Anda di halaman 1dari 17

KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM NASKAH

PIDATO……..

Disusun untuk :

Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh :

Mar'atus Sholikah NIM B.231.19.0012

Puput Widayanti NIM B.231.19.0013

Punky Narifiana NIM B.231.19.0051

Nurlita Yuliandari NIM B.231.19.0055

Ma’rifatul nur lailia NIM B.231.19.0092

Risma Nur Awaliah NIM B.231.19.0138

Anggi Ira Rahmawati NIM B.231.19.0280

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEMARANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan
pikiran, perasaan, gagasan, ide, dan keinginan kepada orang lain. Bahasa
juga merupakan alat komunikasi yang sangat penting dan efektif dalam
masyarakat. Kegiatan era komunikasi dengan menggunakan bahasa bisa
berlangsung secara efektif dan lancar apabila pemakai bahasa, menguasai
bahasa yang digunakan dengan baik. Seseorang akan mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, gagasan, ide, dan keinginan baik
secara lisan maupun tulisan jika tidak dibekali dengan kemampuan
berbahasa yang baik dan efektif.
Setiap gagasan, ide, atau pikiran pasti akan dituangkan dalam bentuk
kalimat. Kalimat yang benar harus memenuhi syarat gramatikal. Artinya,
kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku seperti
unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan
predikat), memperhatikan ejaan serta cara memilih kata (diksi) yang tepat
dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut akan mudah
dipahami oleh pembaca atau pendengar.
Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan
atau dirasakan oleh pembicara (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima
dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis), sebaliknya
apabila dalam sebuah tulisan atau teks tidak menggunakan kalimat yang
efektif maka akan menyebabkan kesalahan penafsiran dan pembaca tidak
dapat menangkap pesan yang akan disampaikan oleh penulis kepada
pembaca (Badudu dalam Putrayasa, 2007: 7).
Pidato merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia. Manusia sudah mengenal pidato sudah sejak lama. Pidato telah
memiliki peran yang penting dalam berbagai kehidupan manusia, terutama
peran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu terlibat dalam sebuah
komunitas. Kita bisa melihatnya dari kebiasaan manusia yang selalu
menggunakan pidato saat pertemuan-pertemuan kelompok, seperti
pertemuan bisnis, upacara bendera, resepsi, dan sebagainya.
Penyusunan naskah pidato resmi memerlukan kecermatan, dalam
penggunaan bahasa maupun substansi yang disajikan. Kecermatan
penggunaan bahasa Indonesia diperlukan karena bahasa seorang pemimpin
sering dijadikan sebagai dasar rujukan bagi pengguna bahasa lain, termasuk
masyarakat umum. Bahasa pemimpin dalam menyampaikan pidato harus
menunjukkan bahasa yang lugas, objektif, cermat, dan cerdas sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang keliru dari pendengarnya. Bahasa seorang
pemimpin harus menggambarkan penggunaan bahasa yang benar dan
menggunakan kalimat secara efektif.
Makalah ini mengkaji kemampuan mahasiswa dalam menganalisis
dua naskah pidato, yaitu naskah pidato seorang guru dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja kesalahan penggunaan kalimat dan kalimat efektif dalam
penulisan kedua teks pidato tersebut?
2. Apa saja penyebab kesalahan kalimat dan kalimat efektif dalam penulisan
kedua teks pidato tersebut?
3. Bagaimana penggunaan kalimat dan kalimat efektif yang benar dalam
kedua teks pidato tersebut?

1.3. Manfaat
1. Guna untuk mendeskripsikan kesalahan penggunaan kalimat dan kalimat
efektif dalam kedua teks pidato.
2. Guna untuk mendeskripsikan penyebab kesalahan kalimat dan kalimat
efektif dalam kedua teks pidato.
3. Guna untuk mendeskripsikan penggunaan kalimat dan kalimat efektif
yang benar dalam kedua teks pidato .

1.4. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami kesalahan penggunaan kalimat dan kalimat
efektif.
2. Mahasiswa mengetahui penyebab kesalahan-kesalahan dalam penggunaan
kalimat efektif.
3. Mahasiswa mengetahui penggunaan penggunaan kalimat dan kalimat
efektif yang benar.
BAB 2
LANDASAN TEORI

1.5. Kalimat
1.5.1. Pengertian Kalimat menurut Para Ahli
1. Dardjowidojo (1988: 254)
Menyatakan bahwakalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran
atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan.
2. Slametmuljana (1969)
Menjelaskankalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang
berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan;
mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.
3. Kridalaksana (2001:92)
Mengungkapkan kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi
bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk
satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
4. Sutan Takdir Alisyahbana
Kalimat adalah satuan terkecil dari resepsi lengkap
5. Prof. Drs. M. Ramlan
Kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
6. Oxford
Seperangkat kata yang lengkap dengan sendirinya, biasanya berisi
subjek dan predikat, menyampaikan pernyataan, pertanyaan, seru,
atau perintah, dan terdiri dari klausa utama dan kadang-kadang
satu atau lebih klausa subordinat.
7. Merriam
Sebuah kata, klausa, atau frasa atau sekelompok klausa atau frasa
yang membentuk unit sintaksis yang mengungkapkan pernyataan,
pertanyaan, perintah, keinginan, seruan, atau kinerja tindakan,
yang dalam tulisan biasanya dimulai dengan modal surat dan
diakhiri dengan tanda baca akhir yang tepat, dan bahwa dalam
berbicara dibedakan oleh pola karakteristik stres, pitch, dan jeda

1.5.2. Ciri-Ciri Kalimat


1. Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal
2. Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas klausa
3. Secara relatif dapat berdiri sendiri
4. Mempunyai atau mengandung pikiran yang lengkap
5. Memiliki pola intonasi akhir

1.5.3. Unsur-Unsur Kalimat


Kalimat mempunyai unsur-unsur pembangunan yang terdiri atas (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Berikut
adalah penjelasan masing-masing unsur tersebut :
1. Subjek
Subjek adalah unsur penting yang ada di dalam kalimat. Di dalam
kalimat, subjek tidak harus ada di depan namun juga bias berada di
tengah kalimat. Subjek menandai unsur “apa” yang diceritakan
dalam kalimat.
2. Predikat
Predikat juga merupakan unsur penting dalam kalimat. Suatu
pernyataan dikatakan sebuah kalimat jika mengandung predikat.
Jika dicermati dari dimensi maknanya, bagian kalimat yang
memberikan informasi “bagaimana” dan “mengapa” adalah
predikat kalimat tersebut.
3. Objek
Objek kalimat hanya dimungkinkan hadir apabila predikat kalimat
tersebut merupakan verba atau kata kerja yang sifatnya aktif
transitif. Objek menandai suatu benda yang dikenai pekerjaan oleh
subjek.
4. Pelengkap
Pemahaman pelengkap sering dikacaukan dengan pemahaman
objek. Dalam kalimat pasif, pelengkap tidak dapat menduduki
fungsi subjek. Berbeda dengan objek yang dapat menduduki
fungsi subjek dalam kalimat pasif.
Selain perbedaan mendasar tersebut, memang terdapat
kesamaan antara objek dan pelengkap. Kesamaan itu adalah (1)
dua-duanya harus hadir untuk melengkapi kata kerja dalam
kalimat, (2) dua-duanya tidak dapat diawali oleh preposisi atau
kata depan, dan (3) dua-duanya menempati posisi di belakang
kalimat.
Ciri lain yang juga menunjukkan ciri pelengkap adalah
bahwa verba yang mendahuluinya berawalan “ber-”. Selain itu,
bentuk-bentuk berafiks “ke-an” seperti “kehilangan” ,
“kedatangan”, “kemasukan”, dan “kecopetan” juga diikuti dengan
pelengkap.
5. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang tidak wajib hadir. Unsur
keterangan pada kalimat dapat disebut sebagai unsur luaran atau
unsur peripheral. Fungsi keterangan untuk menambah informasi
pada kalimat tersebut. Informasi yang hendak disampaikan dapat
berupa keterangan tempat, waktu, cara, syarat, sebab, dan tujuan
1.6. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah satuan bahasa (kalimat) yang dapat mewakili
gagasan penulis atau pembicara dan sanggup menimbulkan gagasan yang
sama dalam pikiran pembaca atau pendengar seperti yang dipikirkan oleh
penulis atau pembicara. Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang harus
tepat sasaran dalam penyampaian dan pemerian bagi pembacanya. Di
samping kaidah yang ada dalam kalimat, kalimat efektif perlu memperhatikan
persyaratan dan menghindari hal-hal yang menyalahi kalimat efektif.
Kalimat efektif merupakan kalimat yang mudah dipahami orang lain.
Terpahaminya kalimat harus memenuhi beberapa unsur yaitu:
1. Memenuhi unsur gramatikal (S-P-O-K-Pel).
2. Diksi (pilihan kata) harus tepat makna, cocok dengan situasi, dan lazim
dipergunakan.
3. Menggunakan ejaan yang disempurnakan.

Prinsip pertama yang harus dikuasai oleh seseorang agar dapat


mengontruksi kalimat yang efektif adalah bahwa kalimat itu harus disusun
dengan mempertimbangkan kesepadanan bentuk atau kesepadanan
strukturnya. Adapun yang dimaksud dengan prinsip kesepadanan struktur
adalah adanya keseimbangan antara idea tau pikiran yang dimiliki oleh
seseorang dengan bentuk kalimat atau struktur kalimat yang digunakan.
Syarat keefektifan kalimat adalah sebagai berikut:
1. Kepaduan (koherensi)
Kepaduan (koherensi) adalah hubungan timbale balik atau hubungan dua
arah di antara kata atau frasa dengan jelas, benar, dan logis. Hubungan
timbal balik tersebut dapat terjadi antarkata dalam frasa/ unsur, antarfrasa,
atau antarfungsi dalam kalimat. Ciri kepaduan (koherensi) pada kalimat
efektif adalah sebagai berikut:
a. Tidak meletakkan kata depan (bagi, di, dalam, di dalam, untuk
menurut, tentang, pada, kepada) di depan subjek yang predikatnya
bentuk aktif (me-).
b. Tidak meletakkan kata depan di depan objek.
c. Tidak terdapat subjek ganda.
d. Tidak terpengaruh unsur asing, khususnya which (yang mana) dan
where (di mana) yang tidak pada tempatnya.
e. Kata penghubung antarkalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
2. Kehematan
Kehematan atau menghemat kata atau frasa adalah penulisan kalimat yang
langsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas,
dan logis. Ciri kehematan pada kalimat efektif adalah sebagai berikut:
a. Tidak mengulang subjek.
b. Menghindarkan kesinoniman.
c. Tidak menjamakkan kata-kata yang sudah jamak.
3. Kesejajaran/paralelisme
Kesejajaran/paralelisme yaitu upaya penulis memerinci unsur yang sama
penting dan sama fungsinya secara kronologis dan logis dalam kalimat.
Dalam kalimat dan paragraf, rincian tersebut haruslah menggunakan
bentuk bahasa yang sama yaitu dalam rincian kata, frasa, atau kalimat.
Kesamaan bentuk dalam paralisme berfungsi untuk menjaga pemahaman
yang fokus bagi pembaca dan sekaligus menunjukkan kekonsistenan
sebuah kalimat dalam penulisan karya ilmiah.
4. Ketegasan atau penekanan
Ketegasan atau penekanan yaitu upaya penulis untuk memfokuskan kata
atau frasa dalam kalimat. Penekanan atau penonjolan ide dapat berupa
kata, frasa, klausa dalam kalimat dapat berpindah-pindah. Penekanan dapat
dilakukan dalam kalimat lisan dan kalimat tulis. Pada kalimat lisan,
penekanan dilakukan dengan intonasi yang dapat disertai mimic muka dan
bentuk nonverbal lainnya. Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Repetisi (pengulangan).
b. Mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif.
c. Mutasi (mengubah posisi kalimat).
d. Mengurutkan peristiwa secara kronologis.
e. Menggunakan partikel penegas.
f. Pertentangan, yaitu menempatkan kata yang bertentangan dalam
kalimat.
5. Kevariasian
Kevariasian yaitu upaya penulis menggunakan berbagai pola kalimat dan
jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan atau kemalasan pembaca
terhadap teks karangan ilmiah. Fungsi utama kevariasian adalah untuk
menjaga perhatian dan minat baca terhadap teks ilmiah berlanjut bagii
pembaca. Pada dasarnya kevariasian merupakan upaya penganekaragaman
pola, bentuk, dan jenis kalimat agar pembaca tetap termotivasi membaca
dan memahami teks sebuah karangan ilmiah. Agar kevariasian dapat
terjaga untuk memotivasi pembaca terhadap teks, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh penulis. Berikut adalah beberapa contoh variasi kalimat:
a. Kalimat bentuk inverse, yaitu awal kalimat tidak selalu ditempati unsur
subjek.
b. Kalimat aktif dapat divariasikan dengan kalimat pasif.
c. Kalimat yang panjang dapat diselingi dengan kalimat pendek.
d. Kalimat berita divariasikan dengan kalimat tanya, perintah, atau
seruan.
e. Kalimat tunggal dapat divariasikan dengan kalimat majemuk.
f. Kalimat langsung dapat divariasikan dengan kalimat tak langsung.
g. Kalimat yang diuraikan dengan kata-kata dapat divariasikan dengan
tampilan gambar, grafik, bagan,kurva, matrik, dan lain-lain.
Apa pun variasi yang dilakukan oleh penulis, jangan sampai
mengubah atau keluar dari pokok masalah yang dibicarakan.
6. Kecermatan dan Kesantunan
Kecermatan dan Kesantunan adalah bahwa kalimat tersebut tidak
menimbulkan tafsir ganda dan tepat dan santun dalam pilihan kata.
Dengan demikian, karangan yang dihasilkan tepat sasaran dan tanpa
gangguan emosiaonal pembaca. Kecermatan dalam kalimat ditentukan
oleh pilihan kata sedangkan kesantunan mengandung makna bahwa
gagasan yang diekspresikan dapat mengembangkan suasana baik, hungan
yang harmonis. Kalimat yang baik dan santun ditandai dengan sifat-sifat
singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit.
7. Kelogisan/penalaran
Kelogisan/penalaran adalah proses mental dalam mengembangkan pikiran
nalar (logis) dari beberapa fakta atau prinsip (KBBI, 2005:772). Hal yang
diutamakan dalam penalaran adalah proses berpikir logis dan bukan
dengan perasaan atau pengalaman. Penalaran tidak akan tercapai jika tidak
didukung oleh kesatuan dan kepaduan kalimat. Dalam penalaran, alur
berpikirlah yang ditonjolkan agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan
dan dapat dipahami dengan benar dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman atau salah kaprah. Kesatuan pikiran akan logis jika
didukung atau dikaitkan dengan gabungan unsur atau fungsi kalimat.
Hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat melalui kaitan antar unsur dan
kaitan antarbagian kalimat (Pratamanti, 2019: 58-69).

1.7. Pidato
1.7.1. Pengertian Pidato
Pidato adalah mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata
yang ditujukan kepada orang banyak (Depdikbud, 1990: 681). Pidato
adalah teknik pemakaian kata-kata atau bahasa secara efektif yang
berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata yang dapat
mempengaruhi komunikan tersebut (Syam, 2006: 7). Berpidato adalah
menyampaikan dan menanamkan pikiran, informasi atau gagasan dari
pembicara kepada khalayak ramai danbermaksud meyakinkan
pendengarnya (Arsjad, 1988: 53).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pidato adalah kegiatan berbicara di depan umum untuk menyampaikan
suatu hal dalam situasi tertentu. Jadi, dalam pidato ada penyampai
pidato sebagai sumber pidato, dan ada juga pendengar atau audience.
Penyampaian pidato berharap agar apa yang disampaikan dapat
dipahami oleh pendengarnya.

1.7.2. Tujuan Pidato


Ada beberapa tujuan pidato, yaitu :
1. Informatif / instruktif
Pidato informatif bertujuan untuk menyampaikan informasi/
keterangan kepada pendengar.
2. Persuasif
Pidato persuasif bertujuan ingin mengajak, membujuk para
pendengarnya. Contohnya adalah pidato kampanye dan pidato
keagamaan.
3. Argumentatif
Pidato argumentatf bertujuan ingin meyakinkan pendengar.
4. Deskriptif
Pidato deskriptif bertujuan ingin melukiskan, menggambarkan
suatu keadaan.
5. Rekreatif
Pidato rekreatif bertujuan untuk menghibur pendengar. Biasanya
terdapat dalam pesta-pesta. bertujuan untuk menghibur pendengar.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan yang positif
bagiorang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan
berpidato atauberbicara yang baik di depan publik/umum dapat
membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pidato
antara lain memberikan informasi, mempengaruhi pendengar dan
menghibur.

1.7.3. Menyusun Teks Pidato


Sebelum melakukan kegiatan berpidato tersebut, sebagai
pembawa pidato pemula, biasanya harus terlebih dahulu
mempersiapkan dan menulis teks pidato yang akan disampaikan. Hal
ini dilakukan agar pesan yang ingin disampaikan di dalam pidato
tersebut dapat diterima pendengar dengan baik.
Menulis teks pidato memerlukan keterampilan tersendiri, sebab
teks pidato tersebut nantinya akan dibaca dan didengar oleh orang lain
sehingga penyusunannya harus benar-benar mengikuti kaidah penulisan
yang berlaku. Menulis teks pidato merupakan suatu kegiatan yang
bersifat produktif yang membutuhkan suatu keuletan dan keterampilan
yang memadai, agar teks pidato yang ditulis atau disusun menjadi baik.
Menulis teks pidato tidaklah terlalu berbeda dengan menulis
teks karangan lainya, sebelum menulis teks pidato terlebih dahulu harus
dibuat kerangka tulisan, selain itu juga penulis harus mengetahui bagian
dan fungsi bagian-bagian tersebut dalam kesatuan teks yang terdapat
pada sebuah pidato.
Dalam menulis teks pidato tentunya ada hal-hal yang harus
diperhatikan seperti berikut :
1. Pendahuluan, yang mengantar alam pemikiran pendengar kepada
apa yangakan dibicarakan, disampaikan.
2. Isi pidato, berupa hal-hal penting yang akan disampaikan
kepadapendengar.
3. Penutup, biasanya berisi penegasan atau penekanan akan hal-hal
yangdisampaikan pembicara.
4. Saran-saran atau imbauan yang perlu diperhatikan pendengar.
Kemampuan menyusun naskah pidato adalah kesanggupan atau
kecakapan seseorang dalam menggunakan unsur-unsur kesatuan bahasa
untuk menyampaikan ide atau gagasanya secara tertulis untuk
disampaikan secaralisan sehingga apa yang disampaikan dapat
dipahami pendengarnya.
Pidato yang efektif selalu memerlukan persiapan yang baik.
Untuk itu, seoran penyusun teks pidato haruslah memahami cara-cara
atauteknik-teknik dalam menyusun teks pidato. Menyusun teks pidato
memerlukan teknik-teknik tertentu karena selain menuliskan ide-ide
penulis juga harus memerhatikan dan mempertimbangkan calon
pendengarnya. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui penulis.
Kegiatan berpidato agar berlangsung dengan baik diperlukan
persiapan dan latihan secara teratur. Bagi orang yang sudah bisa
berpidato di hadapan massa, memersiapkan pidato dan melakukan
latihan mungkin tidak diperlukan lagi,namun bagi baru atau belum
pernah berpidato hal ini sangat diperlukan.Anwar (1995: 36)
mengemukakan bahwa ada tiga langkah persiapan pidato,yaitu (a)
persiapan fisik, (b) persiapan mental, (c) persiapan materi yang dapat
menunjang keberhasilan berpidato seseorang.
BAB 3
PEMBAHASAN

1.8. Kalimat

1.9. axaxa
BAB 4
PENUTUP

1.10. Kalimat
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/, diakses : 10 Desember 2019


https://dosenbahasa.com/contoh-pidato-tentang-pendidikan, diakses: 12 Desember
2019 jam 19.38
http://repository.upi.edu/8514/2/t_bind_0909620_chapter1.pdf, diakses: 15
Desember 2019
https://www.jatikom.com/2018/11/jenis-jenis-kalimat-
terlengkap.html#ixzz67sSAxnUK, diakses: tanggal 10 Desember 2019

Pratamanti, Enggar Dhian. 2019. Tepat Berbahasa Indonesia di Perguruan


Tinggi. Semarang: SINT Publishing.

Anda mungkin juga menyukai