1. Definisi Perilaku
Secara etimologi, perilaku dalam bahasa inggris berarti “behavior”. Sedangkan secara
terminologi, Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan”. Menurut Toha, perilaku
merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Suatu
perilaku dapat diobservasi ketika perilaku itu dapat dilihat dan terukur serta dapat
dihitung dalam kaitan dengan frekuensi dan/atau jangka waktu. Jadi, perilaku adalah
aktifitas individu atau manusia sebagai reaksi terhadap lingkungan yang dapat
diamati.
2. Definisi kelompok
Secara etimologi, kelompok dalam bahasa inggris diartikan dengan “group”.
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat yang mendefinisikan mengenai
kelompok. Menurut Robbins dan Coulter, kelompok adalah, “dua atau lebih individu
yang berinteraksi dan saling bergantung yang bekerja sama untuk meraih tujuan
tertentu”
Kelompok adalah sekurang-kurangnya dua orang yang berkumpul bersama karena
suatu keadaan, untuk bertemu anggota sosialnya dan kebutuhan emosi, atau untuk
saling memenuhi tujuan
3. Definisi organisasi
Secara etimologi, organisasi dalam bahasa inggris diartikan dengan “organization”.
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat yang mendefinisikan mengenai
organisasi.
Menurut James D. Mooney yang dikutip oleh Wursanto, organisasi diartikan sebagai
“Organization is the from of every human association for the attainment of common
purpose”. Organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk
mencapai suatu tujuan bersama
Menurut Alo Liliweri, organisasi adalah “bentuk kerja sama yang sistemik antara
sejumlah orang untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bersama”
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu bentuk
kerjasama antara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang
telah disepakati
5. Tipe kelompok
Berdasarkan alasan terbentuknya, kelompok dapat dibagi menjadi dua yaitu dapat
berbentuk kelompok formal ataupun kelompok informal.
a) Kelompok Formal (Formal Group)
Kelompok formal adalah kelompok yang terbentuk karena tindakan manajerial
organisasi, dirancang secara intensional untuk mengarahkan anggotanya ke arah
tujuan organisasi. Dalam kelompok formal, perilaku anggota yang terikat
didalamya ditentukan dan diarahkan pada tujuan organisasional. Kelompok
formal merupakan kelompok kerja yang terbatas pada satu struktur organisasi dan
memiliki rancangan penugasan kerja serta tugas-tugas spesifik yang ditujukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer menciptakan kelompok kerja untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Kelompok formal
memunyai dua bentuk, antara lain:
Kelompok Komando (Command Group), merupakan kelompok yang
ditentukan oleh hubungan diantara individu yang menjadi bagian formal dari
organisasi, mereka yang memunyai legitimasi memberi perintah kepada yang
lain.
Kelompok Tugas (Task Group), merupakan kelompok formal organisasional
yang dibentuk untuk melakukan tugas spesifik. Kelompok ini terdiri dari
individu dengan minat dan keahlian khusus dalam bidang tertentu tanpa
memandang posisi mereka dalam hirarki organisasi.
1) Pembentukan (Forming).
Tahap ini merupakan tahap awal pengembangan kelompok, dimana tindakan awal
para anggota mulai menciptakan pola-pola hubungan dengan pimpinan, rekan kerja,
dan norma-norma kelompok. Secara singkat pada tahap inilah mulai diletakkan pola
dasar perilaku kelompok. Tahap ini memunyai dua fase, fase pertama terjadi ketika
orang-orang mulai bergabung. Setelah bergabung, fase keduapun dimulai yaitu
mendefinisikan tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok.
Tahap awal ini ditandai dengan ketidakpastian dan kebingungan. Anggota kelompok
tidak meyakini tujuan, struktur, tugas, atau kepemimpinan dalam kelompok. Anggota
mempertimbangkan tipe perilaku seperti apa yang dapat diterima. Tahapan ini selesai
apabila anggota mulai berfikir diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2) Pancaroba/ Keributan (Storming).
Pada tahap ini anggota menerima keberadaan kelompok, tetapi menolak dan memaksa
pada individualitas selanjutnya terjadi konflik intrakelompok yang terjadi akibat
perselisihan siapa yang berhak megontrol atau mengawasi kelompok dan apa yang
harus dilakukan kelompok ini. Ketika tahapan ini selesai, terbentuklah hirarki
kepemimpinan yang relatif jelas dan adanya kesepakatan mengenai arah kelompok
tersebut.
3) Penormaan (Norming).
Setelah keributan terjadi, akan mendorong terbentuknya aturan dan tata tertib.
Struktur kelompok akan semakin solid dan akrab karena norma yang telah disepakati
bersama. Tahap ini merupakan tahap dimana hubungan akrab mulai terjalin dan
kelompok mulai menyatu. Anggota mulai mengakhiri perbedaan menjadi kerjasama
dengan tingkat kohesivitas (kepaduan) yang tinggi. Tahap ini selesai ketika struktur
kelompok mulai solid dan kelompok telah mensimulasikan harapan bersama tentang
apa yang menjadi perilaku anggota yang benar dan menerima serangkaian norma
yang berlaku dalam kelompok
4) Pelaksanaan (Performing).
Pada tahap ini, kelompok mulai berfungsi dan menitikberatkan pada penyelesaian
secara efektif tugas-tugas yang telah disetujui pada tahap norming. Karena struktur
sudah ditetapkan dan diterima sepenuhnya, energi kelompok beralih dari sekedar
saling mengenal dan memahami menjadi mewujudkan dan menyelesaikan tugas. Ini
merupakan tahap terakhir dari perkembangan kelompok kerja yang permanen. Akan
tetapi, untuk kelompok yang bersifat temporer seperti tim proyek, satuan tugas, atau
kelompok sejenis yang yang memiliki tugas yang terbatas, tahap finalnya adalah
penundaan (adjourning).
5) Penundaan (Adjourning).
Tahap ini merepresentasikan akhir dari sebuah kelompok.. Bagaimanapun, untuk tim
dengan tugas khusus, saat tujuan telah tercapai, kelompok akan membubarkan diri
atau memiliki komposisi baru. Pada tahap ini perhatian kelompok fokus pada
penyelesaian kegiatan daripada pelaksanaan tugas. Sebagian anggota kelompok
bersukacita dengan pencapaian kelompok, dan sebagian lagi bersedih karena
hilangnya rasa keakraban dan persahabatan
**&&**