Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan mausia dalam bermasyarakat. Bahasa itu
berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada pembicara. Adapun bahasa yang
digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang di inginkan,
dengan cara menggunakan kalimat yang benar. Kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainnya secara tepat, padat, singkat, dan dapat dipahami oleh lawan
bicaranya.

Jika pembicaraan yang disampaikan sudah tepat, pendengar mungkin dapat memahami
pembicaraan tersebut dengan mudah. Akan tetapi kadang – kadang lawan bicara tidak
memahami pembicaraan tersebut dengan mudah. Akan tetapi kadang – kadang lawan
bicara tidak memahami apa maksud yang dibicarakan, disinilah gunanya berbahasa
indonesia dengan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti.

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat – kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai karya ilmiah. Hal ini disebabkan antara lain, mungkin kalimat – kalimat yang
dituliskan tidak logis, atau bahkan bertele – tele.

Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang kalimat dan jenis
– jenis kalimat. Padahal, penggunannya begitu dekat dengan diri kita yang terdapat di
setiap kegiatan sehari – hari.

Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat
mempunyai intonasi final yang menunjukkan bagaimana ujaran itu sudah lengkap.
Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau
tanda seru. Penetapan struktur minimal subjek dan predikat dalama hal ini menunjukkan
bahwa kalimat bukanlah semata – mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak

1
memiliki kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus
mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya. Hal
ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi
banyak di tentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang
memadai.

Hal inilah yang menarik untuk diketahui tentang bagaimana pengertian kalimat batasan –
batasan sebuah kalimat dan jenis – jenis kalimat. Berdasarkan hal – hal inilah kami
membahas kalimat dengan pembahasannya.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian kalimat?
b. Apa unsur – unsur yang pembentuk kalimat?
c. Beberapa jenis – jenis kalimat?
d. Apa yang dimaksud kalimat efektif?
e. Apa ciri – ciri kalimat efektif?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kalimat


Pengertian kalimat menurut para ahli :
1. Pengertian kalimat menurut Dardjowidojo
Dardjowidojo (1988) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran
atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.

2. Pengertian kalimat menurut Slametmuljana.


Slametmuljaya (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang
berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan, mungkin yang dipakai
hanya satu kata, mungkin lebih.

2
3. Pengertian kalimat menurut Kridalaksana.
Kridalaksana (2001) mengungkapkan kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial
terdiri dari klausa, klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan
proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang
membentuk satuan bebas, jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pemikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri yang mempunyai
pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.

2.2. Unsur – Unsur Kalimat


2.2.1. Subjek (S)
Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut dengan
istilah Subjek (S) misalnya kata adik dalam kalimat :
Adik membaca buku.
Yang biasa menjadi subjek adalah kata benda seperti contoh diatas, atau frase
benda seperti contoh :
Majalah Mingguan itu terbit di Jakarta.

2.2.2. Predikat (P)


Unsur atau bagian yang menjadi komentar tentang subjek, yang lazim disebut
dengan istilah Predikat (P). Misalnya dalam kata membaca dalam kalimat :
Adik membaca buku.
Yang biasa menjadi predikat adalah kata kerja seperti contoh diatas, tetapi dapat
juga frase kerja, kata sifat, atau frase sifat, seperti contoh – contoh berikut :

3
Saya tidak akan datang.
Rumah itu besar.
Rumah itu besar sekali.

2.2.3. Objek (O)


Unsur yang menjadi pelengkap dari predikat, yang lazim disebut dengan istilah
Objek (O). Misalnya kata buku dalam kalimat :
Adik membaca buku.
Yang biasa menjadi objek adalah kata benda seperti contoh diatas, tetapi dapat
juga frase benda, seperti contoh berikut :
Adik membaca buku sejarah.

2.2.4. Keterangan (K)


Unsur atau bagian yang merupakan penjelasan lebih lanjut tentang predikat dan
subjek, yang lazim disebut dengan istilah Keterangan (K). Misalnya frase di
perpustakaan dalam kalimat :
Adik membaca buku di perpustakaan.

Unsur keterangan ini dapat memberi penjelasan tentang tempat seperti contoh
diatas, tetapi dapat juga memberi penjelasan lain seperti waktu, sebab, akibat,
syarat, alat, dan sebagainya.

Hari ini dia datang terlambat (keterangan waktu)


Dia terlambat karena hujan (keterangan sebab)
Dia dipukuli orang ramai sampai babak belur (keterangan akibat)
Saya akan hadir di sana (keterangan tempat)
Adik menulis dengan pena (keterangan alat)

4
2.2.5. Pelengkap (Pel)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan
objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula
aktif dijadikan pasif.
Contoh :
Indonesia berasakan Pancasila.
Kaki Ahmad tersandung batu.

2.3. Jenis – Jenis Kalimat


Beberapa ahli bahasa telah membuat pembagian jenis kalimat berdasarkan perluasannya.
Berikut adalah klasifikasi kalimat yang banyak dipergunakan secara umum, terbagi
menjadi lima macam, yakni kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk
rapatan, kalimat majemuk bertingkat, dan kaliamt majemuk campuran.

2.3.1. Kalimat Tunggal


Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat, dimana hanya
terdapat satu subjek, satu predikat, dan bisa dilengkapi dengan objek serta
keterangan. Kalimat tunggal sering juga disebut dengan kalimat simpleks atau
kalimat sederhana. Karena strukturnya yang demikian itu, kalimat tunggal hanya
mengandung satu informasi inti dan tidak memiliki anak kalimat. Lawan dari
kalimat tunggal yang memiliki lebih dari satu struktur penyusun kalimat disebut
dengan kalimat majemuk.

Ciri – Ciri Kalimat Tunggal :


1. Kalimat tunggal selalu diawali dengan huruf kapital.
2. Kalimat tunggal hanya menjelaskan satu peristiwa pokok.
3. Kalimat tunggal tidak pernah menggunakan kata sambung, dan tidak
menggunakan tanda baca koma (,) didalamnya.
4. Kalimat tunggal hanya memiliki satu struktur penyusun kalimat saja, yaitu
masing masing satu subjek, predikat, objek, keterangan, atau peelngkap. Jika

5
terdapat lebih dari satu struktur kalimat, maka tidak lagi dikatakan sebagai
kalimat tunggal melainkan sudah termasuk kalimat majemuk.

Jenis – Jenis Kalimat Tunggal :


1. Kalimat tunggal Nominal
Kalimat Tunggal Nominal adalah kalimat tunggal yang predikatnya berupa kata
benda (Nomina).
Contohnya :
Ayahku seorang dosen.
Pamanku seorang pilot.

2. Kalimat Tunggal Adjektival


Kalimat Tunggal Adjektival adalah kalimat tunggal yang predikatnya berupa
kata sifat.
Contohnya :
Bunga itu sangat indah.
Sepatu saya sudah rusak.

3. Kalimat Tunggal Verbal


Kalimat Tunggal Verbal adalah kalimat tunggal yang predikatnya berupa kata
kerja (verba).
Contohnya :
Ibu sedang memasak nasi.
Kami bermain bola sampai sore.

4. Kalimat Tunggal Preposisional


Kalimat Tunggal Preposisional adalah kalimat tunggal yang menggunakan kata
tempat sebagai unsur predikatnya.
Contohnya :
Ada tikus di bawah meja.
Andi sedang ke rumah sakit.

6
5. Kalimat Tunggal Numerial
Kalimat Tunggal Numerial adalah kalimat tunggal yang menggunakan kata
bilangan sebagai predikatnya.
Contoh :
Saya punya 5 pasang sepatu.
Sudah ada 2 mobil disini.

2.3.2. Kalimat Majemuk


Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.Cara membedakan
anak kalimat dengan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk
kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak
kalimat.
Ciri – Ciri Kalimat Majemuk :
1. Terdapat perluasan atau penggabungan dari kalimat inti.
2. Perluasan dari kalimat inti tersebut menghasilkan pola kalimat baru
3. Memiliki subjek atau predikat lebih dari satu.

Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis
kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang
digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:

1. Kalimat Majemuk Setara


2. Kalimat Majemuk Rapatan
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
4. Kalimat Majemuk Campuran

1. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang berhubungan antara unsur –


unsurnya yang bersifat setara. Kalimat majemuk setara ini tidak mempunyai
anak kalimat.

7
Ciri – ciri kalimat majemuk setara :

1. Klausa satu dengan klausa yang lainnya mempunyai hubungan yang


koordinatif, sehingga dapat berdiri sendiri meskipun dipisahkan.

2. Klausa yang satu berkedudukan sama atau setara dengan klausa yang lainnya.

3. Konjungsi yang menghubungkan kalimat majemuk setara berupa “dan”,


“lalu”, “kemudian”, “bahkan”, “ketika”, “setelah”, “sebelum”, “sedangkan”.

Contoh :

Arya makan di dapur sedangkan Abdi main bola di lapangan.

- Arya makan di dapur.

- Abdi main bola di lapangan.

Kalimat majemuk setara dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Kalimat Majemuk Setara Sejalan

Kalimat majemuk setara sejalan merupakan kalimat majemuk yang terdiri


dari beberapa kalimat yang sifatnya setara kedudukannya.

Contoh :

 Arya berangkat kuliah sedangkan Citra mencuci piring di dapur.

 Diandra menyapu halaman rumah dan Reska membersihkan ruang tamu.

2. Kalimat Majemuk Setara Berlawanan

Kalimat majemuk setara berlawanan merupakan kalimat yang terdiri dari


beberapa kalimat yang isinya menyatakan situasi atau kondisi yang
berlawanan.

Contoh :

 Sinta adalah anak yang sangat pandai tetapi dia berasal dari keluarga
yang kurang mampu.

8
 Nanda mengerjakan tugas fisika dengan sangat rajin sedangkan teman –
temannya yang lain tidak.

3. Kalimat Majemuk Setara Sebab Akibat

Kalimat majemuk setara sebab akibat merupakan kalimat yang terdiri dari
beberapa kalimat tunggal yang bagian satunya berisi sebab akibat dari bagian
yang lainnya.

Contoh :

 Arsyad rajin berlatih olahraga sepak bola sehingga dia menjadi atlet
sepak bola terbaik di Indonesia.

 Kemarau yang terjadi musim lalu sangat panjang, akibatnya sungai –


sungai ikut mengering.

2. Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan merupakan kalimat yang berasal dari kalimat


majemuk setara yang dirapatkan bagian – bagiannya karena kata – kata tersebut
menduduki posisi yang sama.

Bagian yang dirapatkan bisa jadi subjek atau predikat. Perapatannya dilakukan
dengan cara menghilangkan unsur – unsur yang sama.

Ciri – ciri kalimat majemuk rapatan :

1. Kalimat dapat dipisahkan menjadi dua buah kalimat tunggal atau lebih.

2. Dipisahkan dengan tanda koma dan konjungsi atau kalimat penghubung.

Contoh :

 Saat kebakaran itu terjadi, rumah sedang kosong sehingga tidak ada korban
yang terluka

 Joko selalu sarapan pagi sebelum berangkat kerja, meskipun hanya roti saja.

9
a. Rapatan Subjek

Dua buah kalimat yang subjeknya merupakan identitas yang sama dapat
digabung menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara merapatkan
atau menyatukan kedua subjek itu, misalnya :

Ayah makan nasi goreng

Ayah minum teh botol

Dirapatkan menjadi kalimat :

Ayah makan nasi goreng dan minum teh botol.

b. Rapatan Predikat

Dua buah kalimat yang subjeknya merupakan hal, peristiwa, atau tindakan
yang sama dapat digabungkan menjadi sebuah kalimat, dengan cara
merapatkan atau menyatukan kedua predikat kalimat itu, misalnya :

Nenek minum kopi susu

Ibu minum teh botol

Dapat dirapatkan menjadi kalimat :

Nenek minum kopi susu sedangkan ibu teh botol

c. Rapatan Objek

Dua buah kalimat yang objeknya merupakan identitas yang sama dapat
digabungkan menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara
merapatkan atau menyatukan kedua objek kalimat itu, misalnya :

Kakak menangkap ayam itu

Ayah menyembelih ayam itu

10
Dapat dirapatkan menjadi kalimat :

Kakak menangkap ayam itu dan ayah menyembelihnya

d. Rapatan kompleks

Dua buah kalimat yang unsur keterangannya merupakan identitas yang sama
dapat digabungkan menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara
merapatkan atau menyatukan kedua keterangan kalimat itu, misalnya :

Tadi pagi saya menulis surat

Tadi pagi ayah membaca koran

Dapat dirapatkan menjadi kalimat :

Tadi pagi saya menulis surat dan ayah membaca koran.

3. Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang terdiri dari beberapa
kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara.
Kalimat majemuk bertingkat kedudukan klausa – klausanya bertingkat sebagai
hasil perluasan terhadap salah satu unsur sehingga membentuk pola baru. Ada
salah satu unsur yang berkedudukan sebagai induk kalimat dan unsur yang
lainnya berkedudukan sebagai anak kalimat.

Ciri – Ciri Kalimat Majemuk Bertingkat :


1. Salah satu klausa atau anak kalimat tidak dapat berdiri sendiri. Dengan kata
lain jika dipisahkan tidak memiliki makna.
2. Kata penghubungnya berupa jika, ketika, walaupun, bagaikan, bahwa, sebab,
sehingga.

Kalimat majemuk bertingkat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

11
1. Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Waktu.
Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“ketika”. Karena memiliki keterkaitan dengan waktu.
Contoh : Saya sedang belajar, ketika ayah pulang kerja.

2. Kalimat majemuk bertingkat hubungan syarat.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah “jika”,
“ seandainya”, “asalkan”, “apabila”, “andaikan”.
Contoh : Jika saya mendapatkan rangking 1, saya akan mendapatkan sepeda
baru.

3. Kalimat majemuk bertingkat hubungan tujuan.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah “agar”,
“ supaya”, “biar”.
Contoh : Shafira sengaja mengatur alarm agar dia bisa bangun lebih pagi.

4. Kalimat majemuk bertingkat konsensip.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“walaupun”, “ meskipun”, “biarpun”, “kendatipun”.
Contoh : Walaupun Icha sedang sedih, dia tetap tersenyum.

5. Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebab.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“sebab”, “ karena”, “oleh karena”.
Contoh : Saya tidak mengerjakan tugas, karena saya lupa cara
mengerjakannya.

6. Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“ibarat”, “ seperti”, “bagaikan”, “laksana”, “sebagaimana”, “lebih baik”.
Contoh : Dari pada saya bermain, lebih baik saya belajar.

12
7. Kalimat majemuk bertingkat hubungan akibat.
Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“sehingga”, “ sampai - sampai”, “maka”.
Contoh : Leni begitu berbakat, sehingga dia dapat memenangkan lomba
cerdas cermat itu.

8. Kalimat majemuk bertingkat hubungan cara.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“dengan”.
Contoh : Dengan cara menjual koran, dia mendapatkan uang untuk
menghidupi keluarganya.

9. Kalimat majemuk bertingkat hubungan sangkalan.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“ seolah – olah”, “seakan – akan”.
Contoh : Indah diam saja, seolah – olah semuanya baik – baik saja.

10. Kalimat majemuk bertingkat hubungan kenyataan.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“padahal”, “sedangkan”.
Contoh : Regina terus belajar, padahal dia sedang sakit.

11. Kalimat majemuk bertingkat hubungan hasil.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“makanya”.
Contoh : Doni anak pemalas, makanya nilai ulangannya selalu jelek.

12. Kalimat majemuk bertingkat hubungan penjelasan.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah
“bahwa”.

13
Contoh : Nilai raportnya menunjukkan bahwa Arya benar – benar siswa
yang pandai di kelasnya.

13. Kalimat majemuk bertingkat hubungan atribut.


Pada kalimat jenis ini, konjungsi yang paling sering digunakan adalah “yang.
Contoh : Dia yang sedang berlari itu adalah teman saya.

4. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara atau
rapatan dengan kalimat majemuk bertingkat. Pada umumnya dalam kalimat
majemuk campuran, terdapat paling sedikit tiga kalimat tunggal.

Ciri – Ciri Kalimat Majemuk Campuran :

1. Kalimat majemuk campuran mempunyai 3 klausa atau lebih yang berperan


satu sebagai induk kalimat dan klausa yang lainnya sebagai anak kalimat.
2. Kalimat majemuk campuran mempunyai dua buah konjungsi atau lebih yang
menghubungkan antara klausa yang satu dengan yang lainnya.
3. Hubungan antara klausa pada kalimat majemuk campuran setara dan juga
bertingkat.

Contoh:

Ibu sedang menyapu halaman ketika ayah sedang membaca koran, sedangkan
adik tidur dengan lelap.

 Ibu sedang menyapu halaman.


 Ayah sedang membaca koran.
 Adik tidur dengan lelap.

Berikut adalah jenis – jenis kalimat majemuk campuran :

1. Kalimat Majemuk Campuran 1 Induk Kalimat Dan 2 Anak Kalimat.


Pada kalimat ini hanya mempunyai satu kalimat tunggal sebagai induk
kalimat atau inti pokok dari sebuah kalimat.

14
Contoh : Mereka telah mengadakan acara peringatan hari kemerdekaan
Indoensia yang dihadiri oleh seluruh masyarakat Balikpapan serta dihadiri
oleh seluruh pejabat pemerintah Balikpapan.

Inti pokok dari kalimat tersebut adalah mereka telah mengadakan acara
peringatak hari kemerdekaan Indonesia. Sedangkan kalimat yang lainnya
merupakan kalimat penjelas atau yang disebut sebagai anak kalimat.

2. Kalimat Majemuk Campuran 2 Induk Kalimat Dan 1 Anak Kalimat.


Pada kalimat ini mempunyai dua induk kalimat yang menjadi inti dari sebuah
kalimat dan satu anak kalimat sebagai penjelasannya.
Contoh : Ayah mengajarkan rasa tanggungjawab dan ibu mengajarkan kasih
sayang agar anak – anak mereka menjadi anak – anak yang baik.

Inti dari kalimat diatas adalah ayah yang mengajarkan rasa tanggungjawab
dan ibu mengajarkan kasih sayang. Sedangkan kalimat selanjutnya
merupakan kalimat penjelas atau yang biasa disebut dengan anak kalimat.

2.3.3. Kalimat Efektif

Beberapa defenisi kalimat efektif disampaikan menurut beberapa ahli bahasa.

1. Akhadijah,Arsjad, dan Ridwan (2001) menyatakan bahwa kalimat efektif


adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga mudah dipahami orang lain
secara tepat.

2. Pendapat senada juga disampaikan oleh Arifin (1989) bahwa kalimat efektif
adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah ,ringkas dan
enak dibaca.

3. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan


kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa
yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.

15
Ciri-Ciri Kalimat Efektif :

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak
enam syarat berikut, yaitu adanya :

1. Kehematan

Kehematan dalam kalimat berkaitan dengan kebergunaan setiap kata jika dipakai
pada sasaran yang tepat. Bentuk penerapan kehematan kalimat adalah dengan
menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi kata menjadi padat berisi.

Ketidakhematan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya


sebagai berikut :

a. Penjamakan kata yang sudah jamak

Jenis ketidakhematan ini merupakan yang paling banyak digunakan. Selain


karna jenis kesalahannya yang paling terlihat, juga merupakan sudah lazim
dipakai oleh sebagian orang sehingga terkesan bukan sebuah kesalahan.

Contoh :

Kalimat tidak hemat : Para bapak-bapak dan ibu-ibu hadirin sekalian


dimohon berdiri.

Kalimat hemat: Bapak dan ibu sekalian dimohon berdiri.

b. Penggunaan sinonim dalam satu kalimat

Contoh :

Kalimat tidak hemat : kita harus belajar agar supaya lulus ujian dengan nilai
terbaik.

Kalimat hemat : kita harus belajar agar lulus ujian dengan nilai terbaik.

c. Pengulangan subjek

16
Contoh :

Kalimat tidak hemat : karena indah tidak diundang, dia tidak datang ke acara
itu.

Kalimat hemat : karena tidak diundang, indah tidak datang ke acara itu

d. Pemakaian superordinat pada hiponimi

Contoh :

Kalimat tidak hemat : sekuntum bunga mawar telah menyejukkan hatinya

Kalimat hemat : sekuntum mawar telah menyejukkan hatinya

Ket: mawar merupakan bagian dari bunga

2. Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran


(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.

Kesepadanan dalam kalimat memiliki beberapa karakteristik, antara lain :

a. Mempunyai struktur yang jelas


b. Memiliki kejelasan subjek dan predikat
c. Menggunakan predikat yang tidak didahului oleh kata yang
d. Tidak menggunakan subjek ganda

3. Kesejajaran bentuk

Adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, maka sama pola atau
susunan kata dan frasa yang dipakai dalam kalimat. Artinya, jika ada dua kata
atau lebih yang menduduki fungsi yang sama dalam kalimat, harus dibuat dalam
bentuk yang sma pula, baik dari segi jenis maupun kategori frasa/kata.

17
Contoh :

Kalimat tidak sejajar : Pemerintah menaikkan harga BBM kemudian diturunkan


setelah adanya desakan dari masyarakat

Kalimat sejajar : Pemerintah menaikkan harga BBM kemudian menurunkan


setelah adanya desakan masyarakat

4. Ketegasan / penekanan

Ialah perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh
terhadap makna kalimat secara keseluruhan.

Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat, antara lain sebagai berikut :

a. Peletakkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat.


b. Penggunaan pengulangan (repetisi).
c. Pengontrasan kata kunci.
d. Penggunaan partikel penegas.

5. Kecermatan

Adalah penggunaan kata-kata yang cermat dalam pembuatan kalimat.


Contoh :
a. Anak bu guru yang cantik itu adalah sahabatku
b. Ahmad berkata pada teman aisyah bahwa ia tidak bisa masuk kuliah

Analisis :

Dua kalimat ini sama-sama tidak memenuhi syarat kecermatan sehingga


menimbulkan makna ganda.

 Kalimat (a)bermakna ganda karena tidak jelas siapa yang cantik, bisa bu guru
atau anaknya
 Kalimat (b) bermakna ganda karena yang tidak masuk kuliah bisa Ahmad atau
Aisyah

18
6. Kelogisan

Adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akaldan penulisannya
sesuai dengan kebahasaan sehngga tidak mengubah substansial makna yang
ingin disampaikan oleh penulis/pembicara.

Berikut adalah contoh kalimat-kalimat yang tidak logis :

1. Yang membawa HP harap dimatikan.

2. Kepada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilakan.

3. Karena lama tinggal di asrama putri, maka anak ibu itu semuanya perempuan.

4. Kalau hakim masuk desa, di desa tidak ada lagi ketidakadilan.

5. Saya tidak lulus karena dosen saya tidak suka pada saya.

7. Kesatuan gagasan

Adalah terdapatnya satu ide pokok dalam satu kalimat. Sebagaimana jenis syarat
kalimat efektif lain, syarat kalimat efektif ini pun sering tidak diperhatikan karna
sekilas seperti kalimat yang tidak memenuhi syarat ini tidak salah. Kesalahan ini
banyak disebabkan ketidakhadiran subjek dalam kalimat atau ketidakjelasan
subjek dan predikat sehingga menimbulkan permasalahan gagasan.

Berikut adalah contoh kalimat-kalimat tidak efektif karena tidak memiliki


kesatuan gagasan.

Contoh :

Kalimat tidak efektif : Guru menugaskan siswa membuat karangan

Kalimat efektif : Guru menugasi siswa membuat karangan


2.3.4. Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah sebuah kalimat yang subjek (S) berperan sebagai pelaku yang
secara aktif melakukan suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat (P)
kepada objek (O).

19
Contoh :

Ani menyirami bunga.

Ayah membeilkanku sebuah sepeda.

John merusak bukunya Andi.

Ciri-Ciri Kalimat Aktif


1. Pada kalimat aktif subjek melakukan suatu tindakan yang langsung mengenai
objeknya.
2. Pada kalimat aktif subjek melakukan suatu tindakan yang langsung mengenai
objeknya.
3. Predikat kalimat aktif selalu diawali dengan imbuhan Me- atau Ber-.
4. Ada kalimat aktif yang memerlukan objek.
5. Ada kalimat aktif yang tidak memerlukan objek. Setelah mendapat predikat
subjek ditambah pelengkap atau keterangan.
6. Kalimat Aktif memiliki pola S-P-O-K atau S-P-K.

Jenis-Jenis Kalimat Aktif


1. Kalimat aktif Transitive
Kalimat aktif transitive adalah kalimat aktif yang memerlukan sebuah objek yang
mendapatkan tindakan dari subjeknya.
Contoh:
Rini membeli buku.
Bibi mengiris lobak.

2. Kalimat Aktif Intransitif


Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif yang tidak diikuti oleh objek
namun diikuti oleh kata keterangan atau pelengkap. Kalimat ini memiliki
struktur S-P-K (Pel).
Contoh :
Adik pulang saat matahari tenggelam.

20
Kepala sekolah berpidato di atas panggung
3. Kalimat aktif ekatransitive
Kalimat ini memerlukan objek namun tidak memiliki pelengkap. Dengan kata
lain, Kalimat ini hanya memiliki 3 unsur yaitu Subjek, Predikat dan Objek.
Contoh:
Andi membaca sebuah majalah
Ayah memperbaiki motor
Ibu menanak nasi.
4. Kalimat aktif dwitransitif
Kalimat ini memiliki satu predikat dan mengharuskan kehadiran objek dan
pelengkap. kalimat aktif dwitransitif mempunyai empat unsur Subjek (S),
Predikat (P), Objek (O), dan Pelengkap (Pel). Jika salah satu dari ke empat unsur
ini tidak terpenuhi, maka kalimat menjadi rancu atau kehilangan makna.
Contoh:
Ayah mengirimi uang kepada nenek setiap bulan.
Budi selalau mengunjungi ibunya yang ada di luar negeri.
Kakakku menguras bak air seminggu sekali.

Merubah Kalimat Aktif Menjadi Kalimat Pasif


1. Subjek pada kalimat aktif berubah menjadi objek pada kalimat pasif.
Andi Menabrak Budi di depan ruang kelas.(Aktif)
Budi ditabrak oleh Andi di depan ruang kelas. (Pasif)

2. Predikat yang berawalan Me- berubah menjadi berawalan di-/ter-


Ani mengabaikan kebun bunga yang cantik itu.(Aktif)
Kebun bunga yang cantik itu terabaikan oleh Ani. (Pasif)

3. Kalimat aktif tidak berobjek tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif.

2.3.5. Kalimat Pasif

21
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya mendapat/dikenai suatu tindakan yang
berupa predikat oleh objek.

Contoh:
Tanaman disirami oleh ibu.
Kakak dibelikan sebuah jam tangan oleh ayah.
Bajuku dicuci oleh ibu.

Ciri-ciri kalimat pasif


1. Subjek pada kalimat aktif menjadi objek pada kalimat pasif.
2. Predikat menggunakan awalan di-, ke-an atau ter-
Contoh:
Rumahnya terbakar oleh si jago merah.
Ruangan kelas disapu oleh kami. (aktif)
Rumahku kemasukan Maling tadi malam. (pasif)
Kata kerja yang memiliki awalan ter- mengandung unsur ketidaksengajaan.

3. Pada umumnya kata kerja didahului dengan kata ganti orang ku- dan kau-.
Contoh: Buku itu telah kurapikan.

4. Kata “oleh” dalam kalimat pasif dapat dihilangkan dan tidak merubah makna.
Contoh:
Andi ditegur oleh Ibu guru karena rebut. (aktif)
Andi ditegur Ibu guru karena ribut.(pasif)

Merubah Kalimat Pasif Menjadi Kalimat Aktif


1. Subjek pada kalimat pasif diubah menjadi objek pada kalimat aktif.
Contoh:
Ibu menggoreng udang. (aktif)
Udang digoreng ibu.(pasif)

2. Awalan prediket di-/ter-/ke-an diubah menjadi ber- atau me-.

22
Contoh:
Bunga itu ditanam oleh ibuku. (aktif)
Ibu menanam bunga itu.(pasif)

3. Kata ganti ku- dirubah menjadi Aku.


Contoh:
Buah itu sudah kumakan.(aktif)
Aku sudah memakan buah itu. (pasif)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pemikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
2. Unsur-unsur yang membentuk kalimat ialah :

a. Subjek (S)
b. Predikat (P)
c. Objek (O)
d. Pelengkap (Pel)
e. Keterangan (K)

3. Jenis – jenis kalimat secara umum dibagi menjadi lima macam :

a. Kalimat Tunggal
b. Kalimat Majemuk Setara

23
c. Kalimat Majemuk Rapatan
d. KalimatMajemuk Bertimgkat
e. Kalimat Majemuk Campuran

4. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam
pikiran pembicara atau penulis.

5. Ciri-ciri kalimat efektif :


a. Kehematan
b. Kesepadanan
c. Kesejajaran bentuk
d. Ketegasan
e. Kecermatan
f. Kelogisan
g. Kesatuan gagasan

3.2. Saran

1. Dari pemahaman yang didapat, dapat kita mengaplikasikannya dalam karya tulis
dengan menggunakan kalimat yang efektif.

2. Agar lebih memperhatikan dalam penulisan atau berbahasa dengan bahasa yang baik
dan benar.

24
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat

http://alimulosso.blogspot.com/2014/04/makalah-bahasa-indonesia.html

http://www.padahakan.com/2016/10/kalimat-pasif-dan-kalimat-aktif.html

https://dosenbahasa.com/pola-kalimat-dasar-beserta-contohnya

https://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-serta-contoh-kalimat-aktif-dan-pasif-
secara-detail.html

https://dosenbahasa.com/contoh-kalimat-tunggal-dan-kalimat-majemuk-rapatan-subjek

https://sahabatnesia.com/contoh-kalimat-majemuk/

http://www.ilmudasar.com/2018/02/Kalimat-Tunggal.html

https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-kalimat-aktif

25

Anda mungkin juga menyukai