PENGORGANISASIAN
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I
Geronsius S. Deo Datus Daru 1807511100
M. Kevin Alfaresi Pulungan 1807511004
EKONOMI PEMBANGUNAN
2018/2019
1. Dasar – Dasar Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan,
kelompok, & struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan
semacam itu untuk memperbaiki kefektifan organisasi. Perilaku individu di dalam kelompok
merupakan sesuatu yang lebih dari sekadar total jumlah dari setiap tindakan dengan cara mereka
sendiri-sendiri. Kerika para individu berada dalam kelompok, mereka bertindak berbeda
daripada ketika mereka sedang sendirian.
Kelompok didefenisikan sebagai dua atau lebih individu, yang berinteraksi dan saling
tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Kelompok dapat berbentuk formal atau informasi. Kelompok formal maksudnya jika
kita mendefenisikannya sebagai struktur organisasi, dengan memberikan penugasan pekerjaan
yang membentuk kelompok tugas kelompok kerja. Dalam kelompok formal, perilaku yang
harus ditunjukkan oleh seseorang ditentukan dan diarahkan untuk tujuan organisasi. Sebaliknya,
kelompok informal merupakan aliansi yang tidak terstruktur atau tidak ditetapkan secara
organisasional. Dalam lingkungan kerja, kelompok-kelompok semacam ini terbentuk secara
alamiah sebagai suatu tanggapan terhadap kebutuhan untuk mengadakan kontak sosial.
2. Memahami Perilaku Kelompok
A. Pengertian Perilaku
Secara etimologi, perilaku dalam bahasa inggris berarti “behavior”. Sedangkan secara
terminologi, Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan”.[1] Menurut Toha, perilaku merupakan suatu
fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.[2] Suatu perilaku dapat diobservasi
ketika perilaku itu dapat dilihat dan terukur serta dapat dihitung dalam kaitan dengan frekuensi
dan/atau jangka waktu.[3] Jadi, perilaku adalah aktifitas individu atau manusia sebagai reaksi
terhadap lingkungan yang dapay diamati.
B. Pengertian Kelompok
Secara etimologi, kelompok dalam bahasa inggris diartikan dengan “group”. Sedangkan
secara terminologi, banyak pendapat yang mendefinisikan mengenai kelompok. Menurut Robbins
dan Coulter, kelompok adalah, “dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung
yang bekerja sama untuk meraih tujuan tertentu”.[4]
Menurut Karen, kelompok dapat didefinisikan sebagai, “A group is at least two individuals
gathered together because of some common bond, to meet members’ social and emotional needs,
or to fulfill some mutual purpose”.[5] Kelompok adalah sekurang-kurangnya dua orang yang
berkumpul bersama karena suatu keadaan, untuk bertemu anggota sosialnya dan kebutuhan emosi,
atau untuk saling memenuhi tujuan.
C. Pengertian Organisasi
Secara etimologi, organisasi dalam bahasa inggris diartikan dengan “organization”.
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat yang mendefinisikan mengenai organisasi.
Menurut James D. Mooney yang dikutip oleh Wursanto, organisasi diartikan sebagai
“Organization is the from of every human association for the attainment of common purpose”.
Organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan
bersama.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu bentuk
kerjasama antara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah
disepakati.
E. Tipe-tipe Kelompok
Berdasarkan alasan terbentuknya, kelompok dapat dibagi menjadi dua yaitu dapat berbentuk
kelompok formal ataupun kelompok informal.
a. Kelompok Minat (Interest Group) adalah kelompok pekerja yang berkumpul untuk
memuaskan minat atau kepentingan bersama.
b. Kelompok Persahabatan (Friendship Group) adalah kelompok informal yang berkembang
karena anggotnya adalah teman, sering saling bertemu di luar organisasi.
Sedangkan David dan Frank membagi kelompok menjadi empat jenis berdasarkan
prestasinya, antara lain sebagai berikut:
1. Pembentukan (Forming)
Tahap ini merupakan tahap awal pengembangan kelompok, dimana tindakan awal para
anggota mulai menciptakan pola-pola hubungan dengan pimpinan, rekan kerja, dan norma-norma
kelompok. Secara singkat pada tahap inilah mulai diletakkan pola dasar perilaku kelompok. Tahap
ini memunyai dua fase, fase pertama terjadi ketika orang-orang mulai bergabung. Setelah
bergabung, fase keduapun dimulai yaitu mendefinisikan tujuan, struktur, dan kepemimpinan
kelompok. Tahap awal ini ditandai dengan ketidakpastian dan kebingungan. Anggota kelompok
tidak meyakini tujuan, struktur, tugas, atau kepemimpinan dalam kelompok. Anggota
mempertimbangkan tipe perilaku seperti apa yang dapat diterima. Tahapan ini selesai apabila
anggota mulai berfikir diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
Pada tahap ini anggota menerima keberadaan kelompok, tetapi menolak dan memaksa pada
individualitas selanjutnya terjadi konflik intrakelompok yang terjadi akibat perselisihan siapa yang
berhak megontrol atau mengawasi kelompok dan apa yang harus dilakukan kelompok ini. Ketika
tahapan ini selesai, terbentuklah hirarki kepemimpinan yang relatif jelas dan adanya kesepakatan
mengenai arah kelompok tersebut.
3. Penormaan (Norming)
Setelah keributan terjadi, akan mendorong terbentuknya aturan dan tata tertib. Struktur
kelompok akan semakin solid dan akrab karena norma yang telah disepakati bersama. Tahap ini
merupakan tahap dimana hubungan akrab mulai terjalin dan kelompok mulai menyatu. Anggota
mulai mengakhiri perbedaan menjadi kerjasama dengan tingkat kohesivitas (kepaduan) yang
tinggi. Tahap ini selesai ketika struktur kelompok mulai solid dan kelompok telah mensimulasikan
harapan bersama tentang apa yang menjadi perilaku anggota yang benar dan menerima
serangkaian norma yang berlaku dalam kelompok.
4. Pelaksanaan (Performing)
Pada tahap ini, kelompok mulai berfungsi dan menitikberatkan pada penyelesaian secara
efektif tugas-tugas yang telah disetujui pada tahapnorming. Karena struktur sudah ditetapkan dan
diterima sepenuhnya, energi kelompok beralih dari sekedar saling mengenal dan memahami
menjadi mewujudkan dan menyelesaikan tugas. Ini merupakan tahap terakhir dari perkembangan
kelompok kerja yang permanen. Akan tetapi, untuk kelompok yang bersifat temporer seperti tim
proyek, satuan tugas, atau kelompok sejenis yang yang memiliki tugas yang terbatas, tahap
finalnya adalah penundaan (adjourning).
5. Penundaan (Adjourning)
Tahap ini merepresentasikan akhir dari sebuah kelompok.. Bagaimanapun, untuk tim dengan
tugas khusus, saat tujuan telah tercapai, kelompok akan membubarkan diri atau memiliki
komposisi baru. Pada tahap ini perhatian kelompok fokus pada penyelesaian kegiatan daripada
pelaksanaan tugas. Sebagian anggota kelompok bersukacita dengan pencapaian kelompok, dan
sebagian lagi bersedih karena hilangnya rasa keakraban dan persahabatan.
3. Motivasi
A. Motivasi dan Proses Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Definisi motivasi adalah sebuah dorongan atau alasan yang mendasari semangat dalam
melakukan sesuatu. Motivasi adalah hal-hal yang menimbulkan dorongan, dan motivasi kerja
adalah pendorong semangat yang menimbulkan suatu dorongan. Pemberian motivasi ini
diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai prestasi kerja
yang tinggi.
b. Jenis-jenis Motivasi
Motivasi digolongkan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :
Motivasi internal
Motivasi internal adalah motivasi yang tumbuh dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi
oleh orang lain untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan
Motivasi eksternal
Motivasi eksternal adalah motivasi yang datang dari luar diri seseorang dengan harapan dapat
mencapai sesuatu tujuan yang dapat menguntungkan dirinya.
c. Faktor Motivasi
Menurut Herzberg mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi dua faktor
tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan sebagai berikut :
6. Kondisi kerja
Kondisi kerja adalah suatu keadaan di mana karyawan mengharapkan kondisi kerja yang kondusif
sehingga dapat bekerja dengan baik
1. Teori Maslow
Didalam teori Maslow seperti yang dikutip oleh Hasibuan (2006:152) yang menyatakan
bahwa Maslow’s Need Hierarcy Theory atau Teori Hierarki Kebutuhan adalah mengikuti teori
jamak yakni seseorang berperilaku dan bekerja karena adanya dorongan untuk memenuhi
bermacam-macam kebutuhan.
Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang. Artinya, jika
kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi yang
utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga
dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan yang kelima.
i. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan selalu menginginkan lebih banyak lagi dan
akan berhenti jika akhir hayatnya tiba.
ii. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi pelakunya, hanya
kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi motivator.
iii. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang/hierarki.
Menurut teori ini Hasibuan (2006:162) bahwa karyawan mempunyai cadangan energi
potensial. Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dan dorongan
serta motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia.
Hal – hal yang memotivasi seseorang untuk mencapai tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan akan prestasi.
2. Kebutuhan akan afiliasi.
3. Kebutuhan kekuasaan.
e. Proses Motivasi
Proses terjadinya motivasi menurut Zainun (2007 : 19) adalah disebabkan adanya
kebutuhan yang mendasar. Dan untuk memenuhi kebutuhan timbullah dorongan untuk
berperilaku. Bilamana seseorang sedang mengalami motivasi atau sedang memperoleh dorongan,
maka orang itu sedang mengalami hal yang tidak seimbang.
Setiap manusia dengan berbagai kebutuhan tidak akan pernah puas dalam memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu proses motivasi akan terus berlangsung selama manusia mempunyai
kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada dasarnya proses terjadinya motivasi menunjukkan adanya
dinamika yang terjadi disebabkan adanya kebutuhan yang mendasar dan untuk memenuhinya
terjadi dorongan untuk berprilaku.
Jangka waktu yang tertentu akan timbul kebutuhan lagi untuk dipenuhi. Apabila suatu
kebutuhan yang sama timbul berulang-ulang dengan berlangsungnya waktu maka yang berlaku
adalah proses motivasi sebagaimana gambar proses motivasi diatas, namun jika setiap kali timbul
kebutuhan baru, tetapi kebutuhan tersebut termasuk kedalam jenjang golongan yang lebih tinggi
tingkatannya, maka hal ini disebut jenjang kebutuhan Maslow.
Jenjang kebutuhan Maslow menyatakan bahwa bila kebutuhan minimal (fisiologis) saja
belum terpuaskan, maka kebutuhan kelompok pertama ini akan menuntut paling kuat untuk
dipenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis terpuaskan, maka akan terasa adanya tuntutan dari
kelompok kebutuhan kedua (keamanan dan keselamatan kerja) dan seterusnya, kemudian
kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
Motivasi adalah juga subyek yang membingungkan karena motif tidak dapat diamati atau
diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak. Pada subbab
papper ini kita akan belajar memahami kerangka kerja konsepsual melalui beberapa teori – teori
motivasi untuk memahami seperti apa motivasi itu dilakukan. Teori – teori motivasi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
Kebutuhan social
- Teoritis : cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima kelompok,
kekeluargaan, asosiasi
- Terapan : kelompok – kelompok kerja formal dan informal, kegiatan – kegiatan yang
disponsori perusahaan, acara peringatan
Kebutuhan fisiologis
- Teoritis : makan, minum, perumahan, seks, istirahat
- Terapan : ruang istirahat, udara bersih, air untuk minum, liburan, cuti, jaminan social,
periode istirahat on the job
Teori pengharapan
Pembentukan prilaku
Teori Porter – Lawler
Teori keadilan