, di samping
memperluas wawasan tentang peranan bahasa Indonesia dalam
pembangunan bangsa.

2
1.4.2 Manfaat Teoritis
Secara teoritis tulisan ini mempunyai manfaat bagi ilmu
pengetahuan. Dalam hal ini manfaatnya adalah dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, termasuk
peranan bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi di
dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat
juga digunakan cara atau alat lain, misalnya, tanda-tanda, gambar, atau isyarat.
Namun, bahasalah sebagai alat komunikasi yang paling sempurna. Bahasa
Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara
di Indonesia (Sukharta dkk., 2015:3) mempunyai fungsi sebagai berikut.
1) Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai.
a. lambang kebanggaan nasional;
b. lambang identitas nasional;
c. alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya; dan
d. alat perhubungan antar budaya dan antar daerah.
2) Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai.
a. bahasa resmi kenegaraan;
b. bahasa pengantar resmi di lembaga – lembaga pendidikan;
c. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah;
dan
d. bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.

2.2 Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia


Fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa terdapat dalam
pernyataan sikap "bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu bangsa
Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Hal ini merupakan perwujudan politik bangsa

4
Indonesia yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
(nasional) bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan
masyarakat ke dalam satu – kesatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
mencapai puncak perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini
dibuktikan dengan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (lihat
Pasal 36, UUD 1945, lihat juga Hasil Amandemen UUD 45, Agustus 2002).
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah
menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni (ipteks). Ipteks berkembang terus sejalan dengan perkembangan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan ipteks yang
didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan infonnasi (seperti
internet, e-mail, e-business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju
dengan pesat, terutama memasuki abad ke-21 sekarang.
Di sisi lain, perkembangan bahasa Indonesia terasa belum seimbang
dengan perkembangan ipteks dan zamannya. Pengalihan konsep-konsep ipteks
dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris belum seluruhnya dapat dicarikan
padanannya dalam bahasa Indonesia. Sebagai akibatnya, kosakata dan istilah
asing itu mengalir deras ke dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia. Dengan
demikian, peran strategis bahasa Indonesia sebagai bahasa peradaban modern
masih memerlukan pengembangan yang lebih serasi dan serius sesuai dengan
perkembangan ipteks.
Dalam rangka menuju ke arah peradaban modern, kita perlu memahami,
menguasai, dan mengembangkan konsep-konsep ipteks modem, yang pada
umumnya masih tertulis dalam baliasa asing, khususnya bahasa Inggris.
Tujuannya, agar konsep-konsep ipteks modem tidak hanya diserap oleh mereka
yang memahami baliasa asing yang jumlahnya tentu tidak sebanding dengan
jumlah anggota masyarakat Indonesia yang memerlukannya. Apalagi dalam
rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, penyebarluasan konsep-
konsep ipteks modern itu harus dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam rangka lebih memasyarakatkan peristilahan modem itu, istilah-
istilah yang telah berhasil disusun, kemudian diolah lebih lanjut menjadi berbagai

5
kamus istilah. Tentu saja, selain mengandung padanan istilah dalam bahasa
Indonesia, kamus istilah itu juga mencantumkan rumusan atau penjelasan setiap
istilah yang dicantumkan. Sampai sekarang, telah berhasil disusun tidak kurang
dari 40 buah kamus istilah. Penerbitan daftar dan kamus istilah itu sangat penting
dan bemanfaat dalam rangka memasyarakatkan dan menyebarluaskan perangkat
istilah yang sudah dibakukan. Jika upaya penerbitan dan publikasi itu tidak
dilakukan, hasil penyusunan dan pembakuan istilah itu akan tetap tertinggal
sebagai harta karun. Dalam hal ini para ilmuwan dari berbagai disiplin diharapkan
menggunakan istilah yang telah dibakukan itu dengan taat asas. Selain itu, harus
pula diupayakan adanya arus balik yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan
dalam proses pengembangan bahasa selanjutnya. Di samping itu dipandang dari
segi pembinaan dan pengembangan bahasa, masuknya istilah-istilah yang sudah
dibakukan itu ke dalam buku ajar, makalah, laporan penelitian, jurnal-jurnal
ilmiah, karangan-karangan ilmiah lainnya, dan media komunikasi dan informasi
(baca: komputer) merupakan langkah berikutnya yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi.
Bahasa Indonesia memiliki dua sifat utama yang menguntungkan, yaitu (1)
bentuk yang sederhana sehingga mudah dipelajari dan (2) kelenturan (fleksibel)
untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh latar belakang sejarah kebahasaan
yang kuat. Kaum cerdik-cendekia yang hidup pada zaman kemerdekaan pun, pada
umumnya yakin bahwa bahasa Indonesia mempunyai kemampuan berkembang
luas dengan cepat di tanali air ini, dari Sabang sampai Merauke. Danzer Carr
misalnya, berkeyakinan bahwa bahasa Indonesia dapat menggantikan kedudukan
bahasa Inggris di Asia.
Bahasa Indonesia tidak diragukan lagi kemampuannya untuk menjadi
bahasa ipteks modern. Pengembangan ipteks bahasa ragam ipteks itu harus hemat
dan cermat karena menghendaki respons yang pasti dari pendengar dan
pembacanya. Kaidah-kaidah sintaktis dan bentukan-bentukan bahasa dan ranah
penggantinya hams mudah dipahami. Kehematan penggunaan kata, kecermatan,
dan kejelasan sintaktis yang berpadu dengan penghapusan unsur-unsur yang
bersifat pribadi dapat menghasilkan ragam ipteks yang umum.

6
Kalimat ipteks yang panjang-panjang hanya dapat direspons secara
langsung oleh pembaca yang terlatih. Pembaca dan penyimak ragam bahasa ipteks
itu diharapkan tidak memperoleh informasi yang keliru. Kelugasan, keobjektifan,
dan keajegan/konsistensi bahasa ipteks itulah yang membedakannya dengan
bahasa ragam sastra yang subjektif, halus, dan lentur sehingga interpretasi
pembaca yang satu kerap kali sangat berbeda dengan interpretasi dan apresiasi
pembaca lainnya. Ihwal pengembangan bahasa Indonesia ragam ipteks, hal itu
dapat dihubungkan dengan klasifikasi bidang ihnu yang lazim berlaku di
Indonesia, yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu
pengetaliuan budaya. Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah unsur ip
(ilmu pengetahuan). Apalagi sekarang ini telah berkembang teknologi komunikasi
dan informasi, seperti internet, e-mail, e-business, e-commerce, cybertechnology,
teleducation, cybercity, dan lain-lain. Berdasarkan pemakaian kata ilmu
pengetahuan sebagai padanan kata science (s) dengan muatan makna natural
science, maka unsur ip pada kata ipteks itu merujuk pada ilmu pengetahuan alam.
Dengan demikian, bahasa Indonesia ragam ipteks itu adalah bahasa Indonesia
yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi (science and
technology).
Upaya pengembangan konsep ipteks modern dalam bahasa Indonesia
hanya mungkin dapat dilakukan dengan baik apabila istilah-istilah yang biasa
digimakan dalam bidang ipteks itu sudah ada padanannya dalam bahasa
Indonesia. Hal itu berarti, agar dapat mengembangkan bahasa Indonesia menjadi
ragam ipteks, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyusun
peristilahannya. Untuk keperluan itulah Pusat Bahasa yang ada sekarang, dengan
bantuan sejumlah pakar perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian di
Indonesia telah berhasil menyusun peristilahan untuk berbagai bidang ilmu,
dengan memberikan prioritas pada empat bidang ilmu dasar, yakni fisika, kimia,
biologi, dan matematika. Keempat bidang ilmu dasar itu masing-masing diberi
judul Glosarium Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Biologi, dan Glosarium
Matematika. Di tengah perubahan sosial-politik dan teknologi informasi serta
komunikasi yang ada sekarang, apalagi menuju bahasa Indonesia menjadi
peradaban modern, para pakar dari berbagai disiplin ilmu harus bahu-membahu

7
menjadikan bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa asing lainnya, temtama
bahasa Inggris.
Kita ambil contoh kata valid yang dipungut dari bahasa Inggris. Orang
Inggris menyerap kata itu dari kata validus dari bahasa Latin. Dengan
menggunakan proses morfologis bahasa Inggris, terbentuklah kata-kata validity,
validate, validly, dan validness. Kata-kata itu dalam kamus bahasa Inggris ada
dalam satu lema (entry). Jika kita bandingkan kata-kata pungut dalam kamus
bahasa Inggris dengan kata pungut dalam kamus bahasa Indonesia, maka akan
terlihat adanya perbedaan yang mencolok.
Dalam rangka mengembangkan kosakata bahasanya, orang Inggris
mempertahankan sistem dan kaidah kebahasaannya secara ajeg (konsisten). Sikap
bahasa yang demikian itu tidak tampak dalam kamus-kamus bahasa Indonesia,
termasuk Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam edisi terbarunya. Kata valid dan
validitas diserap langsung dari bahasa Inggris tanpa mengalami proses morfologis
bahasa Indonesia sehingga kedua kata tersebut merupakan dua lema yang
berbeda. Untuk kata valid itu, para leksikograf Kamus Besar Bahasa Indonesia
tidak menurunkan kevalidan sebagai padanan kata validness. Bahkan akhir-akhir
ini kita sering mendengar dan membaca pemakaian kata validasi sebagai padanan
kata validation. Penyerapan kata validate sangat sulit, bahkan juga tidak mungkin
dilakukan tanpa proses morfologis bahasa Indonesia. Dengan menggunakan
kaidah morfologi bahasa Indonesia, dapat diturunkan kata memvalidkan.
Dengan menggunakan kaidah morfologi bahasa Indonesia, penyerapan
kata/istilah sesungguhnya dapat berlangsung lebih mudah dan ajeg. Dari kata
valid dapat diturunkan kata-kata kevalidan, memvalidkan, pemvalidan, dan secara
valid, yang merupakan sinonim kata keabsahan, mengabsahkan, pengabsahan,
dan secara absah.
Dari uraian di atas dapat disenaraikan karakteristik baliasa Indonesia
ragam ipteks sebagai berikut. Pertama, kelugasan dan kecermatan yang
menghindari segala macam kesamaran dan ketaksaan (ambiguity). Kedua,
keobjektifan yang sedapat mungkin tidak menunjukkan selera perseorangan
(impersonal). Ketiga, pembedaan dengan teliti, nama, ciri, atau kategori yang
mengacu ke objek penelitian atau telaahnya agar tercapai kecermatan dan

8
ketertiban bernalar. Keempat, penjauhan emosi agar tidak mencampurkan
perasaan sentimen dalam tafsirannya. Kelima, kecenderungan membakukan
makna kata dan ungkapannya dan gaya pemeriannya berdasarkan perjanjian.
Keenam, langgamnya tidak bombastis atau dogmatis. Ketujuh, penggunaan kata
dan kalimat secara ekonomis agar tidak lebih banyak daripada yang diperlukan.
Kini, 28 Oktober 2004 kita berada pada jarak 76 taliun dari para
pendahulu kita yang sangat peduli terhadap martabat bahasa Indonesia itu.
Marilah kita bersama-sama merefleksi kembali apakah keyakinan, kebulatan
semangat kebangsaan (nasionalisme) untuk mempersatukan berbagai kelompok
masyarakat sehingga bahasa Indonesia sebagai sarana penghubung antarsuku,
antardaerah, anatarbudaya, dan sarana pengembangan ipteks modern itu
digunakan dengan sebaik-baiknya. “Malu rasanya aku jadi bangsa Indonesia”
(meminjam istilah Taufiq Ismail), kita yang hidup di alam kemerdekaan dengan
kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi sekarang tidak dapat
memanfaatkan peluang untuk mempersatukan seluruh komponen masyarakat dan
bangsa ini.
Namun, ada satu harapan baru ketika para pemuda kita empat tahun lalu,
bersamaan dengan peringatan Sumpah Pemuda 2000 telah mengikrarkan adanya
Sumpah Internet Pemuda, yang dapat diakses langsung dari seluruh pelosok tanah
air. Ini merupakan sebuah upaya nyata agar masyarakat dan bangsa kita di tengali
krisis multidimensional sekarang tidak terpecah-pecah dan berakibat pada
disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, perlu dukungan dan tindak lanjut dari
berbagai kelompok masyarakat, seperti elite politik, pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat, pers, para pemuda, dan mahasiswa agar Sumpah Internet
Pemuda tersebut dapat diimplementasikan menuju peradaban modem.
Mendahulukan bahasa Indonesia memiliki peran penting di dalam
kehidupan bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Peranannya tampak di dalam
kehidupan bermasyarakat di berbagai wilayah tanah tumpah darah Indonesia.
Komunikasi perhubungan pada berbagai kegiatan masyarakat telah memanfaatkan
bahasa Indonesia di samping bahasa daerah sabagai wahana dan piranti untuk
membangun kesepahaman, kesepakatan, dan persepsi yang memungkinkan
terjadinya kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai bidang. Bahasa

9
Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangan dari waktu ke waktu telah
teruji keberadaannya, baik sebagai bahasa persatuan maupun sebagai resmi
negara.
Adanya gejolak dan kerawanan yang mengancam kerukunan dan kesatuan
bangsa Indonesia bukanlah bersumber dari bahasa persatuannya, bahasa Indonesia
yang dimilikinya, melainkan bersumber dari krisis multidimensional, terutama
krisis ekonomi, hukum, dan politik, serta pengaruh globalisasi. Justru, bahasa
Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu yang belum pernah dijadikan
sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai
ragam suku dan daerah. Hal ini dapat terjadi karena bahasa Indonesia dapat
menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan
bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam
mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan,
temasuk pengembangan bahasa-bahasa daerah.
Dengan demikian bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah memiliki
peran penting di dalam memajukan pembangunan masyarakat di dalam berbagai
aspek kehidupan. Peran bahasa Indoensia dan bahasa daerah semakin penting di
dalam era otonomi daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah yang dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, akan mendorong dan
menumbuhkan prakarsa dan kreativitas daerah. Hal ini tercermin dari
kewenangan-kewenangan yang telah diserahkan ke daerah dalam wujud otonomi
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Dengan prinsip tersebut diharapkan
dapat mengakselarasi pencapaian tujuan yang telah direncanakan dalam
pembangunan masyarakat. Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999. Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, yakni mencakup
semua kewenangan pemerintahan, kecuali kewenangan bidang politik luar negeri,
pertalianan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain yang bersifat lintas kabupaten/kota. Kewenangan
kabupaten/kota meliputi bidang pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman
modal, lingkungan hidup, pertanahan, serta koperasi dan tenaga kerja.
Pengembangan Bahasa, termasuk sastra berhubungan dengan kewenangan

10
pemerintahan di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, baik yang dimiliki
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah pusat
berupa penyediaan standar, pedoman, fasilitas dan bimbingan dalam rangka
pengembangan bahasa serta sastra. Selanjutnya, kewenangan untuk
penyelenggaraan kajian sejarah dan nilai tradisional serta pengembangan bahasa
dan budaya daerah merupakan bagian dari kewenangan provinsi. Oleh karena
bahasa dan sastra daerah pada dasamya berkembang dari masyarakat di desa-desa,
kampung-kampung, serta kelompok masyarakat tradisional yang secara
kewilayahan berada dalam wilayah kabupaten/kota sehingga mulai di
kabupaten/kota dilakukan kegiatan operasional pengembangan bahasa dan sastra
daerah. Di tingkat nasional sudah ada Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional sebagai lembaga yang mendapat mandat dari pemerintah untuk
melakukan perencanaan bahasa. Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota
dibentuk lembaga perpanjangan penyelenggaraan Pusat Bahasa berupa balai atau
kantor bahasa yang berfungsi untuk membina dan mengembangkan bahasa dan
sastra. Penyelenggaraan kegiatan pada lembaga bahasa di tingkat
provinsi/kabupaten ini terkait langsung dengan rangkaian penyelenggaraan
pendidikan dan kebudayaan.
Pembinaan dan pengembangan bahasa pada era otoda seharusnya semakin
mendapat tempat yang penting. Oleh karena era otoda memerlukan sumber daya
manusia yang berkualitas, akselarasi manajemen yang tepat, masyarakat yang
peduli, dan keterhubungan pihak lain secara komunkatif. Keseluruhan unsur tadi
berkaitan langsung dengan bahasa sebagai piranti utama dalam berinteraksi.
Perubahan sistem pemerintahan negara dari sentrahstik menjadi desentralistik
yang diwujudkan melalui sistem otonomi daerah memberikan peluang dan
tantangan bagi upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa
mengalami perubahan sejalan dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat
penuturanya. Bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi dan komunikasi dalam
kegiatan kehidupan manusia, seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu, dan
teknologi. Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan dan ilmu serta
teknologi berkembang sedemikian rupa. Bahasa Indonesia pun berkembang
mengikuti perkembangan tersebut. Pesatnya perkembangan kebudayaan, ilmu,

11
dan teknologi di dunia Barat membawa pengaruh terhadap perkembangan bahasa
Indonesia, khususnya di bidang kosakata/peristilahan. Di samping itu, luas
wilayah pemakaian (tersebar di pulau-pulau yang secara geografis terpisahkan
dengan oleh laut) dan besarnya jumlah penutur yang berlatar belakang (bahasa
daerah dan kebudayaannya), memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan di
tiap-tiap daerah yang lama kelamaan akan berkembang menjadi dialek tersendiri.
Oleh karena itu, perlu diadakan kontak terus-menerus antara daerah yang satu dan
daerah yang lain untuk menjaga keutuhan bahasa Indonesia.
Perkembangan baliasa Indonesia itu harus diarahkan menuju ragam bahasa
baku. Selanjutnya, ada beberapa dasar pembinaan baliasa Indonesia yang
diharapkan memberikan semangat dan motivasi tinggi dalam membina dan
mengembangkan bahaasa Indoensia. Landasan tersebut bersifat keagamaan
(religius), kesejarahan (historis, politis), kecendekian (intelektual), bersifat
kemasyarakatan (sosial). Dengan landasan tersebut, pembinaan bahasa Indonesia
yang dilakukan pada era otonomi daerah menjadi kuat, tidak tergoyahkan oleh
kondisi yang bersifat memecah-belah, dan dapat dijadikan referensi dalam
menjaga kesatuan dan persatuan demi keutuhan bangsa Indonesia.
Landasan yang bersifat keagamaan adalah bahwa bahasa Indonesia itu
karunia Tuhan yang harus kita syukuri. Membina dan mengembangkan bahasa
Indonesia berarti mensyukuri karunia Tuhan. Sebaliknya, mengabaikan
pemeliharaan bahasa Indonesia adalah sama dengan tidak mensyukuri karunia
Tuhan. Landasan kedua bersifat kesejarahan, yaitu bahasa Indonesia merupakan
amanat para pejuang atau pahlawan bangsa. Butir ke-3 Sumpah Pemuda 1928
menyatakan bahwa “Kami putra-putri Indonesia, menjungjung bahasa Persatuan,
bahasa Indonesia”. Demikian pula Pasal 36 UUD 1945 menyatakan bahwa
“Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Generasi peneras harus mengamalkan
amanat itu. Menghargai bahasa Indonesia dengan jalan “menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar dalam suasana resmi” berarti mengamalkan
amanat para pahlawan tersebut. Dasar berikutnya adalah landasan kecendekiaan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mampu mengemban konsep, mutu, dan
keilmiahan, karena diemban oleh intelektualisme para cendekiawan atau orang
terpelajar, bukan awam. Kemampuan intelektual orang terpelajar jauh lebih tinggi

12
daripada orang awam. Pengalaman intelektual mereka pun jauh lebih banyak
daripada orang awam. Atas dasar itu, bahasa Indonesia orang terpelajar harus
lebih bermutu daripada orang awam. Bahasa Indonesia beragam. Dasar ini juga
merupakan landasan dalam pembinaan bahasa Indonesia karena secara sosial,
penutur bahasa Indonesia berasal dari berbagai strata dan kelompok masyarakat.
Ragam bahasa Indonesia, di antaranya ragam baku, nonbaku, ragam ilmiah, dan
ragam lainnya.
Fokus dan arah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia pada
prinsipnya, yakni pembinaan dan pengembangan bahasa sebagai upaya dan
penyelenggaraan kegiatan yang ditujukan untuk memelihara dan mengembangkan
bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa asing. Hal ini dilakukan
supaya bahasa tersebut dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya. Pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia difokuskan melalui usaha-usaha pembakuan
agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien dalam berkomunikasi.
Sehubungan dengan hal itu, perlu diciptakan kaidah (aturan) dalam bidang
ejaan, kosakata/istilah, dan tata bahasa. Dalam usaha pembinaan bahasa Indonesia
perlu diarahkan dan didahulukan pada bahasa Indonesia ragam tulis karena
coraknya lebih tetap dan batas cakupannya lebih jelas. Di samping itu, pembakuan
lafal perlu dilakukan sebagai pegangan guru, penyiar televisi/radio, dan
masyarakat luas. Untuk kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa: (1)
pembinaan, terutama difokuskan kepada penutumya, yaitu masyarakat pemakai
bahasa Indonesia; (2) pengembangan terutama difokuskan kepada bahasa dalam
segala aspeknya. Pembinaan dan pengembangan bahasa mencakup dua arah, yaitu
(1) pengembangan bahasa mencakup dua masalah pokok (masalah bahasa dan
masalah kemampuan/sikap) dan (2) pembinaan yang mencakup dua arah
(masyarakat luas dan generasi muda).
Pengembangan aspek bahasa meliputi ragam bahasa lisan dan bahasa tulis.
Ragam bahasa lisan mencakup lafal, tata bahasa, kosakata/istilah, dan ejaan.
Dalam ragam bahasa tulis yang digarap terlebih dahulu adalah ejaan, dengan
peresmian penggunaan Ejaan yang Disempumakan oleh Presiden Republik
Indonesia tahun 1972. Kemudian, disusul dengan usaha pembakuan di bidang
kosakata/istilah yang pemakaiannya diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan

13
Kebudayaan pada tahun 1975. Di samping itu, dilakukan pula pengolahan kembali
Kamus Umum Bahas Indonesia karangan W.J.S. Poewadarminta oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang terbit mulai cetakan V tahun 1976.
Kemudian, pada tahun 1988 terbit Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan
disempurnakan dalam edisi kedua yang terbit pertama tahun 1991. Usaha
pembakuan dalam bidang tata bahasa secara resmi telah dirintis dengan
diadakannya Seminar Penyusunan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1988.
Dalam hal pengembangan kemampuan dan sikap, telah ditempatkan dasar yang
kuat, yaitu dicantumkannya di dalam GBHN bahwa “pembinaan dan
pengembangan bahasa dilakukan dengan mewajibkan peningkatan mutu
pengguna bahasa Indonesia sehingga penggunaan bahasa Indonesia secara baik
dan benar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.”
Di samping itu, telah dan terus dilakukan pengembangan kemampuan dan
sikap positif pemakai bahasa Indonesia dengan media televisi dan radio. Ada pula
upaya penyuluhan kebahasaan secara langsung bagi para pelaku ekonomi dan
pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, di berbagai
provinsi. Dengan demikian, diharapkan akan diperoleh keseragaman kaidah dan
penerapannya dalam berbagai laras bahasa (jenis penggunaan bahasa) sehingga
tujuan pengembangan bahasa-salah satu tujuannya adalah agar pembakuan bahasa
dapat dicapai. Pada era otoda ini, pembinaan bahasa tetap mengacu pada sikap
kebijakan pembinaan bahasa, yaitu ditujukan kepada masyarakat penutur bahasa.
Pembinaan ini mencakup dua arah, yaitu. vertikal dan horizontal. Arah vertikal
dengan sasaran pembinaan kepada generasi muda, termasuk pelajar dan
mahasiswa, yang merupakan generasi penerus.
Selanjutnya, arah horizontal dengan sasaran pembinaan kepada generasi
sekarang, yaitu masyarakat luas minus generasi muda. Pada masyarakat generasi
sekarang diutamakan pembinaan ragam bahasa tulis. Oleh karena merekalah yang
akan mewariskan penggunaan bahasa yang baik dan benar kepada generasi
penerus. Berdasarkan paparan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa pada era otoda sekarang ini meliputi usaha
pengembangan bahasa (yang salah satu sasarannya berupa pembakuan bahasa)

14
dan usaha meningkatkan kemampuan dan sikap penutur bahasa Indonesia agar
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Beberapa Masalah Pembinaan Bahasa Indonesia pada Era Otoda
Pembinaan bahasa Indonesia sudah lama dilakukan, bahkan sejak zaman Pujangga
Baru (1933). Namun, sampai sekarang masih banyak kendala yang dihadapi dan
dialaminya, khususnya pada era otoda. Masalah utama adalah persoalan sikap
terhadap pembinaan bahasa Indonesia. Ada sebagian masyarakat pengguna bahasa
Indonesia yang meremehkan bahasa Indonesia. Sikap mereka terhadap pembinaan
bahasa Indonesia acuh tak-acuh. Mereka menilai: (1) pelaksanaan pembinaan
bahasa Indonesia kurang menarik, (2) hasilnya kurang nyata, dan (3) bahasa
Indonesia dianggap mudah. Karena dianggap mudah, orang Indonesia tidak perlu
mempelajari bahasa Indonsia. Persoalan sikap tersebut semakin menjadi masalah,
karena sikap negatif itu bukan berasal dari kelompok awam, melainkan kelompok
cendekia atau terpelajar. Mereka itu adalah sebagian pelaku utama dan pemegang
peranan penting dalam roda otonomi daerah. Jika orang awam bersikap negatif
terhadap bahasa Indonesia, itu dapat dipahami. Namun jika orang terpelajar
bersikap seperti orang awam itu, tampaknya tidak berterima. Masalahnya, orang
awam berbeda dengan orang terpelajar. Orang awam tidak banyak berkaitan
dengan dunia pemikiran. Kegiatannya terbatas pada pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari, sedangkan seorang terpelajar berkaitan erat dengan dunia pemikiran.
Pemikiran-pemikirannya melahirkan konsep-konsep, perencanaan, dan kebijakan-
kebijakan. Oleh karena orang terpelajar pencetus konsep, perencana kegiatan, dan
pembuat kebijakan. Orang terpelajar selalu bergulat dengan masalah mutu
sumberdaya manusia. Dalam pergulatan itulah bahasa Indonesia tampil sebagai
piranti yang penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi, bahasa
negara. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dipahami bahwa orang terpelajar
(kita semua) pada hakikatnya berkepentingan dengan pembinaan bahasa
Indonesia. Bahkan orang terpelajar juga dengan sendirinya menjadi pembina
bahasa Indonesia. Oleh karena, sekali lagi, orang terpelajar terlibat dalam dunia
pemikiran. Di sisi lain, orang terpelajar sering terlibat dalam suasana resmi,
suasana kenegaraan, dan yang terakhir, orang terpelajar berpengaruh kuat
terhadap orang lain (anak buah, bawahan). Alasan tersebut di atas yang

15
menjadikan kelompok terpelajar, termasuk kita semua, harus berperan sebagai
pembina bahasa Indonesia.
Konsekuensi logisnya adalah mau tidak mau, kita haruslah menjadi
contoh, teladan, anutan, atau model bagi orang lain. Setidaknya, bahasa Indonesia
kita harus bemutu. Bahasa Indonesia yang bermutu ialah bahasa Indoensia yang
bersih dari kesalahan, baik kesalahan kaidah, kesalahan logika, maupun kesalahan
budaya. Kesalahan kaidah sudah sering dibahas. Jadi pembicaraannya tidak perlu
imtuk sementara. Kesalahan logika tampak pada penggunaan pola, seperti “Dalam
seminar itu membicarakan masalah pengentasan kemiskinan”. “Beberapa seniman
diberikan pengliargaan”, dan yang lainnya. Kesalahan budaya terlihat pada
penggunaan kata-kata asing seperti oke, sorry, point, complain, no comment,
coffee morning, dan yang lain. Begitu pula penggunaan pola-pola seperti “tujuan
daripada pembangunan”, “banyak teori-teori”, “tidak masalah”, dan yang lain.
Pola-pola seperti itu merupakan kesalahan budaya yang melahirkan kesalahan
kaidah (Bacalah Halim, Amran. 1976. Politik bahasa Nasional II. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kridalaksana,
Harimurti. 1976). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah. Mawardi,
Oentarto S. Peran Bahasa dan Sastra Daerah dalam Memperkukuh Ketahanan
Budaya Bangsa. Makalah dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14-17
Oktober 2003. Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indoensia dengan Benar.
Jakarta: Puspa Swara. Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia.
Surabaya: Unipress Unesa ABSTRAK. Bahasa Indonesia memiliki peran penting
di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peran tampaknya
di dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai wilayah tanah tumpah darah
Indonesia. Komunikasi perhubungan pada berbagai kegiatan masyarakat telah
memanfaatkan bahasa Indonesia, di samping bahasa daerah sabagai wahana dan
piranti untuk membangun kesepahaman, kesepakatan, dan persepsi yang
memungkinkan terjadinya kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai
bidang Bahasa Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangan dari waktu
ke waktu telah teruji keberadaannya, baik sebagai bahasa persatuan maupun
sebagai resmi negara.

16
2.3 Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari
Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa
Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata
dapat memperkaya bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata
untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra
Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa
Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
penting dalam dunia internasional.
Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat
untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan
control sosial. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan berikut ini.
1) Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap
(kedua orang tua). Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi
menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, tetapi
juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya.
2) Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
Komunikasi tidak akan sempurna apabila ekspresi diri kita tidak diterima
atau dipahami oleh orang lain.
3) Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan,
memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman
mereka, mempelajari, dan mengambil bagian dalam pengalaman-
pengalaman itu serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain.
Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap-tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan

17
kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-
bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.
4) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini
dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat.
Setelah memahami fungsi bahasa tersebut, dapat kita ketahui bahwa sangat
penting menggunakan bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat
negara Indonesia. Oleh karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan bahasa dalam
setiap daerah dengan ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, bahasa Indonesia sangat
penting digunakan untuk mempersatukan bangsa yang kaya ini.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di wilayah NKRI adalah sebagai
bahasa nasional dan baahsa negara. Dalam pembangunan bangsa yakni sebagai
perisai pemersatu yang belum pemah dijadikan sumber permasalahan oleh
masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku daerah.
Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia mampu menempatkan dirinya
sebagai sarana komunikasi yang efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan
bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan
berbagai aspek kehidupan, kebudayaan, termasuk pengembangan bahasa-bahasa
daerah. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pembagunan bangsa karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang berperan penting
dalam memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang
akhimya mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam
pembangunan bangsa.

3.2. Saran
Sebagai kaum intelektual kita harus menjaga bahasa Indonesia agar
menjadi bahasa yang dapat mempersatukan berbagai kelompok masyarakat. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengadakan pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mudhofar, M. 2010 Kapita Selekta Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya:


Pustaka Gama.
Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti. 1976. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Sukartha, I Nengah dkk. 2015. Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan
Tinggi. Denpasar: Udayana University Press.
Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya: Unipress
Unesa.

20

Anda mungkin juga menyukai