Anda di halaman 1dari 15

i

MAKALAH

MANAJEMEN INVESTASI

Dosen Pengampu: Tafiprios,Dr.SE,MM

Disusun Oleh:

Gilbert Alifia Putri Sandana

431201100156

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2021
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Bahasa Indonesia Dalam Pembangunan Bangsa”. Melalui makalah ini kami
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua rekan – rekan yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberi arahan, dan kami sebagai penulis
dalam penyelesaian makalah ini Tulisan ini dapat sepenuh diselesaikan berkat adanya
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak,terutama
rekan-rekan dan dosen yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan
naskah tulisan ini. Akhimya, semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman pembaca sangat diharapkan untuk
pembuatan makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang. Diluar dari segala
kekurangannya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua para
pembaca. Amin...
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
2.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ................................................................................. 3
2.2 Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia ............................................ 4
2.3 Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari.............................................................. 9
BAB III .......................................................................................................................................... 11
PENUTUP...................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 11
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 12
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting keberadaanya.
Setiap manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa
guna sebagai interaksi dan alat bertutur dalam kehidupan bermasyarakat.
Kehadiran bahasa ditengah-tengah masyarakat sangat berguna sebagai alat
penghubung antar anggota masyarakat.
Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di lingkungan keluarga
maupun di lingkungan formal. Dengan bahasa manusia dapat memberi nama
segala sesuatu yang terlihat oleh mata dan melalui bahasa pula kebudayaan
bangsa dibentuk, dibina, dikembangkan serta diturunkan kepada generasi-
generasi mendatang. Dengan adanya bahasa di muka bumi ini, manusia dapat
memikirkan suatu masalah secara teratur, terus-menerus serta berkelanjutan.
Sebaliknya, tanpa berbahasa peradaban manusia tidak mungkin akan
berkembang bahkan identitasnya sebagai manusia yang senantiasa
berkomunikasi diantara anggota masyarakat tidak akan berlangsung dengan
baik.
Seiring perkembangan jaman, hendaklah kita sebagai masyarakat yang
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi selalu bangga dengan bahasa
yang sudah kita punya dan menjadi ciri khas bangsa kita. Adanya era
globalisasi bukan menjadi hambatan untuk mencintai bahasanya sendiri sebab
bahasa Indonesia sudah menjadi bagian dari hidup kita seperti bahasa
Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa atau bahasa Nasional, bahasa
Indonesia merupakan jati diri kita atau ciri khas sebagai bangsa Indonesia.
Itulah sebabnya ada pepatah yang mengatakan Bahasa Menunjukkan Bangsa.
Kehadiran bahasa ditengah masyarakat yang semakin maju ini
berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, karena tidak
akan pernah mungkin kita dapat berkomunikasi tanpa bahasa. Bahasa sebagai
alat komunikasi dapat dipergunakan masyarakat tutur untuk menyampaikan
pesan, informasi, maksud atau amanat kepada orang lain, baik itu dengan
menggunakan saluran lisan atau tertulis, langsung, maupun tak langsung.
2

Kegiatan komunikasi terjadi karena adanya keinginan dari pembicara untuk


menyampaikan pesan kepada pendengar.
Sekarang ini bahasa Indonesia sudah mulai digunakan sebagai bahasa
sehari-hari baik bagi masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Seperti yang
terjadi di Boyolali, sebagian masyarakat di Boyolali sekarang sudah mulai
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
orang lain disekitar lingkungan tempat tinggalnya. Sudah tidak jarang kita
temukan masyarakat kota maupun desa di daerah Boyolali menggunakan
bahasa Indonesia untuk bertutur antar sesama yang notabene mereka tinggal di
kawasan yang manggunakan bahasa daerah yaitu bahasa jawa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah. Adapun
masalah itu adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI?
2. Apakah fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa
(Indonesia)?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sesuai dengan masalah di atas. Adapun
tujuan itu adalah sebagai di bawah ini.
1. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI.
2. Untuk mengetahui fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan
bangsa (Indonesia).
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting keberadaanya.
Setiap manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa
guna sebagai interaksi dan alat bertutur dalam kehidupan bermasyarakat.
Kehadiran bahasa ditengah-tengah masyarakat sangat berguna sebagai alat
penghubung antar anggota masyarakat.Hal ini sejalan dengan pendapat
Badudu (dalam Nurbiana, 2005:8) Menjelaskan bahwa bahasa adalah alat
penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari
individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.
Bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer (manasuka)
digunakan dalam masyarakat dalam rangka untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri.
Berbahasa berarti menggunakan bahasa berdasarkan pengetahuan tentang adat
atau sopan santun. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai
oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinterraksi
antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama
(Dardjowidjojo, 2005:16).
Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi di
dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat
juga digunakan cara atau alat lain, misalnya, tanda-tanda, gambar, atau isyarat.
Namun, bahasalah sebagai alat komunikasi yang paling sempurna. Bahasa
Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara
di Indonesia (Sukharta dkk., 2015:3) mempunyai fungsi sebagai berikut.
1) Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai:
a. lambang kebanggaan nasional
b. lambang identitas nasional;
c. alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya; dan
d. alat perhubungan antar budaya dan antar daerah.
4

2) Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi


sebagai:
a. bahasa resmi kenegaraan;
b. bahasa pengantar resmi di lembaga – lembaga pendidikan;
c. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah;
dan
d. bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.

2.2 Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia


Fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa terdapat dalam
pernyataan sikap "bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu bangsa
Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Hal ini merupakan perwujudan politik bangsa Indonesia
yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan masyarakat ke dalam
satu – kesatuan bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia mencapai puncak perjuangan politik sejalan dengan
perjuangan politik bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara (lihat Pasal 36, UUD 1945, lihat juga Hasil Amandemen UUD 45,
Agustus 2002).
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah
menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni (ipteks). Ipteks berkembang terus sejalan dengan perkembangan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan ipteks yang
didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan infonnasi (seperti
internet, e-mail, e-business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju
dengan pesat, terutama memasuki abad ke-21 sekarang.
Di sisi lain, perkembangan bahasa Indonesia terasa belum seimbang
dengan perkembangan ipteks dan zamannya. Pengalihan konsep-konsep ipteks
dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris belum seluruhnya dapat dicarikan
padanannya dalam bahasa Indonesia. Sebagai akibatnya, kosakata dan istilah
5

asing itu mengalir deras ke dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia. Dengan
demikian, peran strategis bahasa Indonesia sebagai bahasa peradaban modern
masih memerlukan pengembangan yang lebih serasi dan serius sesuai dengan
perkembangan ipteks.
Dalam rangka menuju ke arah peradaban modern, kita perlu memahami,
menguasai, dan mengembangkan konsep-konsep ipteks modem, yang pada
umumnya masih tertulis dalam baliasa asing, khususnya bahasa Inggris.
Tujuannya, agar konsep-konsep ipteks modem tidak hanya diserap oleh mereka
yang memahami baliasa asing yang jumlahnya tentu tidak sebanding dengan
jumlah anggota masyarakat Indonesia yang memerlukannya. Apalagi dalam
rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, penyebarluasan konsep-
konsep ipteks modern itu harus dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam rangka lebih memasyarakatkan peristilahan modem itu, istilah-
istilah yang telah berhasil disusun, kemudian diolah lebih lanjut menjadi berbagai
kamus istilah. Tentu saja, selain mengandung padanan istilah dalam bahasa
Indonesia, kamus istilah itu juga mencantumkan rumusan atau penjelasan setiap
istilah yang dicantumkan. Sampai sekarang, telah berhasil disusun tidak kurang
dari 40 buah kamus istilah
Dalam hal ini para ilmuwan dari berbagai disiplin diharapkan
menggunakan istilah yang telah dibakukan itu dengan taat asas. Selain itu, harus
pula diupayakan adanya arus balik yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan
dalam proses pengembangan bahasa selanjutnya. Di samping itu dipandang dari
segi pembinaan dan pengembangan bahasa, masuknya istilah-istilah yang sudah
dibakukan itu ke dalam buku ajar, makalah, laporan penelitian, jurnal-jurnal
ilmiah, karangan-karangan ilmiah lainnya, dan media komunikasi dan informasi
merupakan langkah berikutnya yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi. Bahasa Indonesia memiliki dua sifat utama yang menguntungkan, yaitu
(1) bentuk yang sederhana sehingga mudah dipelajari dan
(2) kelenturan (fleksibel) untuk dikembangkan.
Hal ini didukung oleh latar belakang sejarah kebahasaan yang kuat. Kaum cerdik-
cendekia yang hidup pada zaman kemerdekaan pun, pada umumnya yakin bahwa
bahasa Indonesia mempunyai kemampuan berkembang luas dengan cepat di tanah air
6

ini, dari Sabang sampai Merauke. Danzer Carr misalnya, berkeyakinan bahwa bahasa
Indonesia dapat menggantikan kedudukan bahasa Inggris di Asia.
Bahasa mengalami perubahan sejalan dengan perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat penuturanya. Bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi dan komunikasi
dalam kegiatan kehidupan manusia, seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu, dan
teknologi. Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan dan ilmu serta
teknologi berkembang sedemikian rupa. Bahasa Indonesia pun berkembang
mengikuti perkembangan tersebut. Pesatnya perkembangan kebudayaan, ilmu, dan
teknologi di dunia Barat membawa pengaruh terhadap perkembangan bahasa
Indonesia, khususnya di bidang kosakata/peristilahan.
Di samping itu, luas wilayah pemakaian (tersebar di pulau-pulau yang secara
geografis terpisahkan dengan oleh laut) dan besarnya jumlah penutur yang berlatar
belakang (bahasa daerah dan kebudayaannya), memungkinkan terjadinya perubahan-
perubahan di tiap-tiap daerah yang lama kelamaan akan berkembang menjadi dialek
tersendiri. Oleh karena itu, perlu diadakan kontak terus-menerus antara daerah yang
satu dan daerah yang lain untuk menjaga keutuhan bahasa Indonesia.
Perkembangan bahasa Indonesia itu harus diarahkan menuju ragam bahasa
baku. Selanjutnya, ada beberapa dasar pembinaan baliasa Indonesia yang
diharapkan memberikan semangat dan motivasi tinggi dalam membina dan
mengembangkan bahaasa Indoensia. Landasan tersebut bersifat keagamaan
(religius), kesejarahan (historis, politis), kecendekian (intelektual), bersifat
kemasyarakatan (sosial). Dengan landasan tersebut, pembinaan bahasa Indonesia
yang dilakukan pada era otonomi daerah menjadi kuat, tidak tergoyahkan oleh
kondisi yang bersifat memecah-belah, dan dapat dijadikan referensi dalam
menjaga kesatuan dan persatuan demi keutuhan bangsa Indonesia.
Landasan yang bersifat keagamaan adalah bahwa bahasa Indonesia itu
karunia Tuhan yang harus kita syukuri. Membina dan mengembangkan bahasa
Indonesia berarti mensyukuri karunia Tuhan. Sebaliknya, mengabaikan
pemeliharaan bahasa Indonesia adalah sama dengan tidak mensyukuri karunia
Tuhan. Landasan kedua bersifat kesejarahan, yaitu bahasa Indonesia merupakan
amanat para pejuang atau pahlawan bangsa. Butir ke-3 Sumpah Pemuda 1928
menyatakan bahwa “Kami putra-putri Indonesia, menjungjung bahasa Persatuan,
bahasa Indonesia”. Demikian pula Pasal 36 UUD 1945 menyatakan bahwa
7

“Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Generasi peneras harus mengamalkan


amanat itu. Menghargai bahasa Indonesia dengan jalan “menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar dalam suasana resmi” berarti mengamalkan
amanat para pahlawan tersebut. Dasar berikutnya adalah landasan kecendekiaan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mampu mengemban konsep, mutu, dan
keilmiahan, karena diemban oleh intelektualisme para cendekiawan atau orang
terpelajar, bukan awam. Kemampuan intelektual orang terpelajar jauh lebih tinggi
daripada orang awam. Pengalaman intelektual mereka pun jauh lebih banyak
daripada orang awam. Atas dasar itu, bahasa Indonesia orang terpelajar harus
lebih bermutu daripada orang awam. Bahasa Indonesia beragam. Dasar ini juga
merupakan landasan dalam pembinaan bahasa Indonesia karena secara sosial,
penutur bahasa Indonesia berasal dari berbagai strata dan kelompok masyarakat.
Ragam bahasa Indonesia, di antaranya ragam baku, nonbaku, ragam ilmiah, dan
ragam lainnya. Fokus dan arah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia pada
prinsipnya, yakni pembinaan dan pengembangan bahasa sebagai upaya dan
penyelenggaraan kegiatan yang ditujukan untuk memelihara dan mengembangkan
bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa asing (Sugono,1999)
Hal ini dilakukan supaya bahasa tersebut dapat memenuhi fungsi dan
kedudukannya. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia difokuskan melalui
usaha-usaha pembakuan agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien
dalam berkomunikasi. Sehubungan dengan hal itu, perlu diciptakan kaidah (aturan)
dalam bidang ejaan, kosakata/istilah, dan tata bahasa. Dalam usaha pembinaan bahasa
Indonesia perlu diarahkan dan didahulukan pada bahasa Indonesia ragam tulis karena
coraknya lebih tetap dan batas cakupannya lebih jelas. Di samping itu, pembakuan
lafal perlu dilakukan sebagai pegangan guru, penyiar televisi/radio, dan
masyarakat luas. Untuk kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa:
1. pembinaan, terutama difokuskan kepada penutumya, yaitu masyarakat pemakai
bahasa Indonesia;
2. pengembangan terutama difokuskan kepada bahasa dalam
segala aspeknya.
Pembinaan dan pengembangan bahasa mencakup dua arah, yaitu
1.Pengembangan bahasa mencakup dua masalah pokok (masalah bahasa dan
masalah kemampuan/sikap) dan
8

2. Pembinaan yang mencakup dua arah (masyarakat luas dan generasi muda).
Pengembangan aspek bahasa meliputi ragam bahasa lisan dan bahasa tulis.
Ragam bahasa lisan mencakup lafal, tata bahasa, kosakata/istilah, dan ejaan.
Dalam ragam bahasa tulis yang digarap terlebih dahulu adalah ejaan, dengan
peresmian penggunaan Ejaan yang Disempumakan oleh Presiden Republik
Indonesia tahun 1972. Kemudian, disusul dengan usaha pembakuan di bidang
kosakata/istilah yang pemakaiannya diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 1975. Di samping itu, dilakukan pula pengolahan kembali
Kamus Umum Bahas Indonesia karangan W.J.S. Poewadarminta oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang terbit mulai cetakan V tahun 1976.
Kemudian, pada tahun 1988 terbit Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan
disempurnakan dalam edisi kedua yang terbit pertama tahun 1991. Usaha
pembakuan dalam bidang tata bahasa secara resmi telah dirintis dengan
diadakannya Seminar Penyusunan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1988.
Bahasa Indonesia pada Era Otoda Pembinaan bahasa Indonesia sudah lama
dilakukan, bahkan sejak zaman Pujangga Baru (1933). Namun, sampai sekarang
masih banyak kendala yang dihadapi dan dialaminya, khususnya pada era otoda.
Masalah utama adalah persoalan sikap terhadap pembinaan bahasa Indonesia. Ada
sebagian masyarakat pengguna bahasa Indonesia yang meremehkan bahasa
Indonesia. Sikap mereka terhadap pembinaan bahasa Indonesia acuh tak-acuh. Mereka
menilai:
(1) pelaksanaan pembinaan bahasa Indonesia kurang menarik,
(2) hasilnya kurang nyata, dan
(3)bahasa
Indonesia dianggap mudah. Karena dianggap mudah, orang Indonesia tidak perlu
mempelajari bahasa Indonsia. Persoalan sikap tersebut semakin menjadi masalah,
karena sikap negatif itu bukan berasal dari kelompok awam, melainkan kelompok
cendekia atau terpelajar. Mereka itu adalah sebagian pelaku utama dan pemegang
peranan penting dalam roda otonomi daerah. Jika orang awam bersikap negatif
terhadap bahasa Indonesia, itu dapat dipahami. Namun jika orang terpelajar
bersikap seperti orang awam itu, tampaknya tidak berterima. Masalahnya, orang
awam berbeda dengan orang terpelajar. Orang awam tidak banyak berkaitan
dengan dunia pemikiran. Kegiatannya terbatas pada pemenuhan kebutuhan hidup
9

sehari-hari, sedangkan seorang terpelajar berkaitan erat dengan dunia pemikiran.


Pemikiran-pemikirannya melahirkan konsep-konsep, perencanaan, dan kebijakan-
kebijakan. Oleh karena orang terpelajar pencetus konsep, perencana kegiatan, dan
pembuat kebijakan. Orang terpelajar selalu bergulat dengan masalah mutu
sumberdaya manusia. Dalam pergulatan itulah bahasa Indonesia tampil sebagai
piranti yang penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi, bahasa
negara.
Konsekuensi logisnya adalah mau tidak mau, kita haruslah menjadi contoh,
teladan, anutan, atau model bagi orang lain. Setidaknya, bahasa Indonesia kita harus
bemutu. Bahasa Indonesia yang bermutu ialah bahasa Indoensia yang bersih dari
kesalahan, baik kesalahan kaidah, kesalahan logika, maupun kesalahan budaya.
Kesalahan kaidah sudah sering dibahas. Jadi pembicaraannya tidak perlu untuk
sementara. Kesalahan logika tampak pada penggunaan pola, seperti “Dalam seminar
itu membicarakan masalah pengentasan kemiskinan”. “Beberapa seniman diberikan
pengliargaan”, dan yang lainnya. Kesalahan budaya terlihat pada penggunaan kata-
kata asing seperti oke, sorry, point, complain, no comment, coffee morning, dan yang
lain. Begitu pula penggunaan pola-pola seperti “tujuan daripada pembangunan”,
“banyak teori-teori”, “tidak masalah”, dan yang lain. Pola-pola seperti itu merupakan
kesalahan budaya yang melahirkan kesalahan kaidah (Halim, Amran. 1976.)

2.3 Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari


Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa
Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata
dapat memperkaya bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata
untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra
Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa
Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
penting dalam dunia internasional.
Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat
untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan
control sosial. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan berikut ini:
10

a) Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri


Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan
kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap
(kedua orang tua). Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi
menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, tetapi
juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya.
b) Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi
tidak akan sempurna apabila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami
oleh orang lain.
c) Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial Bahasa
di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula
manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari, dan
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan
dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat
dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap-tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok
sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-
bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.
d) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini
dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Setelah
memahami fungsi bahasa tersebut, dapat kita ketahui bahwa sangat
penting menggunakan bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat
negara Indonesia. Oleh karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan bahasa
dalam setiap daerah dengan ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia sangat penting digunakan untuk mempersatukan bangsa yang kaya
ini.
11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di wilayah NKRI adalah sebagai
bahasa nasional dan baahsa negara. Dalam pembangunan bangsa yakni sebagai
perisai pemersatu yang belum pemah dijadikan sumber permasalahan oleh
masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku daerah.
Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia mampu menempatkan dirinya
sebagai sarana komunikasi yang efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan
bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan
berbagai aspek kehidupan, kebudayaan, termasuk pengembangan bahasa-bahasa
daerah. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pembagunan bangsa karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang berperan penting
dalam memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang
akhimya mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam
pembangunan bangsa.

3.2 Saran
Sebagai kaum intelektual kita harus menjaga bahasa Indonesia agar
menjadi bahasa yang dapat mempersatukan berbagai kelompok masyarakat. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengadakan pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien.
12

DAFTAR PUSTAKA

Mudhofar, M. 2010 Kapita Selekta Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya:


Pustaka Gama.
Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. Kridalaksana,
Harimurti. 1976. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Sukartha, I Nengah dkk. 2015. Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan
Tinggi. Denpasar: Udayana University Press.
Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya: Unipress
Unesa.

Anda mungkin juga menyukai