Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aldy Riza Dhiandra

NPM : 1106065451

Fakultas/Jurusan : MIPA/Fisika

Individu dan Kelompok


Tahap Perkembangan Kelompok
Menurut Tuckman (dalam Suzanne Janansz, Karen Dowd, dan Beth Scheider, 2009) kelompok
tumbuh dan berkembang melalui tahap forming (pembentukan), storming (goncangan), norming
(pembentukan norma), performing (melakukan atau melaksanakan, dan adjourning
(penangguhan).

1. Pembentukan (Forming)

Pada tahap ini, awalnya anggota kelompok belum mengenal satu sama lain, dan bahkan
muncul rasa ketidakpastian ketika mereka melakukan sesuatu karena belum memiliki
kesempatan untuk mengenal satu sama lain dan menetapkan tujuan kelompok. Pada tahap
pembentukan, beberapa anggota kelompok melakukan uji kepemimpinan, menetapkan
tujuan kelompok, menemukan perbedaan dan kesamaan, memantapkan misi dan tujuan,
mengatur jadwal kerja, mengenal satu sama lain, dan menetapkan norma awal.

2. Goncangan (Storming)

Pada tahap ini, konflik yang tidak terhindarkan mulai muncul di antara anggota kelompok.
Pada tahap ini, beberapa naggota kelompok merasa kurang antusias bahkan meragukan
kemampuan kelompok mencapai tujuan. Pada tahap ini, kemungkinan konflik yang muncul
antara lain perebutan kepemimpinan, kekuatan, dan peran. Biasanya pada tahap ini, situasi
kelompok menjadi kacau, karena belum ditetapkannya cara berkomunikasi mengenai
perbedaan ini. Pada tahap ini, setiap anggota kelompok berperan untuk mendorong
kelompok mengembangkan saluran komunikasi, dan membantu anggota kelompok lain agar
terpusat pada tugas dan bukan pada perbedaan pribadi. Sebuah kelompok yang tidak dapat
belajar bagaimana menangani konflik tidak pernah dapat mencapai tujuannya.

3. Pembentukan Norma (Norming)

Pada tahap ini, para anggota kelompok berusaha menetapkan dan mematuhi pola perilaku
yang dapat diterima dan dalam bekerja sama mereka belajar untuk menggabungkan metode
dan prosedur baru yang telah disepakati sebelumnya. Pada tahap ini, anggota berusaha
untuk mencapai keselarasan dengan menghindari konflik yang tidak perlu, bertindak lebih
ramah terhadap sesama anggota kelompok, saling percaya satu sama lain, dan
mengembangkan rasa kesatuan kelompok. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai
satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk
kelompok.

4. Melaksanakan Tugas (Performing)

Pada tahap ini, status keanggotaan anggota kelompok sudah stabil, tugas sudah jelas, dan
perhatian anggota kelompok lebih pada tujuan untuk menyelesaikan tugas. Kelompok
dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik
yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama
lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.

5. Penangguhan (Adjourning)

Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja
kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan. Peran setiap anggota
kelompok pada tahap ini adalah mendorong anggota kelompok untuk mendiskusikan
proyek atau tugas, dengan membahas pelajaran yang dapat diperoleh dari hasil pekerjaan
mereka dan menyampaikan kepada kelompok baru cara pemecahan masalah apabila
berhadapan dengan masalah yang serupa.

Kelompok Formal dan Informal


Kelompok formal ialah: kelompok yang mempunyai struktur organisasi dan peraturan yang
tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan diantara
anggotanya. Dalam kelompok formal, perilaku yang harus dianut oleh seseorang ditetapkan
dan diarahkan menuju tujuan-tujuan organisasi.

Kelompok informal ialah: kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi
tertentu. Merupakan perhimpunan yang tidak terstruktur secara formal maupun secara
organisasional. Kelompok ini adalah formasi-formasi alami dalam lingkungan kerja yang
timbul sebagai respons terhadap kebutuhan akan kontak social.

Tipe Kelompok Berdasarkan Efektivitasnya


1. Kelompok Psuedo

Kelompok pseudo adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja
bersama namun sebenarnya tidak berminat untuk melaksanakannya. Walaupun anggota
kelompok saling berbicara, sebenarnya mereka saling bersaing. Akibatnya individu jadi
lebih produktif bila bekerja sendiri dan hasil kerja kelompok jadi lebih buruk daripada bila
mereka bekerja sendiri-sendiri. Kelompok macam ini tidak akan mencapai kematangan
karena anggotanya tidak berminat dan tidak komit akan masa depan kelompoknya. Contoh
dari Kelompok Pseudo adalah kelompok para salesman.

2. Kelompok Tradisional

Kelompok Tradisional adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja
sama dan bisa menerima bahwa mereka harus bekerja sama. Anggota kelompok percaya
bahwa mereka akan dinilai sebagai individu, bukan sebagai anggota kelompok. Tugas-tugas
sangat terstruktur sehingga kecil sekali kerjasama yang dituntut. Anggota kelompok
bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-masing tapi bukan sebagai tim. Akibatnya
adalah, bagi beberapa anggota hasil kerjasama itu akan lebih baik dari pada bila mereka
bekerja sendiri-sendiri, namun hasil kerja anggota yang lebih serius akan lebih baik
hasilnya kalau bekerja sendiri dibandingkan bila mereka bekerja dalam kelompok.

3. Kelompok Efektif

Kelompok Efektif adalah kelompok yang anggota-anggotanya komit untuk memaksimalkan


keberhasilan dirinya maupun keberhasilan anggota-anggota yang lain. Beberapa
karakteristik dari Kelompok Efektif adalah saling ketergantungan yang positif (positive
interdependence), yang menyatukan para anggota kelompok untuk mencapai sasaran
operasional yang jelas, komunikasi-dua-arah, kepemimpinan didistribusikan (mimpin
secara bergantian), dan kekuasaan berdasarkan keahlian.

4. Kelompok Kinerja Tinggi

Kelompok Kinerja-Tinggi memenuhi seluruh kriteria dari kelompok yang efektif, bedanya
dari kelompok efektif adalah pada tingkat komitmen anggota-anggotanya satu sama lain
maupun komitmen pada keberhasilan kelompok. Kelompok ini memiliki tingkat komitmen
yang lebih tinggi, tidak hanya kepercayaan, respek satu sama lain, mereka sangat peduli
pada anggota-anggota timnya, termasuk pada pengembangan pribadi setiap anggota
kelompok.

Peran Persepsi Dalam Hubungan Antar Pribadi


Persepsi adalah sebuah proses mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi sehingga
menjadi berarti (King, 2011). Dalam mempersepsi, individu mengorganisasi dan
menginterpretasikan apa yang ditangkap oleh inderanya.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi, yang membentuk dan kadang mendistorsi
persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver) seperti sikap, motif, minat,
pengalaman masa lalu serta ekspektasinya.

2. Karakteristik dari target, misalnya menarik atau tidak, gerakan, suara, ukuran dan lain
sebagainya.

3. Situasi adalah konteks dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi persepsi.

Dalam menilai orang lain seringkali kita menggunakan jalan pintas. Walaupun jalan pintas
membantu mempercepat individu menyimpulkan apa yang dipersepsi, cara ini bisa menyesatkan.
Jalan pintas yang sering diambil, contohnya Persepsi yang selektif – individu menginterpretasi
apa yang dilihatnya secara selektif berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikapnya
namun membusang bagian informasi yang dirasakan mengancam atau dianggap tidak relevan.
Menyaring hanya apa yang sesuai dengan harapannya.

Daftar Pustaka
Diponegoro Z, Miranda. 2011. MPKT A Buku Ajar 2 Manusia: Individu, Kelompok, Masyarakat
dan Kebudayaan. Depok: Universitas Indonesia.

Literature Luar:

http://www.ojimori.com/2011/05/08/perbedaan-antara-kelompok-formal-dan-informal/

http://noviraekaputri.blogspot.com/2010/10/tahap-tahap-pembentukan-kelompok.html

Anda mungkin juga menyukai