Anda di halaman 1dari 9

FORMAT TUGAS WAJIB

TUGAS TUTORIAL II

Nama Matakuliah : Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kode


Matakuliah : PDGK4504
Nama Pengembang : Dr.Kusen, M.Pd.Masa
Tutorial : 2023.1
Nomor Soal/Tugas *) : 1 - 10
Skor Maks : 100
Nama : Sevia Assa Sabilli
NIm : 857060512

Uaraian Tugas
1. Jelaskan pengertian wacana disertai contoh!
Jawab
Wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, berisi lebih dari klausa dan
kalimat, memiliki kohesi dan koherensi, memiliki awal dan akhir yang jelas, serta
berkesinambungan, baik dalam tulisan maupun tulisan, seperti dikutip dari Keutuhan
Wacana oleh Junaiyah HME.
Adapun menurut ahli bahasa Henry Guntur Tarigan, wacana merupakan satuan
bahasa terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan
kohesi, seperti dikutip dari buku Analisis Wacana Konsep, Teori, dan Aplikasi oleh Eti
Setiawati.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Chaer, 2007:267). Sebagai
satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis wacana mempunyai pengertian yang lengkap
atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimat-kalimat.

Contoh Teks Wacana

Berikut beberapa contoh teks wacana, seperti dikutip dari buku Cara Praktis Penulisan
Karya Ilmiah dalam Bahasa Indonesia oleh Novi Indrastuti:

1. Contoh Wacana Narasi

Akhir-akhir ini, banyak orang ingin berlibur ke Pulau Tidung. Pulau Tidung terletak di
Wilayah Kepulauan Seribu, Jakarta.

Pulau Tidung adalah pulau yang baru dikembangkan oleh Provinsi DKI Jakarta sebagai
tempat wisata. Dina dan kakaknya menginap di salah satu penginapan di Pulau
Tidung. Penginapan sederhana, tetapi bersih.

Mereka menyelam dan bermain air. Mereka dapat bersepeda menyusuri tepi pantai
dan keliling desa pada pagi sampai malam hari. Pada sore hari, mereka menikmati
pemandangan matahari tenggelam di tepi. Pada malam hari, mereka makan jagung
bakar.

2. Contoh Wacana Persuasif

Kebersihan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Tanpa kebersihan,


lingkungan akan dipenuhi sampah. Dimana-mana akan terjangkit berbagai macam
penyakit. Beragam bencana pun timbul.

Oleh karena itu, sebaiknya manusia dapat menciptakan kebersihan di mana pun
berada. Aksi sederhana yang dapat dilakukan antara lain membuang sampah pada
tempatnya, menjaga kebersihan diri, dan mengurangi konsumsi barang dan jasa
sehari-hari yang akan menimbulkan sampah.

2. Jelaskan unsur-unsur pembangun wacana dalam contoh berikut!


(1) Salah satu alasan para orang tua tidak memberikan pendidikan prasekolah bagi
anaknya adalah karena tidak ingin anaknya kehilangan masa kecil. (2) Telah umum
dikatakan bahwa masa kecil adalah masa bermain. (3) Padahal, pendidikan
prasekolah anak bukanlah pendidikan yang "menyeramkan" seperti halnya sekolah
yang menuntut anak untuk ini dan itu. (4) Pendidikan anak usia dini tetap memberikan
kebebasan kepada anak untuk bermain dalam konteks bermain sambil belajar. (5)
Selain itu, pendidikan anak usia dini penting karena dapat membentuk kesiapan diri
anak dalam menghadapi masa sekolah. (6) Kecerdasan kognitif, afektif, dan
psikomotor anak akan terbentuk dengan baik melalui pendidikan ini.
Jawab
Wacana tersusun dari untaian kalimat-kalimat yang berkesinambungan, erat, dan
kompak sesuai dengan konteks situasi. Artinya, dalam menganalisis wacana terlibat
dua unsur pokok, yakni (1) unsur internal bahasa (intralinguistik) yang berkaitan
dengan kaidah bahasa seperti sintaksis, morfologi, dan fonologi; serta (2) unsur
eksternal bahasa (ekstralinguistik), yang berkaitan dengan konteks situasi. Serasi
tidaknya kaidah bahasa dan konteks situasi dihubungkan dengan alat kewacanaan
atau unsur-unsur pragmatik seperti deiksis, praduga, implikatur.

1. Unsur internal
Unsur internal wacana terdiri atas topik dan kalimat. Satuan bahasa yang
digunakan untuk menyatakan topik adalah kalimat.
A. Topik, tema, judul
Topik, tema, dan judul erat kaitannya. Topik merupakan pokok persoalan
yang disampaikan. Topik adalah pokok gagasan yang dikembangkan menjadi
sebuah wacana. Dalam sebuah wacana hanya ada sebuah topik. Ganti topik
berarti ganti wacana. Untuk membentuk sebuah wacana, topik
dikembangkan dengan sebuah kalimat atau lebih.

Tema merupakan amanat utama yang ingin disampaikan oleh pembicara


dalam wacana sebagai rumusan dari topik dan menjadi dasar untuk mencapai
tujuan. Tema lebih sempit dan abstrak daripada topik. Tema merupkan topik
yang dibatasi. Misalnya, topiknya ialah “bahaya narkoba”, sedangkan
temanya ialah “cara menanggulangi bahaya narkoba”. Judul atau titel
merupakan etiket, label, merek, atau nama yang dikenakan pada sebuah
wacana. Judul berguna untuk menarik kepenasaran pesapa terhadap
persoalan yang dibicarakan. Judul merupakan slogan yang menuangkan topik
dalam bentuk yang lebih menarik. Karena itu, judul harus sesuai dan dapat
mewakili keseluruhan isi wacana, jelas, dan singkat. Judul dapat dibuat
sebelum maupun sesudah wacana selesai. Judul dapat juga bersifat simbolis.
Judul besar sekali manfaatnya. Wacana yang sama segala-galanya, jika diberi
judul berbeda, akan dibayangkan atau ditafsirkan berbeda pula.

Misalnya:
Di stasiun kareta api

Entah berapa lama, neng santi menanti-nanti di sana. Tapi, belum juga
datang. Selama duduk, mukanya cemberut, tanda marah. Sebentar-sebentar
melihat ke arah timur. Sementara yang dinantikannya belum juga datang.
Neng santi kesal, mau marah tak bisa. Kemudian ia berdiri, karena pantatnya
terasa kaku. Akhirnya, ia berdiri, berjalan-jalan ke sana ke mari sambil
menggerutu.

Wacana tersebut menjelaskan bahwa seorang sedang menanti kareta api di


stasiun. Tentu saja kita tidak akan membayangkan hal lain, tetapi akan tertuju
kepada kekesalan santi karena dia menanti kereta api yang tidak kunjung
tiba. Wacana itu akan ditafsirkan berbeda apabila diberi judul yang lain.
Bandingkan wacana di atas dengan wacana berikut.

B. Kalimat
Kalimat termasuk unit dalam wacana. Untuk memproduksi sebuah wacana,
sekurang-kurangnya digunakan satu kalimat. Hal ini dapat dipahami karena
wacana secara konkret merujuk pada realitas penggunaan bahasa yang
disebut teks. Teks sebagai perwujudan konkret wacana terbentuk dari
untaian kalimat-kalimat. Sebuah kalimat diakhiri dengan intonasi final.
Kalimat sering diandaikan seperti sebuah bangunan yang terdiri atas
beberapa ruang. Padahal, bisa saja sebuah kalimat hanya terdiri atas satu
kata. Namun, kalimat satu kata itu harus merupakan pengungkapan atau
tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai kalimat (satu ruang itu harus
dianggap sebuah rumah). Kalimat pendek seperti itu sering terdapat pada
dialog atau percakapan karena pada tempat dan situasi tertentu orang
cenderung bertanya jawab dengan kalimat pendek, bahkan mungkin tidak
berbentuk kalimat.

2. Unsur eksternal
Unsur eksternal (unsur luar) wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian
wacana, namun tidak nampak eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual
wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-
unsur eksternal ini terdiri atas konteks, implikatur, presuposisi, referensi, dan
inferensi. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut dapat
membantu pemahaman tentang suatu wacana.
a. Konteks
Konteks berarti yang berkenaan dengan teks, yakni benda-benda atau hal-hal
yang ikut bersama teks dan menjadi kesatuan. Menurut brown dan yull
(1983), konteks adalah lingkungan atau keadaan tempat bahasa digunakan.
Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah lingkungan teks.
Konteks wacana adalah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu
yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana (sumarlam, 2003 : 47).
Konteks wacana secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu konteks verbal dan konteks nonverbal.
1) konteks verbal
Konteks verbal yaitu hubungan dengan satuan bahasa yang
melingkupinya contoh: kalimat-kalimat dalam percakapan.
2) konteks nonverbal
Konteks nonverbal yaitu hubungan yang berkaian dengan hal-hal di luar
bahasa. Konteks nonverbal meliputi situasi sosial,dan budaya.
Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan
dengan berbagai prinsip penafsiran dan analogi. Prinsip-prinsip tersebut
yaitu: prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip
penafsiran temporal, dan prinsip analogi (sumarlam, 2005 : 47-54).

Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa sesuangguhnya yang


menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam hal ini, siapa penutur
dan siapa mitra tutur sangat menentukan makna sebuah tuturan. Prinsip
penafsiran lokasional berkenaan dengan penafsiran tempat atau lokasi
terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka
memahami wacana. Penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman
mengenai waktu. Berdasarkan konteksnya kita dapat menafsirkan kapan
atau berapa lama waktu terjadinya suatu situasi (peristiwa, keadaan,
proses).

Prinsip analogi digunakan sebagai dasar, baik oleh penutur maupun mitra
tutur, untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari (bagian
atau keseluruhan) sebuah wacana. Interensi adalah proses yang harus
dilakukan oleh komunikan (pembaca/pendengar/mitra tutur) untuk
memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang
diungkapkan oleh komunikator (pembicara/penulis/penutur).

Konteks wacana yang mendukung pemaknaan ujaran, tuturan, atau


wacana adalah situasi kewacanaan. Situasi kewacanaan berkaitan erat
dengan tindak tutur. Sejalan dengan pandangan dell hymes (1972) yang
menyebut komponen tutur dengan singkatan speaking.

S = setting and scene (latar dan suasana tutur)

P = participants (peserta)

E = ends (hasil)

A = act sequence (pokok tuturan)

K = key (nada tutur)

I = instrumentalities (sarana)

N = norms (norma)

G = genres (jenis)

Settings dipakai untuk menunjuk kepada aspek tempat dan waktu


terjadinya tuturan, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan
waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. Participants adalah orang
yang terlibat dalam tuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan
pesapa, atau pengirim dan penerima. Ends merujuk pada maksud dan
tujuan tuturan. Act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran.
Key mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan
disampaikan. Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang
digunakan seperti jalur lisan dan tulis. Instrumentalities ini juga mengacu
pada kode ujaran yang digunakan seperti bahasa, dialek ragam, atau
register. Norm mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.
Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
doa dan sebagainya.

3. Syarat sebuah paragraf atau wacana yang baik adalah kohesif dan koherensi.
Jelaskan!
Jawab
Syarat sebuah paragraf adalah adanya kesatuan (kohesi) dan kepaduan
koherensi. Kesatuan dan kepaduan juga menjadi ciri paragraf yang baik.
Artinya, jika paragraf hanya memiliki salah satu syarat tersebut atau tidak
memiliki keduanya, maka paragraf tersebut adalah paragraf yang buruk.
Kohesi diartikan sebagai kesatuan bentuk yang secara struktural
membentuk ikatan sintaktik dalam wacana. Sedangkan koherensi adalah
pertalian makna atau pertalian isi kalimat.pemahaman mahasiswa terhadap
penyusunan karangan narasi berimplikasi pada karya tulis ilmiah.

4. Susunlah urutan kalimat-kalimat di bawah ini menjadi wacana yang kohesif dan
koherensif!
a) Paragraf eksposisi
(a) Satai Tambulins merupakan salah satu kekayaan kuliner di Provinsi Sulawesi
Tenggara.
(b) Cara memasaknya hampir sama dengan satai biasa, yaitu daging dipotong
kecil-kecil.
(c) Setelah itu daging ditusukkan satu per satu pada tusuk satai, lalu dibakar di
atas bara api.
(d) Daging tersebut dicampur dengan bumbu, minyak goreng, dan air jeruk nipis.
(e) Makanan ini terbuat dari daging has dengan bumbu, seperti bawang merah,
bawang putih, cabai merah, cabai rawit, jahe, garam, dan sedikit gula pasir.
b) Paragraf narasi
(a) Dengung dan raung lalu lintas jalan raya kembali menggila seperti kemarin.
(b) Kian lama kian berkurang.
(c) Sayup-sayup terdengar lonceng gereja menyongsong hari baru dan
menyatakan selamat tinggal pada hari kemarin
(d) Keributan ayam berkukuruyuk bersahut-sahutan mengendur.
(e) Akhirnya tinggal satu-satu saja yang terdengar kokok yang nyaring.
(f) Raung klakson mobil dan desis kereta api bergema-gema menerobos ke
relung-relung rumah di sepanjang jalan.
(g) Dan ayam-ayam itu sudah mulai turun dari kandangnya, pergi ke ladang dan
pelataran.

Jawab
Susunan yang benar yakni :
a) Paragraf eksposisi
(e) Makanan ini terbuat dari daging has dengan bumbu, seperti bawang merah,
bawang putih, cabai merah, cabai rawit, jahe, garam, dan sedikit gula pasir.
(a) Satai Tambulins merupakan salah satu kekayaan kuliner di Provinsi Sulawesi
Tenggara.
(b) Cara memasaknya hampir sama dengan satai biasa, yaitu daging dipotong
kecil-kecil.
(d) Daging tersebut dicampur dengan bumbu, minyak goreng, dan air jeruk nipis.
(c) Setelah itu daging ditusukkan satu per satu pada tusuk satai, lalu dibakar di
atas bara api.

b) Paragraf narasi
(f) Raung klakson mobil dan desis kereta api bergema-gema menerobos ke
relung-relung rumah di sepanjang jalan.
(a) Dengung dan raung lalu lintas jalan raya kembali menggila seperti kemarin.
(d) Keributan ayam berkukuruyuk bersahut-sahutan mengendur.
(c) Sayup-sayup terdengar lonceng gereja menyongsong hari baru dan
menyatakan selamat tinggal pada hari kemarin
(g) Dan ayam-ayam itu sudah mulai turun dari kandangnya, pergi ke ladang dan
(b) Kian lama kian berkurang.
pelataran.
(e) Akhirnya tinggal satu-satu saja yang terdengar kokok yang nyaring.

5. Jelaskan apa yang dimaksud Pendekatan Whole Language!


Jawab
Pendekatan
Whole Language adalah pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran
bahasa secara utuh.
Pendekatan whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran secara utuh
(menyeluruh), meliputi empat kebahasaan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis.
Pendekatan whole language didasari paham kontruktivisme yang menekankan anak
untuk membangun sendiri kemampuan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan
pendekatan whole language ditandai dengan pembelajaran bahasa yang disajikan
secara utuh antar keterampilan berbahasa.

Ada delapan komponen pendekatan Whole Language yang harus dikuasai guru, yaitu
reading aloud, sustained silent reading, shared reading, journal writing, guided
reading, guided writing, independent reading, dan independent writing

6. Jelaskan komponen dalam pendekatan whole language!


Jawab
Dalam pendekatan ini siswa mengembangkan kemampuan mendengar, berbicara,
membaca, dan menulis dengan cara alami. Ada delapan komponen whole language,
yaitu reading aloud, sustained silent reading, shared reading, journal writing, guided
reading, guided writing, independent reading, dan independent writing.

7. Jelaskan yang dimaksud pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa!


Jawab
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat
kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan
prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan
bahasa.
Tujuan utama dari pendekatan komunikatif adalah menjadikan siswa mampu atau
memiliki kompetensi komunikatif dalam berbahasa Indonesia baik lisan maupun
tulisan.
Penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia
menggunakan beberapa strategi, salah satunya dengan cara belajar siswa aktif.

8. Jelaskan yang dimaksud pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa!


Jawab
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa adalah kemampuan siswa
mengonstruk sendiri pengetahuan dan memberikan makna pemahamannya dalam
pengalaman nyata. Dengan kata lain, pemahaman berkembang dalam pengalaman
belajar bermakna.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja. Tidak
terkecuali dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut konsep CTL, “Belajar
akan lebih bermakna jika anak didik 'mengalami' apa yang dipelajarinya, bukan
sekedar 'mengetahui' apa yang dipelajarinya”.

9. Jelaskan tujuh komponen dalam pendekatan kontekstual!


Jawab
Berikut komponen nya :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan ctl. Dalam
konstruktivisme pengetahuan siswa dibangun secara bertahap dan hasil yang
diperoleh melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya
seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat belaka,
melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut barulah
kemudian memberi makna melalui pengalaman yang nyata.
Dengan dasar tersebut pembelajaran harus dikemas menjadi proses
”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama
dalam prooses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan.

2. Inquiry (menemukan sendiri)


Inquiry merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diperoleh dengan cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu proses pembelajaran
yang dirancang guru harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan. Langkah-langkah pembelajarannya dimulai dengan merumuskan
masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.

3. Questioning (bertanya)
Questioning merupakan strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru yntuk mendorong,
membeimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.

4. Learning community (masyarakat belajar)


Learning community merupakan salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual.
Dengan tekhnik ini pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar diperoleh melalui shering antar teman, antar kelompok dan antara
yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila tidak ada pihak yang
dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya
dan tidak ada pihak yang menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus
merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

5. Modeling (pemodelan)
Maksud dari pemodelan adalah pembelajaran dilakukan dengan menampilkan
model yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam
praktiknya guru bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang
disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika guru
tidak mampu menjadi model jangan sekali-kali memaksakan diri. Guru dapat
mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap
mampu, atau para pakar ke dalam kelas.

6. Reflection ( refleksi)
Reflection adalah cara berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa
lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sudah
sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat mengendap di benak
siswa. Oleh sebab itu kegiatan refleksi ini harus selalu dilakukan sebelum guru
mengakhiri proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuannya.

7. Authentic assessment (penilan yang sebenarnya)


Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk
mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran
dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment ini diketahui siswa mengalami
kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka guru harus segera mengambil
tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan.

10. Sebutkan beberapa prinsip dalam pemilihan media pembelajaran bahasa!


Jawab
Berikut ini ada beberapa prinsip yang harus di perhatikan saat memilih media
pembelajaran :
1. Efektivitas Media Pembelajaran. Prinsip utama pemilihan media pembelajaran
adalah efektivitas media pembelajaran dalam mencapai tujuan dan efektivitas
untuk membantu siswa memahami materi pembelajaran yang akan di sampaikan.
2. Taraf Berpikir Siswa. Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan dengan
taraf berpikir siswa. Media pembelajaran peserta didik tingkat SD tidak boleh
serumit media pembelajaran peserta didik tingkat SMP dan SMA. Media
pembelajaran lebih baik menggunakan benda-benda yang bersifat konkret
dibandingkan media yang bersifat abstrak.
3. Interaktivitas Media Pembelajaran. Semakin interaktif media, maka akan semakin
bagus media pembelajaran tersebut karena bias lebih mendorong siswa agar aktif
dalam pelajaran.
4. Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran. Ada beberapa media pembelajaran
yang dapat mempengaruhi minat siswa lebih baik dari media pembelajaran yang
lainnya.
5. Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran. Sebagus apa pun
medianya tidak akan efektif bila guru tidak menguasai media tersebut, misalkan
media pembelajaran berbasis komputer jika gurunya tidak menguasai
pembelajaran yang berbasis komputer maka akan sia-sia saja.
6. Fleksibilitas Media Pembelajaran. Media yang di pilih guru harus memiliki
fleksibilitas yang baik. Fleksibilitas media pembelajaran adalah sejauh mana media
pembelajaran dapat di gunakan dalam berbagai situasi.

Silakan kerjakan diketik di ms word kemudian kumpulkan pada google drive DAN
MASUKKAN KE DALAM DRIVE MASING-MASING SESUAI NAMANYA dengan alamat
tautan (link) berikut: http://bitly.ws/EvRb

Anda mungkin juga menyukai