Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia
dosen pengampu Dra. Tati Sri Uswati, M.Pd.

disusun oleh:
Hikmah U. U. (1415110013)
Nur Aisyah (14151100)
Shofuroh (14151100)

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Kesambi Cirebon Telp. (0231) 4891642
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
manusia terbaik sepanjang masa Nabi Muhammad Saw., keluarganya, sahabatnya,
serta umatnya yang taat kepada ajarannya.

Makalah yang berjudul “Medan Makna dan Komponen Makna” ini disusun
untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia yang
diampu oleh Ibu Dra. Tati Sri Uswati, M.Pd.. Semoga makalah ini dapat
memberikan banyak manfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang Linguistik.

Bagaimanapun makalah ini tidak terlepas dari segala bentuk kekurangan.


Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Cirebon, April 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA 2
A. Medan Makna 2
B. Komponen Makna 3
PENUTUP 9
SIMPULAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu kelompok lazim
dinamai kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu medan makna
atau satu medan leksikal, sedangkan usaha untuk menganalisis kata-kata atau
leksem-leksem terhadap unsur unsur makna yang dimilikinya dinamakan
analisis komponen makna atau analisis ciri-ciri makna, atau analisis ciri-ciri
leksikal. Sebagai contoh, kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa
dapat dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan
ciri semantik yang dimiliki kata-kata atau leksem-leksem tersebut. Misalnya,
kata-kata kuning, merah, hijau, biru, dan ungu berada dalam satu kelompok,
yaitu kelompok warna atau nama-nama warna, atau jenis warna.

Sebaliknya, setiap kata atau leksem dapat dianalisis unsur-unsur


maknanya sehingga dapat diketahui perbedaan makna antara kata tersebut
dengan kata yang lainnya yang berada dalam satu kelompok. Misalnya, kata
mayat dan bangkai berada dalam satu kelompok yaitu sesuatu yang sudah mati,
tetapi perbedaan maknanya terletak pada bahwa kata mayat dipakai untuk
manusia yang meninggal, sedangkan kata bangkai digunakan untuk hal yang
telah mati, yang bukan manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini adalah:
1. “Bagaimana analisis medan makna?”
2. “Bagaimana analisis komponen makna?”

C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. untuk memaparkan analisis medan makna; dan
2. untuk memaparkan analisis komponen makna.

1
BAB II

MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA

A. Medan Makna
Medan makna (semantic domai, semantic field) atau medan leksikal
adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam
semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah
tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang masing-masing merupakan satu
medan makna. Banyaknya unsur leksikal dalam satu medan makna antara
bahasa yang satu dengan bahasa yang lain tidak sama besarnya (Chaer, 2013).
Jumlah nama atau istilah perkerabatan juga tidak sama banyaknya
antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Malah bisa juga konsep
penamaannya berbeda. Dalam bahasa Indonesia dikenal kakak dan adik, yaitu
orang yang lahir dari ibu yang sama. Bahasa Inggris menyebut orang yang lahir
dari ibu yang sama dengan istilah brother dan sister. Di sini jelas perbedaan
konsep penamaannya: bahasa Indonesia berdasarkan usia, lebih tua atau lebih
muda. Sedangkan dalam bahasa Inggris berdasarkan jenis kelamin, lelaki atau
perempuan. Dalam dialek Melayu Jakarta dua konsep itu, meskipun tidak
lengkap, yakni di samping ada aban ‘saudara laki-laki yang lebih tua’ ada juga
mpok ‘saudara perempuan yang lebih tua’ dan adik ‘saudara yang lebih muda
baik laki-laki maupun perempuan’.
Kata-kata atau leksem-leksem yang mengelompok dalam satu medan
makna, berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas
kelompok medan kolokasi dan medan set.
1. Medan Kolokasi
Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat
antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu, misalnya dalam kalimat:
“tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu
digulung ombak dan tenggelam beserta segala isinya”
3

Pada contoh kalimat di atas didapati kata-kata layar, perahu,


nelayan, badai, ombak dan tenggelamyang merupakan kata-kata dalam satu
kolokasi, satu tempat atau lingkungan yang sama. Dalam hal ini lingkungan
kelautan. Contoh lain, kata-kata cabe,bawang, garam, merica dan lada
berada dalam satu kolokasi, yaitu yang berkenaan dengan bumbu dapur.
2. Medan Set
Sekelompok kata yang yang merupakan satu set biasanya
mempunyai kelas yang sama, dan tampaknya juga merupakan satu kesatuan.
Setiap kata dalam set dibatasi oleh tempatnya dengan anggota-anggota lain
dalam set itu. Suatu set biasanya berupa sekelompok unsur leksikal dari
kelas yang sama yang tampaknya merupakan satu kesatuan. Misalnya kata
remaja merupakan tahap perkembangan dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Sedangkan kata sejuk merupakan suhu diantara dingin dan hangat. Maka
kalau kata-kata yang satu set dengan remaja dan sejuk (Chaer,2002:315-
317).

Kata remaja dalam contoh di atas hanya menunjuk pada jenjang


usia, yang barangkali antara 14-17 tahun. Padahal kata remaja juga
sekaligus mengandung pengertian atau makna tambahan yaitu belum
dewasa, keras kepala, bersifat kaku, mengganggu dan suka membantah.
Oleh karena itu, secara semantik diakui bahwa pengelompokkan kata atau
unsur-unsur leksikal secara kolokasi dan set hanya menyangkut satu segi
makna yaitu makna dasarnya saja. (Chaer, 2013: 111-112)

B. Komponen Makna
1. Hakikat Komponen Makna
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komponen yaitu bagian
dari keseluruhan sedangkan makna adalah arti jadi komponen makna adalah
bagian arti dari keseluruhan suatu kata.

Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature,


semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata
atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama
4

membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini
mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri
yang membedakannya dengan unsur lain (Chaer, 2009:115). Pengertian
komponen menurut Palmer ialah keseluruhan makna dari suatu kata, terdiri
atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain
memiliki ciri yang berbeda-beda (Aminuddin, 2008:128).

2. Analisis Komponen Makna Kata

Analisis komponen semantik seperti di atas sebenarnya bukan hal


baru, R. Jacobson dan Morris Halle dalam laporan penelitian mereka
tentang bunyi bahasa yang berjudul Preliminaries to Speech Analysis: The
Distinctive Features and Their Correlates telah menggunakan cara analisis
seperti itu. Dalam laporan itu mereka mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa
dengan menyebutkan ciri-ciri pembeda di antara bunyi yang satu dengan
bunyi yang lain. Bunyi-bunyi yang memiliki sesuatu ciri diberi tanda plus
(+) dan yang tidak memiliki ciri itu diberi tanda minus (-). Konsep analisis
dua-dua ini lazim disebut analisis biner oleh para ahli kemudian diterapkan
juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain.

Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah
komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan
makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau
disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang
dimilikinya. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna
/+manusia/, /+dewasa/, /+jantan/, /+kawin/, dan /+punya anak/. Perbedaan
makna antara kata ayah dan ibu hanyalah pada ciri makna atau komponen
makna; ayah memiliki makna jantan, sedangkan ibu tidak memiliki kata
jantan.
Komponen makna Ayah Ibu
Insan + +
Dewasa + +
5

Jantan + –
Kawin + +

Keterangan: tanda + mempunyai komponen makna tersebut, dan tanda – 


tidak mempunyai komponen makna tersebut.
 Komponen makna Becak Bemo
Kendaraan umum + +
Beroda tiga + +
Bermotor – +

Konsep analisis dua-dua ini (lazim disebut analisis biner) oleh para
ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan
kata lain. Dengan analisis Biner ini kita juga dapat menggolong-golongkan
kata atau unsur leksikal seperti yang dimaui teori medan makna. Misal
Benda

+bernyawa -bernyawa

+hewan -hewan

+bertulang belakang -bertulang belakang

+berkaki empat -berkaki empat

+reptil -reptil +manusia -manusia

Kadal Kucing Orang Monyet

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa banyaknya ciri-ciri


semantik setiap kata tidak sama; jumlahnya sesuai dengan sifat unsur
leksikal tersebut. Kata-kata yang umum seperti manusia, hewan, dan
makanan memiliki makna yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
unsur leksikal yang lebih khusus seperti guru, kucing, dan bakso. Analisis
Biner ini juga dapat digunakan untuk mencari perbedaan semantik kata-kata
yang bersinonim.
6

Ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis


biner tersebut. Pertama, ada pasangan kata yang satu diantaranya lebih
bersifat netral atau umum sedangkan yang lain bersifat khusus. Misalnya
pasangan kata siswa dan siswi. Kata siswa lebih bersifat umum dan netral
karena dapat termasuk “pria” dan “wanita”. Sebaliknya kata siswi lebih
bersifat khusus karena hanya mengenai “wanita” saja. Kedua, ada kata atau
unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena memang mungkin
tidak ada; tetapi ada juga yang memiliki pasangan lebih dari satu. Contoh
yang sukar dicari pasangannya adalah kata-kata yang berkenaan dengan
nama warna. Contoh kedua yaitu contoh yang pasangannya lebih dari satu,
yaitu berdiri misalnya. Kata berdiri bukan hanya bisa dipertentangkan
dengan kata tidur, tetapi bisa saja dengan kata tiarap, rebah, duduk, jongkok,
dan berbaring.
Rebah

Jongkok

Berdiri Tidur

Berbaring

Tiarap

Ketiga, kita seringkali sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara


bertingkat, mana yang lebih bersifat umum, dan mana yang bersifat khusus.
Contohnya ciri jantan dan dewasa, mana yang lebih bersifat umum antara
jantan dan dewasa. Bisa jantan, tetapi bisa juga dewasa sebab tidak ada
alasan bagi kita untuk menyebutkan ciri jantan lebih bersifat umum dari
pada dewasa, begitu juga sebaliknya, karena ciri yang satu tidak
menyiratkan makna yang lain.

Analisis komponen makna dapat dimanfaatkan sebagai berikut.


Pertama, untuk mencari perbedaan dari bentuk-bentuk yang bersinonim,
misalnya, kata ayah dan bapakadalah dua kata yang bersinonim, dua buah
7

kata yang bersinonim maknanya tidak persis sama, tentu ada perbedaan
makna. Kalau dianalisis kata ayah dan bapak dari segi komponen makna,
maka kata ayah dan bapak sama-sama memiliki komponen makna manusia,
dewasa, dan sapaan kepada orang tua laki-laki, bedanya, kata ayah tidak
memiliki komponen sapaan kepada orang yang dihormati, sedangkan kata
bapak memiliki komponen makna sapaan kepada orang yang dihormati.
Sehingga antara kata ayah dan bapak memiliki beda makna yang hakiki
yang menyebabkan keduanya tidak dapat dipertukarkan.

Kedua, berguna untuk membuat prediksi makna-makna gramatikal


afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Misalnya, dalam proses afiksasi
dengan prefiks me- pada nomina yang memiliki komponen makna ‘alat’
akan mempunyai makna gramatikal ‘melakukan tindakan dengan alat dalam
kata dasarnya’, seperti pada kata menggergaji, memahat, menombak,
mengail, dan sebagainya. Proses afiksasi dengan prefiks me- terhadap
nomina yang memiliki komponen makna ‘sifat atau ciri khas’ akan
mempunyai makna gramatikal ‘menjadi atau berbuat seperti yang disebut
pada kata dasarnya’, seperti pada kata membeo, mematung, membaja,
membatu, dan sebagainya. Proses afiksasi dengan prefiks me- pada nomina
yang memiliki komponen makna ‘hasil olahan’ akan mempunyai makna
gramatikal ‘membuat yang disebut kata dasarnya’, seperti pada kata
menyate, menggulai, menyambal, dan sebagainya. Dalam proses komposisi,
atau proses penggabungan leksem dengan leksem, terlihat bahwa komponen
makna yang dimiliki oleh bentuk dasar yang terlibat dalam proses itu
menentukan makna gramatikal yang dihasilkannya. Misalnya, makna
gramatikal ‘milik’ hanya dapat terjadi apabila konstituen kedua dari
komposisi itu memiliki komponen makna manusia atau dianggap manusia.

Ketiga, bermanfaat untuk meramalkan makna gramatikal, dapat juga


dilihat pada proses reduplikasi dan proses komposisi. Dalam proses
reduplikasi, yang terjadi pada dasar verba yang memiliki komponen makna
‘sesaat’ dapat memberi makna gramatikal ‘berulang-ulang’, seperti pada
8

kata memotong-motong, memukul-mukul, menendang-nendang, dan


sebagainya. Pada verba yang memiliki komponen makna ‘bersaat’ akan
memberi makna gramatikal ‘dilakukan tanpa tujuan’, seperti pada kata
membaca-baca, mandi-mandi, duduk-duduk, dan sebagainya.

Di samping memiliki beberapa manfaat, analisis komponen makna


juga memiliki keterbatasan. Analisis komponen makna tidak dapat
diterapkan pada semua kata karena komponen makna kata berubah-ubah,
bervariasi, dan bertumpang tindih. Analisis komponen makna lebih banyak
dilaksanakan pada kelas kata nomina, belum banyak dilakukan pada kelas
kata verba, atau adjektiva, kata-kata dari kelas itu juga dapat diberi ciri-ciri
semantik.

Walaupun analisis komponen makna ini dengan pembagian biner


banyak kelemahannya tetapi cara ini banyak manfaatnya untuk memahami
makna kalimat. Para tata bahasawan transformasional juga telah
menggunakan teknik ini sehingga minat terhadap analisis komponen makna
ini menjadi meningkat. Analisis semantik kata yang dibuat seperti di atas
tentu banyak memberi manfaat dalam memahami makna-makna kalimat;
tetapi pembuatan daftar kosakata dengan disertai ciri-ciri semantiknya
secara lengkap bukanlah pekerjaan yang mudah sebab memerlukan
pengetahuan budaya, ketelitian, waktu, dan tenaga yang cukup besar.
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN
Medan makna (semantic domai, semantic field) atau medan leksikal adalah
seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta
tertentu. Sedangkan komponen makna merupakan bagian dari arti yang utuh
mengenaim sebuah kata. Komponen makna sering menggunakan pembagian
biner dalam analisisnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2015. Semantik Pengantar Studi tentang Makna. Jakarta: Sinar Baru
Algensindo
Chaer, Abdul. 2002. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta

10

Anda mungkin juga menyukai