Anda di halaman 1dari 14

SAP 8

ETIKA BISNIS

(ETIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN ETIKA PERIKLANAN)

Oleh:

Kelompok 10

28. Geronsius Sangsun Deo Datus Daru 1807511100

29. I Kadek Agus Krisna Andiana 1807511101

30. Febiani Vanda Susanto 1807511123

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam konsep pendekatan pasar persaingan bebas, pasar bebas mendukung alokasi
penggunaan, dan distribusi barang - barang yang dalam artian tertentu secara adil,
menghargai hak dan kewajiban serta nilai utilitas maksimum bagi para pengguna pasar atau
yang berpartisipasi dalam pasar. Dari uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa dalam
pasar, perilaku konsumen akan dipengaruhi oleh keinginan dari pada konsumen. Produsen
yang mampu memenuhi keinginan para kosumen akan memperoleh insentif dengan kenaikan
tingkat penjualan produknya dan begitu pula sebaliknya. “Konsumen, dengan cita rasa
mereka yang diekspresikan dalam pilihan atas produk, mengarahkan bagaimana sumberdaya
masyarakat disalurkan.”

Oleh karena itu dalam pasar perlindungan, konsumen adalah suatu komoditi yang
amat penting yang menjadi perhatian dan prioritas dari para produsen. Produk yang yang
lebih aman akan menjadi preferensi oleh konsumen dimana para konsumen berani membayar
lebih untuk itu. Dengan adanya pernyataan diatas, maka akan dibahas beberapa sub bahasan
materi, yaitu :

1. Pasar dan perlindungan konsumen


2. Hubungan produsen dan konsumen
3. Gerakan konsumen
4. Fungsi iklan
5. Beberapa persoalan etis dalam iklan
6. Makna etis menipu dalam iklan
7. Kebebasan konsumen

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pasar dan Perlindungan Konsumen

Dengan adanya pasar bebas dan kompetitif, banyak orang meyakini bahwa
konsumen secara otomatis terlindungi dari kerugian sehingga pemerintah dan pelaku bisnis
tidak perlu mengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.
Pasar bebas mendukung alokasi, penggunaan, dan distribusi barang-barang yang dalam
artian tertentu, adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan maksimum bagi orang-
orang yang berpartisipasi dalam pasar.
Dalam pendekatan pasar terhadap perlindungan konsumen, keamanan
konsumen dilihat sebagai produk yang paling efisien bila disediakan melalui mekanisme
pasar bebas, dimana penjual memberikan tanggapan terhadap permintaan konsumen. Jika
konsumen menginginkan produk yang lebih aman, mereka akan bersedia membayar
lebih mahal serta mengabaikan produsen dari produk-produk yang tidak aman. Jadi,
pasar menjamin bahwa produsen memberikan tanggapan secara memadai terhadap
keinginan konsumen untuk memperoleh keamanan. Akan tetapi, jika konsumen tidak
memperdulikan masalah keamanan dan tidak bersedia membayar lebih mahal untuk
produk yang aman, maka tidaklah tepat bila keamanan produk dinaikan sedemikian tinggi
melalui peraturan pemerintah yang mewajibkan produsen meningkatkan keamanan
produk-produk mereka lebih tinggi dibandingkan permintaan konsumen. Intervensi
pemerintah seperti ini, akan mengganggu pasar, membuatnya tidak adil, tidak
menghargai hak, dan tidak efisien.
Keuntungan yang diperoleh pasar bebas hanya terjadi bila pasar memiliki tujuh
karakteristik sebagai berikut :
1. Banyak pembeli dan penjual
2. Semua orang bebas keluar masuk pasar
3. Semua orang memiliki informasi lengkap
4. Semua barang dipasar sama
5. Tidak ada biaya eksternal
6. Semua para pembeli dan penjual merupakan pemakai utilitas yang rasional, dan
7. Pasar tidak diatur
Pasar dikatakan efisien jika konsumen memiliki informasi lengkap dan sempurna
tentang barang-barang yang mereka beli. Pada kenyataannya konsumen jarang memiliki
informasi lengkap, karena produk yang ada dipasar sangat beragam dan hanya para ahli yang
memiliki informasi lengkap hal ini dikarenakan para konsumen tidak memiliki sumber daya
untuk meneliti dan menguji beberapa merek untuk menentukan tingkat keamanan yang paling
sesuai dengan harganya.
Kons umen diasumsikan sebagai “individu yang selalu berpegangan pada anggaran,
rasional, tanpa kenal lelah terus berusaha memaksimalkan kepuasan mereka”. Namun,
sayangnya hampir semua pilihan konsumen didasarkan pada perkiraan yang cenderung
kurang tepat dan tidak konsisten saat menentukan pilihan. Orang-orang cenderung
bersikap tidak rasional dan tidak konsisten dalam menimbang pilihan dengan didasarkan
pada perkiraan profitabilitas biaya atau keuntungan dimasa mendatang.
Meskipun pembeli atau konsumen di pasar memang banyak, namun
sebagian besar pasar masih merupakan pasar monopoli atau oligopoli; atau dengan kata
lain, semuanya didominasi oleh satu atau beberapa penjual besar. Penjual di pasar
monopoli dan oligopoli bisa menarik keuntungan sebanyak- banyaknya dari konsumen
dengan memastikan bahwa jumlah permintaan lebih besar daripada persediaan
sehingga terjadi kekurangan dan selanjutnya diatasi dengan menaikkan harga. Hal ini
membuktikan bahwa keuntungan pasar tidak mampu menghadapi semua pertimbangan
konsumen tentang keamanan, bebas risiko, dan nilai.
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian untuk
memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Pengertian konsumen sendiri adalah
setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen, tujuan dari perlindungan
ini adalah :
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut


hak-haknya sebagai konsumen,

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian


hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan ini
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha


produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan
konsumen.

Hak-hak konsumen sesuai dengan pasal 5 UU Perlindungan Konsumen, antara lain :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang


dan/atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa


perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau


jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Dalam Pasal 5 UU Perlindungan Konsumen juga memuat kewajiban konsumen, antara


lain :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau


pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut

Asas-asas perlindungan konsumen antara lain :


1. Asas Manfaat: mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
perlindungan ini harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas Keadilan: partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil,

3. Asas Keseimbangan: memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,


pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual

4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen: memberikan jaminan atas keamanan


dan keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;

5. Asas Kepastian Hukum: baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
menjamin kepastian hukum.

2. Hubungan Produsen dan Konsumen

Masyarakat modern adalah masyarakat bisnis. Pelaku bisnis beranggapan hanya


bertanggung jawab memenuhi kebutuhan dan bersikap netral. Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) memiliki peran melindungi konsumen dari tindakan produsen. Hubungan
antara produsen dan konsumen memiliki “Hak Kontraktual” yaitu hak yang timbul dan
dimiliki seseorang ketika memasuki suatu persetujuan atau kontrak dengan pihak lain.
Kontrak dianggap baik dan adil apabila :
1. Kedua belah pihak mengetahui sepenuhnya hakikat dan kondisi persetujuan yang
mereka sepakati.
2. Tidak ada pihak yang memalsukan fakta tentang kondisi dan syarat-syarat kontrak.
3. Tidak ada pemaksaan.

4. Tidak mengikat untuk tindakan yang bertentangan dengan moralitas.

Kewajiban-kewajiban produsen terhadap konsumen, antara lain:


1. Produsen wajib memenuhi semua ketentuan yang melekat baik pada produk yang
ditawarkan maupun pada iklan tentang produk itu.
2. Produsen berkewajiban untuk memberikan semua informasi yang perlu diketahui oleh
konsumen tentang produk yang ditawarkan.
3. Wajib untuk mengatakan yang benar tentang produk yang ditawarkan.

4. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif

5. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan diperdagangkan


berdasarkan ketentuan standar mutu yang berlaku

6. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menilai atau mencoba barang atau jasa
yang diperdagangkan.

7. Memberi kompensasi ganti rugi atau penggantian bila barang atau jasa yang diterima
atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Hak-hak produsen terhadap konsumen, antara lain:


1. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum


sengketa konsumen.

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

3. Gerakan Konsumen
Salah satu syarat untuk memenuhi dan terjaminnya hak-hak konsumen adalah membuka
dan membebaskan pasar bagi produsen dan konsumen untuk keluar masuk dalam pasar.
Selain itu, gerakan konsumen juga merupakan salah satu langkah yang sangat berpengaruh
dalam terjaminnya hak-hak konsumen. Pertimbangan lahirnya gerakan konsumen, antara
lain:
1. Produk yang semakin banyak. Hal ini dapat menguntungkan konsumen karena mereka
mempunyai pilihan yang bebas dan banyak, namun di pihak lain juga pertimbangan ini
membuat konsumen menjadi rumit karena terlalu banyaknya produk.
2. Terspesialisanya jenis jasa sehingga menyulitkan konsumen untuk memutuskan mana
yang benar-benar dibutuhkannya.
3. Pengaruh iklan terhadap kehidupan konsumen.

4. Keamanan produk jarang diperhatikan secara serius oleh produsen.


5. Konsumen berada posisi yang lemah dalam hubungan jual beli yang didasarkan oleh
kontrak.

4. Fungsi iklan
1. Iklan sebagai Pemberi Informasi
Iklan merupakan media untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada
masyarakat tentang produk yang ditawarkan dalam pasar. Iklan berfungsi untuk
membeberkan dan menggambarkan seluruh kenyataan yang rinci tentang suatu produk.
Sasaran iklan adalah agar konsumen dapat mengetahui dengan baik produk yang ditawarkan
sehingga akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut dan agar
konsumen tahu tentang produk itu, kegunaannya, dan kelebihannya. Dalam hal ini iklan
hanya media informasi yang netral untuk membantu pembeli memutuskan secara tepat dalam
membeli produk tertentu demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada konsumen, maka
terdapat 3 pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara moral atas informasi yang
disampaikan sebuah iklan.
1. Produsen yang memiliki produk tersebut.
2. Biro iklan yang mengemas iklan dalam segala dimensi etisnya: etis, estetik, infomatif,
dan sebagainya.
3. Bintang iklan.
Dalam perkembangan di masa yang akan datang, iklan informatif akan lebih di gemari
oleh masyarakat karena :
1. Masyarakat semakin kritis dan tidak lagi mudah dibohongi atau bahkan ditipu oleh
iklan-iklan yang tidak mengungkapkan kenyataan.
2. Masyarakat sudah bosan dengan berbagai iklan yang hanya melebih-lebihkan suatu
produk.

2. Iklan sebagai pembentuk pendapat umum


Iklan merupakan suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum masyarakat tentang
sebuah produk. Dalam hal ini, iklan berfungsi untuk menarik massa konsumen untuk
membeli produk tersebut. Cara yang dilakukan adalah dengan menampilkan model iklan
yang manipulatif, persuasif, dan tendensius dengan maksud untuk menggiring konsumen
untuk membeli produk tersebut. Secara etis, iklan manipulasi jelas dilarang karena iklan
semacam itu benar-benar memanipulasi manusia, dan segala aspek kehidupannya, sebagai
alat demi tujuan tertentu di luar diri manusia.
Iklan persuasif memiliki yang sangat beragam sehingga sulit untuk dinilai etis atau
tidaknya. Maka persuasi dibedakan menjadi 2 yaitu rasional dan non-rasional. Persuasi
rasional menghargai otonomi atau kebebasan individu dalam membeli sebuah produk,
sedangkan persuasi non-rasional tidak menghiraukan otonomi atau kebebasan individu.
Suatu persuasi dianggap rasional apabila isi dan kebenaran iklan yang ditonjolkan,
sehingga konsumen terdorong untuk membeli produk tersebut yang didasarkan pada fakta
yang bisa dipertanggungjawabkan. Sedangkan non-rasional umumnya hanya memanfaatkan
kelemahan psikologis manusia untuk membuat konsumen terpukau, tertarik, dan terdorong
untuk membeli produk yang ditawarkan dengan menampilkan efek suara, mimic, lampu, dan
gerakan tubuh. Iklan yang menggunakan cara persuasi yang bersifat non-rasional adalah iklan
yang tidak etis karena tidak mengatakan sesuai kenyataan, melainkan memanipulasi aspek
psikologis manusia melalui penampilan iklan yang menggiurkan.

5. Beberapa Persoalan Etis


Beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, antara lain:
1. Iklan mengurangi kebebasan manusia. Hal ini iklan membuat manusia tidak lagi
dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk tertentu.
Pada iklan manipulatif, manusia hanya menjadi objek untuk mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya dan iklan tidak memberi informasi.
2. Menciptakan manusia menjadi konsumtif.
3. Membentuk dan menentukan untuk memiliki barang sebagaimana ditawarkan iklan.
4. Iklan mengurangi rasa keadilan sosial masyarakat.

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam iklan :


1. Iklan tidak boleh menyampaikan informasi palsu.
2. Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk yang ditawarkan.
3. Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan.
4. Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas: tindak
kekerasan, penipuan, pelecehan seksual, diskriminasi, perendahan martabat manusia
dan sebagainya.

6. Makna Etis Menipu dalam Iklan


Sebagai pemberi informasi atau sebagai pembentuk pendapat umum, iklan dapat
membentuk citra sebuah produk atau bahkan sebuah perusahaan di mata masyarakat. Citra ini
terbentuk bukan karena bunyi atau penampilan iklan itu sendiri, melainkan terbentuk oleh
kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan apa yang disampaikan
dalam iklan baik secara tersurat maupun tersirat. Oleh karena itu, iklan sering dimaksudkan
sebagai media untuk mengungkapkan hakikat dan misi sebuah perusahaan atau produk.
Prinsip etika bisnis yang paling relevan adalah prinsip kejujuran, yakni mengatakan hal yang
benar dan tidak menipu. Prinsip ini menyangkut untuk para konsumen maupun perusahaan
karena iklan yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan
kenyataan dengan maksud menipu konsumen yang sebenarnya berhak mendapatkan
informasi yang benar apa adanya tentang produk yang ditawarkan dalam pasar.

7. Kebebasan Konsumen
Permintaan muncul karena adanya produksi barang tertentu yang ditawarkan dalam
pasar. Demi menciptakan dan membangkitkan permintaan inilah, iklan memainkan
peranan yang sangat penting dan strategis.
Persoalan moral dan etis yang timbul disini adalah bahwa kebebasan individu dalam
menentukan kebutuhannya dalam masyarakat modern sekarang ini hampir tidak ada
sama sekali. Permintaan atau permintaan yang sudah dianggap sebagai kebutuhan, tidak
timbul secara bebas, melainkan dipengaruhi dan dirangsang oleh pasar dan oleh iklan.
Keinginan atau kebutuhan konsumen tidak lagi merupakan sesuatu yang mandiri,
melainkan tergantung sepenuhnya pada produsen dan iklan.
Dengan demikian, dalam mekanisme semacam itu mustahil konsumen bisa memilih
secara bebas apa yang menjadi kebutuhannya. Maka konsumen tunduk pada ketentuan-
ketentuan iklan. Maka itulah yang disebut Galbraith sebagai “ Efek Ketergantungan”.
Iklan yang informatif pun belum tentu netral dan tidak merongrong kebebasan
konsumen dalam menentukan pilihan barang dan jasa tertentu. Ditinjau dari sudut
pandang Galbraith di atas, iklan yang informative tidak lagi netral karena informasi yang
disampaikan telah menciptakan kebutuhan atau paling kurang keinginan dalam diri
konsumen.

Dapat dikatakan bahwa sebagai mahluk social kita memang tidak bisa lepas dari
pengaruh dan informasi orang lain. Tetapi, ini tidak berarti bahwa pengaruh tersebut
membelenggu dan meniadakan kebebasan setiap individu. Timbulnya kebutuhan
ditentukan oleh banyak factor sebab produsen tidak hanya satu dan iklan pun tidak hanya
satu. Itu berarti konsumen masih tetap mempunyai kebebasan untuk menentukan
pilihannya.
BAB III

SIMPULAN

Dalam pendekatan “pasar” terhadap perlindungan konsumen, keamanan konsumen dilihat


sebagai produk yang paling efesien bila disediakan melalui mekanisme pasar bebas, di mana
penjual memberikan tanggapan terhadap permintaan konsumen. Pihak produsen harus
menanggapi permintaan konsumen dengan meningkatkan keamanan produk mereka. Pasar
dikatakan efisian jika konsumen memiliki informasi lengkap dan sempurna tentang barang-
barang yang mereka beli. Pada kenyataannya konsumen jarang memiliki informasi lengkap,
karena memang produk-produk yang ada di pasar sangat beragam dan hanya para ahli yang
memiliki informasi lengkap. Konsumen tidak memiliki sumber daya untuk memperoleh
informasi tersebut. Meskipun pembeli atau konsumen di pasar memang banyak, namun
sebagian besar pasar masih merupakan pasar monopoli atau oligopoli atau dengan kata lain
didominasi oleh satu atau beberapa penjual besar. Para penjual di pasar monopoli dan
oligopoli bisa menarik keuntungan sebanyak-banyaknya dari konsumen dengan memastikan
bahwa jumlah permintaan lebih besar dari persediaan sehingga terjadi kekurangan dan
selanjutnya diatasi dengan menaikkan harga.

Alasan perangkat pengendalian terutama tertuju pada produsen dalam hubungannya dengan
konsumen adalah dalam hubungan antara konsumen atau pelanggan di satu pihak dan
pemasok, produsen, dan penyalur barang atau jasa tertentu di pihak lain, konsumen atau
pelanggan terutama berada pada posisi yang lebih lemah dan rentan untuk dirugikan serta
dalam kerangka bisnis sebagai profesi, konsumen sesungguhnya membayar produsen untuk
menyediakan barang kebutuhan hidupkan secara profesional.

Gerakan konsumen merupakan hal sangat penting dalam upaya riil mewujudkan
perlindungan konsumen dan keadilan dalam pasar. Pada prinsipnya sebuah gerakan
konsumen diawali dari kesadaran akan hak dan kewajiban konsumen. Pelanggaran dan tidak
terpenuhinya hak konsumen menjadi sumber utama bagi terjadinya permasalahan/sengketa
konsumen. Ketidakadilan bagi konsumen muncul dalam sengketa konsumen. Kesadaran akan
kondisi ketidakadilan tersebut menjadi salah satu penggerak bagi sebuah gerakan konsumen
guna mewujudkan keadilan pasar. Gerakan konsumen sendiri akan terwujud jika terbangun
solidaritas diantara konsumen. Untuk menuju sebuah kesadaran kritis dan tumbuhnya rasa
solidaritas tersebut memerlukan proses pendidikan yang terus-menerus.
Fungsi dari iklan yaitu iklan sebagai pemberi informasi yaitu untuk membeberkan dan
menggambarkan seluruh kenyataan yang rinci tentang suatu produk dan iklan sebagai
pembentuk pendapat umum berfungsi untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk
itu dengan cara menampilkan model iklan yang manipulatif, persuatif, dan tendensius dengan
maksud menggiring konsumen untuk membeli produk tersebut. Oleh karena itu, iklan seperti
ini juga disebut sebagai iklan manipulative.
Beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang manipulatif dan
persuasif non-rasional, yaitu merongrong otonomi dan kebebasan manusia, menciptakan
kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif, membentuk dan
menentukan identitas atau citra dari manusia modern, dan merongrong rasa keadilan social
masyarakat. Iklan yang menipu, karena itu secara moral dikutuk adalah iklan yang secara
sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan maksud
menipu. Dengan kata lain, berdasarkan prinsip kejujuran, iklan yang baik dan diterima secara
moral adalah iklan yang memberi pernyataan atau informasi yang benar sebagaimana adanya.
Persoalan moral dan etis yang timbul disini adalah bahwa kebebasan individu dalam
menentukan kebutuhannya dalam masyarakat modern sekarang ini hampir tidak ada sama
sekali. Permintaan atau permintaan yang sudah dianggap sebagai kebutuhan, tidak timbul
secara bebas, melainkan dipengaruhi dan dirangsang oleh pasar dan oleh iklan. Keinginan
atau kebutuhan konsumen tidak lagi merupakan sesuatu yang mandiri, melainkan tergantung
sepenuhnya pada produsen dan iklan. Dengan demikian, dalam mekanisme semacam itu
mustahil konsumen bisa memutuskan atau memilih secara bebas apa yang menjadi
kebutuhannya. Sebagian terbesar dari kebutuhan konsumen merupakan kebutuhan yang
diciptakan oleh produsen dan iklan. Maka konsumen tunduk pada ketentuan-ketentuan iklan.
Maka itulah yang disebut Galbraith sebagai “ Efek Ketergantungan”.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sutrisna. 2011.Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Denpasar: Udayana
University Press.
https://www.coursehero.com/file/16385232/Pasar-dan-Perlindungan-Konsumen-ethic-bab-6/
https://www.academia.edu/37469806/ETIKA_PERLINDUNGAN_KONSUMEN
http://gatotbukankaca.weebly.com/etika-bisnis-4.html

Anda mungkin juga menyukai